Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertia Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu


disiplin ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam
menstudi manusia, dalam proses perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek
biologi dan aspek sosio-budaya.

Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu


disiplin biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan
dengan perilaku manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi
sehingga berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit.

Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan antropologi


kesehatan merupakan studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan
mempengaruhi kesehatan dan mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti
dan merawat penyakit.

2.2 Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan

Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan
oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan. Empat hal tersebut yaitu:

1. Perspektif Antropologi
2. Pendekatan Holistik

Dikeluarkannya produk hukum dan peraturan perundang undangan tentang


kode etik dokter merupakan salah satu sumbangan antropologi kesehatan dalam
bidang ini. Dalam perkembangan ilmu kedokteran ini para ahli psikoanalisa
menemukan dan menekankan kembali pentingnya faktor faktor psikis dan lingkungan
dalam kejadian dan perjalanan suatu penyakit. Bahkan mereka yakin bahwa
kehidupan tidak ditentukan oleh oleh faktor biologis semata tetapi erat sekali
kaitannya dengan faktor faktorlingkungan yaitu bio-sosio-kultural dan bahkan agama.
Inilah konsep yang memandang manusia/orang sakit secara utuh dan paripurna
(holistik).

Pendekatan holistik yang sedemikian itu kenyataannya semakin dirasa perlu,


karena pendekatan semata mata hanya dari sudut fisik saja baik secara teknis,
mekanis, biokemis dan fisiologis ternyata dirasakan semakin tidak banyak menolong
pasien dengan penyakit yang tergolong gangguan fungsional.

Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa pendekatan secara holistik dalam
penanganan berbagai kasus harus senantiasa dilakukan. Pendekatan holistik yang
dimaksud sekali lagi ditekankan ialah, pendekatan yang memperhatikan semua aspek
yang mempengaruhi segi kehidupan pasien. Juga perlunya menjunjung tinggi norma
norma, etika dan agama

Dengan berdasarkan pengertian seperti diatas, maka pendekatan holistik akan


memberikan banyak manfaat antara lain :

1. Mendekatkan hubungan antara dokter dan pasien


.Dengan demikian persoalan penyakit/pasien menjadi transparan. Halini
berarti menjunjung tinggi hak dan kewajiban pasien. Akibat yang
menguntungkan adalah mempermudah rencan tindakan/penanganan
selanjutnya. Hubungan yang baik antara dokter dengan pasien akan
mengurangi ketidakpuasan pasien. Selanjutnya tentu akan mengurangi
tuntutan tuntutan hukum padaseorang dokter.
Pendekatan holistik yang menjunjung tinggi norma, etika, dan agama
membuahkan pelayanan yang lebih manusiawi serta menempatkan hak pasien
pada porsi yang lebih baik

Dalam bidang pendidikan jelas pendekatan holistik harus sudah


ditekankan sejak awal sebagai bekal, baik selama menempuh pendidikan
maupun pada saat sang dokter terjun ke masyarakat. Dengan bekal pendekatan
holistik bagi dokter yang sedang menempuh pendidikan , maka jelas
fikirannya tidak menjadi berkotak-kotak, misalnya hanya berfikir menurut
cabang ilmu di subbagian yang sedang diketahui.

Relativisme Budaya Sebagian besar masyarakat Indonesia


menganggap bahwa sunat bagi bayi perempuan adalah penting dilakukan dan
berdampak positif. Kebudayaan ini dilakukan sejak lama secara turun
temurun. Oleh karena itu, kebudayaan ini dianggap baik, pantas dilakukan,
harus dilestarikan dan dipegang teguh.Namun, tidak semua daerah, wilayah
,bahkan negara menilai baik ritual ini. Ibarat pepatah Lain tanah lapang, lain
belalang yang artinya lain daerah lain pula kebudayaanya. Dari sinilah
tampak bahwa kebudayaan bersifat relatif, nikai baik buruknya tergantung
orang yang menilai.

Praktik khitan perempuan di Indonesia yang sudah turun temurun


dilakukan yaitu dengan memotong klitoris. Penghilangan klitoris berakibat
sakit saat berhubungan badan dan membuat perempuan diliputi ketakutan saat
berhubungan badan selanjutnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, bisa dilakukan dengan


memerapkan kebijakan khitan secara simbolis. Simbolis disini yaitu tidak
memoyong atau membuang klitoris namun hanya dengan menggores sedikit
atau hanya menempelkan gunting pada bagian labira minora.
Dengan demikian, masyarakat yang memiliki persepsi bahwa sunat
perempuan adalah kebudayaan yang baik, tidak merasa terganggu dengan
kebijakan ini. Kebijakan perubahan ini lebih baik dilakukan daripada
menghapuskan apa yang telah ada dan memulai lagi dengan suatu pemecahan
yang idenya didatangkan dari luar.

