Anda di halaman 1dari 40

Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A

TETRADEKA

QBL 1
1. Jelaskan perjalanan obat di dalam tubuh untuk pemberian obat tablet!
Obat tablet adalah bentuk sediaan padat yang umumnya diadministrasi melalui rute oral.
Adapula yang melalui rute lain, seperti sublingual, bukal, atau vaginal. Saya akan mencoba
menjelaskan perjalanan obat tablet melalui rute oral.

Perjalanan obat tablet melalui rute oral adalah melalui system enteral,
yakni dimulai dari mulut sampai anus. Proses fisiologis utama dalam
system GI (gastrointestinal) adalah sekresi, pencernaan, dan absorpsi.
Ketika tablet masuk ke air atau saluran cerna, maka akan terjadi
pelepasan obat melalui proses disolusi kemudian terjadi absorpsi.
Absorpsi adalah hasil bersih pergerakan transport dari lumen ke darah
dan dari darah ke lumen. Obat oral akan melalui rongga mulut,
esophagus, dan bagian lain dari saluran pencernaan. Residu akan keluar
dari tubuh melalui anus. Situs terpenting dalam absorpsi obat adalah
usus halus.
Obat kemungkinan akan diabsorpsi melalui difusi pasif dari semua bagian saluran cerna
meliputi absorpsi sublingual, bukal, GI, dan rektal. Sebagian besar obat, situs optimum untuk
absorpsi obat setelah konsumsi oral adalah bagian atas usus halus, atau duodenum. Duodenum
memiliki luas permukaan yang besar sehingga difusi obat secara pasif lebih banyak terjadi.
Luas permukaan yang besar tersebut terjadi karena anatomi duodenum yang memiliki vili,
yaitu lipatan-lipatan pada membrane mukosa yang merupakan tonjolan kecil. Vili juga
memiliki tonjolan yang lebih kecil, yaitu mikrovili yang membentuk brush border.
Selanjutnya duodenum memiliki perfusi tinggi dengan jaringan kapiler, yang membantu
mempertahankan suatu perbedaan konsentrasi dari lumen usus dan sirkulasi plasma.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Walau demikian, absorpsi obat dari saluran cerna dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain luas
permukaan absorpsi yang telah dituliskan di atas, adapula aliran darah ke situs absorpsi,
kelarutan dalam air, serta konsentrasi obat pada situs absorpsi. Laju disolusi pada obat
dalam bentuk sediaan padat dapat menjadi faktor penghambat dalam absorpsi, khususnya jika
kelarutan dalam air juga kurang. Absorpsi obat kebanyakan melalui difusi pasif, sehingga
absorpsi lebih mudah terjadi dalam bentuk non-ion (molekul) dan lipofilik. Berdasarkan
konsep pH, diperkirakan obat dalam bentuk asam
lemah akan lebih mudah dalam absorpsi di lambung
(pH 1-2) dibandingkan di usus halus atas (pH 3-6),
begitu pula sebaliknya dengan obat basa lemah.
Namun, lapisan epitel lambung memiliki lapisan
mukosa yang tebal dan luas permukaan kecil
dibandingkan dengan usus halus. Laju absorpsi dari obat akan lebih besar di usus dibandingkan
di lambung walaupun bentuk non-ion lebih banyak terjadi di lambung. Dengan demikian,
segala faktor yang meningkatkan pengosongan lambung akan meningkatkan laju absorpsi
obat.
Setelah diabsorpsi ke dalam aliran pembuluh darah, obat akan didistribusikan ke sistemik.
Molekul obat dibawa oleh darah ke satu target (reseptor) untuk aksi obat dan juga ke jaringan
lain (non reseptor), yang mana dapat terjadi efek samping. Molekul obat didistribusi ke organ
pengelimisasi seperti hati dan ginjal dan organ lain seperti otak, kulit, dan otot. Pada
kehamilan, obat melintasi plasenta dan dapat mempengaruhi fetus. Obat dapat disekresi ke ASI
melalui kelenjar mammillary. Sebagian obat dapat terikat protein dalam plasma dan atau
jaringan. Obat lipofilik tertumpuk dalam lemak, yang mana obat akan dilepas secara lambat.
Molekul obat berdifusi secara cepat melalui jaringan kapiler halus ke ruang jaringan yang terisi
cairan interstisial. Cairan interstisiel dan cairan plasma disebut cairan ekstraseluler. Lebih
lanjut molekul obat berdifusi dari cairan interstitisial melintasi membrane sel ke dalam
sitoplasma sel.
Penurunan konsentrasi dalam plasma setelah pemakaian obat diakibatkan oleh eliminasi
obat atau penghilangan obat oleh tubuh. Eliminasi sebagian besar dari tubuh melibatkan proses
metabolism (biotransformasi) dan ekskresi renal. Untuk beberapa obat, situs metabolism

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
utama adalah hati. Situs metabolism lain adalah paru-paru, kulit, mukosa sel saluran cerna,
flora mikrobiologis pada distal ileum, dan usus besar. Ginjal juga pada obat tertentu.
Obat yang diberikan secara oral diabsorpsi secara normal dalam bagian duodenal dari usus
halus dan ditranspor melalui pembuluh mesentrika menuju vena porta hepatic dan kemudian
ke hati sebelum ke sirkulasi sistemik. Obat yang dimetabolisme secara besar-besaran di hati
atau oleh sel mukosa usus halus menunjukkan avaiabilitas sistemik yang jelek jika diberikan
secara oral. Metabolism secara cepat dari obat-obatan yang diberikan secara oral mencapai
sirkulasi umum disebut first pass effects atau eliminasi presistemik.

