Anda di halaman 1dari 51

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan mengharapkan keberhasilan dalam menghadapi

persaingan global. Perusahaan yang menjadikan pesaing sebagai pembanding

dalam menciptakan produk merupakan perusahaan yang baik. Pesaing tidak hanya

dijadikan musuh dalam berbisnis karena bisa saja ada sela dan manfaat yang dapat

diambil dari para kompetitor tersebut. Seperti dalam menghasilkan produk,

produk dari pesaing dapat dijadikan tolak ukur agar produk yang kita hasilkan

bisa lebih baik dari produk pesaing dan tentunya memiliki nilai yang lebih unggul.

Menyusun strategi marketing harus mencakup kualitas produk yang diciptakan.

Dalam mewujudkan hal tersebut, perusahaan memerlukan pengorbanan

yang besar. Upaya dan modal merupakan hal biasa untuk disalurkan dalam

mengembangkan nilai jual produk. Walaupun teknik dan strategi marketing yang

dibangun sudah matang, tidak akan berjalan maksimal jika tidak memperhatikan

kualitas produk yang dihasilkan. Perbaikan kualitas produk sangat penting

dilakukan bahkan menjadi hal terdepan yang harus dimaksimalkan. Beberapa

perusahaan di dunia menjadikan hal tersebut sebagai salah satu tujuan yang harus

diwujudkan.

Perubahan kualitas produk menjadi lebih baik sudah tercantum dalam

prinsip Total Quality Management (TQM). Dalam prinsip ini upaya yang

dilakukan pelaku usaha tidak hanya berfokus terhadap perbaikan kualitas produk

saja, akan tetapi juga berfokus terhadap kualitas pelayanan kepada setiap
2

konsumen. Makna yang terangkum dari prinsip TQM adalah tertuju kepada

pelanggan dalam hal memberi perhatian khusus terhadapnya. Dalam arti

keseluruhan, kualitas produk yang diciptakan harus memenuhi kebutuhan dan

kepuasan pelanggan. Strategi marketing dengan menggunakan prinsip ini dapat

membantu perusahaan untuk fokus terhadap kualitas produk.

Meningkatkan kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menerapkan

TQM dimana menurut Sila, et al, (2007) Total Quality Management memainkan

peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kekuatan daya saing

perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan mampu bersaing dengan

perusahaan-perusahaan lain dalam meningkatkan kualitas produk. Selain itu,

TQM adalah salah satu bentuk praktek manajemen terbaik dalam perusahaan yang

menekankan paradigma kualitas secara menyeluruh dalam perusahaan.

TQM memberikan manfaat yaitu meningkatkan daya saing perusahaan.

Konsep TQM merupakan konsep perbaikan terusmenerus yang diterapkan

perusahaan di tiap-tiap level operasi. Perbaikan terus menerus yang dilakukan

dengan melakukan pemantauan terhadap kualitas produk dan jasa di tiap-tiap

level operasi. Total Quality Management merupakan paradigma baru dalam

menjalankan bisnis, berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan secara berkesinambungan atas, jasa, manusia, proses dan

lingkungan organisasi (Goetsch and Davis, pp. 14-18) terdapat enam elemen yang

dapat mempengaruhi Total Quality Management, yaitu: fokus pada pelanggan,

obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara

berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan


3

karyawan. Sampai saat ini, total quality management dianggap paling cocok

sebagai alat untuk membuat perusahaan tetap optimis.

Sulawesi Tengah memiliki delapan komoditas unggulan yang diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan juga perolehan devisa ekspor. Salah

satu dari delapan komoditas yang menjadi primadona sejak dari beberapa tahun

silam hingga kini dan ke depan adalah kakao. Sulteng beberapa tahun sebelumnya

sempat mengekspor kakao dengan menghasilkan devisa sebesar 300 juta dolar

AS. Karena itu, kakao merupakan salah satu komoditas unggulan petani di

Provinsi Sulteng selain kopi, cengkih, kelapa sawit, karet, rotan, kopra dan kemiri.

Permintaan pasar cukup besar, dan kakao Sulteng selama ini sangat diminati

konsumen karena kualitasnya terbilang bagus (antarasulteng.com).

Produk-produk olahan kakao asal Sulteng khususnya Kota Palu telah

dikenal luas dan cukup digemari konsumen dan penikmat cokelat Tanah Air

bahkan mancanegara. Momen besar dan penting untuk memperkenalkan oleh-

oleh khas Palu dan Sulteng ini kepada konsumen mancanegara atau internasional

terjadi saat terjadinya peristiwa alam Gerhana Matahari Total pada Bulan Maret

2016 lalu, saat ribuan turis mancanegara menyerbu Kota Palu dan tinggal

beberapa hari lamanya di Sulteng untuk menyaksikan peristiwa alam yang langka

itu. Dengan kemasan menarik dan sesuai standar industri, aroma berbagai olahan

coklat itu sungguh menggoda, dan cita rasanya bisa bersaing dan tidak kalah

dengan produk-produk cokelat dari negara-negara penghasil cokelat terkenal

dunia seperti Swiss dan Belgia.(http://beritapalu.net/2017/02/16/kakao-komoditi-

unggulan-dan-primadona-ekspor-sulteng)
4

Peluang ini dimanfaatkan oleh masyarakat Sulawesi Tengah khususnya

Kota Palu untuk membuka Usaha Coklat. Berikut ini adalah data tentang Usaha

Coklat dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1
Data Usaha Coklat di Kota Palu Tahun 2016

