Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh dan menggandakan diri adalah suatu karakteristik yang amat


penting bagi sel hidup. Pada umumnya bakteri memperbanyak diri dengan cara
pembelahan biner, yaitu dari satu sel membelah diri menjadi dua sel baru.
Waktu yang diperlukan untuk membelah diri disebut waktu generasi. Waktu
generasi tidak selalu tetap, tetapi tergantung pada berbagai factor dalam
medium, spesies dan umur bakteri.
Pengukuran pertumbuhan dan perbanyakan bakteri dapat dilakukan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Secara tidak langsung biasanya
menggunakan cawan petri dengan menghitung jumlah koloni yang terbentuk.
Dalam perhitungan ini diperlukan beberapa syarat. Penghitungan dilakukan
setelah waktu inkubasi tertentu.
Berdasarkan karakteristik pertumbuhan mikroba itu, perlu dipelajari dan
ditelaah lebih lanjut mengenai kinetika pertumbuhan mikroba. Dengan
demikian dapat diamati dan dipelajari secara langsung karakter suatu mikroba,
terutama mengenai pertumbuhannya.
Sehingga hasil dari pengamatan langsung tersebut dapat dipaparkan dalam
bentuk tulisan berupa laporan, yang mungkin pada suatu saat nanti dapat
digunakan kembali sebagai bahan evaluasi bagi observasi atau eksperimen
berikutnya. Dan bila hal ini terus berlanjut maka ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya di bidang bioproses akan semakin berkembang.

1.2 Tujuan
Secara umum tujuan pembuatan laporan praktikum ini adalah:
a) Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Praktikum Dasar
Bioproses;
b) Agar para mahasiswa mampu membuat laporan sesuai dengan ketentuan
yang benar;
Adapun tujuan secara khusus, yaitu mahasiswa diharapkan:
a) Menguasai dan terampil dalam pembuatan kultur mikroba, inokulum,
dengan teknik aseptik;
b) Menguasai dan terampil dalam melakukan sampling pengukuran populasi
sel secara berkala;
c) Menguasai dan terampil dalam melakukan evaluasi populasi mikroba
dengan berbagai teknik (berat sel kering, spektrofotometri yaitu spektronik
20 dan spektronik Genesys serta kurva baku)
d) Menguasai dan dapat menerapkan hubungan antara jumlah sel (X) dengan
waktu (t);
e) Menguasai dan dapat mengkaji fasa-fasa pertumbuhan mikroba;
f) Dapat menghitung laju pertumbuhan spesifik () dengan menggunakan
grafik ln X terhadap t.

1.3 Ruang Lingkup


Mikroba yang terdapat di alam ini sangat beragam. Oleh karena itu perlu
waktu yang sangat panjang untuk dapat mempelajari semua hal tersebut.
Dengan demikian kegiatan praktikum sampai penyusunan laporan ini perlu
dibatasi permasalahannya.
Adapun topik permasalahan dalam laporan ini yaitu, mengenai kinetika
pertumbuhan mikroba khususnya Escherichia Coli. Beberapa hal yang
dipelajari yaitu cara penyiapan inokulum, pemilihan media pertumbuhan
mikroba yang sesuai, pengendalian atau pengaturan proses pembiakkan
mikroba, teknik (perlakuan) secara aseptis, metode spektronik 20, sampai pada
pembuatan kurva pertumbuhan mikroba.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : 1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian

1.3 Ruang Lingkup


1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA : 2.1 Teori Coli
2.2 Definisi Pertumbuhan
2.3 Prinsip Pertumbuhan Bakteri
2.4 Kurva Pertumbuhan Bakteri
2.5 Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV : Hasil Percobaan.
BAB V : Pembahasan dan Kesimpulan

Escherichia coli atau biasa disingkat E.


coli adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif. Bakteri
berasal dari kata Bakterion (Yunani =
BAB II
batang kecil). Berdasarkan Klasifikasi, TINJAUAN PUSTAKA
bakteri digolongkan dalam Divisio
Schizomycetes. Pada umumnya, bakteri
2.1
yang ditemukan oleh Theodor
Teori
Escherich ini hidup pada tinja, dan
E.
dapat menyebabkan masalah kesehatan
pada manusia, seperti diare, muntaber
dan masalah pencernaan lainnya.
Secara morfologi E.coli merupakan
kuman berbentuk batang pendek,
gemuk, berukuran 2,4 x 0,4 sampai
0,7 , tak bersimpai , bergerak aktif Coli

dan tidak berspora.

