1. PENDEKATAN METODOLOGI
5.1. Umum
Perencanaan keseluruhan Stadion, yang menjadi permasalahan utama adalah
Program Ruang. Pengaturan Program Ruang sebuah bagian fungsi Gedung Stadion
dapat ditentukan oleh beberapa hal diantaranya :
Sistim peralatan yang dipakai sehingga penentuan Program ruangnya harus
mengikuti spesifikasi peralatan tersebut.
Sistim pelayanan yang biasa dilakukan sesuai dengan kebutuhan baik atlet
maupun penonton, sehingga kesemua kebutuhan program ruangnya
ditentukan dari kebutuhan dan ketersediaannya peralatan serta ruang yang
ada yang berorientasi pada kemudahan operasional.
Batasan-batasan :
Permintaan
USERS
Konsep Rancangan
Diskusi
Standart Kebutuhan Penataan INPUTAN
Ruang Program Ruang DATA PROGRAM
RUANG DEFINITIF
Requirement Alat2
yang terkait dengan
Olahraga PRA
RANCANGAN
Penyesuaian data
Dengan Bagan Alur tersebut diharapkan dapat mengurangi ketidak sesuaian antara
konsep Rancangan, standard dan spesifikasi ruang yang diminta.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada tahap Rapat Persiapan pelaksanaan Kontrak
yang dapat diurai sebagai berikut :
1.1 PPK bersama penyedia dapat menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan
kontrak.
1.2 Dalam rapat persiapan, PPK dapat mengikutsertakan Tim Teknis dan/atau Tim
Pendukung.
1.3 Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan
kontrak adalah:
a. program mutu;
b. organisasi kerja;
c. tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
d. jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi peralatan dan personil
(apabila diperlukan); dan
e. rencana pelaksanaan pemeriksaan lapangan bersama.
1.4 Hasil rapat persiapan pelaksanaan kontrak dituangkan dalam Berita Acara
Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak yang ditandatangani oleh seluruh
peserta rapat.
b. Lantai 2 :
R. Building Management
R. Wartawan
R. Caf
R. Studio FM
R. Toilet
c. Lantai 3 :
R. VVIP
R. VIP
R. Toilet
R. Komersial
d. Lantai 4 :
R. Operator
Toilet
e. Ruang Tribune
2. Persyaratan Bangunan
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan tentang persyaratan-persyaratan
dalam perencanaan nantinya tidak terdapat bagian-bagian yang keluar dari
koridor persyaratan. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pembuatan gambar perencanaan diantaranya sebagai berikut :
1. Persyaratan Peruntukan
2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan
3. Persyaratan Struktur Bangunan
4. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran
5. Persyaratan Sarana Jalan Masuk & Keluar
6. Persyaratan Pencahayaan Darurat, tanda arah keluar dan sistim
peringatan Bahaya Kebakaran.
7. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Sistim Komunikasi.
8. Persyaratan Sanitasi dalam Bangunan
9. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara
3. Program Ruang
Dengan Pengalaman dan tinjauan empiris maka setiap fungsi bangunan dapat
dirinci kebutuhan ruangnya yang sebelumnya harus pula dijabarkan dengan
flow Chart aktivitas gedung tersebut. Sebagai gambaran dapat dilihat pada :
Dengan Pengalaman dan tinjauan empiris maka setiap fungsi bangunan dapat dirinci
kebutuhan ruangnya yang sebelumnya harus pula dijabarkan dengan flow Chart
aktivitas gedung tersebut. Sebagai gambaran dapat dilihat pada :
DINAS PU.
RUANG
PEMBANGUNAN Kab. Tapin
Perlu Persiapan
ulang
OK Program Ruang
Konsultasi Penentuan
DEFINITIF
Program Ruang & luas
Bangunan
Tinjauan
Ulang
DED
CARE
OK
END
Keterangan :
Dengan langkah - langkah yang terjelaskan pada bagan alur tersebut dapat
disimpulkan kebutuhan ruang untuk memfasilitasi suatu Bangunan Stadion Olah
Raga yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana yang MULTI EVENTS.
Kebutuhan ruang utama ini harus digabung dengan kebutuhan ruang yang telah
diminta pada KAK oleh karenanya dalam Lampiran Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan telah diinformasikan kebutuhan ruang yang akan diprogram pada
bangunan ini. Dalam kaitan ini diusulkan agar ruang-ruang tersebut dapat
dikelompokkan pada setiap lantai dengan tata organisasi sesuai dengan bagan alur
tersebut diatas.
Secara garis besar ruang-ruang di dalam stadion menurut KAK terdiri dari beberapa
ruang :
Ruang luar untuk parkir kendaraan sejumlah 10.000 mobil harus tersebar sacara
merata dan banyak ditanami pohon peneduh agar berkesan teduh.
Adapun secara menyeluruh Program Ruang ini akan merupakan satu kesatuan
dengan bentuk tampilan bangunannya yang dapat diurai dalam penjelasan tentang
Arsitektur Bangunannya.
Pendaerahan Aktivitas
Sesuai dengan penetapan Perencanaan Teknis Stadion di Kabupaten Tapin, maka
bangunan yang akan dirancang dan segera dilaksanakan merupakan blok Bangunan
yang merupakan fasilitas olah raga yang dapat menggambarkan masa yang akan
datang yang sarat dengan teknologi sehingga pada blok ini diperbolehkan
membangun dengan gaya arsitektur yang modern dan menggambarkan High
Technologi.
5. Konsep Pencapaian
Gedung Stadion Kabupaten Tapin diharapkan merupakan ICON bidang
olahraga terlengkap dan terbesar di Kabupaten Tapin.
Optimasi lahan seluas 10 Ha yang tersedia bagi hadirnya Gedung Stadion ini
harus diusahakan dengan mempertimbangkan keutamaan aspek kebutuhan
kenyamanan area kedatangan sebagai fasilitas rekreasi masyarakat Tapin dan
tetap harus mempertimbangkan juga estetika bangunan dan penghijauan yang
cukup, karenanya tetap diusahakan ada penghijauan semaksimal mungkin.
9. Sirkulasi
Sirkulasi pada sebuah kompleks stadion merupakan salah satu isyu yang
penting karena menyangkut lalu-lintas orang sebanyak 30.000 penonton.
Selain itu penonton datang dan pulang dalam waktu yang cukup bersamaan
sehingga perlu diatur arah dan tempatnya.
Dalam mengatur sirkulasi penonton terdapat 2 hal yaitu penonton yang datang
masih dalam kendaraan dari luar menuju tempat parkir dan penonton yang dari
tempat parkir menuju pintu masuk. Yang pertama berkaitan dengan sirkulasi
kendaraan dan yang kedua berkaitan dengan sirkulasi manusia. Dalam hal ini
maka isyu pemisahan jalur kendaraan dan pejalan kaki menjadi utama.
Memisahkan secara total merupakan penyelesaian yang terlalu mahal karena
dibutuhkan jembatan dan jalan layang, tetapi penyediaan trotoar yang cukup
lebar merupakan suatu keharusan.
Secara garis besar isyu sirkulasi penonton dapat diringkas sebagai berikut :
Pemisahan jalur dan tempat duduk suporter tuan rumah dan suporter tamu
Distribusi tempat parkir dan pintu masuk stadion yang merata
Distribusi penonton pada waktu masuk dan keluar stadion : jumlah &
penempatan pintu masuk/keluar, tangga & lubang tribun
Jalur sirkulasi pemain & official
Penyediaan halte kendaraan umum (bukan terminal)
1. Fasad Bangunan
Fasad bangunan juga harus mengintepretasikan bangunan yang tegas dengan
olahan garis geometrinya (garis vertikal Horizontal), juga merepresentasikan
bangunan rapi & bersih dari pengaturan komposisi bidang-bidang yang terjadi (tidak
banyak lipatan).
Jendela pada Gedung Sport Center secara konseptual dirancang untuk memenuhi
standart kebutuhan akan terang-langit serta pergantian udara segar alami dapat
dibuka tutup, namun demikian pola geometri pada gubahan massa diadakan sebagai
upaya sentuhan yang hanya bersifat estetika saja, yang dengan demikan aspek
fungsi dan kebutuhan ruang yang mendasar tetap menjadi prioritas rancangan.
Kesan Unik/ khusus yang ditampilkan terkait dengan citra modern dan tehnologi
diambil dengan memunculkan geometri garis-garis kuat serta lebar. Kesan
keseluruhan nik ini memang diharapkan ada kesan bersih dan sedikit bersifat
dekoratif pada fasad bangunan.
2. Organisasi Ruang
Adapun Gedung Sport Center ini merupakan gedung yang mampu menampung
20.000 penonton sehingga kebutuhan akan ruang-ruang yang terkait dengan jumlah
penonton tersebut harus dapat ditata sebagai kebutuhan dasar tapi harus nyaman.
Lahan yang tersedia untuk gedung Sport Center sangat terbatas dari standart yang
diberlakukan, oleh karenanya Ruang terbuka hijau yang seharusnya menyertai pada
rancangan ini terpaksa di optimalkan untuk mengakomodir kenyamanan sirkulasi
pada ruang kedatangan. Karena keberadaan bangunan ini ditengah lahan yang
cukup luas yang dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau maka hal-hal tentang tata
hijau di sekitar bangunan tidak perlu dipermasalahkan.
