Anda di halaman 1dari 35

1

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT


(Elaeis guennensis Jacq) SEBAGAI PUPUK KOMPOS

Oleh
M. SAFARI PURNAMA AJI
NIM. 060 500 073

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2009
2

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT


(Elaeis guennensis Jacq) SEBAGAI PUPUK KOMPOS

Oleh
M. SAFARI PURNAMA AJI
NIM. 060 500 073

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Sebutan Gelar Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2009
4

ABSTRAK

M. SAFARI PURNAMA AJI Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guennensis Jecq) Sebagai

Pupuk Kompos dibawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pupuk Program Studi Budidaya

Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk pembuatan pupuk

kompos dari tandan kosong kelapa sawit dan untuk mengetahui nilai C/N pupuk

kompos.

Pengomposan dilakukan selama 15 hari. Kompos matang ditandai dengan

tidak berbau, warna kehitaman, suhu kembali normal, struktur remah (hancur bila

diremas)

Hasil uji laboratorium menunjukkan C/N TKKS adalah 18 %. Unsur hara

yang terkandung dalam kompos hasil penelitian dibandingkan dengan unsur hara

kompos standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004 disajikan pada tabel 1.


5

RIWAYAT HIDUP

M. SAFARI PURNAMA AJI lahir pada tanggal 11 Oktober 1988 di

Samarinda, Kalimantan Timur. Merupakan anak ke dua dari lima bersaudara

pasangan dari Bapak E. Kosasih dan ibu Mawati.

Tahun 1994 memulai pendidikan Sekolah Dasar SDN 026 Samarinda

Kalimantan Timur Tahun 2000 melanjutkan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama di SLTP Muhammadiyah 2 Samarinda dan tahun 2003 mela njutkan ke

SMK Islam Cokro Aminoto Samarinda.

Tahun 2006 memulai Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Politeknik

Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengelolaan Hutan Program Studi Budidaya

Tanaman Perkebunan. Selama dalam pendidikan pernah mengikuti Program

Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sawit Prima Nusantara Desa Mata Air

Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur.


6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat sang pencipta, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Laboratorium produksi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda, pada bulan Mei 2008, sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam kegiatan penyusunan karya ilmiah ini penulis telah banyak
mendapatkan dukungan dan bantuan baik materil maupun non materil yang secara
langsung maupun tidak langsung sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
penyususan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa.
2. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen pembimbing
3. Ibu Rossy Mirasari, SP selaku dosen penguji
4. Bapak dan ibu dosen POLTANESA khususnya dosen Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan PS BTP.
5. Teman-teman dan semua yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan karya ilmiah ini, namun karya ilmiah ini merupakan karya tulis terbaik
yang dapat penulis sajikan pada kesempatan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa PS BTP.

Penulis

Kampus sei keledang, Juli 2009.


7

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

A. Limbah Kelapa Sawit ..................................................................... 3


B. Pupuk ............................................................................................ 5
C. Kompos ....................................................................................... 5
D. Aktivator Pengomposan ................................................................. 10
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 12

A. Tempat dan Waktu ......................................................................... 12


B. Alat dan Bahan .............................................................................. 12
C. Prosedur Kerja ............................................................................... 13
D. Pengambilan dan Analisa Data........................................................ 14
IV. HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................ 15

A. Hasil .............................................................................................. 15
B. Pembahasan ................................................................................... 16
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 18

A. Kesimpulan ................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 19

LAMPIRAN ............................................................................................ 20
8

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Unsur Hara Kompos ...................................................... 15


9

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perubahan Suhu Kompos .................................................................. 17


10

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Harian Perubahan Warna, Bau, Suhu dan Stuktur kompos ........ 21

2. Bahan Kompos dan Aktivator .............................................................. 22

3. Kompos Belum Hancur dan Kompos Mau Hancur ............................. 23

4. Kompos Hancur .................................................................................... 24


11

I. PENDAHULUAN

Pertanian Organik merupakan salah satu teknologi yang pada

penerapannya kita menyesuaikan lingkungan, agar ekosistem tetap berjalan apa

adanya secara alami, tanpa harus memutuskan salah satu mata rantai mahluk

hidup. Dan pada perlakuan menggunakan bahan-bahan organik (yang mudah

didaur ulang) dari mulai penggunaan pupuk kandang sampai dengan penggunaan

ekstrak pestisida orga nik yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan di sekitar kita

(Harjono, 1997).

