TETRADEKA
QBL 1
1. Jelaskan perjalanan obat di dalam tubuh untuk pemberian obat tablet!
Obat tablet adalah bentuk sediaan padat yang umumnya diadministrasi melalui rute oral.
Adapula yang melalui rute lain, seperti sublingual, bukal, atau vaginal. Saya akan mencoba
menjelaskan perjalanan obat tablet melalui rute oral.
Perjalanan obat tablet melalui rute oral adalah melalui system enteral,
yakni dimulai dari mulut sampai anus. Proses fisiologis utama dalam
system GI (gastrointestinal) adalah sekresi, pencernaan, dan absorpsi.
Ketika tablet masuk ke air atau saluran cerna, maka akan terjadi
pelepasan obat melalui proses disolusi kemudian terjadi absorpsi.
Absorpsi adalah hasil bersih pergerakan transport dari lumen ke darah
dan dari darah ke lumen. Obat oral akan melalui rongga mulut,
esophagus, dan bagian lain dari saluran pencernaan. Residu akan keluar
dari tubuh melalui anus. Situs terpenting dalam absorpsi obat adalah
usus halus.
Obat kemungkinan akan diabsorpsi melalui difusi pasif dari semua bagian saluran cerna
meliputi absorpsi sublingual, bukal, GI, dan rektal. Sebagian besar obat, situs optimum untuk
absorpsi obat setelah konsumsi oral adalah bagian atas usus halus, atau duodenum. Duodenum
memiliki luas permukaan yang besar sehingga difusi obat secara pasif lebih banyak terjadi.
Luas permukaan yang besar tersebut terjadi karena anatomi duodenum yang memiliki vili,
yaitu lipatan-lipatan pada membrane mukosa yang merupakan tonjolan kecil. Vili juga
memiliki tonjolan yang lebih kecil, yaitu mikrovili yang membentuk brush border.
Selanjutnya duodenum memiliki perfusi tinggi dengan jaringan kapiler, yang membantu
mempertahankan suatu perbedaan konsentrasi dari lumen usus dan sirkulasi plasma.
Fase Absorbsi
Efek farmakologi
Farmakokinetika (ADME)
Peredaran darah
Bioinaktivasi
Ekskresi Metabolisme
Tablet disintegrasi disolusi absorpsi First pass effect (hanya untuk obat oral) Hati
metabolism metabolit sirkulasi sistemik (yg masuk sedikit) BA turun efek tidak
tercapai
Eliminasi metabolism dan ekskresi. Metabolism metabolit
Kalau sirup, disintegrasi tidak ada langsung disolusi absorpsi distribusi (protein plasma
sebagai kendaraan agar dapat didistribusikan, eg. Asam alfa glikoprotein, globulin, steroid)
4. Jika obat terdistribusi dalam satu kompartemen apakah artinya tidak ada obat yang
berada dalam jaringan?
Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan
secara cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari tubuh karena
merupakan kompartemen terbuka.
QBL 2
Seorang pria diberikan antibiotika secara IV bolus dengan dosis 1000 mg. Sampel darah
diambil dalam beberapa interval waktu dan diperoleh konsentrasi obat sebagai berikut:
t (jam) Cp (g/mL)
0.25 35.00
0.50 31.50
0.75 28.20
1.00 26.50
1.5 22.00
2.0 18.80
4.0 9.40
6.0 3.50
8.0 2.30
1) Tentukan berapa k, t1/2, Vd, Cl, dan AUC dari obat tersebut?