E. coli banyak digunakan dalam


teknologi rekayasa genetika. Biasa
digunakan sebagai vektor untuk
menyisipkan gen-gen tertentu yang
Status konservasi: Aman
diinginkan untuk dikembangkan. E.
coli dipilih karena pertumbuhannya
Nama binomial Eschericia coli
sangat cepat dan mudah dalam
penanganannya.
Superdomain: Phylogenetica
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gamma Proteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Famili: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Spesies: E. coli

Escherichia coli adalah bakteri gram negatif yang umum ditemukan di


bagian bawah usus dari organism berdarah panas (endotherms). Coli jenis yang
tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti serotype O157: H7, serius dapat
menyebabkan keracunan makanan pada manusia, dan kadang-kadang mahal
bertanggung jawab untuk produk recalls. Yang tidak berbahaya jenis merupakan
bagian dari flora normal pada usus , dan mereka bisa mendapatkan keuntungan host
oleh produksi vitamin K 2 atau mencegah pembentukan patogen bakteri dalam usus.
E. coli tidak selalu dibatasi pada usus, dan kemampuan mereka untuk
bertahan untuk waktu singkat di luar tubuh yang ideal membuat mereka organisme
indikator untuk menguji sampel untuk lingkungan fecal kontaminasi. Bakteri juga
dapat tumbuh dengan mudah dan its genetika yang relatif sederhana dan mudah-
dimanipulasi atau digandakan melalui proses metagenics, membuatnya menjadi
salah satu yang terbaik-belajar prokaryotic model organisme, dan jenis-jenis yang
penting dalam bioteknologi dan mikrobiologi.

E. coli yang ditemukan oleh dokter penyakit anak dan ahli bakteriologi
Jerman Theodor Escherich pada 1885, dan saat ini diklasifikasikan sebagai bagian
dari Enterobacteriaceae keluarga gamma-proteobacteria.

E. coli adalah sub-grup dalam spesies yang memiliki karakteristik unik yang
membedakannya dari E. coli jenis lainnya. Berbagai perbedaan tersebut sering
terdeteksi hanya pada tingkat molekular, tetapi dapat menyebabkan perubahan pada
fisiologi atau siklus kehidupan dari bakteri. Misalnya, strain Mei mendapatkan
patogen kapasitas, kemampuan untuk menggunakan sumber karbon yang unik,
kemampuan untuk mendiami tertentu ekologi niche atau kemampuan untuk
menolak antimicrobial agen. Perbedaan dari jenis E. coli yang dapat dilihat dari
bentuk koloni menjadikannya mungkin untuk menentukan sumber kontaminasi
fecal sampel di lingkungan. Misalnya, untuk mengetahui jenis E. coli yang ada
dalam sampel air yang memungkinkan untuk membuat asumsi tentang darimana
asal kontaminasi (manusia atau mamalia lain dan burung).

Jenis baru dari E. coli berkembang melalui proses mutasi alam, dan
mengembangkan beberapa jenis sifat yang dapat merusak koloni hewan. Meskipun
jenisnya berbahaya, biasanya menyebabkan tidak lebih dari sebuah serangan diare
pada manusia. Beberapa jenis berbahaya, seperti O157: H7 atau O111: B4, dapat
mengakibatkan penyakit serius atau kematian pada orang tua, anak - anak atau yang
memiliki sistem imun lemah.
E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2
micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7
micrometer kubik. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang suhu 20-40 derajat C,
optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar
manusia terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa
makanan. Dari sekian ratus jenis E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil
bersifat pathogen, misalnya jenis O157:H7. Hampir semua rekayasa genetika di
dunia bioteknologi selalu melibatkan E. coli akibat genetikanya yang sederhana dan
mudah untuk direkayasa. Riset di E. coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri
jenis lainnya. Bakteri ini juga merupakan media cloning yang paling sering dipakai.
Teknik recombinant DNA tidak akan ada tanpa bantuan bakteri ini.

Bakteri E.coli merupakan organisme penghuni utama di usus besar,


hidupnya komensal dalam kolon manusia dan diduga berperan dalam pembentukan
vitamin K yang berperan penting untuk pembekuan darah.

Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain dari


bakteri E. coli juga dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada
anak-anak. Bakteri penyebab penyakit yang cukup berbahaya ini diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik sifat-sifat virulensinya. Setiap kelompok dapat
menyebabkan penyakit diare melalui mekanisme yang berbeda-beda. Kelompok E.
coli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut ( sebagian besar tulisan merupakan
kutipan dari buku manual pemberantasan penyakit menular)

Peranan E. colli
A. Biologi dan biokimia

Escherichia coli mendorongkan sel dengan flagella sendiri (panjang, tipis


struktur) diatur sebagai kumpulan yang memutar jarum jam, menghasilkan
torque untuk memutar searah jarum jam bakteri.

E. coli adalah bakteri gram-negatif, anaerobic dan non-sporulating. E. Sel


biasanya berbentuk batang dan panjang sekitar 2 micrometres (m) dan diameter
0,5 m in, dengan volume sel 0,6 - 0,7 m 3. E.coli ini dapat hidup pada berbagai
substrates. E. coli menggunakan campuran asam-fermentasi dalam kondisi
anaerobic, memproduksi asam lactate, succinate, etanol, asetat dan karbon
dioksida. Karena banyak jenis asam dicampur dalam fermentasi menghasilkan
hidrogen gas, jalur ini memerlukan tingkat hidrogen menjadi rendah, seperti
yang terjadi ketika E. coli tinggal bersama- organism pengonsumsi hidrogen
seperti methanogens atau bakteri pengurang sulfate-.

Pertumbuhan optimal coli pada suhu 37 C tetapi beberapa jenis


laboratorium dapat berkembang biak pada suhu hingga 49 C. Pertumbuhan
dapat dilakukan pada respirasi aerobik atau anaerobic, menggunakan berbagai
besar redox pasangan, termasuk oksidasi dari asam pyruvic, asam formic,
hidrogen dan asam amino, dan pengurangan substrates seperti oksigen, nitrat,
dimethyl sulfoxide dan trimethylamine N-oksida.
Jenis yang memiliki flagella dapat bergerak aktif, dan Flagella tersebut
tersusun atas peritrichous. E. coli dan terkait bakteri memiliki kemampuan untuk
mentransfer DNA melalui konjugasi bakteri, transduction atau transformasi,
yang memungkinkan bahan genetik menyebar secara horizontal ke seluruh
populasi yang ada. Proses ini menyebabkan penyebaran kode genetic shiga
toksin dari Shigella ke E. coli O157:H7, yang dibawa oleh bacteriophage.

B. Peranan dalam bioteknologi

E.coli memiliki sejarah panjang dalam kemudahan manipulasi genetic.


E.coli juga memainkan peran penting dalam rekayasa biologi modern dan
mikrobiologi industri. Norman Stanley Cohen dan Herbert Boyer, menggunakan
plasmids E. coli dan pembatasan enzymes untuk membuat recombinant DNA,
menjadi dasar bioteknologi.

Dianggap sebagai tuan rumah sangat fleksibel untuk produksi


heterologous protein, peneliti dapat memasukkan gen ke dalam mikroba
menggunakan plasmids, yang memungkinkan produksi massa dari protein
dalam industri proses fermentasi. Sistem genetik E. coli juga telah
dikembangkan yang memungkinkan produksi recombinant protein
menggunakan E. coli. Salah satu aplikasi yang berguna dalam teknologi
recombinant DNA adalah manipulasi E. coli untuk memproduksi insulin.
Modifikasi E. coli telah digunakan dalam pembuatan vaksin perbaikan biologi,
dan produksi immobilised enzymes. Bagaimanapun coli tidak dapat digunakan
untuk memproduksi sesuatu yang lebih besar, kompleks, yang mengandung
banyak protein disulfide obligasi, dan khususnya, unpaired thiols, atau protein
yang juga memerlukan pasca translational modifikasi untuk kegiatan.
C. Peranan sebagai normal flora

E. coli yang biasanya mengkolonikan bayi pada sistem gastrointestinal


dalam 40 jam setelah lahir, dan masih mengurus anaknya secara individu. Dalam
usus, ia menempel pada lendir dari usus besar. E.coli merupakan organisme
utama dari sistem di dalam usus besar manusia. Selama bakteri ini tidak
memperoleh unsur genetik dari jenis yang berbahaya, mereka tetap bersifat
simbiosis mutualisme.