Bentuk sediaan tablet


Fase
Saluran cerna
farmasetika
(pemecahan tablet dan zat aktif terlarut)

Fase Absorbsi
Efek farmakologi
Farmakokinetika (ADME)
Peredaran darah

Zat aktif Reseptor


Fase

Farmakodinamik Protein plasma


Bioaktivasi

Bioinaktivasi
Ekskresi Metabolisme

Tablet disintegrasi disolusi absorpsi First pass effect (hanya untuk obat oral) Hati
metabolism metabolit sirkulasi sistemik (yg masuk sedikit) BA turun efek tidak
tercapai
Eliminasi metabolism dan ekskresi. Metabolism metabolit
Kalau sirup, disintegrasi tidak ada langsung disolusi absorpsi distribusi (protein plasma
sebagai kendaraan agar dapat didistribusikan, eg. Asam alfa glikoprotein, globulin, steroid)

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Obat umumnya asam lemah dan basa lemah. Kl as le6mah cend ikat dg albumin, kl basa lemah
dg as alfa glikoprotein. Ikatan protein berkaitan dg kons
Tidak harus urutan, bisa bersamaan.
2. Jelaskan konstanta eliminasi dan waktu paruh pada reaksi order satu dan reaksi order
nol!
Jawaban :
Eliminasi pada orde satu terjadi ketika proporsi konstan obat tereliminasi per satuan waktu,
tingkat eliminasi sebanding dengan jumlah obat dalam tubuh. Sedangkan eliminasi pada orde
nol terjadi jika jumlah konstan obat tereliminasi per satuan waktu (tidak bergantung pada
jumlah obat yang ada di plasma saat itu. Berikut perbedaan reaksi orde 0 dan orde 1.
Reaksi Orde 0 Reaksi Orde 1
Persamaan -dC/dt = k0 -dC/dt = kC
C = -k0t + C0 C = C0 e -kt
Satuan kel (mg/L)/h 1/h
t1/2 Tidak konstan Konstan
t1/2 = 0,5C/k0 t1/2 =ln2 /k
jumlah obat berkurang tidak dipengaruhi oleh
dalam jarak waktu yang konsentrasi obat sisa (C);
tetap; dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh k (tidak
konsentrasi obat sisa (C) konstan)
dan k0 (konstan)
Hubungan waktu-kecepatan Konstan Berubah sesuai dengan
konsentrasi waktu
Hubungan waktu-kel Berubah seiring dengan Konstan
perubahan konsentrasi
Bentuk grafik (obat) vs waktu Linier Non-linier
Bentuk grafik (obat) vs waktu Non-linier Linier
di kertas semilog

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
3. Jelaskan model farmakokinetika yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika
obat dalam tubuh !
Model merupakan hipotesis dengan menggunakan istilah matematika untuk mendeskripsikan
hubungan kuantitatif secara tepat, dalam kasus ini menggambarkan proses kinetik obat dalam
tubuh. Model yang digunakan adalah model-model kompartemen.
Model kompartemen (compartment)
Pengsederhanaan dari kinetika obat yang digambarkan dengan kompartemen (ruang-
ruang) yang berkomunikasi secara reversibel terhadap satu sama lain.
Kompartemen bukan merupakan daerah anatomik atau fisiologik dari tubuh, melainkan
suatu jaringan atau kelompok jaringan yang memiliki kemiripan dalam aliran darah dan
affinitas terhadap obat.
Dalam tiap kompartemen, obat dianggap terdistribusi secara merata dan homogen
Proses masuknya obat dalam kompartemen dihitung secara persamaan linear
Tiap molekul obat dalam kompartemen dianggap memiliki kesempatan yang sama
untuk keluar dari kompartemen, menandakan molekul obat tereliminasi dalam tubuh
Jenis-jenis model kompartemen antara lain :
Model mammillary
Merupakan model kompartemen yang paling umum digunakan. 1 kompartemen
menjadi pusat / sentral.
o 1 kompartemen
Obat diberikan dan dieliminasi dalam 1 kompartemen pusat / sentral yang
menggambarkan plasma darah dan jaringan dengan perfusi tinggi yang selalu
dalam kesetimbangan dengan obat.
o 2 kompartemen
Terdapat 1 kompartemen pusat dan 1 kompartemen tambahan yang
menggambarkan jaringan. Model 2 kompartemen lebih menjelaskan pergerakan
obat antar kedua kompartemen tersebut, dan dapat menentukan jumlah total obat
dalam darah yang merupakan jumlah obat yang ada dalam kedua kompartemen.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

(Shargel, Wu-Pong, & Yu, 2016)


Model catenary
Model catenary memiliki banyak jumlah kompartemen yang saling berhubungan, lain
dengan model mammillary yang memiliki kompartemen pusat. Urutan menjadi
prioritas, tidak ada yang sentral.