a k
k log Y2log Y1
Slope = =
2.3 X2X1
(1.0353)
-k = = 0,3451/jam
3
b t1/2
0.693
k=
t1/2
0.693
t1/2 =
k
0.693
t1/2 = = 2.008 jam
0,3451/jam
c Vd
Dosis
Vd =
Cpo
kt
log Cp = + log Cpo
2.3
(0,3451 x 8)
log 2.3 = + log Cpo
2.3
Dosis 1000 mg
Vd = = = 329.848 ml
Cpo 3.0317 g/ml
d Cl
Cl = k . Vd
Cl = 3.0317 x 329.848 ml
= 1.000 mL/jam
e AUC
Dosis
AUC =
Cl
1000
= = 1 g jam/ml
1000
2) Tentukan durasi obat jika ternyata obat tidak berefek apabila konsentrasi plasmanya
kurang dari 5 g/ml?
ln C = ln Co kt
ln ln
t =
t = 6.14159 jam
t = ~ 6.15 jam
3) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi sejumlah 97.5% obat tersebut?
97.5% dari 38g = 37.05 g
2.5% dari 38g = 0.95 g
ln C = ln Co k.t
ln ln
t =
ln 0.95ln 38
t = 0.33
t = 20.1009 jam
t = ~ 20.10 jam
4) Jika dosis antibiotic di atas dinaikkan duakalinya berapa durasi obat tersebut?
ln C = ln Co 2 k.t
ln ln
t =
ln 1ln 38.2
t = 0.33
QBL 3
QBL 4
QBL 5
1. Gambarkan kurva kadar obat dalam plasma Vs waktu pada obat yang diberikan
peroral dan jelaskan berbagai fase yang terjadi !
Lag time ( ) penundaan waktu absorpsi sebelum permulaan absorpsi pada obat orde
kesatu. Lag time dihitung dari kurva kadar plasma absorpsi obat, waktu berpotongan pada
suatu titik setelah t = 0 pada sumbu x.
Rumus yang berkaitan:
0
= ( ( ) () )
( )
3. Bagaimana anda menjelaskan bahwa pada hampir seluruh obat nilai k absorpsi
( ) lebih besar dari k eliminasi ( )?
(Ingat, k = )
Pada fase absorpsi, obat diabsorpsi dengan laju , namun ada juga yang dieliminasi dengan
laju sehingga > . Pada saat mencapai , obat memberikan efek farmakologis
sebagai bentuk / hasil absorpsi obat dalam plasma sehingga = .
Pada fase eliminasi, sebagian besar obat dieliminasi, tetapi ada juga yang diabsorpsi sehingga
< .
Pada metode residual, ka dianggap > k. Hal ini dibuktikan ketika menggambar kurva di
atas.Terlihat slop ka lebih curam daripada k. Semakin curam suatu slop, maka konstantanya
akan lebih besar, sehingga terbukti ka>k. Namun dalam kenyataannya, metode residual ini
dapat saling tertukar. Fenomena ini disebut juga flip flop.
4. Klirens obat tergantung pada dosis dan AUC, apakah klirens obat akan terpengaruh oleh
laju absorpsi ( ) obat?
Klirens dapat diterapkan pada berbagai organ yang terlibat dalam eliminasi obat dari tubuh.
Seperti yang kita ketahui, rumus Klirens (Cl) adalah
A more complete method of obtaining ka is to estimate the residual area from the last
observed plasma concentration, Cp at tn to time equal to infinity. This equation for the
residual AUC from Cp to time equal to infinity is (Shargel 7th Edition)
[]
0 = []0 + []
Secara teori, klirens tidak berpengaruh terhadap laju absorbsi. Namun dapat diestimasi untuk
memperoleh nilai ( baca penjelasan diatas)
Keterangan
a. Jika harga dan k dibalik, maka diperoleh yang sama, namun Cmax dan
AUC berbeda (lihat no.1 dan 3).
b. Jika k dipertahankan, dan dinaikkan, maka lebih pendek, Cmax akan
naik, namun AUC akan tetap
c. Jika dipertahankan, dan k dinaikkan, maka turun, Cmax akan turun,
AUC akan turun
QBL 6
1. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas, bioekuivalensi dan bioekuivalen ?