2. Perubahan Terencana

Contoh nyata sumbangan antropologi dalam perubahan terencana


adalah diadakannya rencana program Jambanisasi. Program ini bertolak dari
konsep budaya sebagian masyarakat yang masih melakukan kegiatan rumah
tangga seperti mandi, mencuci pakaian, piring, bahkan buang air kecil dan
besar.

Dalam upaya pembaruan dan peningkatan kesehatan, perencana


program harus memfokuskan diri pada keadaan masyarakat yang tampak dan
aspek psiko-budaya masyarakatnya. Dalam hal ini, keadaan masyarakat yang
tampak adalah banyakanya masyarakat yang melakukan MCK di sungai, salah
satunya masyarakat kabupaten Demak. Hal ini mengakibatkan air sungai
tercemar bibit penyakit dari feses yang dihasilkan. Padahal air sungai tersebut
digunakan untuk beragai aktivitas mencuci warga, bahkan sarana bermain
bagi anak-anak. Sedangkan jika dilihat dari aspek psiko-budaya, bahwa
masyarakat melkukan hal ini karena beberapa alasan sebagai berikut. Pertama,
karena mandi dan BAB di sungai merupakan kebudayaan turun temurun yang
sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka. Kedua, karena tingkat
ekonomi masyarakat yang tidak memungkinkan untuk membangun jamban.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini perlu diadakan program
Jambanisasi yang terencana. Program ini harus direncanakan dengan melihat
berbagai aspek yang berkembang di masyarakat. Untuk mengantisipasi
kendala dalam ekonomi, pihak terkait harus menyiapkan jamban dan material
pendukung. Sedakan dalam memperbaiki aspek psiko budaya, diperlukan
penyuluhan tentang bahaya MCK di sungai serta pengawasan pelaksanaan
program.

Dengan melihat kebudayaan dari berbagai aspek serta perencanaan


yang tepat, diharapkan kegiatan ini dapat terealisasi dengan sukses.

3. Metodologi Penelitian

Contoh sumbangan antropologi dalam metodologi penelitian adalah


kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui berbagai penyakit yang
berkembang di masyarakat. Dalam ini penelitian harus dilakukan secara
eksploratif.

Salah satu penelitian yang pernah dilakukan adalah mengenai penyakit


kusta yang masyarakat Asmat menyebutnya penyakit Nomphoboas. Dalam
hal ini peneliti hidup di tengah masyarakat, melakukan observasi partisipasi
dan wawancara mendalam. Observasi tersebut mendapatkan hasil berupa
jawaban mengenai persepsi masyarakat tentang penyakit kusta, sistem medis,
pengobatan, tingkat kesehatan, serta kepercayaan masyarakat terhadap
paramedis. Hasil observasi ini dapat digunakan untuk menyusun perencanaan.
Salah satunya yaitu pelayanan yang diberikan melalui program pemberian
obat kusta gratis bagi masyarakat penderita serta program penyuluhan bagi
masyarakat sekitar.

Dengan hidup di tengah-tengah masyarakat yang distudi untuk


beberapa bulan dan berpartisipasi dalam berbagai kehidupan, akan kecil
kemungkinannya mendapatkan data yang palsu, dan memahami lebih
mendalam apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi
target. Diketahuinya apa yang dibutuhkan, memungkinkan perencanaan
program disusun secara tepat dan berhasil secara signifikan.

4. Premis

Dalam memilih pelayanan kesehatan, masyarakat akan memilih


tempat pelayanan yang berkualitas namun dengan biaya yang tetap
terjangkau.

2.3 Kegunaan Antropologi Kesehatan

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan


budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat
dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan
emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri
diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara
menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam
perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya
mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia
(kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur
keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut
tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan
kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan


sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut :

1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan


termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun.

Contoh pendekatan system, holistic,emik,relativisme yang menjadi dasar


pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.

2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk


menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. Memang tidak secara
tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat
bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan dilakukan bila
masyarakat berada pada situasi yang baru.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

2.4 Beberapa Ilmu yang Memberikan Sumbangan Terhadap Antropologi


Kesehatan, Antara Lain:

1. Antropologi fisik/biologi/ragawi. Contoh: nutrisi mempengaruhi


pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari
evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.

2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat


primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan
lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
3. Kepribadian dan Budaya adalah observasi terhadap tingkah laku manusia
diberbagai belahan dunia. Miasalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah
untuk mencaripenyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi
pola perawatan penyakit yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama
dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan
praktik kesehatan.

http://www.anneahira.com/artikel-kesehatan-antropologi-kesehatan.htm

Anda mungkin juga menyukai