D. Peranan dalam penyakit

E. coli dapat menyebabkan Gastroenteritis, Urinary Tract Infections, dan


neonatal meningitis. Dalam kasus yang jarang, jenis bebahaya juga bertanggung
jawab untuk hmolytic-sindrom uremic (Hus), radang selaput, radang kelenjar
dada, darah dan Gram-negatif radang paru-paru.

a. Infeksi gastrointestinal

mikrofoto electron dari koloni bakteri E. coli, perbesaran 10.000 kali.


Setiap individu adalah bakteri berbentuk batang

Jenis tertentu dari E. coli , seperti O157: H7, O121 dan O104: H21
memproduksi racun. Keracunan makanan yang disebabkan oleh E. coli
biasanya dikaitkan dengan makan sayur-sayuran dan daging tak dicuci setelah
pemotongan. Jenis O157: H7 terkenal lebih jahat dan lebih serius menyebabkan
ancaman kehidupan yang kompleks, seperti sindrom hemolytic-uremic (Hus).
Jenis O157: H7 ini terkait dengan wabah E. coli pada bayam segar di Amerika
Serikat pada 2006 . Kemampuan dari penyakit yang sangat bervariasi, bisa
berakibat fatal, terutama bagi anak- anak, orang tua atau orang yang memiliki
system kekebalan imun yang kurang, tetapi lebih sering berakibat ringan. E. coli
dapat memiliki kemampuan terhadap kestabilan maupun kelabilan terhadap
panas enterotoxins. Yang terakhir, dikenal sebagai LT, berisi satu subunit 'A' dan
lima subunits 'B' yang diatur menjadi satu holotoxin, dan sangat mirip dalam
struktur dan fungsi kolera toxins. B subunits membantu dalam ketaatan dan
masuk toksin dari usus ke dalam sel tuan rumah, sementara A subunit adalah
memecah dan mencegah dari sel menyerap air,yang menyebabkan diare. LT
memiliki dua jenis jalur sekresi.

Jika coli bakteri usus melepaskan diri dari sistem melalui lubang-lubang
(misalnya dari maag, yang ruptured lampiran, atau bedah kesalahan) dan
masukkan perut, mereka biasanya menyebabkan radang selaput yang dapat fatal
tanpa pengobatan. Namun, E. coli sangat peka terhadap antibiotik seperti
streptomisin atau gentamicin. Hal ini bisa berubah sejak, seperti yang tercantum
di bawah ini. E. coli cepat menghasilkan obat perlawanan. Baru-baru ini
penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan antibiotik tidak
meningkatkan hasil dari penyakit, dan mungkin signifikan meningkatkan
peluang pengembangan haemolytic uraemic sindrom.

E. Mucosa usus-terkait E. coli yang diamati meningkatkan angka dalam


penyakit radang usus (penyakit Crohn's dan ulcerative colitis). Penyerangan
E.coli paling banyak terjadi pada jaringan yang teradang, dan jumlah bakteri
yang berada di daerah radang sebanding dengan serangan radang usus yang
diterima perut.
Epidemiologi dari infeksi gastrointestinal

Transmisi patogen E. coli sering terjadi melalui fecal-oral transmission.


Common rute penularan termasuk: unhygienic persiapan makanan, peternakan
akibat kontaminasi pupuk pemupukan, irigasi dari tanaman dengan kejangkitan
greywater mentah atau kotoran , babi liar di cropland, atau langsung konsumsi
kotoran-kejangkitan airdan Produk Susu sapi potong waduk yang utama adalah
E. coli O157:H7, dan mereka dapat melakukan hal asymptomatically dalam
kandang dan kotoran mereka. Makanan produk-produk yang berhubungan
dengan E. coli wabah tanah mentah termasuk daging sapi, biji mentah sprouts
atau bayam, susu mentah, unpasteurized jus, dan makanan makanan kejangkitan
terinfeksi oleh pekerja melalui rute fecal-oral.

Menurut US Food and Drug Administration, the fecal-oral siklus


penularan dapat terganggu oleh memasak makanan dengan baik, mencegah
kontaminasi silang, instituting hambatan seperti sarung tangan untuk makanan
pekerja, instituting kesehatan kebijakan industri makanan jadi karyawan ketika
mereka mencari pengobatan sedang sakit, pasteurization jus atau produk susu
dan mencuci tangan yang benar persyaratan.

Shiga toksin-produksi E. coli (STEC), coli (STEC), secara khusus


serotype O157: H7, juga telah dikirimkan oleh flies, serta kontak langsung
dengan peternakan hewan, hastakarya kebun binatang ternak, dan partikel di
udara ditemukan hewan-membesarkan lingkungan.