No. Nama Pemilik Nama Usaha Alamat


1 Ansharuddin Banua Coklat Jl. Otista No. 70 Palu
2 Nadirah B.A Pellawa, S.TP Tadulako Coklat Jl. Lasoso Lrg. Mandiri No.1 Palu
3 Mona Moons Coklat Grand Tagari Permai Blok C/9 Palu
4 Tetty Raharjo Twins Chocolate Jl. Rusa No. 13 Talise
5 Silaturrahma Chocoben Jl. Danau Talaga
6 Risnawati Halwa Cokelat Jl. Bakuku Lrg. 1 No. 21 Palu
7 Fatimah Rapoviaka Cokelat Jl. Lasoso No.45 Palu
8 Nurul Khotimah Choco-Pal Kawatuna
9 Dwi Coco Craft Jl. Tekukur Perdos Palu
10 Hastuti P. Mabrukun Jl. Elang III No.7
11 Lisa Devita Sari Dqueen Chocolate Jl. Pendidikan No. 9 Tondo
12 Misnawati Buluati NS, S.Sos Rumah Roti dan Kue Jl. Mangunsarkoro No. 12 Palu
13 Arman Wahid Sahabat Cokelat Jl. Tanggul Selatan BTN Smart Regency Blok
CC/08
14 Nisma Dellyzie Choco Jl. Marakaluli No. 19
15 Nasriani Rafika BTN Palupi Permail
16 Ismi Tita Brownies Jl. Mangunsarkoro
17 Azmiyyah Karim Kub Mommy Coco Jl. Pue Bongo, Perum Baitussalam Blok C7
18 Netty Katiandagho Kub Tiara Jl. Banteng Blok O/3 Birobuli Selatan
19 Nirmansyah Kub Dantas Cokelat Jl. Danau Talaga, Kamonji
20 Nanada Kub Cokelat Palu Jl. Cikditiro Palu
21 Muliati Kub Namomi Jl. Setia Budi Lrg. Delima No. 23 Talise
22 Fathal Mufidah Kub Mitra Mandiri Jl. Gawalise No. 4 Donggala Kodi
23 Rahmawati Kub Nosarara Choco Jl. Muh. Yamin Lrg. Walet No.7 Birobuli
24 Muspa Alwi Kub Gawalise Cokelat Jl. Gawalise Palu Barat
25 Yesterlina Kub Tabita Cokelat Jl. Kancil Bawah No.101, Palu Selatan
26 Septiani Putri Kub Suka Cokelat Jl. Veteran No. 53 C, Tanamodindi, Palu
27 Sudarsono Kub Berkah Abadi Jl. Ongka Malino No. 18, Komplek (Petobo)
28 Ayu Trisnawati Kub Choco Nice Jl. Lombok 3 No. 16, Kamonji
29 Ancha Cafe Coklat Jl. Setia Budi
30 Shela Coklat Berhantu Jl. Tamako, Lrg. I, No. 4 B
31 Syadiah Cafe Dode Jl. Merdeka, No. I, Biromaru
32 Nurahma Nadia Cake Lava Jl. Kelor, Lrg. III, No.19
Sumber :Disperindagkop Kota Palu Tahun 2016

Berdasarkan Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kota Palu dan hasil observasi dari sekian banyaknya usaha coklat di kota Palu
5

hanya ada beberapa usaha saja yang hingga kini masih beroperasi. Selain itu

terdapat juga Usaha coklat yang belum bersetifikat halal pada produk yang

mereka produksi, hal ini dapat mempengaruhi pada tingkat penjualan Usaha

coklat itu sendiri. Selain itu beberapa pemilik dan karyawan usaha coklat belum

mengetahui apakah elemen-elemen TQM seperti yang disebutkan pada paragraf

keenam dapat mempengaruhi kinerja operasional.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang lebih mendalam mengenai Pengaruh Total Quality Management (TQM)

Terhadap Kinerja Operasional Usaha Coklat di Kota Palu agar

dapatdiperoleh masukan terhadap ilmu pengetahuan dan peningkatan Usaha

Coklat di Kota Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah variabel TQM yang terdiri dari (fokus pada pelanggan,

obsesi terhadap kualitas, kerja sama tim, perbaikan sistem secara

berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, serta keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu?

2. Apakah fokus pada pelanggan secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu?

3. Apakah obsesi terhadap kualitas secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu?


6

4. Apakah kerja sama tim secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu?

5. Apakah perbaikan sistem secara berkesinambungan secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di

Kota Palu?

6. Apakah pendidikan dan pelatihan secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu?

7. Apakah keterlibatan dan pemberdayaan karyawan secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di

Kota Palu?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simultan variabel

TQM yang terdiri dari fokus pada pelanggan, obsesi terhadap

kualitas, kerja sama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan,

pendidikan dan pelatihan, serta keterlibatan dan pemberdayaan

karyawan terhadap Kinerja Operasional Usaha Coklat di Kota Palu.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial variabel fokus

pada pelanggan terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota

Palu.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial variabel obsesi

terhadap kualitas terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota

Palu.
7

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial variabel kerja

sama tim terhadap kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial variabel

perbaikan sistem secara berkesinambungan terhadap kinerja

operasional Usaha Coklat di Kota Palu.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial variabel

pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja operasional Usaha Coklat

di Kota Palu.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial variabel

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap kinerja

operasional Usaha Coklat di di Kota Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan sebagai wahana informasi

penerapan Total Quality Manajemen dalam proses belajar mengajar

di Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.

2. Bagi Praktisi Usaha

Sebagai bahan bagi Usaha coklat untuk mendapatkan informasi

mengenai pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja

operasional dan sebagai bahan pertimbangan bagi Usaha coklat

dalam menerapkan Total Quality Manajemen dengan baik dan benar.


8

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin

melakukan penelitian tentang Total Quality Manajemen dikemudian

hari.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan tentang penelitian terdahulu, landasan teori,

hubungan TQM dan kinerja operasional, kerangka

pemikiran dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang langkah-langkah yang

digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Dalam

bab ini menguraikan tentang tipe dan objek penelitian, jenis

dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan

penarikan sampel, teknik pengumpulan data, definisi

operasional variabel dan metode analisis.


9

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum dari objek

yang diteliti.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan

penelitian tentang TQM pada usaha kecil dan menengah.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini merupakan referensi atau acuan dan alat untuk

perbandingan yang diambil oleh peneliti untuk membantu menyusun tulisan yang

berkaitan dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun

penelitian terdahulu yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Intan Ratna Dewi (2013) dengan judul Pengaruh Penerapan Total Quality

Management (TQM), Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan

(Reward) Terhadap Kinerja Manajerial (studi empiris pada hotel di Kota

Padang dan Bukittinggi) Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan

memberikan bukti empiris: 1) Pengaruh TQM terhadap kinerja manajerial.

2) Pengaruh sistem pengukuran kinerja manajerial kinerja. 3) Pengaruh

untuk menghargai sistem kinerja manajerial. Penelitian ini merupakan

penyebab. populasi adalah 28 perusahaan perhotelan. Jenis data adalah

penelitian data primer. Metode pengumpulan data menggunakan

kuesioner. metode pengumpulan sampel menggunakan metode total

sampling. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan: (1) Total Quality Management (TQM) tidak

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. (2) sistem

kinerja Pengukuran mempengaruhi kinerja manajerial. (3) sistem Reward

tidak memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial.


11

Saran penelitian ini adalah: 1) Perusahaan diharapkan untuk melakukan

sistem pengukuran kinerja sehingga akan meningkatkan kinerja

manajerial. 2) meningkatkan bisnis kinerja manajerial perlu

memperhatikan sistem TQM dan penghargaan yang diberikan kepada

manajer, sehingga penghargaan ini diberikan kepada manajer dapat

meningkatkan kinerja mereka. 3) Penelitian selanjutnya dapat memperluas

variabel penelitian dengan menambahkan variabel lain seperti budaya

organisasi dan motivasi. Selain objek penelitian juga dapat diperluas

dengan mengambil layanan lain yang tersedia

2. Juliani Putriama, Faula Arina, Ratna Ekawati (2013) dengan judul

pengaruh penerapan total quality management melalui produktivitas

karyawan terhadap kinerja perusahaan dengan metode struktural equation

modelling Kualitas produk dituntut dari bagaimana menggunakan sistem

manajemen yang baik dimana sistem manajemen ini dapat dijadikan alat

untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan juga mengukur kinerja

karyawannya. Salah satu alat manajemen yang digunakan yaitu TQM.

