Anda di halaman 1dari 12

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP

NOMOR : 188.47 / 30.1 / 01 / 35. TAHUN 2016

TENTANG
KEBIJAKAN UMUM PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


dan agar pelaksanaan pelayanan di RSUD Cilacap
berjalan dengan baik serta sesuai standar maka
perlu adanya kebijakan sebagai landasan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a perlu


menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Cilacap tentang Kebijakan Umum
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tantang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan Berwibawa
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara RI Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
5072);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia
Nomor 5607);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1 Tahun


2008 tentang Pembentukan dan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun
2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 11);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 14


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Cilacap;

MEMUTUSKAN :
Menetapka :
KESATU : Menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Cilacap tentang Kebijakan Umum Pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap.
KEDUA : Kebijakan Umum sebagaimana Diktum KESATU dalam
lampiran Keputusan ini.

KETIGA Kebijakan Umum sebagaimana Diktum KEDUA merupakan


acuan dalam pelaksanaan pelayanan dan manajerial.

KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


dilaksanakan oleh Wadir Bidang Pelayanan dan Wadir
Bidang Umum dan Keuangan.

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Cilacap
pada tanggal :

DIREKTUR RSUD CILACAP,

PRAMESTI GRIANA DEWI


LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD CILACAP
NOMOR : 188.47/30.1 / 01 /35. TAHUN 2016
TENTANG :
KEBIJAKAN UMUM PELAYANAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH CILACAP

KEBIJAKAN UMUM PELAYANAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP

1. Pelayanan Instalasi
a. Pelayanan dilaksanakan 24 jam :
- Instalasi Gawat Darurat (IGD);
- Instalasi Rawat Inap;
- Instalasi Farmasi;
- Instalasi Radiologi;
- Instalasi Laboratorium;
- Instalasi Prasarana Sarana Rumah Sakit (IPSRS);
- Instalasi Bedah sentral (IBS);
- Instalasi Care Unit (ICU)
- Instalasi Pamulasaran Jenazah

b. Pelayanan dilaksanakan pada jam kerja :


- Instalasi Rawat Jalan;
- Instalasi Gizi;
- Instalasi Rehabilitasi Medik
- Instalasi Rekam Medik

2. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien

3. Rumah sakit menetapkan indikator mutu daan keselamatan pasien sebagai


berikut:
a. Indikator mutu area klinis (IAK)
b. Indikator mutu area manajerial (IAM)
c. Indikator mutu terkait keselamatan pasien (SKP)
d. Penerapan dan rencana pencapaian standar pelayanan minimal (SPM)

Indikator tersebut dipantau dan dievaluasi secara rutin sesuai dengan


pedoman/panduan yang di tetapkan.

4. Seluruh staf RS harus bekerja :


a. Sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur
operasional yang berlaku
b. Sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku.
c. Menghormati hak pasien.
5. Rumah sakit memberikan asuhan yang bersifat preventif, promotif, kuratif
dan rehabilitatif bagi semua pasien dalam formulir rekam medik yang
berlaku dengan pencatatan secara terpadu.
6. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasi diantara berbagai unit
kerja dan pelayanan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).

7. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai


dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS),
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan termasuk dan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD).

8. Rumah sakit melakukan rekredensial atau pemutihan bagi profesi dokter


dan tenaga kesehatan lainnya.
9. Skrening dan Triase
a. Skrening dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah
pasien dapat dilayani oleh RSUD Cilacap
b. Skrening dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau
pengamatan pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
c. Kebutuhan darurat, mendesak atau segera diidentifikasi dengan
proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi
d. Kebutuhan akan pelayanan preventif, kuratif, dan rehabilitatif
diprioritaskan berdasarkan pada waktu proses admisi sebagai pasien
rawat inap

10. Identifikasi
a. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas
pasien
b. Prosedur identifikasi menggunakan nama, tanggal lahir dan nomor
rekam medik, disesuaikan dengan tanda pengenal resmi pasien
c. Rumah sakit menggunakan gelang identifikasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku
Warna biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
Warna pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
Warna kuning : pasien dengan resiko jatuh
Warna merah : pasien dengan alergi
Warna ungu : Do Not Resuscitate / Resucation
d. Untuk kasus waria identifikasi disesuaikan dengan identifikasi
bukti diri yang dimiliki
e. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan laboratorium klinis, serta sebelum dilakukan
tindakan/prosedur
f. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU, dan IBS dengan tetap
memperhatikan data pada gelang identitas pasien

11. Assessmen pasien


a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku
b. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
c. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit
d. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit
e. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien dirawat inap atau
sebelum tindakan pada rawat jalan dirumah sakit tidak boleh lebih dari
30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik
telah diulangi
f. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien
yang signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada
saat masuk rawat inap.
g. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien (discharge)
h. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas
dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap
pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk
pemulangan pasien.
i. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

12. Dokter Penanggung Jawab Pasien


a. Penerapan Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP) sepenuhnya hak
pasien.
b. DPJP di ICU adalah dokter spesialis anestesi, kecuali permintaan pasien.
c. DPJP bertanggungjawab terhadap semua pelayanan kepada pasien
d. DPJP wajib melengkapi berkas rekam medis pasien
e. DPJP wajib memenuhi hak pasien