Urinary Tract Infection

Coli (UPEC) bertanggung jawab untuk sekitar 90% dari urinary tract
infections (UTI) dilihat pada individu dengan anatomi biasa. Dalam naik infeksi,
fecal bakteri yang menjajah pekencingan dan tersebar di atas urinary tract ke
kandung kemih serta ke ginjal (menyebabkan pyelonephritis), atau prostata
dalam laki-laki. Karena perempuan memiliki pekencingan pendek dibandingkan
laki-laki, mereka adalah 14-kali lebih besar untuk menderita dari UTI naik.
Coli memanfaatkan fimbriae P (pyelonephritis-terkait pili) untuk
mengikat urinary tract endothelial sel yang menjajah dan kandung kemih. E. Ini
adhesins mengikat secara khusus D-galactose-D-galactose moieties pada P darah
kelompok antigen dari erythrocytes dan uroepithelial sel. Kira-kira 1% dari
populasi manusia tidak receptor ini, dan keberadaan atau ketidakhadiran dictates
individu dari kerentanan ke E. coli urinary tract infections. Coli urinary tract
infections. Uropathogenic E. Uropathogenic E. coli memproduksi dan alfa-beta-
hemolysins, yang menyebabkan lysis dari urinary tract sel.

UPEC dapat menghindari tubuh lahir defenses kekebalan (misalnya


melengkapi sistem) oleh invading dangkal payung untuk membentuk sel bakteri
intracellular masyarakat (IBCs). Mereka juga memiliki kemampuan untuk
membentuk K antigen, capsular polysaccharides yang berkontribusi ke biofilm
formasi. Biofilm-producing E. Biofilm-produksi E. coli are recalcitrant to
immune factors and antibiotic therapy and are often responsible for chronic
urinary tract infections. K-antigen-producing E. coli yang bandel ke faktor
kekebalan dan antibiotik dan terapi sering bertanggung jawab untuk kronis
urinary tract infections. K-memproduksi antigen E. coli infections are
[ 15 ]
commonly found in the upper urinary tract. coli infeksi biasanya ditemukan
pada bagian atas urinary tract. [15]

Descending infections , though relatively rare, occur when E. Menurun


infeksi, meskipun relatif jarang terjadi jika E. coli cells enter the upper urinary
tract organs ( kidneys , bladder or ureters ) from the blood stream. coli masuk ke
dalam sel atas urinary tract organ (ginjal, kandung kemih atau ureters) dari aliran
darah.

b. Neonatal Meningitis

Koloni ini hadir dalam vagina ibu, mengakibatkan bacteriemia, yang


mengarah ke meningitis. And because of the absence of the igM antibodies from
the mother (these do not cross the placenta because they are too big), plus the
fact that the body recognises as self the K1 antigen, as it resembles the cerebral
glicopeptides, this leads to a severe meningitis in the neonates. Dan karena tidak
adanya yang igM antibodies dari ibu (ini tidak menyeberangi placenta karena
mereka terlalu besar), ditambah dengan kenyataan bahwa tubuh yang mengakui
diri sebagai antigen K1, karena mirip dengan otak glicopeptides, ini mengarah
ke parah meningitis pada neonates.

c. E. coli enteropatogen (EPEC)

Merupakan penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di negara


berkembang. Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel
mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga
menyebabkan diare cair (Watery diarrheae) yang bisa sembuh dengan
sendirinya atau berlanjut menjadi kronis.

d. E. coli enterotoksigenik (ETEC)

Merupakan penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang


seperti Indonesia. Berbeda dengan EPEC, E. coli jenis ini memproduksi
beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak tahan panas di bawah
kontrol genetis plasmid. Pada umumnya, eksotoksin yang dihasilkan bekerja
dengan cara merangsang sel epitel usus untuk menyekresi banyak cairan
sehingga terjadi diare.

Penyebab utama Travelers diarrhea orang-orang dari negara maju yang


berkunjung ke negara berkembang. Penyakit ini juga sebagai penyebab utama
dehidrasi pada bayi dan anak di negara berkembang. Strain enterotoksigenik
dapat mirip dengan Vibrio cholerae dalam hal menyebabkan diare akut yang
berat (profuse watery diarrhea) tanpa darah atau lendir (mucus).