TQM merupakan suatu konsep perbaikan yang dilaksanakan secara terus-

menerus, yang melibatkan seluruh elemen dan karyawan pada setiap

tingkatan organisasi dalam rangka untuk mencapai kualitas yang terbaik

pada seluruh aspek organisasi melalui proses manajemen. Penelitian ini

dilatarbelakangi dengan PT. X yang telah memiliki sertifikasi ISO 9000-

2008 sebagai hasil penerapan TQM. Sedangkan pengukuran kinerja

perusahaan yang dilakukan oleh PT. X hanya di dokumentasi dari hasil


12

evaluasi pelatihan karyawannya, kurangnya aspek penilaian untuk

mengukur kinerja perusahaan tersebut. Oleh sebab itu penelitian ini akan

membantu perusahaan untuk pengkajian lebih dalam atas fungsi penerapan

TQM (yang disimbolkan dari sertifikasi ISO) terhadap kinerja perusahaan

yang juga dinilai dari aspek produktivitas karyawan Dari latar belakang

yang ada maka tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan TQM

dan tingkat produktivitas karyawan di PT.X, mengetahui tingkat kinerja

perusahaan di PT.X serta bagaimana hubungan antara TQM dan

produktivitas karyawan di PT.X terhadap kinerja perusahaan. Adapun

penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modelling dengan

software AMOS versi 9.0 dengan estimasi maximum likelihood dan

confirmatory factor analisis. Hasil yang didapat yaitu pelaksanaan TQM

dan penilaian produktivitas karyawan dinilai sudah baik dengan rata-rata

nilai 4,45 dan 4,39, dan tingkat kinerja perusahaan didapatkan nilai

sebesar 4,43 serta hasil uji hipotesa menunjukan hubungan antara TQM

terhadap kinerja dengan nilai sebesar 0,18 yang tergolong kecil serta

adanya pengaruh yang positif antara TQM terhadap produktivitas

karyawan dengan nilai sebesar 0,54 dan adanya pengaruh positif antara

produktivitas karyawan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai sebesar

0,78.

3. Ari Zaqi Al Faristy (2014) dengan Judul Penerapan TQM (Total Quality

Management) Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan UMKM,

meningkatkan kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menerapkan


13

manajemen kualitas total yang menurut sila, et al, (2007) manajemen

kualitas total memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan

kekuatan daya saing perusahaan. kinerja yang baik dari perusahaan akan

mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam meningkatkan kualitas

produk. selain TQM adalah salah satu praktek manajemen terbaik di

perusahaan yang menekankan paradigma kualitas keseluruhan dalam

perusahaan. penelitian ini menganalisis penerapan tqm di UMKM Aksis

Jaya dan melihat efek dari sepuluh karakteristik TQM terhadap kinerja

perusahaan dengan menggunakan beberapa analisis regresi linier

berganda. selain perbaikan yang diusulkan yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. perbaikan perlu dilakukan untuk

mengurangi sampah di area kerja dengan mempromosikan kebersihan,

kerapian dan disiplin dalam bekerja, membuat SOP, dokumentasi data dan

membangun budaya perbaikan terus-menerus.

4. Juditshira Lempoy (2013) dengan judul Penerapan TQM Terhadap

Efisiensi Biaya dan Efektivitas Pelayanan Pada PT. PLN (PERSERO)

Wilayah Sultenggo, Total Quality Management merupakan sistem yang

mengangkat kualitas sebagai startegi usaha dan berorientasi pada kepuasan

pelanggan yang melibatkan seluruh anggota organisasi. Penerapan TQM

ini juga tidak telepas dari biaya dan kualitas pelayanan. TQM sangat

berkaitan dengan biaya dan kualitas pelayanan karena dengan peningkatan

kualitas pelayanan maka perusahaan dapat menekan biaya, terutama dalam

mengurangi atau menghilangkan pemborosan. Penelitian ini bertujuan


14

untuk mengetahui pengaruh penerapan total quality menegement terhadap

efisiensi biaya dan efektivitas pelayanan pada PT PLN (Persero) Wilayah

Suluttenggo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

berupa kuisioner dengan skala Likert. Sampel yang digunakan yaitu

sebanyak 34 responden yang merupakan pimpinan dan staf. Analisis

pengaruh menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa

TQM berpengaruh terhadap efisiensi biaya, dan hasil pengujian hipotesis

kedua menyatakan bahwa TQM berpengaruh terhadap efektivitas

pelayanan pada PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo. Hal ini

ditunjukan dari olahan data yang menyatakan pengaruh yang bersifat

positif dan kuat antar variabel.

5. Callystha Prayhoego dan Devie (2013) dengan judul Analisa Pengaruh

Total Quality Management Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja

Perusahaan, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh signifikan antara Total Quality Management terhadap

keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan. Variabel TQM diukur dari

delapan indikator, yaitu Top Management Support, Quality Information,

Process Management, Product Design, Workforce Management, Supplier

Involment, Customer Involment, Employee Empowerment. Variabel

keunggulan bersaing diukur dari lima indikator, yaitu harga, kualitas,

delivery dependability, inovasi produk, dan time to market. Sedangkan

variabel kinerja perusahaan akan diukur dari dua indikator, yaitu kinerja
15

keuangan dan kinerja operasional. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara membagikan kuesioner. Unit analisis penelitian adalah perusahaan di

Surabaya. Responden yang dijadikan sampel sebanyak 90 orang manajer

puncak. Metode analisis yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah

Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan Partial Least

Square (PLS). Penelitian ini berhasil membuktikan adanya hubungan

yang signifikan antara Total Quality Management terhadap keunggulan

bersaing, Total Quality Management terhadap kinerja perusahaan, dan

keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan.

Hasil penelitian terdahulu dari penjelasan di atas lebih jelas dapat dilihat

pada tabel 2.1 di bawah ini:


16

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/Tahun

PENGARUH PENERAPAN TOTAL Terletak pada objek


Quality Management (Tqm), Sistem penelitiannya serta variabel
Intan Ratna Variabel dependen
Pengukuran Kinerja Dan Sistem dependennya sistem
Dewi Total Quality
Penghargaan (Reward) Terhadap pengukuran kinerja dan
management dan
Kinerja Manajerial sistem reward dan variabel
(2013) Regresi
(Studi Empiris pada Hotel di Kota dependennya Kinerja
Padang dan Bukittinggi) Manajerial
Terletak pada objek
Juliani
Pengaruh Penerapan Total Quality Variabel penelitian yaitu di PT.X dan
Putriama, Faula
Management Melalui Produktivitas Independen Total alat analisis yaitu
Arina, Ratna
Karyawan Terhadap Kinerja
Ekawati Quality menggunakan Metode
Perusahaan Dengan Metode
Structural Equation Modeling Management Structural Equation
(2013) Modelling.
Variabel
Ari Zaqi Al
Penerapan Total Quality Management Independen TQM
Faristy Menggunakan 10 variabel
(Tqm) Dalam Meningkatkan Kinerja dan Objek
dependen.
Perusahaan UMKM Penelitian UMKM
(2014)
dan Regresi
Terletak pada objek
Vareabel
Juditshira Penerapan Tqm Terhadap Efisiensi penelitian yaitu PT. PLN
independen Total
Lempoy Biaya Dan Efektivitas Pelayanan Pada (PERSERO) wilayah
Quality
PT. PLN (Persero) Wilayah SULTENGGO dan variabel
Management dan
(2013) Suluttenggo dependennya efisiensi biaya
Regresi
dan efektivitas pelayanan
Callystha Terletak pada objek
Vareabel
Prayhoego dan Analisa Pengaruh Total Quality penelitian yaitu Perusahaan
independen Total
Devie Management Terhadap Keunggulan di Surabaya dan alat analisis
Quality
Bersaing Dan Kinerja Perusahaan. yaitu menggunakan SEM
Management dengan menggunakan PLS.
(2013)
Sumber : Penelitian Terdahulu (diolah kembali)
17