Detail sekeliling kanopi ruang kedatangan juga dirancang untuk dapat menjadi aksen
dari serial vision.
Salah satu persyaratan yang disebut dalam KAK adalah bangunan stadion ini harus
mampu manjadi ikon kota Tapin. Untuk ini tampilan arsitekturnya harus berbeda dari
yang ada serta mampu menjadi ciri suatu tempat dan mudah dikenal. Hal ini
memang tidak mudah tetapi bisa dieksplorasi bentuk arsitekturnya agar dapat
memenuhi keinginan tadi.
Bagian terbesar dari tampilan sebuah stadion adalah bentuk tribun dan atapnya.
Besarnya tribun ditentukan oleh kapasitas penonton yang dikehendaki karena ukuran
Selain struktur tribun, struktur rangka penyangga tribun ikut mendominasi tampilan
stadion dengan menampilkan pada sisi memanjangnya. Untuk menyatukan tampilan,
atap utama tribun dibuat melengkung sejajar lengkungan tribun bagian atas. Atap ini
dirancang dengan struktur kantilever sehingga tidak ada struktur lain diluar tribun
agar tampilan eksterior terlihat lebih bersih.
Dengan kapasitas penonton 30.000 orang, tribun cukup ditempatkan di sisi timur dan
barat lapangan. Sisi utara dan selatan prinsipnya hanya digunakan untuk
menempatkan score-borad dan couldron bila digunakan untuk event pekan olahraga.
Untuk memberi skala yang lebih kecil pada entrance, dibuat kanopi dan tonjolan
ruang serta ramp menuju entrance utama. Bentuk geometri kanopi juga dibuat
lengkung untuk keserasian tampilan secara keseluruhan.
Rancangan score board dan couldron dibuat menyatu dengan tribun agar tidak
terkesan tempelan. Untuk itu dibutuhkan penyelesaian bidang-bidang yang
meneruskan tribun ke bagian score board dan couldron. Bidang-bidang ini
dieksplorasi geometrinya untuk memberi tampilan yang estetis.
Karena skala tribun yang cukup besar maka ukuran score board dan ketinggian
couldron harus menyesuaikan. Untuk ini perlu dibuat beberapa elemen dekoratif
yang menyatu dengan kedua elemen tersebut.
LAMPU STADION
Untuk kebutuhan penerangan pada event malam hari dibutuhkan lampu penerangan
lapangan yang cukup. Penempatan lampu-lampu ini harus merata dan posisinya
cukup tinggi agar tidak menyilaukan pemain. Dalam rancangan ini tiang lampu dibuat
menyatu dengan empat pintu parade yang ada di empat ujung stadion. Sedang
untuk bagian tengah lapangan ditempatkan pada ujung atap tribun memanjang
utara-selatan.
Dalam KAK telah dijelaskan tentang lingkup kerja Konsultan Perencana yang secara
garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahap Pelelangan
Batasan batasan :
BATASAN
Kebutuhan Ruang Kemampuan
Anggaran USER
Anggaran
ok PRA
SKETSA DISKUSI RANCANGAN ASISTENSI DED ASISTENSI
IDEA
Tinjauan Ulang
Tinjauan ulang Tinjauan ulang
DED DOKUMEN
TAHAP I PERENCANAAN
Revisi
ASISTENSI
DOK. TENDER
Tahap I
Dalam kaitan ini diusulkan untuk memilih bentuk arsitektur yang ramah terhadap
kondisi lingkungan kawasan yang sudah ada, tetapi tetap mempunyai perpaduan
dengan Bangunan modern dimana selalu sarat dengan unsur-unsur bahan-
bahan metal dan kaca tapi dengan mengutamakan sifat-sifat bangunan yang
Struktur bangunan bawah pada suatu bangunan idealnya berupa satu kesatuan
struktur yang terdiri dari: pondasi, pilecap atau poer, dan tiebeam atau sloof.
Masing-masing komponen mempunyai peranan tersendiri. Peranan tersebut tidak
boleh dianggap ringan karena struktur yang ditopang berupa bangunan atas
sebuah gedung bertingkat banyak mempunyai berat ratusan ton pada tiap titik
kolomnya. Oleh karena masing-masing mempunyai peranan, maka perlu sebuah
konsep berpikir dan perhitungan yang cermat dalam menentukan struktur
bangunan bawah tersebut.
Pada pondasi tiang pancang pracetak sistim injeksi, kualitas material dan
kecepatan pelaksanaan sangat dominan. Lokasi pekerjaan relatif bersih,
sehingga memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Disamping itu dengan
menggunakan sistim injeksi tidak menimbulkan masalah dengan lingkungan
sekitar seperti getaran dan kebisingan. Pelaksanaan pemancangan dengan
sistim injeksi dengan panjang tiang sekitar 26 meter dapat dilaksanakan sekitar
10 sampai dengan 12 titik tiang pondasi tiap hari. Sehingga waktu pemancangan
tinggal menjadi faktor pengali dari kapasitas produksi pelaksanaan.
Sedangkan pada pelaksanaan pondasi bored pile juga tidak terdapat kebisingan
maupun getaran, namun site menjadi cukup kotor oleh lumpur hasil pengeboran.
Selain itu kualitas tiang pondasi yang dihasilkan tidak sebaik tiang pracetak karena
pondasi harus dicor ditempat. Bila dilaksanakan dengan pondasi bored pile maka
harus disiapkan prasarana penunjang pelaksanaan untuk menunjang metode yang
dipakai.
Prasarana yang perlu disiapkan yaitu lokasi untuk merangkai tulangan pondasi
boredpile yang cukup luas karena tulangan harus dirangkai dilapangan. Pada saat
pemboran tanah harus disiapkan lokasi yang cukup untuk menimbun deposit untuk
meniriskan tanah supaya tidak tercecer ketika dibawa keluar. Sebelum dibawa keluar
oleh dumptruck, kendaraan pengangkut harus dicuci supaya lumpur tidak jatuh di
perjalanan. Dan juga harus disiapkan petugas pembersih jalan dalam radius tertentu
untuk membersihkan ceceran lumpur yang jatuh supaya tidak merugikan pemakai
jalan yang lain.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. Pondasi Boredpile (a) Pengeboran (b) Pembuatan bulb (c) Pemasangan
besi tulangan (d) Pengecoran
Gambar 3.
Proses pendataan dengan alat tes PDA (gambar kiri atas), Pelaksanaan tes PDA di
lapangan (gambar kanan atas), dan Pelaksanaan Pembebanan Statis (gambar
bawah)
1. Sistem Struktur
Struktur yang digunakan dalam perencanaan adalah sistem Open Frame atau
portal rangka terbuka. Struktur rangka ruang terbuka sesuai dengan lokasi
bangunan yang berada pada daerah dengan resiko gempa rendah. Surabaya
berada pada zone gempa 2 pada peta wilayah gempa peraturan gempa tahun
2002.
Mengingat gedung ini harus dilaksanakan dalam batasan lahan yang ada, maka
sebaiknya struktur yang digunakan adalah cast in situ concrete (beton cor
setempat). Selain itu dengan bentuk geometri yang typikal dalam arah vertikal juga
mendukung digunakan sistem tersebut.
Keuntungan sistem ini adalah kecepatan pelaksanaan dan kualitas bahan yang
terkontrol langsung dilapangan oleh direksi. Disamping itu sistem ini relatif bersih dan
rapi apabila dikerjakan dengan baik karena fabrikasi tulangan dilaksanakan didalam
site (lapangan). Yang terpenting harus diperhatikan adalah schedule pelaksanaan
direncanakan sedemikian rupa agar tulangan elemen yang datang bisa segera
dipasang agar tidak ada penumpukan dilapangan.
2. Elemen Struktur
Bangunan atas gedung terdiri dari struktur primer dan struktur sekunder. Struktur
primer adalah bagian langsung dari sistim struktur atas yang berupa rangka terbuka
balok dan kolom. Elemen struktur primer berupa balok dan kolom ini merupakan satu
kesatuan dalam kekuatan struktur dimana dalam perhitungannya nanti menerima
beban dari struktur yang didukungnya berupa struktur sekunder.
Struktur sekunder adalah elemen struktur yang membebani struktur primer walaupun
pada dasarnya struktur sekunder ini juga menambah tingkat kekakuan dalam sistim
struktur. Struktur sekunder diantaranya: tangga, plat lantai, entrance, dan elemen
yang tidak menjadi bagian dari sistim struktur rangka terbuka (open frame).
2. Analisa Struktur
Perencanaan gedung ini akan menggunakan paket program komputer yang dianalisa
secara 3D untuk mengetahui perilaku struktur dan menjaga ketelitian proses disain.
Model bangunan berupa rangka terbuka 3D (3D open frame) dengan struktur utama
berupa balok dan kolom. Dari permodelan geometri struktur akan diberikan
pembebanan dan kombinasi beban sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
diperoleh gaya dalam yang selanjutnya digunakan untuk menentukan jumlah
tulangan pada masing-masing elemen struktur.