Bioavailabilitas : menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah bahan aktif atau bagian
aktif yang diabsorpsi dari suatu produk obat dan tersedia pada site aksi. Untuk produk obat
yang tidak ditujukan diabsorpsi ke dalam aliran darah, bioavailabilitas dapat ditetapkan
dengan pengukuran yang ditujukan untuk mencerminkan laju dan jumlah bahan aktif
tersedia pada site aksi.
Bioekuivalensi : Menggambarkan produk ekuivalen farmasetik atau alternative farmasetik
yang menunjukan bioavailabilitas sebanding bila diteliti pada kondisi percobaan yang
sama.
Bioekuivalen : Berhubungan dengan istilah bioavailabilitas, apabila dua obat memiliki
bioavailabilitas yang relative sama
2. Pada uji bioekuivalensi, parameter apa yang digunakan dan bagaimana cara memperoleh
parameter tersebut?
a. Konsentrasi obat dalam plasma
tmax : waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah
pemberian obat.
Cmax : konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah pemakaian obat. Untuk
menentukan nilai Cpmax, terlebih dahulu tentukan harga tmax, kemudian nilai tmax di
substitusilan ke persamaan :
AUC : Area Under Curve, suatu ukuran dari jumlah bioavailabilitas suatu obat. AUC
mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
: Laju ekskresi obat
A : formulasi standar
B : formulasi yang akan diuji
83.5 250
BA relatif = 100% = 89.5 200 100% = 116,6%
89.5 50
BA absolut = 100% = 36.4 250 100% = 49%
QBL 7
1. Jelaskan makromolekul yang terlibat dalam ikatan obat-protein!
Albumin
Merupakan protein yang disintesis dihati dan merupakan komponen utama protein plasma
yang bertanggung jawab untuk ikatan obat reversible. Dalam tubuh albumin di
distribusikan dalam plasma dan cairan ekstravaskular kulit, otak, dan jaringan lain.
Konsentrasi dalam cairan interstitial 60 % dari yang ada dalam plasma. Waktu paruhnya
17-18 hari.
Albumin bertanggung jawab untuk mempertahankan tekanan osmotic darah dan untuk
transport bahan-bahan endogen dan eksogen. Sebagai suatu protein transport, albumin
membentuk kompleks dengan dengan asam lemak bebas (FFAs), bilirubin, berbagai
hormone (cortisone, aldosterone dan tiroksin), triptopan, dan senyawa lain. Beberapa obat
asam lemah (anionic) mengikat albumin.
1 Glikoprotein asam
merupakan suatu globilin yang mengikat obat-obat basa (kationik) seperti propranolol,
imipramine, dan lidokain. Globulin bertanggung jawab untuk transport dalam plasma dari
bahan-bahan endogen seperti kotikosteroid. Globulin mempunyai kapasitas rendah tetapi
afinitas yang tinggi terhadap bahan endogen
lipoprotein
merupakan kompleks makromolekul dari lemak dan protein dan dikelompokkan menurut
densitas dan pemisahan pada ultrasentrifuse. Bertanggung jawab dalam transport lipid
plasma ke liver dan bertanggung jawab untuk ikatan obat jika site ikatan albumin jenuh.
b. Eliminasi obat
Penurunan ikatan obat-protein mengakibatkan peningkatan konsentrasi obat bebas sehingga
lebih banyak obat melewati membrane sel. Kemudian obat lebih banyak tersedia untuk
berinteraksi dengan reseptor yang menghasilkan efek farmakologi yang lebih kuat, maka
lebih banyak obat yang berada di jaringan-jaringan yang terlibat dalam eliminasi obat
termasuk hati dan ginjal. Eliminasi dalam bentuk bebas
4. Pada dosis terapi sering diasumsikan ikatan obat-protein mengikuti garis linier.
Jelaskan kemungkinan resiko yang terjadi dengan asumsi ini!
