Pertolongan Pertama Kegawat Daruratan Obstetrik Dan Neonatus
Pertolongan Pertama Kegawat Daruratan Obstetrik Dan Neonatus
(PPGDON)
Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetrik dan neonatus (PPGDON)
A. Kegawatdaruratan obstetrik
Definisi
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi
a. Perdarahan
a. Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun sampai tidak sadar
b. Berkeringat
c. Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada kojungtiva
e. Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih
(Saifudin, 2006)
a) Tindakan umum
b) Pemberian oksigen
Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 8 liter per menit.
d) Rujuk
Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan, keluarga, dan dampingi
selama merujuk.
(Saifudin, 2006)
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor artinya
panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan atau pembengkakan,
dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain infeksi akut di organ tubuh ditandai dengan
demam, kulit di daerah infeksi berwarna kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di
daerah organ itu serta fungsi organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena
infeksi mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia dapat
2. Diagnosa
o Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya, misalnya pembedahan,
cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat menyebabkan sepsis atau syok sepsis
o Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function lesa.
a. Tindakan umum
Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil resiko mengalami syok septic.
Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam kecepatan 6-8 L/menit.
Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati-hati, tidak sebebas seperti
syok pada perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan jumlah cairan yang banyak.
d. Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis, syok septik,
cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi, misalnya pada
syok perdarahan, antibiotika tidak perlu diberikan. Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang
berlangsung, sangat penting untuk memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain
e. Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan darah
a) Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit, sekaligus golongan darah dan
cross-match
b) Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia juga menunjukkan
f) Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan parsial oksigen, peenurunan
o Pemeriksaan urin
a) Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan tidak ada
(Saifudin, 2006)
b. Ruptur uteri
1. Diagnosis
Ruptur uteri mengancam
5) Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim yang menunjukkan
( Andrianto, 1986 )
2. Penatalaksanaan
Terapi suportif
Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan intravena, darah
Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk pembedahan. Pada saat itu
volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. ( Melfiawati, 1994)
c. Inversio uteri
1. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan ketika dalam catatan tenaga kesehatan terdapat penurunan abnormal
tinggi fundus atau tidak bisa melakukan palpasi pada fundus abdominal setelah kelahiran janin atau
ketika uterus terlihat di rongga vagina atau introitus. Inversio biasanya disertai oleh perdarahan dan
2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang lebih penting adalah pencegahan inversio uteri. Ketegangan pada
pelepasan tali pusat yang tergesa-gesa pada kala III tidak baik dilakukan dan mungkin berbahaya bagi
ibu. Diperlukan penanganan segera pada uterus yaitu dengan melakukan gerakan tinju atau
memasukkan beberapa jari pada tangan yang dominan atau kompresi bimanual dapat menurunkan
perdarahan. Pemberian cairan IV dapat memperbaiki keadaan umum dan oksitosin atau
metilergonovine dapat mencegah atonia. Jika penanganan segera tidak dilakukan, anastesi dan operasi
1. Asfiksia
Diagnosa
1) Observasi DJJ:
c) Ketidakteraturan
DJJ tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi membahayakan janin.
DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi selama
periode persalinan.
Cairan amnion kehijauan atau mengandung mekonium pada presentasi kepala sering menjadi
Metode diagnosis:
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan :
o Persalinan yang maju; kepala pada atau tepat di atas dasra panggul, os uteri .berdilatasi sempurna
o Pada kasus multipara tunggal selama masa pengeluaran: episiotomy adekuat : tekanan dari
(Andrianto, 1986)
Diagnosa
Sewaktu-waktu ada suatu faktor yang mempengaruhi prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina
harus segera dilakukan mengikuti ruptur membrane untuk merasakan adanya tali pusat.
Ketidaknormalan DJJ, bradikardi bisa mengindikasikan prolaps tali pusat. Putaran dari tali pusat
tampak pada vulva. Hal ini lebih banyak terjadi pada saat pemeriksaan vagina, bisa terletak pada
vagina atau jika bagian presentasi sangat tinggi, letaknya pada tulang. (Brown, 1996)
Penatalaksanaan
Resiko pada janin yaitu hipoksia dan kematian sbagai hasil kompresi tali pusat. Resiko tertinggi
pada presentasi kepala dan terendah pada presentasi lengkap atau sebagian kaki. Sepuluh menit adalah
waktu maksimum bayi dapat membebaskan diri dari lilitan tali pusat, tapi jika tekanan dapat dibbaskan
Kala I persalinan yaitu melakukan SC dengan segera jika janin masih hidup.