4. PRECAST CONCRETE
Pendahuluan
Precast concrete atau beton pracetak mulai digunakan sejak sebelum tahun 1950-an
dan berkembang dengan pesat hingga saat ini penggunaan beton pracetak telah
lazim. Keuntungan utama dari metode ini adalah waktu fabrikasi yang sangat efisien
karena dilaksanakan di luar lokasi konstruksi secara simultan dengan pelaksanaan
struktur bangunan utama. Proyek-proyek stadion yang memiliki elemen-elemen
struktur bersifat repetasi akan sangat terbantu dengan sistem beton pracetak.
Banyak komponen struktur stadion yang dapat dicetak terlebih dahulu di luar lokasi
untuk nantinya dirakit menjadi sebuah bangunan di dalam lokasi. Salah satu elemen
stadion bersifat repetasi yang sangat terbantu dengan sistem beton pracetak adalah
plat lantai tribun.
Plat lantai tribun yang disokong oleh sistem portal balok dan kolom bukanlah plat
lantai yang memiliki permukaan yang rata. Oleh karena itu akan sulit membentuk plat
lantai tribun dengan sistem pengecoran di tempat karena dibutuhkan sebuah sistem
bekisting yang sangat rumit dan memakan waktu. Mengingat bentuk tribun yang
serupa di seluruh stadion, maka sistem pracetak sangat menarik untuk diterapkan
karena karakteristiknya sangat menguntungkan. Tentunya dudukan-dudukan dari
elemen tribun pracetak ini harus disesuaikan sehingga memungkinkan pemasangan,
namun demikian biaya tambahan yang muncul untuk grouting teramat kecil
dibanding dengan keuntungan dari produktifitas pracetak yang sangat tinggi. Dari
segi struktural, sistem pracetak pada tribun tidak mengganggu sistem struktur
bangunan secara keseluruhan sebab tribun merupakan sistem struktur sekunder
yang tidak mempertahankan integritas bangunan secara langsung. Oleh karena itu
sistem struktur bangunan utama dapat dianalisis dengan menggunakan prinsip-
prinsip open frame yang sederhana sehingga mengurangi peluang terjadinya
kesalahan dalam analisis struktural bangunan.
Segmen-segmen tribun pracetak ini difabrikasi secara simultan sehingga umur beton
mencapai usia yang cukup bersamaan dengan cukup umurnya struktur utama
bangunan. Satu-satunya kendala bagi fabrikasi beton pracetak ini adalah masalah
logistik. Kontraktor pelaksana harus dapat menyediakan bahan-bahan dalam jumlah
yang cukup untuk produksi masal dan menyediakan ruang yang cukup untuk
pelaksanaan fabrikasi.
dipahami secara statis, dan analisis terhadap struktur ini sangatlah rumit bila
menggunakan metode manual. Sulitnya analisis yang rumit dari sistem ini
menyebabkan penggunaan space frame menjadi terbatas. Namun munculnya
komputer telah merubah pendekatan dalam analisis space frame secara radikal.
Dengan menggunakan program bantu komputer, struktur ruang yang sangat
kompleks dapat dianalisis dengan akurasi yang sangat tinggi dalam waktu yang
sangat singkat. Pada akhirnya, space frame juga menemui masalah dalam
menyambung batang-batang yang sangat banyak (kadang mencapai 20 batang)
dalam sebuah ruang dengan sudut yang bervariasi pada satu titik. Munculnya
beberapa metode penyambungan pada sistem-sistem yang telah dipatenkan telah
membantu pengembangan konstruksi space frame. Sistem-sistem ini menawarkan
cara-cara yang sederhana dan efisien untuk menyambung batang-batang. Toleransi-
toleransi yang persis dibutuhkan oleh sistem-sistem sambungan ini dapat dicapai
dalam fabrikasi batang dan sambungan.
Karakter lainnya dari struktur kisi adalah mekanisme pemikulan bebannya bersifat
tiga dimensi.
Space frame lazimnya disusun dalam jajaran batang berlapis tunggal, ganda, atau
banyak. Beberapa orang tidak menggolongkan jajaran batang satu lapis bukan
sebagai space frame namun sebagai lengkung berkekang, kubah berkekang, atau
cangkang berkisi. Kadangkala, istlah rangka ruang muncul pada literatur teknis.
Pendekatan analisis struktur space frame mengasumsikan sambungan-sambungan
adalah kaku sehingga mengakibatkan torsi dan momen internal pada batang-
batangnya, sedangkan sambungan-sambungan pada rangka ruang diasumsikan
sebagai sambungan sendi sehingga torsi dan momen internal batang tidak terjadi.
Perbedaan gaya antara space frame dan rangka ruang utamanya ditentukan oleh
detail sambungan dengan bentuk batang yang serupa diantara keduanya. Meskipun
demikian dalam praktek rekayasa tidak ada sambungan yang mutlak kaku atau
sendi. Contohnya, space frame dua lapis dengan permukaan datar biasanya
dianalisis dengan sambungan sendi, sedangkan space frame satu lapis dengan
permukaan lengkung dapat dianalisis baik dengan sambungan sendi ataupun kaku.
Istilah space frame akan digunakan untuk menyebut baik struktur space frame
maupun rangka ruang.
Konsep Dasar
Space frame dapat dibentuk baik dengan permukaan datar maupun lengkung.
Bentuk paling awal dari struktur space frame adalah jejaring satu lapis. Dengan
menambahkan rangka yang menghubungkan rangka batang pemikul utama, maka
terbentuklah space frame. Sifat utama konstruksi jejaring adalah distribusi beban
yang menyeluruh tidak seperti sebaran beban linear pada sistem rangka biasa.
Karena penyaluran beban utamanya adalah sebagai bending, maka untuk bentang
yang lebih besar, kekakuan bending ditingkatkan dan lebih efisien dengan
menggunakan sistem dua lapis. Mekanisme penyaluran beban pada permukaan
space frame lengkung sangatlah berbeda dari sistem jejaring yang bekerja seperti
membran. Perbedaan ini dapat dilihat dalam ilustrasi sebagai berikut:
manapun digunakan sepenuhnya. Lebih jauh lagi, kini space frame banyak
menggunakan bahan baja atau aluminium yang sangat mengurangi berat
sendiri. Hal ini penting untuk struktur atap bentang panjang.
2. Batang-batang space frame biasanya diproduksi secara masal di pabrik
sehingga sangat efisien. Ukuran-ukurannya telah distandardisasi dan sangat
mudah untuk diangkut dan dirangkai, konsekuensinya space frame dapat
dibangun dengan biaya yang lebih murah.
3. Space frame biasanya cukup kaku dan ringan sehingga dengan mudah
menyalurkan beban terpusat menuju struktur pemikulnya. Dengan demikian
penggunaan space frame akan mempermudah pembentukan layout dan
penentuan posisi kolom.
4. Space frame dapat dengan mudah disusun menjadi bentuk yang sangat
beragam, bahkan bentuk free-form. Oleh karenanya struktur ini sangat disukai
oleh Arsitek untuk membentuk bangunan yang dikehendakinya. Batang-batang
space frame juga cukup sedap dipandang sehingga dapat digunakan sebagai
hiasan arsitektural apabila ditampilkan.
Dengan L adalah bentang dan d adalah ketebalan struktur space frame dua lapis,
atau mengikuti tabulasi sebagai berikut:
Berbagai jenis PVD tersedia di pasar pada saat ini, terbanyak adalah jenis yang
terdiri dari inti polypropylene yang dibungkus dengan tenunan polypropylene. PVD
jenis ini terkenal tahan lama dan tidak membusuk, sulit untuk robek, buntu, dan
retak, serta tidak mengalami perubahan kimiawi selama tertanam. PVD ringan kira-
kira selebar 10cm dan setebal 3mm. Kapasitas buangan PVD bergantung pada
berapa banyak yang ditanam, namun biasanya kira-kira antara 6lt hingga 10lt per
menit. Arus air menuju inti bertambah saat timbunan dipasang dan tekanan air pori
bertambah. Tekanan air pori akan menghilang saat lapisan tanah telah kering dan air
keluar melalui PVD.
Untuk menjaga kadar air tanah agar tetap dalam keadaan lembab diperlukan jejaring
drainase yang dapat dengan segera menyalurkan air pori keluar lapangan bila terlalu
banyak dan menahan air pori ketika tidak ada tambahan air masuk ke lapangan.
Jejaring drainase horizontal ini tersusun atas pipa-pipa PVC berpori dan lapisan-
lapisan geotextile yang ditata sehingga jarak tempuh air pori menuju jalan keluarnya
optimum. Pipa-pipa ini juga dapat dikontrol akses keluarnya sehingga air pori tidak
habis seluruhnya untuk menjaga kelembaban tanah agar tanaman pada lapangan
tidak mati.
Kapasitas Buangan
Ketika kapasitas buangan PVD lebih kecil dari jumlah air yang dibuang, tahanan
sumur akan muncul. Idealnya kapasitas PVD qw sebaiknya lebih besar sehingga
tahanan sumur dapat diabaikan dalam disain. Kondisi-kondisi sebagai berikut harus
dipenuhi sehingga tahanan sumur dapat diabaikan.