2.2. Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Manajemen Operasi

Pengertian manajemen menurut Assauri (2008 : 18) adalah kegiatan atau

usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Pengertian ini terdapat tiga

unsur yang penting yaitu, adanya orang yang lebih dari pada satu, adanya tujuan

yang ingin dicapai dan orang yang bertanggungjawab akan tujuan tersebut.

Menurut Handoko (2000 : 3) manajemen produksi dan operasi merupakan

usaha-usaha pengelolan secara optimal penggunaan sumber daya (sering disebut

faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, bahan mentah dan

sebagainya dalam proses transpormasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi

berbagai produk atau jasa. Para manajer produksi dan operasi mengarahkan

berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi keluaran (output) dalam

jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan

konsumen.

Manajemen operasi pada awalnya selalu identik dengan proses pabrikasi,

tetapi setelah kegiatan bisnis berkembang dan meluas ke berbagai sektor

manufakturing, maka manajemen operasi mempunyai arti yang luas. Beberapa

penulis seperti Krajewski, Gaither, dan Heizer cenderung mengartikan

manajemen operasi sebagai manajemen dari sebuah organisasi produksi yang

mengkonfersi/ mentransformasi/ mengubah input menjadi output yang berupa

barang maupun jasa. (Joko 2004 : 01).

Menurut Reksohadiprodjo (1997:08) manajemen produksi/operasi adalah

kegiatan yang bertalian dalam penciptaan barang-barang dan jasa-jasa melalui


18

pengubahan masukan/faktor produksi menjadi keluaran/hasil produksi, dimana

memerlukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan

pengawasan agar tujuan-tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif serta

kegiatan dimana sumberdaya yang mengalir didalam sistem tertentu

dikombinasikan dan diubah bentuk dengan cara tertentu sehingga menambah

nilai, sesuai Gambar di bawah ini yang menunjukkan sistem produksi yang

disederhanakan.

MASUKAN PROSES KELUARAN


( INPUT ) PENGUBAHAN ( OUTPUT )

KENDALI

Sumber : Reksohadiprodjo (1997 : 8 )

Gambar 2.1 Sistem Produksi Disederhanakan

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:04) produksi adalah proses

penciptaan barang dan jasa. Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang

menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa, dengan mengubah input

menjadi output.

Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian

manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang

dilakukan dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Bertitik tolak pada pengertian itu, Fogarty (1989)
19

mendefinisikan produksi dan operasi sebagai suatu proses yang secara

berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk

mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai

tujuan. (Herjanto, 1992 : 2)

Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan yang mencakup

bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisaan dan penetapan keputusan saat

sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi yang umumnya bersifat

keputusan-keputusan pada waktu penyiapan dan pelaksanaan kegiatan produksi

dan pengoprasinya yang umumnya bersifat jangka pendek.

2.2.2 Pengertian Total Quality Management (TQM)

Menurut Dubrin dan Ireland (1993), Total Quality Management adalah

suatu komitmen strategis dari perusahaan dalam memperbaiki kualitas produk

secara berkesinambungan untuk memuaskan pelanggan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa TQM membutuhkan fokus dan pengintegrasian dari semua unit yang

berada dalam perusahaan sehingga setiap unit tersebut mengerti akan tugas yang

mereka emban dalam meningkatkan kualitas.

Total Quality Management juga diartikan sebagai pendekatan untuk

meningkatkan persaingan, efektivitas, dan fleksibilitas dari seluruh organisasi. Hal

tersebut merupakan cara untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan

memahami semua aktivitas serta sangat bergantung kepada individu pada setiap

tingkat (Oakland, 1993). Agar hal tersebut menjadi efektif semua bagian harus

dapat bekerja bersama dengan baik demi menyongsong tujuan yang sama dan
20

menyadari bahwa setiap orang serta aktivitasnya sangat berpengaruh dan

dipengaruhi oleh orang lain.

Menurut Dubrin dan Ireland (1993), terdapat beberapa dimensi dari TQM

yang harus dipahami dengan benar oleh semua unit dalam perusahaan. Dimensi

tersebut terbagi menjadi 4 bagian, diantaranya customer-drivenquality standard,

supplier - customer links, prevention orientation, dan quality at the source,

Customer-driven quality standard menyebutkan bahwa perusahaan harus

mempunyai bagian khusus yang memperhatikan dan menentukan apa yang

sebenarnya konsumen inginkan lalu mendesain dan mengembangkan produk

(output) untuk memenuhi spesifikasi konsumen tersebut. Supplier -customer link,

dimensi ini menyebutkan bahwa perusahaan memiliki pelanggan internal maupun

eksternal yang akan mempengaruhi kualitas produk. Prevention orientation,

menjelaskan bahwa lebih baik untuk mencegah masalah (atau kesalahan) dari

pada mahir dalam memperbaiki produk yang rusak sehingga dibutuhkan

kesungguhan pekerja dalam mendesain dan melengkapi semua aktivitas operasi.

Quality at the source, dimensi ini memberi persyaratan kepada pekerja untuk

menjadi pemeriksa dari hasil pekerjaan mereka sendiri.

Total Quality Management merupakan paradigma baru dalam

menjalankan bisnis, berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan secara berkesinambungan atas, jasa, manusia, proses dan

lingkungan organisasi (Goetsch and Davis, pp. 14-18) terdapat enam elemen yang

dapat mempengaruhi Total Quality Management, yaitu:


21

1. Fokus pada pelanggan

Dalam Total Quality Management, baik pelanggan internal

maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan ekternal

menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka,

sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas

manusia, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau

jasa.

2. Obsesi terhadap kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan Total Quality Management,

penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas

ditetapkan tersebut organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau

melebihi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti semua karyawan

pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya

berdasarkan perspektif bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih

baik? bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku

prinsip good enough is never good enough

3. Kerjasama tim

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali

diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi

tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal

tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang

seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada

gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.


22

Semetara itu dalam organisasi yang menerapkan Total Quality

Management kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina

baik antar karywan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-

lembaga pemerintah dan masyarakat sekitarnya.

4. Perbaikan secara berkesinambungan

Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-

proses tertentu di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu sistem

yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang

dihasilkan dapat meningkat.