Limbah bukanlah barang tak berguna, namun bahan baku yang belum

terolah. Mencampakkan limbah lalu membiarkannya mencemari lingkungan justru

akan menimbulkan masalah baru. Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman

kelapa sawit yang tidak termasuk dalam proses utama atau merupakan hasil ikutan

dari proses pengolahan kelapa sawit.

Salah satu jenis limbah industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa

sawit (TKKS). Pengolahan/pemanfaatan TKKS oleh pabrik kelapa sawit (PKS) di

Indonesia masih sangat terbatas. Sebagian besar PKS di Indonesia masih

membakar TKKS dalam incenerator, meskipun cara ini sudah dilarang oleh

pemerintah karena menimbulkan polusi udara, yang pada akhirnya menimbulkan

efek gas rumah kaca. Alternatif pengolahan lainnya adalah dengan menimbun

(open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit atau diolah menjadi

pupuk organik yang ramah lingkungan, yaitu kompos. Teknologi pengomposan

yang efisien adalah yang cepat, murah, mutu memadai dan tidak menimbulkan
12

bau tidak sedap. Secara alami limbah organik akan terurai menjadi kompos.

Namun dengan membiarkan begitu saja, proses pengomposannya membutuhkan

waktu yang cukup lama. Saat ini banyak aktivator yang beredar di pasaran.

Aktivator merupakan bahan yang terdiri dari enzim, asam humat, dan

mikroorganisme (kultur bakteri) yang berfungsi untuk mempercepat proses

pengomposan.

Limbah padat dan cair organik tidak saja memerlukan tempat yang luas

untuk pembuangannya, tetapi juga biaya yang tinggi. Penanganan dengan cara

dibuang langsung ke lapangan dalam keadaan mentah di areal pertanaman

menimbulkan masalah polusi, ancaman ledakan hama kumbang, dan potensial

menghasilkan air lindi (leachate), serta rendahnya efisiensi ketersediaan hara

pupuk. Melalui pengomposan masalah- masalah ini dapat diatasi.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui waktu yang

diperlukan untuk pembuatan pupuk kompos dari tandan kosong kelapa sawit dan

untuk mengetahui nilai kandungan pupuk kompos.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan tentang pembuatan pupuk

kompos dari tandan kosong kelapa sawit dan kualitas yang dihasilkan.
13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Kelapa Sawit

Menurut Musnamar (2005) janjang kosong dapat dimanfaatkan sebagai

bahan bakar broiler, bahan campuran materil (eko panel), bahan pembuatan

tripleks, atau dikomposkan. Limbah padat, terutama janjang kosong,

mengandung uns ur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk

pertumbuhannya walaupun kandungan haranya sedikit dibanding dengan

pupuk kimia. Pemanfaatan limbah padat berupa janjang kosong sebagai

pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dikomposkan dahulu di

tempat khusus atau ditebarkan langsung ke kebun.

Menurut Fauzi dkk (2008) tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai

23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif

pupuk kompos dan juga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.

Pupuk kompos merupakan bahan organik yang mengalami proses

fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Pada

prinsip nya pengo mposan tandan kosong kelapa sawit untuk menurunkan

nisbah C/N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C/N tanah.

Nisbah C/N yang mendekati nisbah C/N tanah akan mudah diserap oleh

tanaman.
14

Kompos tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk

memupuk semua jenis tanaman. Kompos tandan kosong kelapa sawit

memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:

a. Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.

b. Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan

tanaman.

c. Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.

d. Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap

kedalam tanah.