Dimana:
kh adalah hantaran hidrolis horozontal air tanah (m/s)
lm adalah panjang vertikal PVD (m)
Agar kondisi ini dapat dipertahankan, faktor buangan harus dapat memenuhi
persamaan sebagai berikut:
Dimana:
qreq adalah kapasitas buangan (m3/s)
Fs adalah faktor reduksi dengan nilai antara 4 hingga 6
Untuk segala keadaan, kapasitas buangan ini setidaknya 100m3/tahun atau 3e10-
6
m3/s.
Pemasangan PVD
Setelah set up awal dan pemasangan PVD dalam selongsong PVD pada alat
pemancang, PVD ditanamkan dengan mendorong selongsong ke dalam tanah.
Selongsong ini melindungi PVD dari kerusakan saat penanaman dan ketika
kedalaman PVD telah tercapai selongsong ini ditarik secara keseluruhan.
Pada ujung selongsong PVD dipotong dan ujung yang belum ditanam dikaitkan pada
sebuah angkur yang nanti akan mengaitkan PVD ke dalam tanah sehingga tidak ikut
keluar saat selongsong ditarik.
Proses ini dilanjutkan sesuai dengan konfigurasi sesuai kebutuhan drainase tanah.
Gambar 3. Konfigurasi penanaman PVD dan proses drainase tanah oleh PVD
Dalam pembuatan DED pada bidang M & E dapat dijelaskan dalam uraian yang
terinci sbb :
1. SISTEM ELEKTRIKAL
SISTEM ELEKTRICAL.
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Cadangan Tenaga Listrik / Generator set.
Sistem Jaringan Pemantau Kebakaran / Fire alarm System.
Sistem Jaringan Telepon / PABX .
Sistem Jaringan MATV.
Sistem Jaringan Sound system dan Carr call.
Sistem Jaringan CCTV.
Sistem Penangkal Petir
Sistem Jaringan Adm.Komputer
SISTEM MEKANIKAL.
Sistem Penyediaan dan Pendistribusian Air Bersih
Sistem pembuangan Air Kotor ( Sewage), dan Air Hujan/ Drainase.
Sistem Hydrant Pemadam Kebakaran
Sistem Tata Udara / Air Conditioning dan Ventilasi
STP Dan WTP
Elevator - lift
SISTEM LISTRIK
Sistem listrik terdiri dari beban listrik, suplai daya listrik dan jaringan distribusi
listrik. Sistem penerangan buatan dan sistem proteksi terhadap petir termasuk pula
dalam sistem listrik ini.
Dasar Perencanaan
Adapun dasar pemikiran dan dasar perhitungan dalam perencanaan bangunan ini
adalah :
1. TOR (Term of Reference)
2. Referensi
3. Kuat Penerangan (Lux level)
4. Spesifikasi teknis
2. Referensi
a. PUIL 2000
b. Standarisasi pabrik, selama tidak bertentangan dengan peraturan
yang berlaku
c. Dan lain-lain, bila tidak ada di PUIL dan secara International diakui
Referensi :
* Standar penerangan buatan di dalam gedung-gedung penerbitan kedua Mei
1985 (Departemen Pekerjaan Umum)
* Mechanical & Electrical for building, Edition 6 th, 1980, John Wiley & Son, Inc.
by William J. McGuinness
* SK.Dirjen P2M PLP No.HK 00.06.6.44.
Jumlah lampu (N) = Kuat penerangan (E) x Luas bidang kerja (A)
Lumen lampu x LLF x CU
Kuat
Arus cahaya
NAMA I
Q
SIMBOL QI RUMUS
== IQXWatt
Watt CANDLE
KETERANGAN
LUMEN
LANTAI SATU :
6
A A A
4
Y(m)
2
A A A
0
0 2 4 6
X(m)
6
600
A A A
4
Y(m)
500
2
A A A
400
0
300
-2
0 2 4 6
X(m)
6
233 333 423 440 386 329 329 386 440 423 333 233
257 372 474 491 428 367 367 428 491 474 372 257
304 437 556A576 503 435 435 503 576A556 437 304
357 516 656 680 595 514 514 595 680 656 516 357
4
364 527 668 692 608 526 526 608 692 668 527 364
336 480 607 630 555 485 485 555 630 607 480 336
Y(m)
X-RAY
336 480 607A630 555 1 630A607 480 336
485 485 555
364 527 668 692 608 526 526 608 692 668 527 364
2
357 516 656 680 595 514 514 595 680 656 516 357
304 437 556 576 503 435 435 503 576 556 437 304
257 372 474A491 428 367 367 428 491A474 372 257
233 333 423 440 386 329 329 386 440 423 333 233
0
0 2 4 6
X(m)
A A A A
A A A
A A A A
A A A
A A A A
A A A
A A A A
LOBBY
Z
Y
X
8
6 A A A A
A A A
A LOBBYA
A A
Y(m)
4
A A A
A A A A
2
A A A
A A A A
0
-2 0 2 4 6 8
X(m)
0 8
1 7
2 6
3 5
X( 4
m) 4 m)
5 Y(
3
6 2
7 1
8 0
8
A A A A
300
A A A
6
A LOBBYA
A A 250
Y(m)
A A A
4
A A A A 200
A A A
2
150
A A A A
0
100
0 2 4 6 8
X(m)
8
77 115 114 118 134 121 121 134 118 114 115 77
115 207 191 201 246 205 205 246 201 191 207 115
A A A A
114 191 248 264 255 269 269 255 264 248 191 114
118 201 264A281 272 288A288 272 281A264 201 118
6
134 246 255 272 313 278 278 313 272 255 246 134
A A LOBBYA A
121 205 269 288 278 295 295 278 288 269 205 121
Y(m)
134 246 255 272 313 278 278 313 272 255 246 134
A A A A
118 201 264 281 272 288 288 272 281 264 201 118
114 191 248A264 255 269A269 255 264A248 191 114
2
115 207 191 201 246 205 205 246 201 191 207 115
A A A A
77 115 114 118 134 121 121 134 118 114 115 77
0
-2 0 2 4 6 8
X(m)
A A A A
A A A
A A A A
A A A
A A A A
A A A
A A A A
Y R OFFICIAL
X
0 8
1 7
2 6
3 5
X( 4
m) 4 (m)
5 Y
3
6 2
7 1
8 0
A A A A
6 A A A
Y(m) A A
R OFFICIAL
A A
4 A A A
A A A A
2 A A A
A A A A
- 0 2 4 6 8
2 X(m)
8
A A A A
300
6 A A A
Y(m) A A A A
250
4 R WORKSHOPG
A A A
A A A A 200
2 A A A
150
A A A A
0
100
0 2 4 6 8
X(m)
8
77 115 114 118 134 121 121 134 118 114 115 77
115 207 191 201 246 205 205 246 201 191 207 115
A A A A
114 191 248 264 255 269 269 255 264 248 191 114
6
-2 0 2 4 6 8
X(m)
A A
A A
A A
R STAFF
Z
Y
X
8
0 7
1 6
2 5
m)
3 4
X(
m) 4 3 Y(
5 2
6 1
7 0
8
A A
6
Y(m)
R STAFF
4
A A
2
A A
0
-2 0 2 4 6 8
X(m)
8 A A
450
6
400
Y(m)
R STAFF
4
A A 350
300
2
A A 250
200
0
0 2 4 6
X(m)
8
155 246 338 347 277 217 217 277 347 338 246 155
171 283 396 405 315 239 239 315 405 396 283 171
A A
192 310 429 440 346 268 268 346 440 429 310 192
6
226 356 483 496 401 321 321 401 496 483 356 226
228 358 485 498 404 323 323 404 498 485 358 228
199 319 440 451 357 278 278 357 451 440 319 199
Y(m)
R STAFF
4
A A
199 319 440 451 357 278 278 357 451 440 319 199
228 358 485 498 404 323 323 404 498 485 358 228
226 356 483 496 401 321 321 401 496 483 356 226
2
192 310 429 440 346 268 268 346 440 429 310 192
A A
171 283 396 405 315 239 239 315 405 396 283 171
155 246 338 347 277 217 217 277 347 338 246 155
0
-2 0 2 4 6 8
X(m)
6
233 257 304 357 364 336 336 364 357 304 257 233
333 372 437 516 527 480 480 527 516 437 372 333
423 474 556 656 668 607 607 668 656 556 474 423
440 491A576 680 692 630A630 692 680 576A491 440
4
386 428 503 595 608 555 555 608 595 503 428 386
329 367 435 514 526 485 485 526 514 435 367 329
Y(m)
R514
329 367 435 MIKROBIOLOGI
526 485 485 526 514 435 367 329
386 428 503 595 608 555 555 608 595 503 428 386
440 491 576 680 692 630 630 692 680 576 491 440
2
0 2 4 6
X(m)
6
50 55 59 69 78 78 69 59 55 50
82 90 95 112 129 129 112 95 90 82
140 152 159 186 214 214 186 159 152 140
R PAP
295 333SMEAR
4
A A
304 349 367 413 461 461 413 367 349 304
2
217 245 258 295 333 333 295 258 245 217
140 152 159 186 214 214 186 159 152 140
82 90 95 112 129 129 112 95 90 82
50 55 59 69 78 78 69 59 55 50
0
0 2 4 6
X(m)
A A A
A A A
R PERTEMUAN
Z
Y
X
0
1
2 6
3 5
X( 4 4
m) 5 3 m)
Y(
6 2
7 1
8 0
A A A
4
Y(m)
R PERTEMUAN
2
A A A
0 2 4 6 8
X(m)
A A
A A
Y
X
5. Beban Listrik
6. Sumber Daya
Sumber daya untuk bangunan ini terdiri dari :
1. Sumber daya utama :
Sumber listrik PLN di supplay dari sumber daya existing yang mana tegangan
menengah 20 kVA dari PLN, Tegangan Menengah (TM) ini diturunkan menjadi
tegangan rendah (TR) 220/380 V oleh sebuah transformator yang mempunyai
kapasitas 630 KVA untuk mengaliri sirkuit di seluruh bangunan melalui panel induk
(LVMDP) existing .