(Shargel, Wu-Pong, & Yu, 2016)


Model fisiologi farmakokinetik / flow (Model Non Kompartemen)
Merupakan model terlengkap dan terumit untuk dipakai dalam farmakokinetika. Karena
kompleks dan tidak praktis maka jarang digunakan secara matematis.
Disebut juga model aliran darah atau model perfusi, model fisiologis farmakokinetik
memiliki dasar data fisiologis dan anatomik dengan pergerakan obat terdistribusi ke
seluruh organ tubuh. Masuknya obat ke dalam organ ditentukan oleh pengikatan obat
terhadap reseptor ataupun protein dalam jaringan organ tersebut. Oleh karena itu, dalam

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
model fisiologik pengaruh perubahan-perubahan ini terhadap distribusi obat harus
diperhitungkan. Keuntungan dari model farmakokinetik yang didasarkan atas model fisiologik
adalah dapat diterapkan pada beberapa spesies.
Perbedaan-perbedaan yang nyata adalah :
o Tidak menggunakan volume distribusi, melainkan volume jaringan pada tiap organ
secara detail
o Tidak perlu mencocokan data karena telah diprediksikan oleh ukuran organ, aliran
darah, dll
o Sifat fisiologis seperti ukuran jaringan dan aliran darah bervariasi tergantung pada
pasien
o Ekstrapolasi data dari hewan tidak memungkinkan

4. Jika obat terdistribusi dalam satu kompartemen apakah artinya tidak ada obat yang
berada dalam jaringan?
Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan
secara cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari tubuh karena
merupakan kompartemen terbuka.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Selain itu model kompartemen satu tidak menghitung kadar obat yang sebenarnya dalam
jaringan, tapi menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Jadi saat kita analisis kadar obat
dalam darah, maka nilai yg kita dapat dianggap sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
Tapi konsentrasi obat dalam berbagai jaringan tidak sama pada berbagai waktu. Jadi jika obat
terdistribusi dalam satu kompartemen, tidak sama artinya dengan tidak ada obat yang berada
dalam jaringan.

5. Sebutkan parameter farmakokinetik yang Anda ketahui, jelaskan masing-masing


definisi dan cara menghitungnya!

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 2
Seorang pria diberikan antibiotika secara IV bolus dengan dosis 1000 mg. Sampel darah
diambil dalam beberapa interval waktu dan diperoleh konsentrasi obat sebagai berikut:

t (jam) Cp (g/mL)
0.25 35.00
0.50 31.50
0.75 28.20
1.00 26.50
1.5 22.00
2.0 18.80
4.0 9.40
6.0 3.50
8.0 2.30

1) Tentukan berapa k, t1/2, Vd, Cl, dan AUC dari obat tersebut?
a k
k log Y2log Y1
Slope = =
2.3 X2X1

2.3 (log Y2log Y1)


-k =
X2X1

2.3 (log 9.4log 26.5)


-k =
41

(1.0353)
-k = = 0,3451/jam
3

b t1/2
0.693
k=
t1/2

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

0.693
t1/2 =
k

0.693
t1/2 = = 2.008 jam
0,3451/jam

c Vd
Dosis
Vd =
Cpo
kt
log Cp = + log Cpo
2.3

(0,3451 x 8)
log 2.3 = + log Cpo
2.3

0.3617 = - 0.1200 + log Cpo


0.4817 = log Cpo
3.0317 = Cpo

Dosis 1000 mg
Vd = = = 329.848 ml
Cpo 3.0317 g/ml

d Cl
Cl = k . Vd
Cl = 3.0317 x 329.848 ml
= 1.000 mL/jam

e AUC
Dosis
AUC =
Cl
1000
= = 1 g jam/ml
1000

2) Tentukan durasi obat jika ternyata obat tidak berefek apabila konsentrasi plasmanya
kurang dari 5 g/ml?
ln C = ln Co kt
ln ln
t =

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
ln 5ln 38
t = 0.33

t = 6.14159 jam
t = ~ 6.15 jam

3) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi sejumlah 97.5% obat tersebut?
97.5% dari 38g = 37.05 g
2.5% dari 38g = 0.95 g
ln C = ln Co k.t
ln ln
t =
ln 0.95ln 38
t = 0.33

t = 20.1009 jam
t = ~ 20.10 jam

4) Jika dosis antibiotic di atas dinaikkan duakalinya berapa durasi obat tersebut?
ln C = ln Co 2 k.t
ln ln
t =
ln 1ln 38.2
t = 0.33

t = 13.12343 jam ~ 13.12 jam

** Untuk nilai k, bergantung pada hasil perhitungan nomer 1

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Grafik ini cuma gambaran aja ya bukan grafik perhitungan di atas.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 3

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
2. Presentase obat yang diekskresi dan dimetabolisme! (nilai k dan ke tidak bergantung
dari no.1)

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 4

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Angkanya bisa jadi beda-beda ya, jadi liat caranya aja

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 5
1. Gambarkan kurva kadar obat dalam plasma Vs waktu pada obat yang diberikan
peroral dan jelaskan berbagai fase yang terjadi !

2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan :


a) k absorpsi dan bagaimana cara menghitungnya?