Kala II persalinan, letak adalah factor yang menentukan. Jika letaknya adalah longitudinal,
pesalinan dengan forceps atau vakum ekstraksi mungkin dapat dilakukan. Jika
kemungkinan persalinan pervaginam sulit dilakukan, SC seharusnya dapat dilakukan. Pada kasus
Pada masyarakat, jika janin masih hidup sebaiknya segera dirujuk dengan ambulan, pada saat
itu bidan membebaskan tekanan yang terjadi pada tali pusat. Posisi lutut-dada adalah tidak nyaman
bagi wanita untuk waktu yang cukup lama, yang bagus yaitu posisi sim yang maksimal. (Brown, 1996)
c. Distosia bahu
Diagnosa
Bahu anterior berhenti baik di dalam pelvis di belakang simfisis atau terfiksasi di atas simfisis.
(Andrianto, 1986)
Pencegahan
Ketika bayi lahir dengan presentasi verteks, bidan harus menunggu sampai bahu berputar
dalam diameter anteoposterior pada panggul sebelum berusaha melahirkan seluruhnya. (Brown, 1996)
Penatalaksanaan
Dua macam metode yang paling sering dianjurkan adalah rotasi tulang bahu dan melahirkan
lengan belakang. Keduanya dipermudah dengan episiotomi dan anastesi yang adekuat.
d. Presentasi bokong
Diagnosa
Dapat dipalpasi :
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan :
1) Persalinan harus berjalan secara spontan di dalam vulva sampai munculnya ujung scapula, hanya
menunjang sacrum. Pada kasus manapun, jangan menarik sacrum dikhawatirkan tangan menjungkit
kecuali ekstraksi pada ujung pelvis dalam indikasi khusus untuk mengakhiri persalinan.
2 Bila ujung scapula nampak di bawah vulva atau kepala telah memasuki PAP segera
(Andrianto, 1986)
e. Letak lintang
Diagnosa
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan
- Jangan mencoba versi secepat mungkin rujuk karena kontraksi yang kuat karena pecahnya
(Andrianto, 1986)
f. Presentasi muka
Diagnosa
Diagnosa dapat dengan palpasi abdominal, dengan adanya kepala di belakang yang sejajar
dengan punggung. Pada pemeriksaan vagina agak sukar di diagnosa karena membingungkan dengan
presentasi bokong. Pemeriksaan dengan ultrason dapat digunakan untuk mengetahui presentasi muka
Manajemen
Presentasi muka dengan dagu anterior dapat segera ditangani dengan cepat, tapi karena
meningkatnya resiko persalinan abnormal, konsultasi dengan obgin dibutuhkan ketika presentasi sudah
diketahui. Bila dagu terletak posterior, rujukan ke obgin untuk persalinan sesar harus segera dilakukan.
(Walsh, 2001 )
Diagnosa
Pemeriksaan abdomen mungkin terlihat fundus lebih tinggi dari perkiraan, teraba dua kepala
bayi dan banyak bagian kecil. Konfirmasi banyaknya janin dapat dilakukan dengan ultrason
: kehamilan kembar haarus dicurigai jika bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dari yang
Manajemen
Di masyarakat, jika bidan menemukan kehamilan kembar, maka wanita itu dirujuk ke obgin
untuk perawatan selanjutnya. Setelah kelahiran bayi pertama segera rujuk ibu. Jika mungkin, saat
membantu di klinik siap atau mampu untuk melahirkan kedua bayi. Presentasi kepala pada bayi
h. Vasa previa
Diagnosis Banding
Ini meliputi penyebab-penyebab maternal perdarahan trimester ketiga (plasenta previa,
Kelalaian pada penilaian perdarahan segar pervaginam, khususnya jika terjadi pada waktu yang
sama dengan ruptur membran. Jika pada penilaian DJJ ada tanda disproporsi fetal distress untuk
mengetahui jumlah kehilangan darah, maka diagnosis ini harus dipertimbangkan. Untuk menentukan
apakah terjadi kehilangan darah pada janin dan ibu secara nyata, tes alkalidenaturasi mungkin
Manajemen
Bidan sebaiknya berkolaborasi dengan dokter dan melanjutkan untuk memantau DJJ. Jika ini
terjadi pada kala II persalinan, wanita dianjurkan untuk mengedan. Jika terjadi pada kala
I persalinan SC dapat dilakukan jika janin masih hidup. Dokter anak sebaiknya hadir dalam
proses persalinan. Darah tali pusat diambil untuk perkiraan HB pada kelahiran. Bayi akan memerlukan