Gejala lain berupa kejang perut, muntah, asidosis, lemah dan dehidrasi
dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi; gejala biasanya berakhir lebih
dari 5 hari. ETEC dapat diidentifikasi dengan membuktikan adanya produksi
enterotoksin dengan teknik immunoassays, bioasay atau dengan teknik
pemeriksaan probe DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan ST (untuk toksin
tidak tahan panas dan toksin tahan panas) dalam blot koloni. Penyebab
Penyakit ; ETEC yang membuat enterotoksin tidak tahan panas (a heat labile
enterotoxin = LT) atau toksin tahan panas ( a heat stable toxin = ST) atau
memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST).

e. E. coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi


verotoxin (VTEC).

Di Negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan


sejumlah kejadian luar biasa diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini bersifat
akut dan bisa sembuh spontan, penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri
abdomen, diare disertai darah, gejala seperti ini merupakan komplikasi dari diare
ringan. Identifikasi ; Kategori E. coli penyebab diare ini dikenal pada tahun
1982 ketika terjadi suatu KLB colitis hemoragika di Amerika Serikat yang
disebabkan oleh serotipe yang tidak lazim, E. coli O157:H7 yang sebelumnya
tidak terbukti sebagai patogen enterik. Diare dapat bervariasi mulai dari yang
ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah dengan jelas dalam tinja tetapi
tidak mengandung lekosit.

Yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik
(HUS) dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira-kira 2-7% dari diare
karena EHEC berkembang lanjut menjadi HUS. EHEC mengeluarkan sitotoksin
kuat yang disebut toksin Shiga 1 dan 2. Toksin Shiga 1 identik dengan toksin
Shiga yang dikeluarkan oleh Shigella dysentriae 1; (Article Source by Drh.
Andrijanto Hauferson Angi, M.Si)

Kontrol Kontaminasi

Kontrol kontaminasi adalah istilah generik untuk semua kegiatan yang


bertujuan untuk mengontrol keberadaan, pertumbuhan dan proliferasi dari
kontaminasi di daerah-daerah tertentu. Kontrol kontaminasi dapat merujuk ke
udara maupun ke permukaan, untuk particulate matter serta kontaminasi
mikroba dan pencegahan serta desinfeksi
Langkah-langkah pengendalian pencemaran di premier lensa produsen (Carl
Zeiss).

Lantai dalam penanganan material di daerah Pharmaceutical perusahaan Lilly,


Perancis.

Fungsi Kontrol Kontaminasi

Tujuan dari semua kegiatan kontrol kontaminasi adalah untuk memastikan


secara permanen yang cukup tingkat kebersihan lingkungan di dikontrol. Hal ini
dicapai oleh pemeliharaan, atau mengurangi eradicating bersemangat dan tidak
bersemangat kontaminasi baik untuk keperluan saniter atau untuk menjaga
tingkat produksi efisien.
2.2 Definisi Pertumbuhan

Secara umum, pertumbuhan suatu organisme diartikan sebagai


penambahan massa, ukuran, maupun jumlah sel. (Lidya:21,2000). Istilah
pertumbuhan bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah sel bukan
mengacu kepada perkembangan individu organisme sel.

2.3 Prinsip Pertumbuhan bakteri

Istilah pertumbuhan bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah


sel bukan mengacu kepada perkembangan individu organisme sel. Bakteri
memiliki kemampuan untuk menggandakan diri secara eksponensial
dikarenakan sistem reproduksinya adalah pembelahan biner melintang, dimana
tidap sel membelah diri menjadi dua sel. Selang waktiu yang dibutuhkan sel
untuk membelah diri disebut dengan waktu generasi.
Tiap spesies bakteri memiliki waktu generasi yang berbeda-beda, seperti
Escherichia coli, bakteri umum yang dijumpai di saluran pencernaan dan di
tempat lain, memiliki waktu generasi 15-20 menit. Hal ini artinya bakteri E.
coli dalam waktu 15-20 menit mampu menggandakan selnya menjadi dua kali
lipat. Misalnya pada suatu tempat terdapat satu sel bakteri E. coli, maka
ilustrasinya dapat berlangsung sebagai berikut

