Tambang Pasir
Tambang Pasir
PENDAHULUAN
yang meliputi massa dan energi, benda biologis dan non biologis dapat ditetapkan
alam yang penting bagi kehidupan manusia adalah bahan galian seperti pasir.
Bahan galian ini sangat diperlukan untuk pembangunan sarana fisik seperti
pasir yang berasal dari kawasan Pantai Selatan Jawa Barat dikenal secara luas
sebagai pasir dan batu berkualitas tinggi terutama untuk pembangunan fisk di
2. Golongan b, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajat hidup
1
3. Golongan c, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena
Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, yang sepanjang tidak
lingkungan tentu akan membawa dampak kerusakan lingkungan baik pada faktor
sosial dan budaya, faktor fisik maupun faktor biotiknya. Faktor sosial dan budaya
yaitu jalur lintasan penambangan yang harus melewati tanah dengan kepemilikan
rusak, hasil pemasaran bahan tambang hanya sedikit yang sampai kepada
tingkat kualitas air, kebisingan dan debu, sedangkan dampak terhadap faktor
pasir merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi terus menerus. Fenomena ini
2
menyangkut kepentingan masyarakat luas dan dampaknya mempengaruhi
menambah penghasilan
B. Rumusan Masalah
Jawa Barat?
3
C. Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji tentang
tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
4
BAB II
PEMBAHASAN
Barat dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia serta biologi tanah melalui
longsor karena hilangnya vegetasi penutup tanah. Lahan yang digunakan untuk
serentak, tetapi secara bertahap. Sebagian besar tanah yang terletak dalam
kawasan pertambangan menjadi lahan yang tidak produktif. Sebagian dari lahan
pelaksanaan reklamasi pada tahap akhir penutupan tambang. Kalau lahan yang
telah selesai digunakan secara bertahap direklamasi, maka lahan tersebut dapat
5
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan
antara lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan
struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya.
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang
topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit
6
berawalsejak dilakukan perencanaan ruang dan proses penetapan wilayah untuk
masyarakat.
Implementasinya
sumber daya alam pada periode reformasi (GBHN 1999-2004). Pertama adalah
peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup
konservasi bahan galian sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya mineral.
Oleh karena itu setiap kebijakan konservasi bahan galian diarahkan kepada
7
dekonsentrasi pengelolaan sumber daya mineral dari Pemerintah kepada
galian dan usaha proteksi (atau pelestarian) lingkungan hidup. Pada satu sisi,
pemanfaatan bahan galian adalah langkah positif yang tak terhindarkan untuk
lingkungan. Hal ini menjadi bahan perdebatan yang tak kunjung selesai. Semangat
hidup dan hak-hak asasi manusia mendorong kelompok swadaya masyarakat dan
dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang tinggi, menjaga kelestarian
masyarakat.
Oleh karenanya, KBG diharapkan mampu menjadi titik tengah yang bersifat
8
tersebut.Untuk mendukung pelaksanaan KBG berdasarkan paradigma, program
dan strategi yang tepat, maka diperlukan penyusunan kebijakan KBG dan
umum baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang dengan penyediaan
dalam pengelolaan dan perlindungan bahan tambang pasir. Untuk itu telah terbit
hukum antara lain: UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat 3, UU. No. 4 / 1982
9
ada dua hal penting yang harus menjadi perhatian utama dalam penyusunan
kebijakan konservasi ini. Pertama, pemanfaatan sumber daya dan cadangan bahan
semata-mata untuk tujuan proteksi suatu bahan galian atau suatu kawasan dan
kepada pemanfaatan sumber daya dan cadangan secara optimal bagi kepentingan
memerlukan strategi dasar yang berbeda untuk kawasan Indonesia bagian barat
Kawasan Barat Indonesia (KBI), khususnya Pulau Jawa dan Sumatra yang dinilai
diprioritaskan. Hal ini sesuai dengan pengembangan ekonomi KTI dalam jangka
10
Dalam pemanfaatan sumber daya alam (termasuk mineral) yang
dalam, pertama, upaya upaya eksploitasi sumber daya alam termasuk kelautan dan
bahan galian yang memiliki nilai tambah dan potensi pasar yang tinggi, serta
tahap eksploitasi atau produksi tambang. Selain itu juga termasuk kebijakan yang
pemanfaatan dan konservasi bahan galian. Selain itu Pemerintah (Pusat dan
11
Daerah) dapat memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau Perjanjian Usaha
Di sisi lain pemegang IUP atau PUP memiliki kewajiban untuk melakukan