13. Pemeriksaan penunjang dan resep obat didasarkan atas indikasi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Resep harus ditulis lengkap dan jelas oleh dokter yang berhak menulis
resep
b. Permintaan jenis pemeriksaan harus ditulis secara lengkap oleh dokter
sesuai dengan indikasi
c. Pemeriksaan dilakukan atas permintaan dokter

14. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyedia pelayanan risiko tinggi :
a. Rumah sakit memberikan pelayanan emergency di internal rumah sakit.
b. Rumah sakit mengidentifikasi staf untuk dilatih memberikan resusitasi
yaitu staf medis dan non medis (sekuriti, sopir, petugas registerasi,
kasir, dan customer service)
c. Rumah sakit mengatur penanganan, penggunaan, dam pemberian darah
dan produk darah
d. Rumah sakit mengatur perawatan pasien yang menggunakan alat bantu
kehidupan (life support) atau dalam keadaan koma
e. Rumah sakit mengatur perawatan pasien yang menderita penyakit
menular dan penurunan kekebalan tubuh (immuno-suppresed)
f. Rumah sakit mengatur perawatan pasien yang menjalani dialisis
g. Rumah sakit mengatur penggunaan alat pengekang (restraint) dan
perawatan pasien yang memakai alat pengekang
h. Rumah sakit mengatur perawatan pasien lanjut usia, orang dengan
keterbatasan, anak-anak, dan populasi yang beresiko diperlakukan tak
senonoh.

15. Transfer perpindahan di dalam rumah sakit


- Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit pelayanan
intensif atau pelayanan khusus ditentukan dengan kriteria yang telah
ditetapkan.

16. Transfer keluar rumah sakit/rujukan


a. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan
badan dari mana pasien berasal
b. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses
rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama
transportasi
c. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit
penerima
d. Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.

17. Transportasi
a. Transportasi milik rumah sakit harus sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian kondisi dan
pemeliharaan.
b. Pasien yang akan ditransportasi dengan menggunakan ambulan rumah
sakit wajib dimonitor.

18. Penundaan pelayanan


- Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.

19. Pemulangan pasien


- DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut. Harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.

20. Penolakan pelayanan dan pengobatan


a. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak
melanjutkan pengobatan
b. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati
keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate)

21. Pelayanan pasien tahap terminal


- Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya

22. Manajemen obat


a. High-Alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan
obat yang beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak
diinginkan
b. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan
kebijakan
c. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict
access)
d. Penyimpanan obat High Alert, narkotik, sitostatika dan elektrolit
konsentrasi tinggi harus terpisah dan diberi label dengan warna yang
jelas
e. Obat diberikan kepada pasien dengan tepat sesuai ketentuan.

23. Manajemen nutrisi


a. Pasien di skrening untuk status gizi
b. Penyiapan, penyimpanan dan penyajian makanan dengan cara
mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan
c. Rumah sakit memberikan pelayanan asuhan gizi

24. Manajemen nyeri


- Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit
dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya

25. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian
tanda.
b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi
tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sebelum insisi/time-out tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/pembedahan.

26. Hand Hygiene


- Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan yang
berlaku.

27. Risiko jatuh


a. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak sengaja.
28. Komunikasi efektif
a. Rumah sakit menerapkan komunikasi yang efektif di seluruh RSUD
Cilacap
b. Rumah sakit menggunakan sistem SBAR dalam melaporkan kondisi
pasien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar pemberi
layanan
c. Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi lisan dengan tulis, baca, dan konfirmasi (TBK) terhadap
perintah yang diberikan
d. Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung jawab
dokter ruangan yang bertugas

29. Sedasi sedang adalah keadaan penurunan kesadaran dimana pasien masih
memiliki respon terhadap perintah verbal, dapat diikuti atau tidak diikuti
oleh stimulasi tekan ringan, namun pasien masih dapat menjaga patensi
jalan nafasnya sendiri. Pada sedasi sedang terjadi perubahan ringan dari
respon ventilasi namun fungsi kardiovaskular masih tetap dipertahankan
dalam keadaan normal. Pada sedasi sedang terdapat gangguan orientasi
lingkungan serta gangguan fungsi motorik ringan sampai sedang.

30. Sedasi dalam adalah suatu keadaan penurunan kesadaran dimana pasien
tidak mudah dibangunkan tetapi masih memberikan respon terhadap
stimulasi berulang atau nyeri. Respon ventilasi sudah mulai terganggu.
Nafas spontan sudah mulai tidak adekuat dan pasien tidak dapat
mempertahankan patensi jalan nafasnya (hilangnya sebagian atau seluruh
refleks protektif jalan nafas). Pada sedasi dalam fungsi kardiovaskular
biasanya masih baik. Tindakan sedasi dalam membutuhkan alat
monitoring yang lebih lengkap dari sedasi ringan maupun sedasi moderat.