Tandan kosong sawit yang diubah menjadi kompos, tidak hanya

mengandung nutrien, tetapi juga mengandung bahan organik lain yang

berguna bagi perbaikan struktur organik pada lapisan tanah, terutama pada

kondisi tanah tropis. Kompos merupakan sumber fosfor (P), kalsium (Ca),

magnesium (Mg), dan karbon (C).

Perlu diketahui pada saat proses pengomposan TKKS tidak

menggunakan cairan asam dan bahan kimia lain sehingga tidak terdapat

pencemaran atau polusi. Proses pengomposannya pun tidak menghasilkan

limbah.

Untuk membuat kompos, tandan kosong sawit dicacah terlebih dahulu

menjadi serpihan-serpihan dengan memakai mesin pencacah. Kemudian

bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan ukuran lebar 2,5 m

dan tinggi 1 m. Selama proses pengomposan tumpukan tersebut disiram

dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Tumpukan

dibiarkan di atas lantai semen dan dibiarkan di udara terbuka selama enam
15

minggu. Kompos dibolak-balik dengan mesin pembalik. Setelah itu, kompos

siap dimanfaatkan. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah

segar per jam dapat memproduksi 60 ton kompos dari 100 ton tandan kosong

sawit yang dihasilkan.

B. Pupuk

Pemupukan pada dasarnya dapat diartikan sebagai penambah zat hara

bagi tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya juga

termasuk penambahan zat-zat lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah

misalnya pemberian pasir pada tanah liat, pemberian mineral pada tanah

organik, pengapuran dan lain sebagainya (Dwidjoseputro, 1990).

Pupuk organik adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan dari sisa

pelapukan tanaman, hewan dan manusia. Ada beberapa kelebihan dari pupuk

organik yaitu sebagai berikut :

1. Memperbaiki struktur tanah.

2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air.

3. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah.

4. Sebaga i sumber zat makan bagi tanaman.

5. Mempercepat dan mempermudah penyerapan tanaman akan unsur hara.

C. Kompos

Pupuk kompos ialah pupuk alam yang telah mengalami proses

sedemikian rupa sehingga mengalami perubahan menjadi bahan yang

mempunyai perbandingan C/N yang mendekati C/N tanah (Suriatna, 1992).

Cara terbentuknya kompos sangat bervariasi, namun pada dasarnya cara

pembentukannya sama, yaitu mengubah bahan-bahan yang bersifat anorganik


16

menjadi bahan organik atau siap diserap tanaman. Terjadinya perubahan

pada bahan kompos tersebut disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau

bakteri pembusuk. Oleh karena itu, salah satu kunci agar mendapat kompos

yang berkualitas baik adalah dengan merangsang dan mengembangkan

bakteri-bakteri pembusuk (Marsono dan Sigit, 2002).

Menurut Murbandono (2001) tujuan pengomposan antara lain :

a. Membuat samp ah yang beranekaragam dalam jumlah yang besar menjadi

pupuk yang kaya akan humus.

b. Meningkatkan nilai sampah organik.

c. Membuat pupuk organik yang bebas dari penyakit dan benih tanaman liar.

d. Untuk menurunkan nilai C/N, karena bila nilai C/N tinggi pada bahan

organik akan merugikan tanaman.

Keuntungan dari memakai kompos, antara lain :

a. Bahan bakunya mudah didapat.

b. Biaya pembuatan murah.

c. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

d. Jika kompos diberikan pada tanaman maka akan langsung dapat

menggunakannya.

e. Mencukupi suplai bahan organik tanah.

Kekurangan dari pembuatan kompos, antara lain :

a. Pembuatan pupuk kompos membutuhkan waktu yang agak lama.

b. Diperlukan banyak tenaga kerja.