reklamasi, konservasi sumber daya dan cadangan dan penanganan limbah sampai
tata cara penetapan dan pengawasan sumberdaya dan cadangan bahan galian
rangka konservasi bahan galian Konsep kriteria dan tata cara penetapan bahan
galian lain dan mineral ikutan Konsep pedoman teknis pengawasan konservasi
12
pengolahan dan pemurnian, sampai pada tahap penutupan tambang. Hal-hal
penting yang diatur dalam regulasi KBG ini antara lain adalah sumber daya dan
cadangan, recovery penambangan, stripping ratio, cut off grade, bahan galian
pengangkutan, penanganan mineral ikutan dan bahan galian lain, penanganan sisa
semua hal yang berhubungan dengan aspek konservasi yang telah ditetapkan bagi
sesuai dengan kondisi ekonomi dan teknologi. Oleh karenanya aspek konservasi
perlu diterapkan dalam perhitungan sumber daya dan cadangan sehingga tercapai
tata cara penetapan dan pengawasan sumber daya dan cadangan bahan galian yang
Ruang lingkup pedoman teknis ini meliputi tata cara penetapan dan
daya dan cadangan bahan galian. Tata cara penetapan sumber daya dan cadangan
13
bahan galian mengacu kepada standar klasifikasi sumber daya dan cadangan
sumber daya meliputi variasi dimensi, variasi sebaran, dan mutu/kadar bahan
Selain itu parameter penting lainnya adalah metoda estimasi sumber daya
dan cadangan dan skala peta yang dipergunakan. Penetapan cadangan bahan
parameter dari berbagai aspek teknik, ekonomi, hukum dan lingkungan. Parameter
grade. Parameter aspek ekonomi adalah infra struktur, tenaga kerja, harga
komoditas bahan galian, jenis produk utama dan sampingan, serta nilai dan
mengenai tailing atau limbah, air keluaran tambang, reklamasi, dan lain-lain.
14
Recovery Penambangan adalah perbandingan antara hasil penambangan
Oleh karena itu, dalam rangka penerapan KBG perlu dilakukan pemantauan
recovery penambangan. Pedoman teknis ini adalah acuan bagi pemerintah dan
dan IPR, baik secara administrasi maupun teknik, untuk setiap periode tertentu
penambangan), rencana kerja dan biaya dan hasil kegiatan perusahaan serta
15
lapangan atas data kegiatan teknis pertambangan. Pemeriksaan teknis secara
tambang terbuka meliputi tata letak bukaan tambang, batas bukaan tambang, pit
slope, rencana pengupasan tanah pucuk (top soil) dan lapisan/tanah penutup
tempat pengolahan, tempat penimbunan bahan galian, tailing pond dan jadual
tambang, sistem ventilasi, batas cadangan yang akan ditambang, panel, stope,
pillar, ore pass, dll jumlah, kapasitas dan cara kerja peralatan penambangan
product), bahan galian lain, mineral ikutan, bahan galian tertinggal, bahan galian
kadar marginal dan kadar rendah (jika diperlukan) pemercontoan produk utama,
produk sampingan, bahan galian lain, mineral ikutan dan bahan galian tertinggal
penanganan cadangan yang belum ditambang dan sisa cadangan pada saat
sebagian atau seluruh blok penambangan diakhiri, dan kompetensi dan kualifikasi
kurangnya satu kali dalam setahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Dalam
16
disertai penjelasannya, dengan mengisi format pengawasan yang telah ditentukan.
pengawasan selesai.
suatu ukuran dan parameter yang dapat dipakai sebagai standar untuk melakukan
penilaian dan penetapan suatu bahan galian dan mineral tertentu. Selain itu juga
diperlukan suatu prosedur atau mekanisme dalam menetapkan secara teknis suatu
bahan galian lain dan mineral ikutan. Kebutuhan ini dirasakan sangat penting
penanganan bahan galian lain dan mineral ikutan. Bahan Galian Lain dalam hal
ini adalah endapan bahan galian yang berada di wilayah izin usaha pertambangan
namun tidak termasuk bahan galian yang diusahakan, sedangkan Mineral Ikutan
bahwa pada pelaksanaan penambangan, apabila terdapat bahan galian lain dan
untuk ditempatkan di suatu lokasi dan ditangani dengan baik. Pada saat yang tepat
bahan galian dan mineral ikutan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat atau, jika telah memiliki nilai ekonomis, dapat diusahakan untuk
17
dipasarkan.Kegiatan usaha pertambangan bahan galian mempunyai peranan
dan mengolah komoditas mineral utama dan tidak memanfaatkan bahan galian
lain dan mineral ikutan sehingga tidak memperoleh nilai tambah dari bahan galian
lain atau mineral ikutan yang ada pada suatu wilayah usaha pertambangan. Dalam
pertambangan diperlukan adanya kriteria dan tata cara penetapan Bahan Galian
Lain dan Mineral Ikutan. Kriteria dan tata cara penetapan bahan galian lain dan
mineral ikutan ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah dan pelaku
bahan galian lain dan mineral ikutan yang ada dalam wilayah usaha
pertambangan.