5. Pendidikan dan pelatihan

Saat ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap

pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa

perusahaan bukanlah sekolah yang diperlukan adalah tenaga terampil siap

pakai. Oleh sebap itu perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan

memberikan pelatihan sekadarnya kepada para karyawan. Kondisi seperti

itu menyebapkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan

sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan

global.

Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan Total Quality

Management, pendidikan daan pelatihan merupakan faktor yang

fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar.

Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak

ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia, dengan belajar setiap orang
23

dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian

profesionalnya.

6. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang

penting dalam penerapan Total Quality Management. Usaha untuk

melibatkan karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama, hal ini akan

meninngkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana

yang lebih baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup

pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan

dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkatkan

rasa memiliki dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan

orang-orang yang harus melaksanakannya.

Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan karyawan tetapi

juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-

sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

menyusun pekerjaan yang memungkinkan para karyawan untuk

mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaannya dalam

parameter yang ditetapkan dengan jelas.

2.3 Kinerja Operasional

Pengukuran kinerja operasional diukur melalui beberapa dimensi

pengukuran, yaitu biaya produk perunit, kualitas produk, kualitas proses,

kemampuan menangani perubahan jumlah permintaan, kemampuan memenuhi


24

perubahan selera pelanggan, pengiriman tepat waktu, dankemampuan pengiriman

sebelum waktu yang ditentukan (Leong et al, 1990:120).

Penelitian ini lebih menekankan pada kinerja operasional perusahaan.

Kinerja operasional peneliti mengacu pada pendapat Schroeder (1993) yang

mengatakan bahwa pengukuran kinerja yang tepat sebaiknya diperoleh dari hasil

penerapan operasi dan bisnis, yang ditunjukkan dengan kualitas,biaya, delivery,

fleksiblitas, dan inovasi. Kinerja operasional dalam penelitian ini menggunakan

indikator kinerja yang dikemukakan oleh Terziovski dan Samson (1999), yang

dapat diukur melalui tingkat produktivitas, tingkat kesalahan produk, biaya

jaminan atau garansi, biaya kualitas, dan ketepatan waktu produk sampai ketangan

konsumen.

Kinerja operasional perusahaan. Kinerja merupakan hasil yang diinginkan

dari perilaku (Gibson dan Donelly, 1995). Kinerja organisasional merupakan hasil

yang diinginkan organisasi dari perilaku orang-orang di dalamnya. Kinerja ini

dapat diperbaiki, apabila tujuan organisasi dikombinasikan dengan umpan balik

(Noori dan Radford, 1995). Ukuran kinerja perusahaan dapat dikelompokkan

kedalam kinerja keuangan dan kinerja operasional. Penelitian ini menggunakan

kinerja operasional yang meliputi tingkat produktivitas, tingkat kesalahan produk,

biaya jaminan atau garansi, biaya kualitas dan tingkat penyampaian produk

ketangan konsumen tepat waktu. Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan

untuk kinerja operasional adalah tingkat produktivitas, tingkat kesalahan produk,

biaya garansi, biaya kualitas dan ketepatan waktu produk sampai ketangan

konsumen (Terziovski dan Samson, 1999).


25

2.4 Hubungan Total Quality Management dengan Kinerja Operasional

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu usaha perusahaan

secara terus menerus dalam meningkatkan kualitas produk dari penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi selama proses produksi sehingga barang atau hasil

produksi dapat dihasilkan dengan sempurna tanpa adanya cacat. Dengan kualitas

yang baik diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan konsumen sebagai

pengguna akhir dari produk tersebut sehingga tujuan akhir dari perusahaan dapat

tercapai.

Untuk menghasilkan kualitas terbaik dibutuhkan usaha perbaikan yang

terus-menerus dalam kemampuan karyawan, proses dan lingkungan. Jalan terbaik

untuk memperbaiki kompenen-komponen tersebut secara terus-menerus adalah

dengan mengimplementasikan Total Quality Management. Untuk meningkatkan

kinerja operasional dapat terjadi jika perusahaan mengimplementasikan secara

benar Total Quality Management di seluruh aspek pada operasional perusahaan.

Dibutuhkan secara terus-menerus pada semua bagian-bagian untuk di

implementasikan untuk melengkapi pelaksanaan terbaik perusahaan untuk

mendapatkan kualitas produk dan pelayanan seperti yang dibutuhkan, dan hal

tersebut nantinya akan berimbas kepada penjualan perusahaan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah

yang penting (Sekaran, 1992). Kerangka berpikir dalam suatu kerangka penelitian
26

perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua

variabel atau lebih. Kriteria utama kerangka pemikiran agar bisa meyakinkan

adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam pembangunan suatu kerangka

berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Dari beberapa

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir merupakan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di

diskripsikan:

TOTAL QUALITY
MANAGEMENT

Fokus Pada Pelanggan

Obsesi Terhadap
Kualitas
KINERJA
Kerjasama Tim OPERASIONAL

1. Tingkat
Produktivitas
Perbaikan Sistem 2. Tingkat Kesalahan
Secara Produk
Berkesinambungan 3. Biaya Garansi
4. Biaya Kualitas
Pendidikan dan 5. Ketepatan Waktu
Pelatihan Produk Sampai
Ketangan Konsumen
Keterlibatan dan
Pemberdayaan (Terziovski and Samson,
1999)
Karyawan

( Goetsch and Davis, 1994)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran


27

2.6 Hipotesis
Berdasarkan dari uraian permasalahan di atas, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Total Quality Management yang terdiri dari fokus pada

pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerja sama tim, perbaikan sistem

secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja operasional Usaha Coklat di Kota Palu.

2. Variabel fokus pada pelanggan, secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja operasional Usaha coklat di Kota Palu.

3. Variabel obsesi terhadap kualitas, secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja operasional Usaha coklat di Kota Palu.

4. Variabel kerja sama tim, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja operasional Usaha coklat di Kota Palu.

5. Variabel perbaikan sistem secara berkesinambungan, secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Usaha coklat di Kota

Palu.

6. Variabel pendidikan dan pelatihan, secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja operasional Usaha coklat di Kota Palu.

7. Variabel keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Usaha coklat di Kota

Palu.
28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan judul yang diteliti, penelitian ini dapat di kategorikan sebagai

penelitian deskriptif. Anwar (2011:13) mengemukakan bahwa desain penelitian

deskriptif adalah penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran

secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek

penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta

yang diperoleh saat penelitian dilakukan.

3.2 Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil objek pada usaha coklat di kota Palu, karena

merupakan jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan guna menyelesaikan

beberapa persoalan Sosial dan Ekonomi di Kota Palu selain itu menjadikan usaha

coklat ini sebagai objek kita agar dapat melihat pengolahan lebih lanjut dari kakao

dengan harga jual yang lebih tinggi.

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Jenis data
1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak terukur yang berupa tulisan-

tulisan atau keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian, atau pun yang berhubungan dengan dokumen pribadi,

catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dan lain-lain.