Ikatan obat-protein harusnya bukan merupakan garis linier. Walaupun sebagian besar obat mempunyai
ikatan yang linier pada dosis terapeutik, pada beberapa pasien, konsentrasi obat bebas dapat meningkat
secara cepat dengan peningkatan kosnetrasi apabila site ikatan menjadi jenuh. Jumlah protein plasma
dalam tubuh terbatas, sehingga dengan penambahan dosis belum tentu tersedia protein untuk berikatan
dengan obat. Jika dianggap linier, maka dianggap protein tersebut tidak akan jenuh. Hal ini
menyebabkan meningkatnya jumlah obat bebas dan jika jumlahnya terlampau tinggi hingga melewati
batas MTC, maka akan menimbulkan efek toksik.
Gambar ini menunjukkan rasio mol obat terikat per mol protein versus konsentrasi obat bebas (D). Hal
ini menunjukkan bila konsentrasi obat bebas meningkat, jumlah mol obat terikat per mol protein menjadi
jenuh dan plateu.
5. Tentukan jumlah molekul obat yang terikat per molekull protein dan hitung konstanta
assosiasinya berdasarkan data berikut :
QBL 8
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang proses eliminasi obat di ginjal dan hati serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya!
Jawab:
A. Eksresi obat di ginjal
Eksresi ginal merupakan rute eliminasi utama untuk beberapa obat ayng tidak mudah
menguap, larut air, mempunyai berat molekul (BM) rendah, atau mengalami
biotransformasi lambat dalam hati dieliminasi melalui eksresi ginjal.
Prosesnya melibatkan kombinasi sebagai berikut.
1) Filtrasi glomerulus
Proses satu arah yang terjadi pada molekul kecil (BM < 500), meliputi obat yang
tidak terdisosiasi (tidak terion) dan terdisosiasi (terion). Obat yang terikat protein
berlaku sebagai molekul besar dan tidak terfiltrasi dalam glomerulus. Gaya
penggerak utama untuk filtrasi glomerulus adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler
glomerulus. Ginjal menerima pasokan darah yang besar (kurang lebih 25% curah
jantung) melalui arteri ginjal, dengan penurunan tekanan hidrostatik yang sangat
kecil.
Laju filtrate glomerulus (GFR) diukur dengan menggunakan suatu obat yang
dieliminasi hanya melalui filtrasi glomerulus, yakni obat tidak direabsorpsi, juga
tidak dieksresi). Contoh obatnya berupa inulin dan kreatinin. Oleh karena itu,
klirens inulin sama dengan GFR, 125 139 mL/menit. Nilai GFR berkorelasi
dengan luas permukaan tubuh. Filtrasi glomerulus dari obat-obat terkait langsung
dengan konsentrasi obat bebasatau tudak terikat protein dalam plasma. Bila
konsentrasi obat bebas dalam plasma meningkat, filtrasi glomerulus untuk obat
meningkat secara proporsiaonal sehingga meningkatkan klirens obat lewat ginjal
untuk beberapa obat.
2) Sekresi tubular aktif
Merupakn suatu proses tanspor aktif yang diperantai pembawa yang memerlukan
masukan energi, oleh karena obat ditranspor melawan suatu gradien konsentrasi.
Sistem pembawa terbatasi kapasitas dan dapat jenuh. Obat-obat dengan struktur
serupa data berkompetisi untuk system pembawa yang sama. Dua system sekresi
ginjal aktif telah diidentifikasi, yakni system untuk (1) asam lemah dan (2) basa
lemah. Untuk obat yang keseluruhan dieksresikan melalui filtrasi glomerulus,
waktu paruh eliminasi dapat berubah secara nyata sehubungan dengan afinitas obat
dengan protein plasma. Sebaliknya, ikatan obat protein sangat kecil pengaruhnya
pada waktu paruh eliminasi obat yang dieksresi utamanya melalui sekresi aktif.