17

1. Proses Pengomposan

Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik

mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba- mikroba

yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat

kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar

kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat

campuran bahan seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi,

dan penambahan aktivator pengomposan.

Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-

macam sumber. Komponen organik ini mengalami proses dekomposisi di

bawah kondisi mesofilik dan termofilik.

a. Pengomposan aerob

Dalam sistem ini, kurang lebih ? unsur karbon (C) menguap (menjadi

CO2 ) dan sisanya ? bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup.

Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk, terjadi

reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi.

Kenaikan temperatur dalam timbunan bahan organik menghasilkan

temperatur yang menguntungkan mikroorganisme termofilik. Akan

tetapi, apabila temperatur melampaui 65C 70C, kegiatan

mikroorganisme akan menurun karena kematian organisme akibat

panas yang tinggi.

b. Pengomposan anaerob

Peruraian bahan organik akan terjadi pada kondisi anaerob

(kelangkaan oksigen). Pertama kali, bakteri fakultatif penghasil asam


18

menguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida, dll;

kemudian bakteri kelompok lain mengubah asam lemak menjadi

metana, amoniak, CO2 , dan hidrogen. Dengan demikian oksigen juga

diperlukan untuk proses dekomposisi anaerob tetapi sumbernya

senyawa kimia yang tidak terlarut oleh oksigen (Sutanto, 2002).

2. Faktor yang Mengontrol Proses Pengomposan

Pada kondisi alami, limbah organik yang ada di permukaan tanah

dengan temperatur permukaan normal dan kondisi aerob akan

terdekomposisi secara lambat. Proses dekomposisi alami dapat dipercepat

secara buatan dengan memperbaiki kondisi proses dekomposisi.

Kondisi kelengasan dan bahan dasar kompos menentukan nisbah

C/N dan nilai pupuk kompos. Hasil akhir kompos harus mengandung

antara 30%-60% bahan organik. Pengujian kimiawi termasuk pengukuran

C, N dan nisbah C/N merupakan indikator kematangan kompos (Sutanto,

2002).

Menurut Sofian (2006), kriteria kematangan kompos adalah :

? Kompos yang dihasilkan berwarna cokelat kehitaman

? Tidak berbau menyengat

? Hasil analisis sifat kimianya menunjukkan aman bagi tanaman jika

memiliki perbandingan kadar karbon dan nitrogen (C/N) di bawah

30.

Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan

salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginyan


19

tumpukan, sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi akan te rjadi kepadan

bahan organik yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi

sangat tinggi timbunan yang memenuhio syarat adalah 1,2-2,0 meter dan

suhu ideal selama peroses pengomposan adalah 400 -500 C (Musnawar,

2005).

Menurut Lingga (1992), beberapa kelebihan pupuk organik :

1. Memperbaiki struktur tanah

Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah karena bahan

organik yang dibawa pupuk dan penguraian bahan organik oleh

mikroorganisme tanah yang mempunyai sifat sebagai perekat yang

mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.

2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air

Bahan organik mempunyai daya serap yang besar terhadap air tanah.

Karena itu pupuk organik mempunyai pengaruh positif terhadap hasil

tanaman terutama pada musim kering.

3. Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah

Pupuk organik dapat menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah

terutama disebabkan oleh mikroorganisme di dalam tanah yang

memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanan (proses penguraian

bahan organik) sebelum diisap oleh akar tanaman.

4. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

Pupuk organik mengandung zat makanan lengkap meski kadarnya

rendah.
20

D. Aktivator Pengomposan

Strategi yang lebih maju dalam mempercepat pengomposan adalah

dengan memanfaatkan organisme. Organisme yang banyak dipergunakan

adalah mikroba, baik bakteri, aktinomicetes, maupun kapang/cendawan. Hasil

kerja mikroorganisme ini mampu mempercepat proses dekomposisi limbah

organik, mempercepat pelepasan unsur hara, meningkatkan tersedianya unsur

hara bagi tanaman, dan mampu menekan aktivitas mikroorganisme yang

merugikan.

