Mini Project 2012
Mini Project 2012
Disusun oleh :
dr. Rendi Aji Prihaningtyas
Puskesmas Ampenan
Mataram
September - Desember 2012
1
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
I.2 Pernyataan Masalah
Prevalensi diabetes mellitus makin meningkat pada usia lanjut. Di Indonesia,
prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta lebih
penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus. Menurut penelitian epidemiologi
yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia
berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara
global terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi,
maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam
kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan
meningkat dengan drastis. Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia
dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2
tingkat dibanding tahun 1995.
Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes
Mellitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang
jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena :
a) faktor demografi
b) gaya hidup yang kebarat-baratan
c) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes
semakin panjang
4
kecacatan akibat komplikasi tersebut.
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ampenan terhadap diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan promosi
kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang
tidak menderita diabetes mellitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk
masyarakat yang menderita diabetes mellitus tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ampenan yang menjadi faktor resiko diabetes mellitus sehingga dapat
dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.
I.4 Manfaat
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes mellitus dan perlunya
mengenali diabetes mellitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes mellitus di masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya
perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka
upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan
pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :
9
d. riwayat keluarga DM
e. riwayat melahirkan bayi >4 kg
f. riwayat DM pada saat kehamilan
g. dislipidemia
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran
adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya
menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh
lapisan masyarakat. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat
seperti pada pencegahan primer pun harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan
pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah
sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO menyatakan bahwa pendeteksian
pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam upaya pencegahan sekunder
agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
tingkat
status gizi
konsumsi
pengetahuan
Faktor
Determinan
aktivitas status gizi
genetik
10
II.8 Kerangka Pengumpulan Data
pengetahuan gejala
riwayat
keluarga
pasien / masyarakat
sekitar yang datang aktivitas
ke Puskesmas
pola makan
status gizi
11
BAB III
METODE MINI PROJECT
12
BAB IV
HASIL
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 88 orang subjek
perempuan dan 12 orang subjek laki-laki yang dilakukan wawancara terstruktur,
didapatkan bahwa 69 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes mellitus/
kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 31 orang mengerti
apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya.
Seperti yang dibahas pada bab teori, disebutkan bahwa diabetes mellitus atau
kencing manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme sehingga
kadar gula darah dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellirus memiliki gejala-
gejala, diantaranya sering buang air kecil terutama malam hari, sering haus, sering
lapar, luka tidak sembuh-sembuh, kesemutan, berat badan menurun meskipun nafsu
makan meningkat, sering mengantuk/ lemas, gatal-gatal terutama di daerah kemaluan,
dan impoten. Dari 31 orang subjek yang mengetahui gejala kencing manis, 15 orang
menyebutkan gejalanya adalah sering buang air kecil terutama pada malam hari, 12
orang menyebutkan lemas/mengantuk, 8 orang menyebutkan keluhan sering lapar
meskipun sudah banyak makan, 6 orang menyebutkan keluhan sering haus, 2 orang
menyebutkan keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh, dan masing-masing 1 orang
menyebutkan keluhan berat badan menurun, impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh
tubuh terutama daerah kemaluan.
Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes
mellitus. Salah satu faktor yang tidak dapat iubah adalah keturunan. Namun demikian,
yang paling menentukan seseorang mengidap diabetes mellitus atau tidak adalah
faktor pola makan dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 orang
subjek di atas, didapatkan pada 31 orang subjek yang mengerti tentang penyakit
diabetes mellitus terdapat 14 orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita
diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 100 orang subjek yang diwawancara
menyebutkan bahwa sebanyak 36 orang mengaku tidak pernah berolah raga
(sedentary life style) dan 17 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi
gula 1 sendok makan, dan 14 orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/
gemuk.
13
BAB V
DISKUSI
14
penyakit diabetes mellitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus,
maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi tentang perjalanan
penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan. Untuk itu, dalam hal ini peran
promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah penyakit diabetes mellitus.
Dari total 88 orang subjek perempuan dan 12 orang subjek laki-laki yang
dilakukan wawancara, didapatkan bahwa 69 orang diantaranya tidak mengetahui apa
itu diabetes mellitus/ kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu,
sejumlah 31 orang mengerti apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui
gejala pernyertanya. Oleh karena itu, sangat diperlukan promosi kesehatan sebagai
usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes mellitus. Mengingat jika
promosi kesehatan dilakukan secara serentak dengan mengumpulkan kader atau
masyarakat di suatu ruangan kurang efektif, maka perlunya dilakukan promosi
kesehatan secara individual terutama bagi masyarakat yang saat diwawancara sama
sekali tidak mengerti apa itu diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 orang subjek di atas, didapatkan
pada 31 orang subjek yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 14
orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Untuk
faktor pola makan, dari 100 orang subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa
sebanyak 36 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 17
orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 14
orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih. Jika melihat hasil wawancara
ini, maka sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Ampenan memiliki
faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, penting jika dilakukan pencegahan
primer agar penderita diabetes mellitus di Indonesia tidak semakin meningkat.
Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup
sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk
mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu
penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada
individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang dilakukan
pada individu yang beresiko mengidap diabetes mellitus, antara lain umur > 40 tahun,
gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM
pada saat kehamilan, dan dislipidemia.
15
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang
banyak penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu
beresiko atau tidak (dipilih secara acak) dengan maksud sasaran pencegahan primer
akan lebih sampai kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu
diabetes mellitus dan bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat
melakukan penyuluhan/ promosi secara individual tentang diabetes mellitus dan
mengedukasi jika menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera
diperiksakan ke Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan
menggunakan pamphlet bergambar agar lebih menarik dan memberikannya kepada
subjek yang sudah diedukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan
primer dan sekunder akan lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 2 orang subjek yang
menderita diabetes mellitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada
kasus ini, penulis melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah
komplikasi dengan edukasi agar rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola makan.
Diharapkan prevalensi diabetes mellitus kedepannya dapat ditekan jika seluruh
lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer ataupun sekunder.
16
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ampenan
terhadap diabetes mellitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya
promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder terhadap
kejadian penyakit diabetes mellitus, tidak hanya oleh petugas kesehatan
melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ampenan menjadi faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, promosi
kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara
individual (seperti konseling) dibandingkan jika dilakukan melalui pendekatan
populasi.
VI.2 Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum. Di
wilayah sekitar Puskesmas Ampenan perlu dilakukan promosi kesehatan terutama
sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam masyarakat terhadap penyakit
diabetes mellitus.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctors Compendium. Jakarta :
CV Matoari Citra Media.
3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.
4. http://www.metris-community.com/penyebab-dan-gejala-diabetes/
5. http://majalahkesehatan.com/tanda-tanda-kencing-manis/
6. http://www.scribd.com/doc/76881746/Bab-14-Diabetes-Mellitus-Word
7. http://indodiabetes.com/
8. http://www.klikdokter.com/diabetes/read/2010/07/05/112/gejala-diabetes-
melitus
9. http://obatpenyakit.biz/uncategorized/gejala-diabetes-melitus/
18
LAMPIRAN
19
20