Oleh karena ikatan obat protein reversible, obat yang terikat protein plasma
terdisosiasi secara cepat menjadi obat bebas dieksresi melalui ginjal.
< 1
= 1
> 1 &
Jalur Biotransformasi
1. Fase I
Reaksi meliputi oksidasi, reduksi dan hidrolisisUmumnya terjadi pertama dan
menghasilkan suatu gugus fungsi pada molekul obat sehingga menjadi metabolit
yang lebih polar. Sebagai contoh, oksigen masuk ke gugus fenil pada fenilbutazon
melalui hidroksilasi aromatik membentuk oksifenbutazon, merupakan metabolit
yang lebih polar.
2. Fase II
Segera setelah suatu bagian polar ditempatkan dalam molekul, terjadi reaksi fase
II atau reaksi konjugasi. Reaksi konjugasi menggunakan reagen konjugasi, yang
diperoleh dari senyawa biokimia yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Reaksi ini melibatkan suatu bentuk bahan pengkonjugasian
aktif, kaya energi, seperti asam uridin difosfoglukoronat, asetil koA,
3fosfoadenosin 5fosfosulfat atau S-adenosilmethionin, dengan adanya enzim
transferase yang sesuai, berkombinasi dengan obat membentuk konjugat.
Sebaliknya obat dapat diaktivasi menjadi senyawa energi tinggi yang kemudian
bereaksi dengan bahan pengkonjugasi dengan adanya enzim transferase.
- Kepolaran
- Fraksi Obat Terikat Protein
- Klirens Instrinsik
- Aliran Darah
- Adanya Interaksi dengan Obat Lain
3. Jelaskan pengaruh kecepatan aliran darah pada harga klirens hepatik obat !
Suatu perubahan aliran darah hepatic dapat mengubah klirens hepatic dan F (fraksi dosis
tereabsorpsi). Aliran darah yang besar menghantarkan cukup obat ke liver, mengubah laju
metabolisme. Sebaliknya, aliran daah yang kecil dapat menurunkan penghantaran obat ke
liverdan menjadi tahap penentu untuk metabolism. Klirens hepatic suau obat biasanya
dihitung dari data obat dalam plasma daripada data dalam darah lengkap. Jika ER (rasio
ekstraksi) untuk hati dan aliran darah ke hati diketahui, maka klirens hepatic dapat dihitung
dengan rumus.
Q (Ca Cv)
Clh = = Q ER
Ca
Untuk obat dengan rasio ekstraksi sangat tinggi, laju metabolise obat peka terhadap
perubahan aliran darahheaptik. Jadi, kenakan aliran darah ke hai anak meningkatkan laju
hilangnya obat oleh organ. Bila aliran darah ke hati konstan, maka klirens hepatic sama
dengan hasil kali aliran darah (Q) dan rasio ekstraksi (E). Untuk obat-obat dengan rasio
ekstraksi rendah, klirens hepatic kurang dipengaruhi oleh aliran darah hepatic dan lebih
dipengaruhi oleh aktivitas intrinsic dari mix-function oxidases.
4. Hitung klirens hepatik obat jika diketahui Clint 40 mL/min pada Tuan X dengan
aliran
darah hepatik 1.5 L/min.
a) Jika pasien menderita gagal jantung kongestif dan terjadi penurunan aliran darah
hati menjadi 1.0 L/min, tidak terjadi perubahan klirens intrinsik, hitung Cl hepatik
pasien tersebut!
5. Tuan Y (umur 32 tahun, Clcr 122 mL/min, BB 78 kg) diberikan antibiotik 250 mg
secara oral. Berdasarkan literatur, disebutkan bahwa Vd : 21% bb dan t eliminasi
2 jam. Ekresi urin obat utuh : 70% dosis yang terabsorpsi.
a) Berapa ClT obat?
0,693
ClT = k.Vd = 21%.BB
1/2
0,693
= 21%.78
2