Aktivator merupakan bahan yang terdiri dari enzim, asam humat, dan

mikroorganisme (kultur bakteri) yang berfungsi untuk mempercepat proses

pengomposan (Sofian, 2006). Menurut Sutanto (2002) setiap bahan yang

berfungsi meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi

disebut aktivator. Aktivator organik merupakan bahan yang mengandung

nitrogen dalam jumlah banyak dan bermacam- macam bentuk termasuk

protein, asam amino dan urea. Beberapa contoh akivator alami adalah fungsi

yang dikumpulkan dari kompos matang, kotoran ternak, darah kering,

beberapa jenis sampah, tanah yang kaya humus. Bahan kimia sintetis seperti

amonium sulfat, sodium nitrat, urea, amoniak dikenal sebagai aktivator buatan.

Pada penelitian ini digunakan aktivator Tricholant. Aktivator dalam

Tricholant berupa mikroba yang mempunyai kemampuan untuk

menghancurkan bahan organik dalam waktu yang singkat dan bersifat

antagonis terhadap beberapa penyakit akar. Mikroba yang mempunyai

kemampuan tersebut adalah Trichoderma sp. Mikroba ini mengeluarkan


21

enzim penghancur lignin dan selulosa secara bersamaan. Dengan hancurnya

lignin dan selulosa, kadar karbon akan turun dan kadar nitrogen meningkat

sehingga C/N menjadi kecil.

Jamur Tricoderma sp. merupakan agen hayati untuk mengendalikan

jamur dan bakteri perusak tanaman. Trichoderma sp. secara alami merupakan

parasit yang menyerang banyak jenis jamur perusak tanaman dan merupakan

jamur yang terlibat dalam kompetisi alami sesama jamur. Benang-benang hifa

dari jamur patogenik akan terpotong-potong karena terlilit oleh hifa

Trichoderma. Trichoderma akhirnya mengeluarkan antibiotik yang

mematikan jamur merugikan (Novizan, 2002).

Proses pengomposan dengan Tricholant terjadi secara aerob sehingga

produk ini dikemas dalam bentuk serbuk. Dalam bentuk ini, produk lebih

stabil dan dapat tahan hingga 12 bulan dalam penyimpanan yang baik tempat

yang kering).
22

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pupuk, Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan

Mei 2008 terhitung sejak persiapan alat dan bahan hingga pengambilan data

terakhir.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Parang

2. Karung sebagai tempat tandan kosong kelapa sawit

3. Mesin pencacah tandan kosong kelapa sawit.

4. Cangkul untuk mengaduk bahan kompos dan menggambil tanah.

5. Terpal ukuran 4 x 6 meter untuk menutupi bahan kompos

6. Alat tulis menulis

7. Kamera

8. Thermometer untuk mengkur suhu ruangan dan suhu bahan kompos

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tandan Kosong kelapa sawit

2. Aktivator Tricholant

3. Air
23

C. Prosedur Kerja

1. Persiapan Tempat

Tempat pembuatan pupuk kompos dilakukan di Laboratorium Pupuk

Organik Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Persiapan Bahan

Bahan yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit sebanyak

delapan karung berukuran 50 kg.

3. Pembuatan kompos

a. Tandan kosong kelapa sawit dicacah sampai halus menggunakan

mesin pencacah sampai hancur

b. Bahan yang telah hancur dicampur dengan bahan aktivator tricholant

menggunakan gembor, hingga merata ke seluruh bagian bahan

c. Setelah bahan dicampur dengan Tricholant, maka bahan diadukaduk

sampai merata

d. Tutupi bahan yang telah diaduk dengan menggunakan terpal

e. Setiap hari diamati bentuk, warna dan suhu kompos yang ada.