29

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dapat terukur dalam bentuk

angka-angka, jumlah maupun hasil perhitungan langsung dari

perusahaan yang akan diolah lebih lanjut, dan juga hasil pengukuran

variabel yang dioprasikan dengan menggunakan instrumen.

3.3.2 Sumber data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hal

yang terkait secara langsung dengan penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

biasanya diperoleh melalui riset kepustakaan dan hasil penelitian yang

pernah dilakukan sebelumnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan beberapa

metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama

dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian

(Creswell, 2002).

b. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi separangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Kuesioner merupakan


30

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


Tabel 3.1
Jumlah Pemilik dan Karyawan Usaha Coklat di Kota Palu

No. Nama Usaha Jumlah Jumlah Total


Pemilik Karyawan
1 Banua Coklat 1 7 8
2 Tadulako Coklat - - -
3 Moons Coklat - - -
4 Twins Chocolate 1 4 5
5 Chocoben - - -
6 Halwa Cokelat 1 4 5
7 Rapoviaka Cokelat 1 5 6
8 Choco-Pal - - -
9 Coco Craft - - -
10 Mabrukun - - -
11 Dqueen Chocolate - - -
12 Rumah Roti dan Kue - - -
13 Sahabat Cokelat - - -
14 Dellyzie Choco - - -
15 Rafika - - -
16 Tita Brownies - - -
17 Kub Mommy Coco - - -
18 Kub Tiara - - -
19 Kub Dantas Cokelat - - -
20 Kub Cokelat Palu - - -
21 Kub Namomi - - -
22 Kub Mitra Mandiri - - -
23 Kub Nosarara Choco - - -
24 Kub Gawalise Cokelat - - -
25 Kub Tabita Cokelat - - -
26 Kub Suka Cokelat - - -
27 Kub Berkah Abadi - - -
28 Kub Choco Nice - - -
29 Cafe Coklat 1 6 7
30 Coklat Berhantu 1 7 8
31 Cafe Dode 1 5 6
32 Cake Lava 1 4 5
TOTAL KESELURUHAN 8 42 50
Sumber : Disperindagkop Kota Palu Tahun 2016(diolah kembali)
31

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Pada penelitian

ini populasinya adalah seluruh pemilik dan karyawan usaha coklat di Kota Palu

dengan jumlah sebanyak 32 usaha coklat.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. (Ferdinand, 2006) Dalam penelitian ini tidak digunakan teknik

sampling karena sampel yang diteliti adalah keseluruhan dari populasi yang ada

atau disebut dengan sensus. Mengingat populasi hanya sebesar 32 usaha coklat,

maka layak untuk diambil keseluruhan untuk dijadikan sampel tanpa harus

mengambil sampel dalam jumlah tertentu. Sehingga sampel dari penelitian ini

adalah seluruh usaha coklat yang ada di Kota Palu.

3.6 Skala Pengukuran

Skala pengukuran instrument adalah kesepakatan yang digunakan sebagai

acuan pendekatan interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut

bila digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam penelitian ini skala

pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014:168). Penulisan analisis kuantitatif

menggunakan pertanyaan dan skor sebagai berikut:


32

1) Skor 5 untuk jawaban yang sangat setuju (SS)

2) Skor 4 untuk jawaban setuju (S)

3) Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu (RR)

4) Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)

5) Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

3.7 Defenisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel yang ada di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fokus Pada Pelanggan

Fokus pada pelanggan merupakan upaya perusahaan untuk

memproduksi produk sesuai dengan keinginan pelanggan untuk

memuaskan pelanggan. Variabel fokus pada pelanggan diukur dengan

indikator sebagai berikut:

a. Visi, komitmen dan suasana

b. Penjajaran dengan pelanggan

c. Kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan

pelanggan

d. Memanfaatkan informasi dari pelanggan

e. Mendekati para pelanggan

f. Kemampuan, kesanggupan, dan pemberdayaan karyawan

g. Penyempurnaan produk dan proses secara terus menerus


33

2. Obsesi terhadap kualitas

Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap dan komitmen

perusahaan untuk tetap memberikan kualitas yang terbaik pada setiap

produknya yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

baik internal maupun eksternal. Variabel obsesi terhadap pelanggan diukur

dengan indikator sebagai berikut:

a. Kinerja karakteristik operasi pokok dari produk inti.

b. Ciri-ciri keistimewaan tambahan, yaitu karakteristik sekunder atau

pelengkap.

c. Kehandalan, yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau

gagal pakai.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi, yaitu sejauh mana skarakteristik desain

dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan

sebelumnya.

e. Daya tahan, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus

digunakan.

f. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan.

g. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

Kualitas yang dipersepsikan, yaitu citra dan reputasi produk serta

tanggung jawab perusahaan terhadapnya.


34

3. Kerjasama tim

Kerjasama tim merupakan implementasi integritas perusahaan

dimana setiap orang dalam setiap departemen pada perusahaan bersama-

sama melakukan tindakan yang dapat mewujudkan tujuan yang ingin

dicapai perusahaan. Variabel kerjasama tim diukur dengan indikator

sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan

b. Perluasan tugas

c. Penjajaran

d. Bahasa yang umum

e. Kepercayaan / respek

f. Kepemimpinan

g. Keterampilan pemecahan masalah

h. Keterampilan menangani konfrontasi / konflik

i. Penilaian / tindakan

j. Perayaan

4. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

Perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan usaha

konstan yangdilakukan oleh perusahaan untuk mengubah dan membuat

sesuatu menjadi lebih baik. Variabel perbaikan sistem secara

berkesinambungan diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Komunikasi.

b. Memperbaiki masalah yang nyata / jelas.


35

c. Memandang ke hulu / mencari penyebab suatu masalah.

d. Mendokumentasikan kemajuan dan masalah.

e. Memantau perubahan

5. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan proses pembelajaran yang

diadakan perusahaan untuk memperbaiki kualitas manajemen perusahaan.

Variabel ini diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Mengurangi kesalahan produksi

b. Meningkatkan produktivitas

c. Meningkatkan / memperbaiki kualitas

d. Respon yang lebih baik terhadap perubahan

e. Kerja sama tim yang lebih baik

f. Menunjukkan komitmen manajemen terhadap kualitas

6. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan proses yang

dilakukan oleh perusahaan untuk mengikutsertakan karyawannya dalam

setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Variabel ini

menggambarkan tentang arti pekerjaan pada diri karyawan. Variabel ini

diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Melibatkan seluruh karyawan

b. Melakukan pelatihan

c. Memposisikan sesuai bidangnya


36

7. Kinerja Operasional

Kinerja operasional perusahaan. Kinerja merupakan hasil yang

diinginkan dariperilaku (Gibson dan Donelly, 1995). Kinerja

organisasional merupakan hasil yang diinginkan organisasi dari perilaku

orang-orang di dalamnya. Kinerja ini dapat diperbaiki, apabila tujuan

organisasi dikombinasikan dengan umpan balik (Noori dan Radford,

1995). Ukuran kinerja perusahaan dapat dikelompokkan kedalam kinerja

keuangan dan kinerja operasional. Penelitian ini menggunakan kinerja

operasional yang meliputi tingkat produktivitas, tingkat kesalahan produk,

biaya jaminan atau garansi, biaya kualitas dan tingkat penyampaian

produk ketangan konsumen tepat waktu. Dalam penelitian ini, ukuran

yang digunakan untuk kinerja operasional adalah tingkat

produktivitas,tingkat kesalahan produk, biaya garansi, biaya kualitas dan

ketepatan waktu produk sampai ketangankonsumen (Terziovski dan

Samson, 1999).

Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel

No. Item
Variabel Indikator
Pernyataan
1. Visi, komitmen, dan suasana
2. Penjajaran dengan pelanggan
3. Kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan
Fokus Pada pelanggan 1-13
Pelanggan (X1) 4. Memanfaatkan informasi dari pelanggan
5. Mendekati para pelanggan
6. Kemampuan, kesanggupan, dan pemberdayaan karyawan
7. Penyempurnaan produk dan proses secara terus menerus
1. Kinerja karakteristik operasi pokok dari produk inti.
Obsesi Terhadap 1-8
2. Ciri-ciri keistimewaan tambahan, yaitu karakteristik sekunder
Kualitas (X2)
atau pelengkap.
37

3. Kehandalan, yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan


atau gagal pakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi, yaitu sejauh mana skarakteristik
desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,
mudah direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan, yaitu citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
1. Saling ketergantungan
2. Perluasan tugas
3. Penjajaran
4. Bahasa yang umum
Kerjasama Tim 5. Kepercayaan / respek 1-10
(X3) 6. Kepemimpinan
7. Keterampilan pemecahan masalah
8. Keterampilan menangani konfrontasi / konflik
9. Penilaian / tindakan
10. Perayaan
1. Komunikasi.
Perbaikan Secara 2. Memperbaiki masalah yang nyata / jelas.
Berkesinambungan 3. Memandang ke hulu / mencari penyebab suatu masalah. 1-5
(X4) 4. Mendokumentasikan kemajuan dan masalah.
5. Memantau perubahan
1. Mengurangi kesalahan produksi
2. Meningkatkan produktivitas
Pendidikan dan 3. Meningkatkan / memperbaiki kualitas 1-6
Pelatihan (X5) 4. Respon yang lebih baik terhadap perubahan
5. Kerja sama tim yang lebih baik
6. Menunjukkan komitmen manajemen terhadap kualitas
Keterlibatan dan 1. Melibatkan seluruh karyawan
1-6
Pemberdayaan 2. Melakukan pelatihan
Karyawan (X6) 3. Memposisikan sesuai bidangnya
1. Tingkat Produktivitas,
Kinerja 2. Tingkat Kesalahan Produk,
1-10
Operasional (Y) 3. Biaya Garansi,
4. Biaya Kualitas dan
5. Ketepatan Waktu Produk Sampai Ketangan Konsumen
Sumber : Goetsh and Davis, (1994) dan Terziovski and Samson (1999)
38

3.8 Metode Analisis Data


3.8.1 Uji Instrumen Pengumpulan Data
3.8.1.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

menurut Ghozali (2006:33). Uji validitas merupakan perbedaan sekor yang

mencerminkan perbedaan sebenarnya antara individu, kelompok dan situasi

tentang karakteristik yang akan diukur. Penggujian ini untuk menjaga konsisten

terhadap pertanyaan yang diajukan.

Menurut Sugiyono (2014:188) syarat minimum untuk dianggap memenuhi

syarat adalah r = 0,3 jadi, kolerasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3

maka butir dalam instrumen tersebut diyatakan tidak valid. Sebaliknya, jika total

positif dan lebih besar dari 0,3 (r 0,3) maka instrumen tersebut diyatakan valid.

Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing-

masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur, dengan tujuan

untuk mengetahui apakah keseluruhan item peryataan yang diajukan dalam

instrumen (kuesioner) penelitian dapat mengukur variabel-variabel yang diteliti.

Sehingga dapat dikatakan ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

bisa dipertangung jawabkan.

3.8.1.2 Uji Realibilitas

Bentuk pengujian koefisien reliabel dilakukan dengan membandingkan

koefisien korelasi internal (ri) dengan r tabel pada tingkat signifikansi 5%. Item-
39

item pertanyaan dikatakan reliabel apabila koefisien korelasi internal (ri) lebih

besar dari atau sama dengan r tabel dan sebaliknya dikatakan tidak reliabel

apabila koefisien internal (ri) lebih kecil dari pada r tabel. Mengukur relibilitas

dengan uji statistik Croanbach Alpha () suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Croanbach Alpha > 0,60.

3.8.2 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian


3.8.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Fokus Pada Pelanggan (X1)

Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Fokus Pada Pelanggan (X1)

Variabel Corrected Item-


Penelitian Total
Correlation
X1.1 .645
X1.2 .445
X1.3 .477
X1.4 .521
X1.5 .496
X1.6 .712
X1.7 .587
X1.8 .744
X1.9 .425
X1.10 .735
X1.11 .309
X1.12 .419
X1.13 .648
Cronbachs Alpha = .871
N of Items = 13

Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.3 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antaras skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3
40

(r 0,3) sehingga seluruh item variabel dinyatakan valid. Demikian juga dengan

nilai Cronbachs Alpha = 0,871 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60) yang berarti

bahwa kontruk atau variabel dinyatakan reliabel.

3.8.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Obsesi Terhadap Kualitas (X2)

Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Obsesi Terhadap Kualitas (X2)

Variabel Corrected Item-


Penelitian Total
Correlation
X2.1 .708
X2.2 .619
X2.3 .633
X2.4 .726
X2.5 .763
X2.6 .330
X2.7 .662
X2.8 .429
Cronbachs Alpha = .854
N of Items = 8

Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.4 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3

(r 0,3) sehingga seluruh item variable dinyatakan valid. Demikian juga dengan

nilai Cronbachs Alpha = 0,854 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60) yang berarti

bahwa kontruk atau variabel dinyatakan reliabel.


41

3.8.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kerjasama Tim (X3)

Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kerjasama Tim (X3)

Variabel Corrected Item-


Penelitian Total
Correlation
X3.1 .561
X3.2 .710
X3.3 .453
X3.4 .342
X3.5 .402
X3.6 .561
X3.7 .898
X3.8 .902
X3.9 .883
X3.10 .869
Cronbachs Alpha = .899
N of Items = 10

Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.5 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3

(r 0,3) sehingga seluruh item variable dinyatakan valid. Demikian juga dengan

nilai Cronbachs Alpha = 0,899 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60).
42

3.8.2.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perbaikan Berkesinambungan


(X4)

Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perbaikan Berkesinambungan
(X4)

Variabel Penelitian Corrected Item-Total Correlation


X4.1 .439
X4.2 .429
X4.3 .627
X4.4 .767
X4.5 .577
Cronbachs Alpha = .784
N of Items = 5

Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.6 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3

(r 0,3) sehingga seluruh item variabel dinyatakan valid. Demikian juga dengan

nilai Cronbachs Alpha = 0,784 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60) yang berarti

bahwa kontruk atau variable dinyatakan reliabel.