P
I=
E1 Cos
2 Cos
A= I L
u
P
I=
1,732 E1 Cos
1,732 Cos
A= I L
u
1 6 11
1,5 10 14
2,5 15 20
4 20 25
6 25 31
10 35 43
16 60 75
25 80 100
35 100 125
50 125 160
70 160 200
95 200 240
g. Bila pada waktu kebakaran PLN padam, Genset juga padam, maka secara
otomatis pompa diesel kebakaran akan bekerja.
i. Secara keseluruhan sistem kelistrikan dapat dilihat pada gambar diagram
satu garis (single line diagram)
b. Sistem Distribusi
Pendistribusian tenaga listrik keseluruhan panel/beban dilakukan dengan
kabel NYFGbY, NYY dan NYM. Khusus untuk lift kebakaran, pompa
c. Beban
Beban dari setiap panel sesuai dengan tabel beban terlampir ditentukan
berdasarkan beban tersambung. Untuk mendapatkan faktor beban dari
setiap beban ditentukan berdasarkan pasal 4.3.2 PUIL 2000.
Seluruh beban listrik dibagi dalam kategori :
1. Beban Normal (PLN-Normal)
Seluruh jaringan instalasi, panel dan beban listrik sesuai tabel
beban listrik (terlampir) dan sesuai diagram satu garis (single line
diagram) sistem listrik beroperasi.
e. Penerangan Bangunan
1. Penerangan Bagian Dalam
Penerangan bagian dalam umumnya menggunakan lampu
Fluorescent (TL), Down Light PLC, Down Light IL
2. Penerangan bagian luar
a. Area Jalan & Taman
Penerangan ini diberikan untuk area penerangan jalan dan
taman, umumnya lampu-lampu Mercury (HPLN) digunakan
untuk penerangan jalan dan taman serta ditambah dengan
lampu sorot. Seluruh penerangan luar dilengkapi dengan
saklar otomatis.
Sistem proteksi untuk keseluruhan instalasi diberikan oleh kombinasi over current
relays. Under voltage relays, Earth Fault Relays, ACB, MCCB, MCB dan sekring
(fuse).
2. Over Current Relays, Earth Fault Relays & Under voltage relays
digunakan pada panel TM- existing.
3. ACB, MCCB, MCB & fuse digunakan pada panel TR / LV-MDP Dan juga
ada di panel MDP-UTAMA.
Sistem kontrol untuk instalasi listrik menggunakan monitor peralatan M/E. Sistem ini
akan memonitor status ON/OFF dan keadaan gangguan dari sistem listrik
1. Panel TM
a. Panel Incoming (1 unit)
- tingkat penerangan
- luas bangunan
- fungsi ruangan
- kebutuhan daya penerangan dengan tingkat penerangan 400 lux diambil 16-24
W/m2 sebagai dasar perencanaan tergantung dari jenis lampu yang
digunakan.
- Kebutuhan daya untuk kontak diambil sebagai berikut ;
- 10 VA/m2 ruang kerja utama, atau sesuai kebutuhan.
- 15 VA/m2 ruang komputer, atau sesuai kebutuhan.
- 5 VA/m2 parkir
- 60 VA/m2 untuk tata udara
15. Jatuh Tegangan (Drop Voltage)
2. Perhitungan
Perhitungan dalam perencanaan sistem ini akan didasarkan pada beberapa
pemilihan besaran sebagai berikut ;
1. Detector Asap : 70-90 m2/detector
2. Detector Panas : 30-45 m2/detector
3. Manual Station : setiap Box Hidran
4. Penempatan peralatan disesuaikan dengan semua instalasi yang ada dalam
bangunan
4. Sumber Daya
Mengingat fungsi sistem ini sangat penting, maka satu daya bagi peralatan ini
disediakan pada bagian darurat, dengan kata lain alat ini tetap akan bekerja apabila
pelayanan dari PLN mengalami gangguan (padam) dimana Peralatan ini juga
mempunyai daya emergency berupa battery kering (Acid Battery) yang mampu
mengoperasikan semua peralatan selama (3-4) jam tanpa terjadi gangguan pada
beban puncak.
1. Secara garis besar sistem Fire Alarm harus bekerja sebagai berikut ;
a. Sistem Fire Alarm menggunakan sistem semi addressable sistem, yaitu
setiap satu zone detector, ada 1 buah detector yang dilengkapi dengan
address sedang detector lain dengan detector biasa (konvensional tanpa
address).
Dalam 1 zone detector ditentukan jumlah detector antara (20-40) buah.
Untuk type heat detector sampai dengan 40 buah. Untuk type smoke
detector sampai dengan 20 buah.
b. Pada waktu detector/manual station aktif maka bell akan berbunyi di ;
- Lantai waktu detector/manual station tersebut berada
- Main kontrol panel memberikan indikasi secara Visual yang
menunjukkan zone dimana alarm itu berasal dan Buzzer akan
berbunyi.
c. Bila kebakaran menjadi lebih besar maka dengan memutar kunci pada
main panel alarm, bell akan berbunyi pada lantai di atas dan di bawah
dari lantai yang sedang terjadi kebakaran.
d. Bila kebakaran menjadi lebih besar dan telah dianggap kritis, maka cukup
dengan memutar kunci pada manual station di Zone tempat kejadian
kebakaran tersebut atau menekan tombol general alarm pada main panel
Fire Alarm, maka bell akan berbunyi di seluruh gedung dan Evakuasi
dijalankan. Auxiliary contact dari masing-masing panel kontrol lift akan
diberi sinyal kontrol oleh MCFA untuk memerintahkan car lift-nya turun ke
lantai dasar.
e. Alat-alat yang dirangkai ke instalasi fire alarm seperti : pompa kebakaran,
akan memberikan indikasi apabila ada kebakaran atau gangguan
kebakaran.
Secara singkat akan diuraikan distribusi ini terdiri dari sistem tanda bahaya
kebakaran yakni sebagai berikut ;
Sistem tanda bahaya kebakaran ini terdiri dari beberapa peralatan yang selalu dapat
bekerja secara serentak untuk mengamati keadaan bangunan, dimana signal
(indikasi) yang diberikan oleh semua alat deteksi diproses oleh panel kontrol
TELEPHONE
1. Dasar Perencanaan
3. Peraturan Pemerintah
Di dalam perencanaan, pelaksanaan, peralatan dan material
pelengkap/pembantu lainnya harus memenuhi peraturan pemerintah yang
berlaku anatar lain ;
a. PUIL 2000
b. SII (Standard Industri Indonesia)
c. Standarisasi pabrik, selama tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku
4. Sumber Daya
Sumber daya untuk peralatan telepon ini disediakan dari jaringan 220/AC, 50 Hz
5. Spesifikasi Teknis
a. Sistem telepon : langsung dari BOX PT. TELKOM (direct line) ke tiap tenant
besar atau kecil.
Kapasitas sambungan : akan dihitung dengan sistem 1 line untuk melayani
20-30 m2, atau sesuai kebutuhan.
b. Sistem PABX Existing
6. Sistem Instalasi
a. Type pasangan dinding
b. Service outlet adalah single type dan double type
7. Material Instalasi
a. Kabel : ITC cable, harus memenuhi SPLN/PT. Telekomunikasi ex
Kabelindo, kabel metal atau setara.
b. Pipa : - PVC (Pralon
- GIP (yang telah memiliki SII)
c. Pemasangan peralatan, instalasi, outlet dan lainnya harus rapi dan baik.
8. Sistem Distribusi
Saluran komunikasi dari PT. Telekomunikasi melalui kotak penghubung PT.
Telekomunikasi (box PT. Telkom) disalurkan ke Main Distribution Frame (MDF).
Setiap outlet telepon di setiap lantai dihubungkan ke TB TLP, (sesuai skematik
terlampir) untuk selanjutnya dihubungkan ke MDF. Hubungan dari luar bangunan ke
tiap personil bangunan dilakukan dengan mempergunakan PABX atau langsung,
demikian juga sebaliknya.
Adapun dasar pemikiran dan dasar perhitungan dalam perencanaan bangunan ini
adalah :
1. TOR (Term of Reference)
2. Peraturan pemerintah
3. Data-data bangunan
4. Spesifikasi teknis
3. Peraturan Pemerintah
Di dalam perencanaan, pelaksanaan, peralatan dan material pelengkap/pembantu
lainnya harus memenuhi peraturan pemerintah yang berlaku antara lain ;
a. PUIL 2000
b. SII (Standard Industri Indonesia)
c. Standarisasi pabrik, selama tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku
4. Sumber Daya
Sumber daya untuk peralatan sound system ini disediakan dari jaringan
220+V/AC,+50+Hz.