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Konstanta absorpsi ( ) laju absorpsi obat per satuan waktu. Harga diperoleh dengan
metode residual atau teknik feathering
Rumus yang berkaitan:
0
=
( )

b) Lag time dan bagaimana cara mengetahuinya ?

Lag time ( ) penundaan waktu absorpsi sebelum permulaan absorpsi pada obat orde
kesatu. Lag time dihitung dari kurva kadar plasma absorpsi obat, waktu berpotongan pada
suatu titik setelah t = 0 pada sumbu x.
Rumus yang berkaitan:
0
= ( ( ) () )
( )
3. Bagaimana anda menjelaskan bahwa pada hampir seluruh obat nilai k absorpsi
( ) lebih besar dari k eliminasi ( )?
(Ingat, k = )

Pada fase absorpsi, obat diabsorpsi dengan laju , namun ada juga yang dieliminasi dengan
laju sehingga > . Pada saat mencapai , obat memberikan efek farmakologis
sebagai bentuk / hasil absorpsi obat dalam plasma sehingga = .
Pada fase eliminasi, sebagian besar obat dieliminasi, tetapi ada juga yang diabsorpsi sehingga
< .

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Obat memerlukan proses absorpsi lebih besar daripada eliminasi untuk dapat memberikan efek
farmakologis dengan berikatan dengan reseptor target.

Pada metode residual, ka dianggap > k. Hal ini dibuktikan ketika menggambar kurva di
atas.Terlihat slop ka lebih curam daripada k. Semakin curam suatu slop, maka konstantanya
akan lebih besar, sehingga terbukti ka>k. Namun dalam kenyataannya, metode residual ini
dapat saling tertukar. Fenomena ini disebut juga flip flop.

Ada beberapa obat yang k>ka , yaitu :


Isoproterenol, mempunya t eliminasi beberapa menit, dan flipflop dari ka dan k
tercatat
Asam salisilurat mengalami flip flop apabila digambar data oral k> ka
Obat yang dipasarkan jarang mengalami flip flop.Obat-obat dengan k yang lebih besar
biasanya dianggap tidak sesuai untuk produk obat oral, karena dengan k yang besar,
waktu paruh eliminasi sangat pendek

4. Klirens obat tergantung pada dosis dan AUC, apakah klirens obat akan terpengaruh oleh
laju absorpsi ( ) obat?
Klirens dapat diterapkan pada berbagai organ yang terlibat dalam eliminasi obat dari tubuh.
Seperti yang kita ketahui, rumus Klirens (Cl) adalah

A more complete method of obtaining ka is to estimate the residual area from the last
observed plasma concentration, Cp at tn to time equal to infinity. This equation for the
residual AUC from Cp to time equal to infinity is (Shargel 7th Edition)

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Total []
adalah jumlah area yang didapat dengan rumus trapesium, [] yakni
dan area residual [] seperti yang digambarkan dalam pernyataan berikut

[]
0 = []0 + []

Secara teori, klirens tidak berpengaruh terhadap laju absorbsi. Namun dapat diestimasi untuk
memperoleh nilai ( baca penjelasan diatas)

5. Parameter farmakokinetik apakah yang mempengaruhi dan ?


Perubahan dan k dapat mempengaruhi , dan AUC seperti pada tabel di bawah
ini.
( = )

Keterangan
a. Jika harga dan k dibalik, maka diperoleh yang sama, namun Cmax dan
AUC berbeda (lihat no.1 dan 3).
b. Jika k dipertahankan, dan dinaikkan, maka lebih pendek, Cmax akan
naik, namun AUC akan tetap
c. Jika dipertahankan, dan k dinaikkan, maka turun, Cmax akan turun,
AUC akan turun

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
6. Seorang pasien diberikan larutan benzodiazepin 10 mg secara oral. Berikut adalah data
sampel plasma dari pasien tersebut:
Tentukan:
a) K eliminasi
b) K absorbs
c) Persamaan farmakokinetika
d) Jika obat diasumsikan 80% diabsorbsi, hitung tmax,
Cpmax (hitung dan gambar)

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 6
1. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas, bioekuivalensi dan bioekuivalen ?
Bioavailabilitas : menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah bahan aktif atau bagian
aktif yang diabsorpsi dari suatu produk obat dan tersedia pada site aksi. Untuk produk obat
yang tidak ditujukan diabsorpsi ke dalam aliran darah, bioavailabilitas dapat ditetapkan
dengan pengukuran yang ditujukan untuk mencerminkan laju dan jumlah bahan aktif
tersedia pada site aksi.
Bioekuivalensi : Menggambarkan produk ekuivalen farmasetik atau alternative farmasetik
yang menunjukan bioavailabilitas sebanding bila diteliti pada kondisi percobaan yang
sama.
Bioekuivalen : Berhubungan dengan istilah bioavailabilitas, apabila dua obat memiliki
bioavailabilitas yang relative sama
2. Pada uji bioekuivalensi, parameter apa yang digunakan dan bagaimana cara memperoleh
parameter tersebut?
a. Konsentrasi obat dalam plasma
tmax : waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah
pemberian obat.