3.8.2.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan (X5)

Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan (X5)

Variabel Penelitian Corrected Item-Total Correlation


X5.1 .599
X5.2 .504
X5.3 .495
43

X5.4 .312
X5.5 .333
Cronbachs Alpha = .690
N of Items = 5
Sumber : Data primer diolah, 2017
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.7 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3

(r 0,3) sehingga seluruh item variable dinyatakan valid. Demikian juga dengan

nilai Cronbachs Alpha = 0,699 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60) yang berarti

bahwa kontruk atau variabel dinyatakan reliabel.

3.8.2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Keterlibatan dan


Pemberdayaan Karyawan (X6)

Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Keterlibatan dan Pemberdayaan
Karyawan (X6)

Corrected Item-
Variabel
Total
Penelitian
Correlation
X6.1 .436
X6.2 .577
X6.3 .547
X6.4 .651
X6.5 .558
X6.6 .317
Cronbachs Alpha = .761
N of Items = 6
Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.8 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3

(r 0,3) sehingga seluruh item variabel dinyatakan valid. Demikian juga dengan
44

nilai Cronbachs Alpha = 0,761 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60) yang berarti

bahwa kontruk atau variabel dinyatakan reliabel.

3.8.2.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Operasional (Y)

Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Operasional (Y)

Corrected Item-
Variabel
Total
Penelitian
Correlation
Y1.1 .533
Y1.2 .344
Y1.3 .389
Y1.4 .619
Y1.5 .814
Y1.6 .635
Y1.7 .814
Y1.8 .802
Y1.9 .337
Y1.10 .635
Cronbachs Alpha = .865
N of Items = 10
Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berdasarkan tabel 3.9 di

atas, tampak bahwa nilai korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor

kontruk atau variabel (Corrected Item Total Correlation) lebih besar dari r = 0,3

(r 0,3) sehingga seluruh item variabel dinyatakan valid. Demikian juga dengan

nilai Cronbachs Alpha = 0,865 lebih besar dari 0,60 ( > 0,60) yang berarti

bahwa kontruk atau variabel dinyatakan reliabel.


45

3.8.2 Uji Asumsi Klasik


3.8.2.1 Uji Multikolonieritas

Menurut Imam Ghozali (2011, 105), uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen.

3.8.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2011, 139), uji heteroskedastisitas bertujuan

menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain.

Menurut Ghozali (2006: 105), untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan cara melihat Grafik Plot antara nilai prediksi

variabel terikay (dependen) yaitu ZPRED denga residualnya SRESID. Deteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y

adalah Y yang telah dipredisi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y

sesungguhnya) yang telah distudentized. Dasar analisisnya adalah:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, maka perlu dilakukan

transformasi data.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


46

3.8.2.3 Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2011, 160), uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal, bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel kecil.

Menurut Ghozali (2006:110-112), untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik. Analisis

grafik termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik

histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati distribusi normal. Pada prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: 1) jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik

histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas; 2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Namun demikian hanya dengan melihat grafik histogram hal ini

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Cara analisis grafik lain

yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
47

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka

garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

3.8.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi

berganda. Menurut Sugiyono (2007, 210:211) analisis regresi berganda digunakan

untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

(kriterum), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor

dimanipulasi (di naik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua. Persamaan regresinya

adalah:

Y = + b1X1 + b2X2 + + bnXn+e

Dimana:
Y = nilai yang diukur atau dihitung pada variabel tidak bebas
= konstanta
b = kemiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan Y untuk setiap
perubahan satuan X) atau koefisien regresi, yang mengukur besarnya
pengaruh X terhadap Y jika X naik 1 unit.
X = nilai tertentu dari variabel bebas
e = standard error

Bila formulasi matematis Regresi Linear Berganda tersebut diaplikasikan

dalam penelitian ini, maka akan diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut :

Y=+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+e


48

Keterangan:
Y= Kinerja Operasional
= Konstanta
X1 =Fokus Pada Pelanggan
X2 = Obsesi Terhadap Kualitas
X3 = Kerjasama Tim
X4 =Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
X5 = Pendidikan dan Pelatihan
X6 = Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
b1 = Koefisien regresi variabel Fokus Pada Pelanggan
b2= Koefisien regresi variabel Obsesi Terhadap Kualitas
b3= Koefisien regresi variabel Kerjasama Tim
b4=Koefisien regresi variabel Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
b5= Koefisien regresi variabel Pendidikan dan Pelatihan
b6= Koefisien regresi variabel Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
e = Standard Error

3.8.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Untuk menguji keberartian dari koefisien regresi secara simultan

digunakan uji - F, dengan bentuk formulasi menurut Rangkuti (1997: 165-166)

sebagai berikut:

R2 / ( k - 1)
Uji f=
( 1 - R2) / (n - k)

Dimana :

f = Diperoleh dari tabel distribusi


R2 = Koefisien determinasi ganda
49

K = Jumlah variabel independen


N = Jumlah sampel

Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05), maka

terbukti bahwa semua variabel bebas (X) secara simultan berpengaruh

nyata (signifikan) terhadap variabel bebas (Y) dengan kata lain hipotesis

diterima.

b. Jika F hitung < F tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05), maka

terbukti bahwa semua variabel bebas (X) secara simultan berpengaruh

tidak nyata (signifikan) terhadap variabel terkait (Y) dengan kata lain

hipotesis ditolak

3.8.5 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

Untuk menguji pengaruh dari masing-masing faktor bebas secara parsial

atau untuk menolak mengetahui faktor mana yang relatif dominan berpengaruh

terhadap faktor terikat (Y) digunakan uji t, dengan formulasi rumus menurut

Rangkuti (1997:166-167) sebagai berikut:

bi
Uji t =
Sbi
Dimana :

t = Diperoleh dari daftar tabel t


bi = Parameter estimasi
Sbi = Standar error
50

Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05), maka

terbukti secara parsial variabel bebas (X) berpengaruh nyata (signifikan)

terhadap variabel terikat (Y) atau dengan kata lain hipotesis diterima.

b. Jika t hitung < t tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05), maka

terbukti secara parsial variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata

(signifikan) terhadap variabel terikat (Y) atau dengan kata lain hipotesis

ditolak.

3.8.6. Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam

regresi, karena dapat menginformasikan dengan biak atau tidaknya model regresi

determinasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa

dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien

determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y

dapat diterangkan oleh variabel X. Bila nilai R2 = 0, maka variasi dari Y tidak

dapat diterangkan X sama sekali. Semetara apabila R2 = 1, maka variasi Y secara

keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, artinya

semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian, baik

buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 yang mempunyai nilai

antara nol dan satu. (http://asisiverry.blogspot.co.id/2013/08/analisis-koefisien-

determinasi-uji-r2.html).
51

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berati kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berati variabel-variabel independen (bebas)

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (terikat), Ghozali (2006).

Anda mungkin juga menyukai