5. Spesifikasi Teknis
a. Penggunaan : Parkir
- Car call
- Emergency call
Lobby/Ground Floor/Koridor
- Emergency call
- Back ground music
Ruang Management
- Emergency call
- Back ground music
b. Fasilitas : Sesuai dengan TOR (Term of Reference)
Car Call
a. Mixer pre amplifier
b. Power amplifier 1 x 120 W
c. Microphone dengan chime
d. Horn speaker 15 W indoor/outdoor type
e. Material instalasi penunjang lainnya
PA System
a. Mixer pre amplifier
b. Power amplifier announcement/emergency & Back ground music
4+x+240+W
c. Microphone dengan chime
d. Ceiling speaker 6 W
e. Zone selector
f. Material instalasi penunjang lainnya
7. Material Instalasi
a. Kabel : Harus memenuhi SPLN/PT. Telkom, ex
Kabelindo, Kabel metal atau setara, jenis PVC,
NYMHY.
b. Pipa : - PVC (Pralon)
8. Pelaksanaan
a. Instalasi tata suara tidak boleh saling berhimpit (berdempetan) dengan
instalasi listrik arus kuat, jadi harus terpisah atau sama lainnya.
b. Bila instalasi mengalami beban mekanis, maka kabel/hantaran harus
dilindungi dan dimasukkan ke dalam konduit GIP.
Sinyal suara dari radio AM/FM, tape desk, CD player dikuatkan melalui amplifier
untuk selanjutnya di selektor dipilih zone mana yang akan bypass masuk ke
pengumuman (EVAC).
PA System
Perhitungan Power Amplifier untuk PA system ditentukan dari jumlah total ceiling
speaker, box speaker yang dipasang ditambah rugi-rugi di instalasi + 15%.
Car Call
Seperti halnya perhitungan power amplifier untuk PA system, untuk menentukan
besarnya power amplifier untuk Car Call ditentukan dari jumlah horn speaker yang
dipasang ditambah rugi-rugi instalasi + 15%.
PRINSIP KERJA
Sistem CCTV berguna untuk pengawasan area-area yang telah ditentukan
dan merekam semua kejadian dan memutar hasil rekaman tersebut untuk
melihat suatu kejadian yang telah terjadi ,keuntungan dari sistem ini sebagai
berikut :
- Media penyimpanan dapat digunakan secara kontinyu
- Area yang dilindungi dapat dimonitor secara kontinyu
- Rekaman peristiwa dapat dilihat atau ulang secara mudah
- Secara umum berfungsi sebalai alat keamanan gedung secara terus
menerus 24 jam dan mampu merekam seluruh kejadian .
PERALATAN CCTV
Peralatan yang digunakan dalam sistem CCTV ini terdiri dari :
- Camera .
- Digital Video Recorder
- Monitor Dan Komputer PC.
Camera
Peralatan camera digunakan adalah camera baru dan camera eksisting terdiri
dari ; Indoor Fixed Camera, Indoor P/T/Z Camera, Indoor Speed Dome
Camera, Outdoor Fixed Camera, Outdoor P/T/Z Camera dan Outdoor Speed
Dome Camera.
a. Dengan resolusi gambar (pixel) : 720 x 288 atau 640 x 480 dengan
quality 2CIF/Normal/Fine
b. Perhitungan dibagi menjadi 2 bagian waktu yaitu :
1. Jam kerja : mulai pukul 7.00 s/d 17.00 :
DVR merekam dengan kecepatan total 100 frame/second untuk
16 Camera dengan perkiraan 100% aktivitas motion
2. Diluar Jam kerja : mulai pukul 17.00 s/d 7.00 :
DVR merekam dengan kecepatan total 100 frame/second untuk
16 Camera dengan perkiraan 25% aktivitas motion
mempunyai 2 Ultra SCSI-3 untuk Host Port ke DVR dan 2 Ultra SCSI-3
untuk Looptrought ke external storage lain. Dan juga menyiapkan Lan
interface RJ-45 untuk dihubungkan ke Network untuk Konfigurasi melalui
Web-based GUI
3. Monitor
Monitor yang digunakan adalah tipe 20.1 LCD Monitor untuk DVR,
monitor harus mempunyai bentuk yang ringkas dengan frame yang tipis.
Mempunyai resolusi tinggi 1280 x 1024 pixels dengan pixel pitch yang
rapat . Monitor nantinya akan ditempatkan pada console yang terdiri dari
monitor console dan meja operator
Yang dimaksud dengan pekerjaan Jaringan Instalasi Komputer ( LAN / Local Area
Networking ) yaitu sistem yang terintergrasi dan terbagi dalam beberapa segment
yaitu terdiri dari Switch Hub, Server, PatchMax Panel, Router dan UPS.
- GS8E, 9ft /3 meter, adalah patch Cord yang dipakai untuk koneksi
dari MGS400 Modular Jack Cat-6 ke Server.
PENYALUR PETIR
Untuk melindungi bangunan dariu sambaran petir, maka pada puncak bangunan
dipasang penangkal petir. Penangkal petir ini menggunakan sistem Ionisasi yaitu
kepada penangkal petir menghasilkan ion yang disebar ke udara sekelilingnya.
Sehingga udara menjadi netral dan sambaran petir diperkecil kemungkinannya.
Kepala penangkal petir dihubungkan ke tanah dengan menggunakan kabel Coaxial
atau NYY. Kabel coaxial dihubungkan ke tanah dengan menggunakan elektroda
(copper rod) yang dilengkapi dengan bak kontrol yang dimaksud untuk sewaktu-
waktu dapat mengukur tahanan pentanahan. Tahanan pentanahan harus < 5
ohm.(PUIPP-1983, bab 5.8 Sistem Pembumian).
Petir ialah suatu gejala listrik di atmosfir yang timbul bila terjadi banyak kondensasi
dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat.
Instalasi penangkal petir ialah instalasi suatu system dengan komponen- komponen
dan peralatan peralatan secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan
menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian dari bangunan / gedung beserta
isinya terhindar dari sambaran petir.
Adapun system penangkal petir di Gedung ini adalah EF. Lightning Protection
System dengan radius proteksi 65 meter, yang terdiri dari :
- EF. Lightning Terminal
- Kabel Penghantar
- Earthing / Arde
- EF Lightning Terminal, memiliki fungsi / keuntungan diantaranya :
1. Air Bersih
Sistem penyediaan Air Bersih
Kebutuhan air bersih salah satu sarana penunjang sehingga suatu bangunan
dapat berfungsi dengan baik. Yang termasuk dalam sistem penyediaan air
bersih meliputi :
1. Pengadaan sumber asal air
2. Sistem pendistribusian
3. Sistem jaringan distribusi
Disamping 3 uraian tersebut perlu diperhatikan dari airnya. Sarana air selain
diperlukan untuk fasilitas toilet juga di pergunakan untuk keperluan minum
dan juga untuk keperluan sistem pemadam kebakaran.
maka daripada itu maka harus disediakan Ground Water Resevoar untuk
kebutuhan air bersih minimal 1,5 x dari kebutuhan sehari jadi minimalm
mempunyai kapasitas 75 m 3 ( tidak termasuk untuk keperluan sistem
pemadam kebakaran ).dan Yang masing-masing banguanan lain telah
disediakan sub-sub Ground Water Resevoar.
2. Pemadam Kebakaran
Debit air hidrant gedung 400 liter/menit dan tekanan air hidrant pada titik tertinggi
sebesar 4,5 kg/cm 2 .Diameter pipa tegak hidrant gedung harus di sesuaikan dengan
klasifikasi bangunan sebagai berikut :
Persaratan instalasi pipa hidrant menurut ketentuan peraturan SKBI / SNI adalah
sebagai berikut :
- Pipa yang menembus setiap beton harus disediakan sleeve / dari besi
tuang / pipa baja dengan kelonggaran minimal 25 mm.
- Pipa dalam tanah harus mempunyai kedalaman minimal 75 cm dari
permukaan tanah,dan dasar galian pipa harus cukup stabil dan rata
sehingga seluruh panjang pipa tertumpu dengan baik.
- Sekeliling pipa harus diberi pasir setebal 15 cm,dan dicat flincoate
minimal 3 lapis dan diberi tumpuan setiap jarak 3 meter
Kapasitas pompa pemadam adalah : 1.900 Lt / menit / 500 gpm.Maka kebutuhan air
pemadam kebakaran :
= 57.000 lt.
= 57 m3.
Untuk setiap gedung , 2 buah Hydrant box untuk luasan per 800 m2 .dan dilengkapi
hose rack dengan panjang selang 30 Meter. Dan direncanakan pula sistem Multi
Purpose Dry Chemical Fire Extinguiser dan CO2 Pada setiap ruangan yang
diperlukan.
1. Limbah domestik
Sesuai dengan adanya aktivitas manusia dibutuhkan air bersih , maka perlu
perencanaan untuk air buangan dari pemakai air tersebut.