galian secara bijaksana dan berkelanjutan. Kriteria dan tata cara penetapan ini
meliputi kriteria umum dan tata cara teknis penetapan bahan galian lain dan
mineral ikutan pada izin usaha pertambangan mineral logam, non logam dan
mengelompokkan suatu bahan galian sebagai Bahan Galian Lain didasarkan pada
18
(ekonomi). Bahan galian yang memenuhi kriteria bahan galian lain, minimal kelas
pemberi izin usaha pertambangan. Bahan galian yang diusahakan dan bahan
galian lain yang ditemukan atau dihasilkan dari kegiatan ekplorasi atau eksploitasi
harus dijelaskan dalam laporan eksplorasi atau eksploitasi oleh pemegang izin
mengacu pada kriteria dan tata cara teknis penetapan yang meliputi penilaian dan
dan pengusahaan.
yaitu kelompok bahan galian yang memiliki potensi tinggi untuk diusahakan;
Tipe 2: Bahan galian lain berpotensi pengembangan, yaitu kelompok bahan galian
berpotensi sumber daya, yaitu kelompok bahan galian yang memiliki potensi
faktor geologi mineral ikutan, konservasi bahan galian (optimalisasi manfaat) dan
ikutan dilaporkan oleh pemegang izin usaha pertambangan kepada pihak pemberi
izin usaha pertambangan untuk ditetapkan sebagai mineral ikutan. Mineral utama
dan mineral ikutan yang ditemukan atau dihasilkan dari kegiatan ekplorasi atau
19
eksploitasi harus dijelaskan dalam laporan eksplorasi atau eksploitasi oleh
dilakukan dengan mengacu pada kriteria dan tata cara teknis penetapan mineral
ikutan, yang meliputi penilaian dan evaluasi terhadap faktor-faktor kelas sumber
yaitu kelompok mineral ikutan yang memiliki potensi rendah dan belum dapat
ikutan, bahan galian lain dan bijih (nikel atau bauksit) berkadar marginal atau
rendah. Tanah penutup sering dibuang begitu saja meskipun masih mengandung
bahan logam berharga seperti kromit, kobal, titan, dan lainnya. Lapisan limonit
yang memiliki kadar nikel rendah, misalnya, sering tidak diolah dan hanya
dianggap waste materials. Selain itu tailing hasil pengolahan bijih nikel atau
20
permukaaan bumi yang luas sehingga dampak lingkungannya sangat besar. Oleh
karena itu pengawasan penambangan logam tipe laterit perlu dilakukan secara
pengambilan conto, analisis conto dan jika diperlukan due diligence di lapangan
Tahap Eksplorasi:
Metoda eksplorasi dan estimasi sumber daya laterit dan mineral ikutannya;
Profil laterit hasil pemboran dan sumur uji, kadar bijih laterit dan mineral
Penentuan cut off grade untuk high grade saprolitic ore dan low grade
saprolitic ore.
Tahap Penambangan:
Data dan cara penanganan bahan galian lain, bahan galian tertinggal, limonit
21
Data dan cara penanganan cadangan yang belum ditambang dan cadangan
tersisa
Metoda dan proses pengolahan jumlah, kapasitas dan cara kerja peralatan
Data dan cara penanganan slago data dan cara penanganan bahan-bahan
Data dan cara penanganan cadangan (stock pile) yang belum diolah.
22
BAB III
A. Simpulan
bahan galian baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk kepentingan
kajian pemanfaatan dan potensi sumber daya dan cadangan bahan galian, terutama
B. Saran
23
3. Penyusunan zonasi pertambangan yang memuat lokasi-lokasi yang
4. Dugaan adanya laju erosi yang tinggi di lokasi penambangan pasir harus
24
DAFTAR PUSTAKA
Rahim, F., 1995, Sistem dan Alat Tambang, Akademi Teknik Pertambangan
Nasional Banjarbaru.
Suripin., 2002., Pelestarian Sumber daya Tanah dan Air, Andi Offset Yogyakarta
25
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadhirat Allah SWT, yang senantiasa
tugas tepat pada waktunya. Selanjutnya salawat diiring salam tak lupa penulis
sampaikan kepada Junjungan kita semua Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyelesaian tugas ini tak terlepas dari
bimbingan, petunjuk dan arahan serta bantuan dari dosen dan pihak-pihak terkait
lain yang secara terus menerus mendorong penulis untuk menyelesaikan tugas ini
pada waktunya.
kekurangan baik sistematis maupun isi yang terkandung. Kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi perbaikan penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
26
DAFTAR ISI
Mencapainya ............................................................................... 21
A. Simpulan ..................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................ 23
ii
27
28