Pengamatan dilakukan pada pagi hari jam 08.00 selama proses

pembuatan kompos berlangsung

f. Setelah kompos berwarna gelap (hitam), bentuknya hancur dan

suhunya sama dengan suhu ruangan yang berarti kompos sudah siap

untuk uji C/N.


24

D. Pengambilan dan Analisa Data

Untuk mengetahui lama pembutan kompos maka data visual harian

(warna, bentuk dan suhu) ditabulasikan dan kualitas kompos didapat dari hasil

uji C/N.
25

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengomposan dilakukan selama 15 hari. Kompos matang ditandai

dengan tidak berbau, warna kehitaman, suhu kembali normal, struktur remah

(hancur bila diremas)

Hasil uji laboratorium menunjukkan C/N Kompos TKKS adalah 56 %.

Unsur hara yang terkandung dalam kompos hasil penelitian yang diambil di

Laboratorium Tanah Unmul dibandingkan dengan unsur hara kompos standar

kualitas kompos SNI 19-7030-2004 disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Kompos

Kompos
Parameter Satuan SNI 19-7030-2004 *)
Hasil Penelitian
min maks
Kadar air % 26 - 50
pH % 7,15 6,80 7,49
Karbon (C) % 31,9 9,8 32
Nitrogen (N) % 1,8 0,40 -
C/N 18 10 20
Phosfor (P) % 0,21 0,1 -
Kalium (K) % 2,14 0,2 -
Calsium (Ca) % 0,86 - 25,5
Magnesium(Mg) % 0,57 - 0,6
Keterangan : *) Isroi (2008)
26

B. Pembahasan

Pengomposan ini dilakukan selama 15 hari. Secara visual kematangan

kompos dapat diketahui antara lain dari :

1. Bau

Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah Pada awal

pengomposan tercium bau tidak sedap. Hal ini diduga terhambatnya aerasi

sehingga terjadi proses anaerob yang menghasilkan bau tidak sedap

Proses anaerob akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak

sedap seperti asam-asam organik, amonia, dan H2 S (Isroi, 2008). Aerasi

dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan pada tumpukan

kompos.

2. Warna

Warna kompos yang sudah matang adalah kehitaman. Perubahan

warna dari coklat tua pada awal pengomposan hingga kehitaman pada

akhir pengomposan disebabkan oleh terdekomposisinya bahan organik

oleh aktivitas bermacam- macam mikroorganisme. Proses dekomposisi

aerob ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna menjadi kehitaman

(Sutanto, 2002).

3. Suhu

Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal

pengomposan. Suhu meningkat pada awal pengomposan (= 30C) dan

akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Menurut Isroi (2008) hal ini

menunjukkan terjadinya dekomposisi/penguraian bahan organik yang

sangat aktif. Mikroba- mikroba di dalam kompos dengan menggunakan


27

oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2 , uap air dan panas.

Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-

angsur mengalami penurunan. Pada saat itu terjadi pematangan kompos,

yaitu pembentukan komplek liat humus.

Grafik 1. Perubahan Suhu Kompos


Grafik Perubahan Suhu

31.5
31
DerajatCelcius

30.5
30
29.5
29
28.5
0 5 10 15 20
Hari

suhu (C)

4. Tekstur

Kompos yang telah matang bersifat remah, terasa lunak ketika

dihancurkan, ketika diremas-remas mudah hancur dan terjadi penyusutan

volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos

5. Kematangan kompos sangat dipengruhi oleh aktivator yang digunakan.

yaitu tricholant yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan

bahan organik dalam waktu yang singkat dan bersifat antagonis terhadap

beberapa penyakit akar. Mikroba yang mempunyai kemampuan tersebut

adalah Trichoderma sp. Mikroba ini mengeluarkan enzim penghancur

lignin dan selulosa secara bersamaan. Dengan hancurnya lignin dan

selulosa, kadar karbon akan turun dan kadar nitrogen meningkat sehingga

C/N menjadi kecil.