- COD : 500 mg / lt
- Ph :69
- COD : 80 mg / lt
- TSS : 100 mg / lt
- Ph :69
Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan harus diketahui atap
yang menampung tersebut dan luasan m2,sebagai standar ukuran pipa
pembuangan air hujan sebagai berikut:
Untuk pembuangan Air hujan / air limpasan perlu dibuatkan saluran pembuangan
( drainase ) baik saluran pembuangan air dari atap gedung maupun saluran
pembuangan air dari halaman gedung sehingga tidak mengalami genangan air /
banjir maka perlu disalurkan melewati saluran drainase sepanjang sarana sekitar
bangunan dan jalan yang ada di kawasan tersebut dengan sistem gravitasi bumi dan
diarahkan ke saluran kota / sungai terdekat. Dimensi saluran yang direncanakan
didasarkan pada data hujan setempat dan luas tangkapan hujan pada daerah
perencanaan.
Rumus Debit :
Qp = 0,278 C I A
C = Koefisien aliran
I = Curah hujan ( mm/m2/jam )
A = Luas area ( km2 )
Atau :
Untuk menghitung debit limpasan digunakan metode rasional yang hanya berlaku
untuk daerah aliran sampai dengan 13 Km2, sedangkan untuk daerah yang lebih
luas digunakan metode rasional yang telah dimodifikasi.
100
Q = 36 . C . I . A (metode rasional)
100
Q = 36 . Cs . C . I . A (metode rasional yang dimodifikasi)
dimana :
Q = Debit aliran (l/detik)
C = Koefisien pengaliran
Cs = Koefisien tampungan
I = Rata-rata intensitas hujan (mm/24 jam)
A = Luas daerah/Catchment area (Ha)
Ir. Van Breen telah melakukan penelitian curah hujan khusus di pulau jawa dan
umumnya di indonesia. Metode ini beranggapan bahwa, besarnya atau lama durasi
hujan harian adalah terpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari
hujan selama 24 jam. Hubungan dalam bentuk adalah sebagai berikut :
90 %. R24
I=
4
dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan harian maksimum (mm/24 jam)
Berdasarkan rumus diatas, dapat dibuat kurva durasi intensitas hujan, dimana Van
Breen mengambil kurva kota Jakarta sebagai kurva basis.
a =
I t I 2
- I tI
2
N I - [ I]
2
2
b =
I I t - N I 2
t
N I - [ I]
2
2
dimana :
to = waktu limpasan (menit)
C = angka pengaliran
Lo = panjang limpasan (m)
So = kemiringan medan limpasan (%)
td = L/V
dimana :
td = waktu dalam saluran (menit)
L = panjang saluran (m)
V = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/det)
C1 . A1 + C 2 . A2 + ......... C n . An
Cr =
A
dimana :
Cr = Harga rata-rata koefisien pengaliran
Cn = Harga koefisien pada masing-masing daerah
An = Luas masing-masing bagian daerah
A = Luas total daerah
1
V= . R2/3 . S1/2
n
dimana :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
b.h
R=
b + 2 .h
1 2 1
Q= x R 3 xS 2 xA
n
A
R=
P
Dimana :
Q : kapasitas saluran (m3/det)
R : jari - jari penampang basah saluran (m)
S : kemiringan dasar saluran
A : luas penampang basah saluran (m2)
P : keliling penampang basah saluran (m)
n : koefisisen angka kekasaran saluran (Koefisien Manning).
Saluran terbuka pasangan batu yang diplester halus dindingnya dan dasarnya, n
adalah sebesar 0.013 - 0.017, sedangkan saluran terbuka yang dindingnya
pasangan batu dan dasarnya adalah tanah. Besar n adalah 0.020 - 0.025.
Metode perhitungan debit banjir untuk daerah aliran saluran (petak) tersier dengan
luas 50 hektar (ha) diusulkan untuk memilih 2 (dua) metode yaitu :
Menggunakan Metode Rasional
1
Q= xC xI x A
3.6 m3/det)
Dimana Q : debit banjir yang terjadi (m3/det)
C : Koefisien run off.
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km2)
Nilai C adalah :
Peruntukan kawasan : C
Kawasan industri 0,8 s/d 0,9
Kawasan jasa dan perdagangan 0,7 s/d 0,8
Kawasan perumahan/permukiman 0,6 s/d 0,8
Kawasan ruang terbuka hijau 0,4 s/d 0,6
Apabila di dalam satu petak tersier terdapat bermacam - macam tata guna lahan,
maka :
C1 xA1 + C 2 xA2 + .......... + C n xAn
C=
A1 + A2 + ...... + An
I adalah intensitas curah hujan yang diambil dari Grafik Intensitas Duration Curve .
Intensitas curah hujan tergantung kepada waktu konsentrasi (tc) dimana tc adalah
waktu perjalanan air dari pinggir daerah aliran ke titik yang ditinjau dalam saluran.
tc = to + td
Dimana :
to : perkiraan waktu aliran di permukaan (jam)
td : waktu perjalanan air di saluran dari ujung hulu s/d titik
yang ditinjau. (jam)
L
td =
V x 3600 (jam)
Dimana :
L : panjang saluran (m)
V : kecepatan didalam saluran (m/det)
Untuk perencanaan ini V = 0.3 - 0.5 m/det
Untuk waktu ulang debit banjir (T) yaitu :
- Kawasan perumahan dan permukiman T = 2,00 tahun.
- Kawasan industri, jasa dan perdagangan T = 5,00 tahun.
Perumusan muka air normal ini dipergunakan apabila saluran tidak dipengaruhi oleh
efek air balik (back water), untuk saluran tersier yang menampung air terlebih dahulu
di hulu saluran maka efek air balik pada saat laut pasang tidak berpengaruh, maka
penggunaan rumus ini layak untuk saluran tersier. Dari perumusan ini bisa diketahui
kapasitas eksisting, kapasitas rencana dan dimensi saluran rencana.
2. Difuser
Sistem ventilasi mekanik diperlukan untuk daerah daerah yang tidak dikondisikan
dengan sistem tata udara, seperti misalnya toilet , pantry , gudang dan sebagainya.
Untuk daerah daerah tersebut udara segar yang dibutuhkan untuk pergantian
udara diambil 6 20 kali pergantian udara per jam.
Dan untuk daerah ruang Operasi diatas 20 kali.
CFM = H X L X W X AC X 35,31
60
H = Tinggi Ruangan
L = Panjang Ruangan
W = Lebar Ruangan
AC = Air Change ( Pertukaran Udara per jam ).
- Toilet umum : min.15 kali per jam
- Gudang : min.4 kali per jam
- Parkir tertutup : min.6-9 kali per jam
- Ruang bedah : min 20 - 30 kali per jam
- Dapur panas : min 40-60 kali per jam
P(a k )n
L=
a"
L = Beban puncak lift
P = Persentasi beban puncak ( % )
a' = Luas per lantai
a = Luas bersih per orang ( m 2 )
n = Jumlah lantai bangunan
k = 5 x N x P x 0,3 = 1,5 NP
N = Jumlah kereta dalam bangunan
m = Kapasitas Lift
a nwP
m =
300a"
w = Waktu menunggu
s = Kecepatan rata-rata Lift ( untuk rumah sakit kec. 150 210 m/menit )
T = Waktu perjalanan Lift bolak-balik :
( 2h + 4 s )( n 1) + s(3m + 4)
T=
s
N = Jumlah Lift ,
a' n P T
N=
300a"m
Dalam pelaksanaan akan selalu mengacu pada urut urutan dokumen dalam
implementasinya di lapangan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam pembuatan RKS juga dapat dikembangkan tentang tata cara pelaksanaan
bagian pekerjaan serta Pra Syarat dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Jadi
pembuatan RKS harus dibuat oleh tenaga ahli yang jauh berpengalaman dalam
pelaksanaan di lapangan dan pengetahuan bahan.
Sebagai referensi dapat dilihat pada lampiran usulan teknis ini yaitu yang
menjelaskan daftar isi sebuah RKS dalam pembuatan dokumen perencanaan.
Dengan urut urutan isi pada RKS tersebut di atas diharapkan dapat menghasilkan
perhitungan RAB yang tepat sesuai dengan yang diminta dan memudahkan
Konsultan Perencana untuk mengadakan supervisi di lapangan.
2. Program Kerja
Dalam KAK telah disebutkan tentang lingkup kegiatan pada Pekerjaan Perencanaan
ini seperti pada Kriteria dibawah ini :
1. PRA RANCANGAN
c. Pra Rancangan
Skematik Design dan Pra Rancangan Arsitektur (Denah, Tampak,
Potongan) skala 1:200
Skematik Layout Tata Letak Blok Bangunan (Block Plan)
Skematik dan Pra rancangan system Jaringan Utilitas (MEP)
Spesifikasi Umum (Sistem dan Material) Bangunan
Perencanan Sistem dan Jenis pondasi Konstruksi Bangunan
Perencanaan Sistem dan Jenis Struktur Atas Konstruksi Bangunan
Estimasi Biaya Arsitektural dan Sipil- Struktur
1. Perhitungan Struktur
2. Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS)
3. Bill of Quantity (BQ)
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
5. Dokumen Pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi
6. Gambar perspektif dan bird eye view.
7. Maket 1 : 200
8. Laporan Laporan
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Hasil Perencanaan
Urutan Kerja untuk rincian tersebut diatas dapat dijelaskan dengan gambar Alur /
Flowchart Sebagai berikut :
1.