Cmax : konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah pemakaian obat. Untuk
menentukan nilai Cpmax, terlebih dahulu tentukan harga tmax, kemudian nilai tmax di
substitusilan ke persamaan :

AUC : Area Under Curve, suatu ukuran dari jumlah bioavailabilitas suatu obat. AUC
mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.

b. Ekskresi obat lewat urin


: Jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urin.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA


: Laju ekskresi obat

: Waktu total untuk ekskresi obat


c. Efek farmakologis akut
Area bawah kurva efek farmakodinamik-waktu
Efek farmakodinamik puncak
Waktu untuk mencapai efek farmakodinamik puncak
Mula kerja efek farmakodinamik
d. Pengamatan klinis
Uji klinis yang dikendalikan dengan baik pada manusia menetapkan keamanan dan
kemanjuran produk obat dan dapat digunakan untuk menentukan bioavailabilitas.
e. Studi in vitro
Studi pelarutan obat di bawah kondisi tertentu memberi petunjuk bioavailabilitas obat.
3. Apa yang harus diperhatikan untuk menghindari subjektivitas dalam uji bioekuivalensi?
(lihat jawaban Dian Rahmawati aja ya)
4. Jelaskan tipe uji bioekuivalensi untuk obat yang tidak diabsorbsi secara sistemik atau
obat yang Cmax dan AUC nya tidak dapat diukur dalam plasma ?
(lihat jawaban Dian Rahmawati aja ya)
5. Uji bioekuivalensi obat B dilakukan menggunakan 18 orang sukarelawan yang
masingmasing mendapatkan dosis tunggal tablet obat B 250 mg, 5 ml larutan yang
mengandung 200 mg obat B dan injeksi IV bolus yang mengandung 50 mg obat B. Sampel
plasma dikumpulkan sampai 48 jam, kemudian dilakukan perhitungan AUC 0-48 seperti
pada table berikut :

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Hitunglah :
a. Bioavailabilitas relatif obat larutan oral dibandingkan tablet
b. Bioavailabilitas absolut obat tablet

A : formulasi standar
B : formulasi yang akan diuji

83.5 250
BA relatif = 100% = 89.5 200 100% = 116,6%

89.5 50
BA absolut = 100% = 36.4 250 100% = 49%

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 7
1. Jelaskan makromolekul yang terlibat dalam ikatan obat-protein!

Albumin

Merupakan protein yang disintesis dihati dan merupakan komponen utama protein plasma
yang bertanggung jawab untuk ikatan obat reversible. Dalam tubuh albumin di
distribusikan dalam plasma dan cairan ekstravaskular kulit, otak, dan jaringan lain.
Konsentrasi dalam cairan interstitial 60 % dari yang ada dalam plasma. Waktu paruhnya
17-18 hari.

Albumin bertanggung jawab untuk mempertahankan tekanan osmotic darah dan untuk
transport bahan-bahan endogen dan eksogen. Sebagai suatu protein transport, albumin
membentuk kompleks dengan dengan asam lemak bebas (FFAs), bilirubin, berbagai
hormone (cortisone, aldosterone dan tiroksin), triptopan, dan senyawa lain. Beberapa obat
asam lemah (anionic) mengikat albumin.

1 Glikoprotein asam

merupakan suatu globilin yang mengikat obat-obat basa (kationik) seperti propranolol,
imipramine, dan lidokain. Globulin bertanggung jawab untuk transport dalam plasma dari
bahan-bahan endogen seperti kotikosteroid. Globulin mempunyai kapasitas rendah tetapi
afinitas yang tinggi terhadap bahan endogen

lipoprotein

merupakan kompleks makromolekul dari lemak dan protein dan dikelompokkan menurut
densitas dan pemisahan pada ultrasentrifuse. Bertanggung jawab dalam transport lipid
plasma ke liver dan bertanggung jawab untuk ikatan obat jika site ikatan albumin jenuh.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi ikatan obat-protein!

Tambahan QBL 7 Nomor 2

3. Jelaskan pengaruh ikatan obat-protein plasma dan ikatan obat-protein jaringan


terhadap:
a. Volume distribusi
Tingkat ikatan obat protein dalam plasma atau jaringa mempengaruhi VD. Obat obat yang
terikat kuat pada plasma mempunyai fraksi obat bebas rendah (fm = fraksi obat tidak terikat
atau bebas) dalam cairan plasma. Obat terikat protein plasma tidak mudah berdifusi dan
oleh karena itu kurang didistribusikan ke jaringan.Obat obat dengan ikatan protein plasma
rendah mempunyai fm besar, umumnya berdifusi ke jaringan lebih mudah, dan mempunyai
volume distribusi lebih besar. Oleh karena, volume distribusi dipengaruhi oleh kelarutan