28

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pembuatan kompos berbahan baku tandan kosong kelapa sawit dengan

bahan aktifator Tricoholant untuk mempercepat proses pengomposan

berlangsung selama 15 hari .

2. Kandungan kompos yang dihasilkan adalah sebagai berikut, Nilai C/N

kompos 18 dan kandungan unsur hara N 1,8%, P 0,21%, K 2,14%, Ca

0,86%, Mg 0,57%, nisbah C/N 18, dan kadar air 26% serta pH 7,15 sesuai

dengan standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004.

B. Saran

1. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang jumlahnya melimpah di

Kalimantan Timur dapat secara mudah, murah, dan cepat dimanfaatkan

sebagai kompos sehingga (1) lingkungan industri kelapa sawit menjadi

bebas dari masalah limbah, bersih, hijau, dan sehat, (2) membantu

menanggulangi masalah kelangkaan pupuk, (3) menciptakan lapangan

kerja dan menanggulangi masalah pengangguran.

2. Perlu diadakan penelitian dengan menggunakan kompos tandan kosong

kelapa sawit terhadap suatu tanaman untuk mengetahui pengaruh

pemberian kompos tersebut (.Perlu ada Uji Bioassay).


29

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Fauzi Y, Yustina EW, Iman S, Rudi H. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Harjono I. 1997. Sistem Pertanian Organik. Aneka Solo. Surakarta.

Isroi. 2008. Cara Mudah Mengomposkan Tandan Kosong Kelapa Sawit.


http://isroi.wordpress.com

Marsono dan Sigit. P. 2002. Pupuk Akar dan Aplikasi. Songgolangit Persada.
Jakarta.

Murbandono, L.HS. 2001. Membuat Kompos. Penebar swadaya. Jakarta.

Musnamar EI. 2005. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. PT. AgroMedia Pustaka.
Jakarta

Suriatna . 1992. Pup uk dan Pemupukkan. MSP Milton Putra. Jakarta.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.


30

LAMPIRAN
31

Lampiran 1. Data Harian Perubahan Warna, Bau, Suhu dan Struktur Kompos

Suhu Suhu
0 0
Hari Warna Bau C C Struktur *)
kompos ruang
1 Coklat tua Bau 31 29 Belum hancur

2 Coklat tua Bau 31 29 Belum hancur

3 Coklat tua Bau 31 29 Belum hancur

4 Coklat kehitam- hitaman Bau 31 29 Mau hancur

5 Coklat kehitam- hitaman Bau 31 29 Mau hancur

6 Coklat kehitam- hitaman Tidak bau 30 29 Mau hancur

7 Coklat kehitam- hitaman Tidak bau 30 29 Hancur

8 Coklat kehitam- hitaman Tidak bau 30 29 Hancur

9 Coklat kehitam- hitaman Tidak bau 30 29 Hancur

10 Kehitam-hitaman Tidak bau 30 29 Hancur

11 Kehitam-hitaman Tidak bau 29 29 Hancur

12 Kehitam-hitaman Tidak bau 29 29 Hancur

13 Kehitam-hitaman Tidak bau 29 29 Hancur

14 Kehitam-hitaman Tidak bau 29 29 Hancur

15 Kehitam-hitaman Tidak bau 29 29 Lebih hancur

Keterangan : *) Struktur kompos bila diremas


32

Lampiran 2. Bahan Kompos dan Aktivator

Gambar 1. Bahan Kompos (Tandan Kosong Kelapa Sawit)

Gambar 2. Aktivator Tricholant


33

Lampiran 3. Kompos Belum Hancur dan Mau Hancur

Gambar 3. Kompos Belum Hancur

Gambar 4. Kompos Mau Hancur


34

Lampiran 4. Kompos Hancur

Gambar 5. Kompos Hancur

Anda mungkin juga menyukai