31. Pelayanan sedasi ringan dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten
dan menjadi tanggung jawab masing-masing

32. Pelayanan bedah


a. Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan tindakan medis operatif
untuk kasus-kasus pembedahan yang bersifat efektif di Instalasi Bedah
Sentral pada setiap hari kerja
b. Untuk kasus-kasus pembedahan yang bersifat emergency dilakukan
dengan memanggil tim cito IBS (Instalasi Bedah Sentral)

33. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


a. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
b. Rumah sakit mendukung, memberikan perlindungan pada seluruh
orang dan benda yang berada dalam lingkungan rumah sakit
c. Terwujudnya bangunan gedung sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang
memenuhi persyaratan teknis : keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan serta kelestarian lingkungan
d. Setiap pengadan Bahan B3 harus mengupayakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta pencegahan dan pencemaran lingkungan hidup
e. Setiap pengendalian B3 harus mengupayakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta pencegahan dan pencemaran lingkungan hidup
f. Penanganan kecelakaan bahan kimia sesuai dengan prosedur bahan
g. Apabila terjadi bencana maka proses evakuasi pasien yang tidak dapat
berjalan sendiri diangkat menggunakan tandu, evakuasi menuju titik
berkumpul
h. Rumah sakit menerapkan kawasan bebas asap rokok di lingkungan
rumah sakit.

34. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi


sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua peralatan
tetap dalam kondisi yang baik.

35. Manajemen di instalasi


a. Semua petugas di instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
b. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan
c. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali
d. Setiap bulan wajib membuat laporan
e. Rumah sakit menyediakan pelatihan tentang mutu keselamatan pasien
sesuai dengan sasaran keselamatan pasien

36. Hak pasien dan keluarga


a. Pelayanan menghormati kebutuhan privasi pasien
b. Pelayanan melindungi barang milik pasien dari pencurian atau
kehilangan
c. Pelayanan melindungi dari kekerasan fisik
d. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak
e. Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan atau
keluarga

f. Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien


dengan memberikan hak sepenuhnya kepada pasien untuk memberikan
perwalian kepada siapa informasi tentang kesehatannya dapat
diberikan.

37. Pernyataan persetujuan (Informed Consent)


a. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yng akan dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan
b. Untuk mendapat persetujuan harus sudah diberikan penjelasan yang
lengkap
c. Pernyataan persetujuan (Informed Consent) dari pasien didapat
melalui suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan
oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien
d. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anastesi, penggunaan
darah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang
berisiko tinggi.
38. Menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang terdiri dari 24 jenis
pelayanan dan 112 parameter/indikator sesuai Pergub Np. 27 Tahun 2011.

39. Organisasi pendukung


e. Satuan Pemeriksa Internal (SPI) dibentuk untuk membantu Direktur
dalam pengawasan internal memberikan penilaian secara independen
kepada manajemen mengenai kecukupan maupun implementasi
pengendalian internal pada semua aktivitas di rumah sakit
f. Komite Medik sebagai perangkat rumah sakit untuk menerapkan
tatakelola klinis (clinical gavernance) agar staf medis terjaga
profesionalismennya melalui mekanisme kredensial,penjagaan mutu
profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis
g. Komite Keperawatan membantu Direktur dalam menyusun standar
pelayanan keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur
kewenangan (previlege) perawat dan bidan, mengembangkan
pelayanan keperawatan, program pendidikan, pelatihan, dan
penelitian serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan
h. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) membantu
Direktur dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
untuk peningkatan mutu pelayanan

40. Pengelolaan sumber daya manusia berorientasi pada pemenuhan secara


kuantitatif dan kualitatif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi
yang efisien

41. Standar pelayanan minimal memenuhi persyaratan fokus pada jenis


pelayanan, terukur, dapat dicapai, relevan dapat diandalkan dan tepat
waktu

42. Pengelolaan keuangan rumah sakit berdasarkan pada prinsip efektifitas,


efisiensi dan produktivitas dengan berazazkan akuntabilitas dan
transparansi

43. Pengelolaan sumber daya sarana, prasarana, gedung dan jalan


dumanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan mutu pelayanan
dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi rumah sakit

44. Pengelolaan lingkungan untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan


yang berorientasi kepada keamanan, kebersihan, kesehatan, kerapihan,
keindahan dan keselamatan

45. Semua Pejabat Pengelola di bawah Direktur bertanggung jawab kepada


Direktur sesuai bidang tanggungjawabnya masing-masing

46. Dalam melaksanakan fungsinya RSUD Cilacap memiliki Visi dan Misi :
a. Visi : Rumah sakit pilihan masyarakat
b. Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan yang prima dan profesional
2. Menggunakan tata kelola manajerial yang professional dan taat
hukum;
3. Menjadikan pusat rujukan pelayanan kesehatan;
4. Meningkatkan SDM profesional dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan serta mengutamakan keselamatan pasien;
5. Menggunakan sistem informasi dan teknologi kedokteran modern
guna menunjang pelayanan untuk meningkatkan efektivitas
kerja.

DIREKTUR RSUD CILACAP,

PRAMESTI GRIANA DEWI

Anda mungkin juga menyukai