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
dalam lipid di samping ikatan protein, ada beberapa pengecualian terhadap patokan aturan
ini. Akan tetapi, bila beberapa obat dipilih dari satu kelompok dengan karakteristik fisika
dan partisi lipid yang dekat, maka volume distribusi dapat dijelaskan dengan tingkat ikatan
obat ke jaringan dan protein plasma relatif. Pendesakan akibat dari protein plasma dapat
mempengaruhi farmakokinetika suatu obat dalam beberapa cara : (1) secara langsung
meningkatkan konsentrasi obat bebas (tidak terikat) sebagai akibat penurunan ikatan dalam
darah; (2) meningkatkan konsentrasi obat bebas yang mencapai site reseptor langsung,
menyebabkan respons farmakodinamik yang lebih kuat (atau toksik); (3) meningkatkan
konsentrasi obat bebas, menyebabkan peningkatan sementara VD dan mengurangi sebagian
obat bebas dalam plasma; (4) meningkatkan konsentrasi obat bebas, mengakibatkan lebih
banyak obat berdifusi ke dalam jaringan dari organ pengeliminasi terutama liver dan ginjal.
Mengakibatkan peningkatan sementara eliminasi obat.

b. Eliminasi obat
Penurunan ikatan obat-protein mengakibatkan peningkatan konsentrasi obat bebas sehingga
lebih banyak obat melewati membrane sel. Kemudian obat lebih banyak tersedia untuk
berinteraksi dengan reseptor yang menghasilkan efek farmakologi yang lebih kuat, maka
lebih banyak obat yang berada di jaringan-jaringan yang terlibat dalam eliminasi obat
termasuk hati dan ginjal. Eliminasi dalam bentuk bebas

4. Pada dosis terapi sering diasumsikan ikatan obat-protein mengikuti garis linier.
Jelaskan kemungkinan resiko yang terjadi dengan asumsi ini!
Ikatan obat-protein harusnya bukan merupakan garis linier. Walaupun sebagian besar obat mempunyai
ikatan yang linier pada dosis terapeutik, pada beberapa pasien, konsentrasi obat bebas dapat meningkat
secara cepat dengan peningkatan kosnetrasi apabila site ikatan menjadi jenuh. Jumlah protein plasma
dalam tubuh terbatas, sehingga dengan penambahan dosis belum tentu tersedia protein untuk berikatan
dengan obat. Jika dianggap linier, maka dianggap protein tersebut tidak akan jenuh. Hal ini
menyebabkan meningkatnya jumlah obat bebas dan jika jumlahnya terlampau tinggi hingga melewati
batas MTC, maka akan menimbulkan efek toksik.
Gambar ini menunjukkan rasio mol obat terikat per mol protein versus konsentrasi obat bebas (D). Hal
ini menunjukkan bila konsentrasi obat bebas meningkat, jumlah mol obat terikat per mol protein menjadi
jenuh dan plateu.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

5. Tentukan jumlah molekul obat yang terikat per molekull protein dan hitung konstanta
assosiasinya berdasarkan data berikut :

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

QBL 8
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang proses eliminasi obat di ginjal dan hati serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya!
Jawab:
A. Eksresi obat di ginjal
Eksresi ginal merupakan rute eliminasi utama untuk beberapa obat ayng tidak mudah
menguap, larut air, mempunyai berat molekul (BM) rendah, atau mengalami
biotransformasi lambat dalam hati dieliminasi melalui eksresi ginjal.
Prosesnya melibatkan kombinasi sebagai berikut.
1) Filtrasi glomerulus
Proses satu arah yang terjadi pada molekul kecil (BM < 500), meliputi obat yang
tidak terdisosiasi (tidak terion) dan terdisosiasi (terion). Obat yang terikat protein
berlaku sebagai molekul besar dan tidak terfiltrasi dalam glomerulus. Gaya
penggerak utama untuk filtrasi glomerulus adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler
glomerulus. Ginjal menerima pasokan darah yang besar (kurang lebih 25% curah
jantung) melalui arteri ginjal, dengan penurunan tekanan hidrostatik yang sangat
kecil.
Laju filtrate glomerulus (GFR) diukur dengan menggunakan suatu obat yang
dieliminasi hanya melalui filtrasi glomerulus, yakni obat tidak direabsorpsi, juga
tidak dieksresi). Contoh obatnya berupa inulin dan kreatinin. Oleh karena itu,
klirens inulin sama dengan GFR, 125 139 mL/menit. Nilai GFR berkorelasi
dengan luas permukaan tubuh. Filtrasi glomerulus dari obat-obat terkait langsung
dengan konsentrasi obat bebasatau tudak terikat protein dalam plasma. Bila
konsentrasi obat bebas dalam plasma meningkat, filtrasi glomerulus untuk obat
meningkat secara proporsiaonal sehingga meningkatkan klirens obat lewat ginjal
untuk beberapa obat.
2) Sekresi tubular aktif
Merupakn suatu proses tanspor aktif yang diperantai pembawa yang memerlukan
masukan energi, oleh karena obat ditranspor melawan suatu gradien konsentrasi.
Sistem pembawa terbatasi kapasitas dan dapat jenuh. Obat-obat dengan struktur
serupa data berkompetisi untuk system pembawa yang sama. Dua system sekresi
ginjal aktif telah diidentifikasi, yakni system untuk (1) asam lemah dan (2) basa
lemah. Untuk obat yang keseluruhan dieksresikan melalui filtrasi glomerulus,
waktu paruh eliminasi dapat berubah secara nyata sehubungan dengan afinitas obat
dengan protein plasma. Sebaliknya, ikatan obat protein sangat kecil pengaruhnya
pada waktu paruh eliminasi obat yang dieksresi utamanya melalui sekresi aktif.
Oleh karena ikatan obat protein reversible, obat yang terikat protein plasma
terdisosiasi secara cepat menjadi obat bebas dieksresi melalui ginjal.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
3) Reabsorpsi tubular
Proses yang terjadi setelah obat difiltrasi melalui glomerulus dan dapat merupakan
proses aktif atau pasif. JIka obat direabsorpsi sempurna, maka harga klirens
mendekati nol.Unuk obat yang direabsorpsi sebagian, maka harga klirens lebiih
kecil dari GFR 125 -130 mL / menit. Reabsorpsi obat-obat asam atau basa lemah
dipengaruhi oleh pH cairan dalam tubulus ginjal (pH urin) dan pKa obat yang
secara bersama-sama menentukakn presentase obatynag terdisosiasi (terion) dan
tak terdisosiasi (tak terion). Secara umum, bentuk obat tak terdiosiasi lebih larut
lemak dan mempunyai permeabilitas membrane yang lebih besar. Obat yang tak
terdisosiasi direabsorpsi dengan mudah dari tubulus ginjal kembali ke dalam tubuh.