Batasan batasan :
Aturan
Anggaran
USER
Lahan
SURVEY LAPANGAN
DISKUSI
SKETSA PRA &OK PRA
SURVEY USER
RANCANGAN ASISTENSI RANCANGAN
IDEA DEFINITIF
SURVEY PERALATAN
PLAH RAGA Tinjau Ulang
2.
Batasan batasan :
Anggaran waktu
Kebutuhan Ruang
DESIGN DEVELOPMENT
ARSITEKTURAL
STRUKTURAL
OK DED
PRA DED DISKUSI
RANCANGAN & Final
DEFINITIF ASISTENSI
MEP
PAGU ANGGARAN
3.
BQ
DISKUSI
DED RAB & DOKUMEN
PERENCANAAN
FINAL ASISTENSI
OK
RKS
Dokumen
Tinjau Ulang TENDER
Dengan Penjelasan pada gambar alur / Flowchart tersebut dapat dibuatkan suatu
jadwal kerja seperti pada gambar dibawah ini :
1. Pra Rancangan
2 DED
3. Dokumen Perencanaan
4. Program Asistensi
3. STRUKTUR ORGANISASI
3. STRUKTUR ORGANISASI
Adapun keterlibatan tenaga tenaga ahli yang mendukung proses perencanaan ini
mempunyai tugas dan tanggung jawab masing masing.
1. Team Leader
2. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli membantu sepenuhnya dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
bidang keahliannya untuk menghasilkan hasil karya perencanaan yang berfungsi
secara optimal dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan, dengan uraian
sebagai berikut :
Dalam melaksanakan tugasnya para tenaga ahli yang terlibat akan dibantu
oleh tenaga tenaga asisten dan tenaga tenaga pendukung, antara lain :
3. Tenaga Asisten
Tenaga Asisten dibutuhkan guna membantu para Tenaga Ahli untuk melaksanakan
tugas tugasnya, antara lain :
Melakukan kompilasi data data pendukung yang dibutuhkan dalam
perencanaan ini
Menyiapkan data data pendukung yang dibutuhkan
4. Staff Pendukung
Draftman
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain :
menyiapkan gambar gambar rencana baik gambar arsitektural, gambar
struktural dan gambar mekanikal/elektrikal
Estimator
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain :
membantu assisten tenaga ahli di bidang cost estimator dalam menyiapkan Bill
of Quantity dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Surveyor
Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melakukan survey topografi,
countour
Membuat laporan pengukuran lahan
Administrasi
Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membantu pelaksanaan
administrative
Operator Komputer
Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membantu penyiapan dokumen,
laporan dan lain lain
Driver
Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan yang
berkaitan dengan transportasi dan mobilisasi
Office Boy
Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan yang
berkaitan dengan kerumah tanggan
KOORD. DRAFTMAN 1
Ir. TJINDRASIH WEMMY
ASS. AHLI MEKANIKAL TENAGA AHLI MEKANIKAL
Ir. BAMBANG WAHYU H. Ir. SETIAWAN SLAMET
Driver
ASS. AHLI ELEKTRIKAL TENAGA AHLI ELEKTRIKAL
Surveyor
TEAM LEADER
Estimator
Draftmen
Office Boy
STAF PENDUKUNG
Administrasi
Ir. SAHRIAL AHMADI USODO UTOMO,ST
STRUKTUR ORGANISASI
Operator Komputer
Ir. BAMBANG KISWONO,MT
Page
TENAGA AHLI ESTIMATOR
MERDEKA BARINGRING,ST R. ADRIANTO,ST
KOORD. DRAFTMAN 2
Ir. EKO DIDIK SISWANDI
111
ASS. AHLI TEK. LINGK. TENAGA AHLI TEK. LINGK.
T E K N I S
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Stadion Sepak Bola
4. Fasilitas Pendukung
PT. UNITRI CIPTA memang merupakan Perusahaan telah cukup eksis dalam,
kepercayaan yang diberikan oleh Pemberi Tugas dalam pelaksanaan pekerjaan
yang multi disiplin keahlian membuat Perusahaan ini membangun diri secara
fundamental dengan pengelolaan yang effisien.
7 Printer Desk Jet HP 560C 2 unit A -4 / 5 ppm / 360 dpi Milik Sendiri
10 Printer HP Deskjet 3325 1 unit A-4 / 5 ppm / 360 dpi Milik Sendiri
11 Printer Cannon IX 4000 1 unit A-3 / 5 ppm/ 1440 dpi Milik Sendiri
Selain menggunakan perangkat keras seperti yang telah disebutkan diatas, juga
digunakan perangkat lunak yang mendukung penyelesaian pekerjaan menjadi lebih
cepat. Dewasa ini sudah banyak software software yang digunakan untuk
menyusun perencanaan suatu gedung menjadi lebih cepat dan memberikan
gambaran yang lebih jelas, sekilas kami berikan pandangan tentang penggunaan
software dalam aplikasi perencanaan.
Program analisis struktur SAP2000 yang digunakan untuk disain struktur bangunan
secara standar mengakomodasi hampir seluruh karakter material yang digunakan
dalam bangunan-bangunan modern. Penggunaan material dengan karakter selain
yang telah disertakan dalam program bantu itu sendiri juga dimungkinkan. Program
ini menggunakan prinsip-prinsip analisis mutakhir dan dikontrol dengan peraturan-
peraturan standar yang meski dibuat di Amerika (ACI, AISC, dll) namun telah
diadaptasi oleh negara kita Indonesia (SNI).
Garis besar penggunaan program bantu ini terletak pada pembuatan model yang
akurat dengan pembebanan yang sesuai dengan standar. Dari model yang
mendekati kenyataan dimungkinkan untuk mendapatkan simulasi gaya-gaya yang
bekerja dalam komponen-komponen struktur yang realistis. Gaya-gaya dalam inilah
yang digunakan sebagai acuan untuk membuat disain dimensi yang optimum untuk
melayani gaya-gaya tersebut sesuai dengan karakteristik material yang digunakan.
Program ini juga mampu memberikan simulasi kebutuhan reinforcement bar (rebar)
yang perlu dipasang dalam material beton bertulang. Segala proses ini tentunya
memerlukan pengawasan yang seksama oleh insinyur yang mendisain struktur
bangunan, sebab fungsi komputer bergantung dari penggunanya. Prinsip garbage-in
garbage-out berlaku disini. Insinyur perlu mengontrol segala output yang diberikan
oleh program ini. Bagaimanapun, program ini hanyalah sekedar untuk membantu
insinyur mempercepat proses disainnya.
Material ini kemudian digunakan untuk membuat dimensi penampang melintang awal
masing-masing komponen struktur. Dimensi penampang ini merupakan dimensi
perkiraan yang sudah barang tentu harus memenuhi standar minimum dan harus
dioptimasi kembali nantinya.
Berikutnya adalah membuat model 3 dimensi yang sesuai dengan rencana arsitek.
Model 3 dimensi dapat dibuat langsung dalam program SAP2000 atau dapat pula
dibuat model frame 3 dimensi dari program CAD untuk nantinya diimpor oleh
program SAP2000. Model dibuat dengan asumsi-asumsi dasar yang ditetapkan oleh
insinyur sipil seperti titik-titik mana yang merupakan support pondasi atau pada
komponen yang mana yang digunakan sebagai penyokong komponen lainnya.
Program SAP2000 sendiri dapat membuat simulasi kebutuhan rebar atau rasio
tegangan masing-masing komponen struktur sehingga insiyur sipil dapat melakukan
optimasi pada dimensi penampang melintang komponen struktur atau melakukan
koreksi pada komponen tersebut maupun pada konsep struktur bangunan secara
keseluruhan. Namun demikian pada prinsipnya program bantu ini hanyalah program
untuk mempercepat kerja para insinyur sipil namun tidak mungkin diandalkan untuk
menggantikan mereka.
5. Laporan
Laporan--laporan
poran
Dalam pekerjaan Perencanaan suatu bangunan yang menjadi materi utama adalah
suatu Karya Perencanaan, dalam KAK telah disebutkan tentang kewajiban
penyedia jasa, dalam kaitan ini yang akan dibuat beberapa laporan yang terdiri dari:
2. Laporan Antara
a. Dalam proses pekerjaan perencanaan, konsultan wajib menyiapkan
masing- masing satu set produk draft lengkap untuk diparaf sebagai bukti
persetujuan produk final.
b. Laporan program kemajuan pekerjaan perencanaan ditetapkan
berdasarkan hasil dari psersetujuan atas prduk draft dengan bobot
kemajuan pekerjaan berdasarkan kepada bobot pekerjaan untuk setiap
tahap pekerjaan, dan bukan berdasarkan waktu atau man- hour unit yang
telah digunakan.
3. Laporan Akhir
a. Hasil kerja final berupa penggandaan 10 (sepuluh) set masing- masing
Laporan/ Dokumen dalam bentuk fotocopy laporan dan cetak biru
gambar dokumen yang telah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya dan Tata Ruang Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan.
b. Khusus untuk gambar kalkir disertai dengan soft- copy dalam bentuk
Compact Disc (CD)
4. Penyajian Laporan
Dalam bentuk penyajian laporan dapat diuraikan sebagai berikut :