< 1


= 1


> 1 &

Faktor-faktor yang mempengaruhi :


Filtrasi berhubungan dengan konsentrasi obat bebas dan obat terikat
Bobot molekul obat
Ikatan dengan protein plasma
Laju ekskresi tubular aktif bergantung pada aliran plasma ginjal
Reabsorbsi dipengaruhi oleh pH cairan urin dan pKa obat
Aliran darah ke ginjal
Patofisiologi ginjal (misalnya untuk pasien kanker)

B. Eliminasi obat di hati


Eliminasi sebagian besar dari tubuh melibatkan proses metabolisme (biotransformasi)
dan eksresi renal. Proses biotransformasi atau metabolism merupakan suatu konversi
enzimatis dar suatu obat menjadi metabolit Dalam tubuh, konsentrasi enzim metabolic
adalah konstan pada site tertentudan konsentrasi obat (substrat) dapat berbeda. Untuk
sebagian besar reaksi biotransformasi, metabolit obat lebih polar daripada senyaawa
induk. Pengubahan obat menjadi metabolit yang lebih polar memungkinkan obat
tereliminasi lebih cepat dibandingkan jika obat arut dalam lemak. Metabolit yang lebih
polar tidak dapat melewati dinding sel dengan mudah, oleh karena itu disaring melewati
glomerulus dan tidak dapat direabsorpsi sehingga lebih cepat dieksresi melalui urin.

Reaksi biotransformasi obat

Enzim biotransformasi hepatik memainkan peranan penting untuk inaktivasi dan


selanjutnya eliminasi obat-obat yang tidak terbersihkan dengan mudah melalui ginjal.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
Untuk sebagian besar reaksi biotransformasi, metabolit obat lebih polar daripada
senyawa induk. Pengubahan obat menjadi metabolit yang lebih polar memungkinkan
obat tereliminasi lebih cepat dibandingkan jika obat larut dalam lemak.
Obat-obat yang larut dalam lemak melewati membran sel dan dengan mudah
direabsorpsi oleh sel-sel tubular ginjal, sehingga cenderung tinggal lebih lama di dalam
tubuh. Sebaliknya, metabolit yang lebih polar tidak dapat melewati dinding sel dengan
mudah, oleh karena itu disaring meewati glomerulus dan tidak dapat direabsorpsi
sehingga lebih cepat diekskresikan dalam urin.

Jalur Biotransformasi

1. Fase I
Reaksi meliputi oksidasi, reduksi dan hidrolisisUmumnya terjadi pertama dan
menghasilkan suatu gugus fungsi pada molekul obat sehingga menjadi metabolit
yang lebih polar. Sebagai contoh, oksigen masuk ke gugus fenil pada fenilbutazon
melalui hidroksilasi aromatik membentuk oksifenbutazon, merupakan metabolit
yang lebih polar.

2. Fase II
Segera setelah suatu bagian polar ditempatkan dalam molekul, terjadi reaksi fase
II atau reaksi konjugasi. Reaksi konjugasi menggunakan reagen konjugasi, yang
diperoleh dari senyawa biokimia yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Reaksi ini melibatkan suatu bentuk bahan pengkonjugasian
aktif, kaya energi, seperti asam uridin difosfoglukoronat, asetil koA,
3fosfoadenosin 5fosfosulfat atau S-adenosilmethionin, dengan adanya enzim
transferase yang sesuai, berkombinasi dengan obat membentuk konjugat.
Sebaliknya obat dapat diaktivasi menjadi senyawa energi tinggi yang kemudian
bereaksi dengan bahan pengkonjugasi dengan adanya enzim transferase.

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

- Kepolaran
- Fraksi Obat Terikat Protein
- Klirens Instrinsik
- Aliran Darah
- Adanya Interaksi dengan Obat Lain

2. Apa yang dimaksud dengan sirkulasi enterohepatik dan bagaimana mengetahui


adanya hal tersebut? Berikan contoh obat yang mengalami sirkulasi enterohepatik!
Jawab: Sirkulasi enterohepatik adalah siklus di mana obat diabrorpsi, diekskresi ke dalam
empedu dan direabsorpsi kembali. Obat atau metabolit yang diekskresi ke dalam empedu
dan karena kontraksi kandung empedu diekskresi ke dalam duodenum lewat saluran

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
empedu. Kemudian obat atau metabolitnya dapat diekskresi dalam tinja atau direabsorpsi
dan terdapat kembali dalam sistemik.
Untuk mengetahui adanya siklus enterohepatik : jika obat terdapat dalam tinja sesudah
pemberian oral, hal ini sukar untuk menentukan apakah adanya obat ini karena ekskresi
bilier atau karena absorpsi yang tidak sempurna. Jika obat diberikan secara parenteral dan
kemudian teramati dalam feses, maka dapat ditetapkan bahwa beberapa bagian dari obat
diekskresi dalam empedu. Karena ekskresi obat ke empedu merupakan proses aktif,
memungkinkan untuk menjenuhkan proses ini dengan konsentrasi tinggi. Lebih lanjut, obat
lain dapat bersaing untuk sistem pembawa yang sama. Obat-obat yang mengalami sirkulasi
enterohepatik kadang-kadang menunjukkan puncak kedua yang lebih kecil dalam kurva
konsentrasi obat dalam plasma. Puncak pertama terjadi saat obat dalam saluran cerna habis;
kemudian muncul puncak kedua yang lebih kecil bila obat yang diekskresi bilier
direabsorpsi. Pada manusia, perkiraan yang kurang teliti dapat dibuat dari perolehan
kembali obat yang diekskresi dalam feses. Akan tetapi, jika obat diberikann secara oral,
beberapa ekskresi obat melalui feses dapat menyatakan obat yang tak terabsorpsi.
+ : BM lebih dari 500 ekskresi utama di empedu,

Contoh obat yang mengalami siklus enterohepatik : Imipramine, indomethacin, morphine,


pregnenolone.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

3. Jelaskan pengaruh kecepatan aliran darah pada harga klirens hepatik obat !
Suatu perubahan aliran darah hepatic dapat mengubah klirens hepatic dan F (fraksi dosis
tereabsorpsi). Aliran darah yang besar menghantarkan cukup obat ke liver, mengubah laju
metabolisme. Sebaliknya, aliran daah yang kecil dapat menurunkan penghantaran obat ke
liverdan menjadi tahap penentu untuk metabolism. Klirens hepatic suau obat biasanya
dihitung dari data obat dalam plasma daripada data dalam darah lengkap. Jika ER (rasio
ekstraksi) untuk hati dan aliran darah ke hati diketahui, maka klirens hepatic dapat dihitung
dengan rumus.
Q (Ca Cv)
Clh = = Q ER
Ca
Untuk obat dengan rasio ekstraksi sangat tinggi, laju metabolise obat peka terhadap
perubahan aliran darahheaptik. Jadi, kenakan aliran darah ke hai anak meningkatkan laju
hilangnya obat oleh organ. Bila aliran darah ke hati konstan, maka klirens hepatic sama
dengan hasil kali aliran darah (Q) dan rasio ekstraksi (E). Untuk obat-obat dengan rasio
ekstraksi rendah, klirens hepatic kurang dipengaruhi oleh aliran darah hepatic dan lebih
dipengaruhi oleh aktivitas intrinsic dari mix-function oxidases.
4. Hitung klirens hepatik obat jika diketahui Clint 40 mL/min pada Tuan X dengan
aliran
darah hepatik 1.5 L/min.
a) Jika pasien menderita gagal jantung kongestif dan terjadi penurunan aliran darah
hati menjadi 1.0 L/min, tidak terjadi perubahan klirens intrinsik, hitung Cl hepatik
pasien tersebut!

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA

b) Jika pasien menggunakan fenobarbital secara bersamaan dan terjadi peningkatan


Clint menjadi 90 ml/min tetapi tidak terjadi perubahan alira darah hati (1.5 L/min),
hitung Cl Hepatik obat pada pasien tersebut!

5. Tuan Y (umur 32 tahun, Clcr 122 mL/min, BB 78 kg) diberikan antibiotik 250 mg
secara oral. Berdasarkan literatur, disebutkan bahwa Vd : 21% bb dan t eliminasi
2 jam. Ekresi urin obat utuh : 70% dosis yang terabsorpsi.
a) Berapa ClT obat?
0,693
ClT = k.Vd = 21%.BB
1/2
0,693
= 21%.78
2

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan


Jawaban QBL 1-8 (Materi UTS) Farmakokinetika-A
TETRADEKA
= 0,3465 16,38 = 5,6757 L/jam=94,6 ml/menit
b) Berapa ClR obat?
ClR = KeVd = fu kVd
70 0,693
= 100 16,38= 3,9730 L/jam=66,3 ml/menit
2

c) Mekanisme ClR dari obat ini?

GFR normal = bersihan kreatinin= 122 ml/menit


ClR obat= 66,3 ml/menit
Karena ClR obat kurang dari klirens kreatinin (ClR<GFR) maka obat direabsorbsi
parsial.

PJ Kelas Farmakokinetika-A: Nurlita Gustiyanti & Rossiana Nurani Fauzan

Anda mungkin juga menyukai