Tabel 2 : Contoh Pembelahan biner Bakteri tiap 15 menit


0 15 30 45 60 75 90 105 120 135
1 sel 2 sel 4 sel 8 sel 16 sel 32 sel 64 sel 128 sel 256 sel 512 sel
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Hal ini menunjukkan hubungan antara pertambahan sel dengan waktu


adalah berbentuk geometrik eksponensial dengan rumus 2n. Jadi, bakteri E. coli
dalam waktu 10 jam berkembang dari satu sel menjadi 1,0910 12 sel atau lebih
dari 1 triliun sel.
2.4 Kurva Pertumbuhan Bakteri
Apabila satu bakteri tunggal (seperti E. coli di atas) diinokulasikan pada
suatu medium dan memperbanyak diri dengan laju yang konstan/tetap, maka
pada suatu waktu pertumbuhannya akan berhenti dikarenakan sokongan nutrisi
pada lingkungan sudah tidak memadai lagi, sehingga akhirnya terjadi
kemerosotan jumlah sel akibat banyak sel yang sudah tidak mendapatkan nutrisi
lagi. Hingga akhirnya pada titik ekstrim menyebabkan terjadinya kematian total
bakteri. Kejadian di atas apabila digambarkan dalam bentuk kurva adalah
sebagaimana di bawah.

Fase PertumbuhanMikroba
1. Fasa lag (Fasa Permulaan / adaptasi).
Pada fasa ini sebagian besar bakteri beradaptasi dengan lingkungan
barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel,bahkan sebagian sel mati,
hanya sel bakteri yang kuat saja yang bertahan hidup.

Faktor Penentu Fase Lag :


a. Medium dan lingkungan pertumbuhan; jika medium sama dengan
medium sebelumnya, waktu adaptasi pendek atau tidak ada; jika sangat
berbeda perlu waktu untuk sintesis enzim yang dibutuhkan untuk
metabolisme (pembentukan enzim induktif).
b. Kondisi starter/inokulum
- Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi mempercepat
fase adaptasi.
- Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada dalam
bentuk spora dan bukan sel vegetatif maka bila ia ditanam dalam
medium dengan kondisi lingkungan yang baik, ia akan berubah menjadi
bentuk sel vegetatif dan ini memerlukan sedikit waktu.
- Mutan yang baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan
lingkungan yang bar

2. Fasa pertumbuhan dipercepat


Pada fasa ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya; sel mulai membelah diri dengan kecepatan yang masih
rendah.

3. Fasa logaritmik
- Pembelahan mikroba terjadi sangat cepat dan konstan, mengikuti kurva
logaritmik.
- Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami reaksi
metabolisme yang maksimum.
- Selama fasa logaritma, konsentrasi nutrien esensial ada dalam keadaan
cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama dari
pertumbuhan.
- Pada saat ini sel paling sensitif terhadap keadaan lingkungan.

Kekhususan Fase Logaritmik


- Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrien dan kondisi lingkungan yang
sama, di dalam medium baru populasi sel ini akan langsung mengalami
fasa logaritma tanpa mengawali pertumbuhan dengan fasa lag dan fasa
pertumbuhan awal/pertumbuhan dipercepat.
- Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fasa ini ukuran sel
minimum dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan
sangat aktif, sintesa makromolekul dari komponen sel berlomba dengan
waktu.

4. Fase Pertumbuhan Diperlambat


Pertumbuhan mikroba diperlambat karena :
- Nutrisi dalam medium sudah sangat berkurang
- Adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun atau
menghambat pertumbuhan mikroba
Pada fase ini pertumbuhan sel tidak stabil, tapi jumlah populasi masih
naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada
jumlah sel yang mati

5. Fasa Stasioner
Selama fasa ini kecepatan pertumbuhan nol.
Jumlah pembentukan sel baru sebagai hasil reproduksi, seimbang dengan
jumlah sel yang mati. Ini menyebabkan, grafiknya linier dan sejajar
dengan absisnya.
Reproduksi sel yang masih terjadi selama fasa ini menggunakan cadangan
makanan yang ada di dalam protoplast sebagai building blockspembangun
sel yang baru.
Karena kekurangan nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang
berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik.
Pada fase ini sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas,
dingin, radiasi, dan bahan ki
6. Fasa Menuju Kematian dan Fase Kematian
Selama fasa ini, jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun,
sedangkan jumlah kematian sel makin banyak.
Kematian ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin
memburuk, terutama oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme
yang toksik terhadap sel.
Pada fase ini : nutrisi dalam medium sudah habis; energi cadangan dalam
sel habis.
Lamanya fasa ini tergantung pada spesies dari mikrobanya dan kondisi
lingkungannya sendiri.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu
hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan
mikroba. Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba:

a) Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Nutrien dikelompokkan menjadi
makronutrien (nutrient yang dibutuhkan dengan konsentrasi lebih dari 10-4 M),
contohnya C, H, N, O, S, P, Mg2+, dan K+ ; dan mikronutrien yaitu nutrient yang
dibutuhkan dengan konsentrasi kurang dari 10-4 M, contohnya Fe, Mn, Zn, Al, Ni
Na, dan Ca. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.

Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.

b) Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara
yang berlawanan:

1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan


dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti,
kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat
dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi)
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi.
Sehubungan dengan hal di atas, maka penggolongan mikroba menurut suhu dapat
digolongkan seperti tabel berikut:

Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum Suhu Maksimum

Psikrofil - 15o C. 10o C. 20o C.

Psikrotrof - 1o C. 25o C. 35o C.

Mesofil 5 10o C. 30 37o C. 40o C.

Thermofil 40o C. 45 55o C. 60 80o C.

Thermotrof 15o C. 42 46o C. 50o C.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga


macam, yaitu:

1. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu
60oC selama 10-20 menit.
2. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.
3. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60 oC selama 10-20 menit tapi
kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
c) Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada
kisaran pH 8,0 8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak. Di antara bakteri ada juga yang tahan terhadap keasaman yang tinggi,
bakteri tersebut digolongkan ke dalam golongan bakteri yang aciduric.

d) Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan
oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
1. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
3. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
4. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
e) Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Air tidak
hanya merupakan komponen utama dari plasma sel mikroba, namun air penting
pula untuk pelarut makanan sebelum makanan itu dapat diserap oleh sel.
Kekeringan dapat mematikan mikroba.

f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari dan
dalam waktu beberapa jam saja dapat dimatikan oleh cahaya langsung yang
mengenainya. Sinar-sinar violet, ultra violet dan biru sangat kuat daya mematikan
terhadap mikroba.
g) Tekanan Osmosa
Sel-sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semi permeabel, membran ini
dapat melewatkan air masuk ke dalam sel, demikian pula sebaliknya. Membran
mampu menahan zat-zat yang larut di dalam cairan di mana sel-sel itu terdapat
untuk tidak masuk ke dalam sel; atau menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk
keluar dari sel. Sel-sel merupakan suatu unit osmotis yang kecil yang responsif
terhadap perubahan-perubahan pada cairan dalam lingkungannya.

h) Faktor Faktor Kimia


Manusia di dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan mikroba,
meramu zat zat yang dapat meracuni mikroba. Zat-zat yang hanya menghambat
pertumbuhan mikroba dengan tidak membunuhnya disebut zat mikrostatik. Zat
yang dapat membunuh mikroba disebut zat mikrosida. Yang termasuk kelompok ini
antara lain desinfektan. Antibiotika ada yang masuk kelompok mikrostatik, dan
sebagian lagi masuk kelompok mikrosida.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi Pustaka

Mulai dari kegiatan praktikum sampai pada pembuatan laporan ini,


penyusun tentunya banyak melakukan studi pustaka. Beberapa hal yang
dilakukan yaitu dengan mempelajari buku yang berkaitan dengan Dasar
Bioproses, Petunjuk Praktikum Kinetika Petumbuhan Mikroba, dan data
pelengkap dari internet.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan percobaan ini, diantaranya :

1. Spektronik 20
2. Labu erlenmeyer 500 ml, 100 ml
3. Pipet ukur 10 ml, 5 ml, 1 ml
4. Gelas kimia
5. Pipet tetes
6. Kufet
7. Botol semprot
8. Kertas grafik
9. Spirtus
10. Kulkas
11. Shaker icubator
12. Tissue dan label
Bahan yang digunakan, diantaranya :
1. Suspensi bakteri E- coli
2. Garam steril
3. Larutan blanco
4. Agar nutrien
5. Aquadest
3.3 Langkah Kerja

Pembuatan kurva pertumbuhan mikroba dengan metode spektrofotometri (


tidak langsung).

3.3.1 Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan mikroba

1. Memasukkan 10 ml air garam ke dalam satu buah tabung agar miring


yang berisi kultur mikroba
2. Mengocok dengan perlahan lahan
3. Memasukkan kultur di atas ke dalam erlenmeyer yang berisi media cair
atau kaldu nutrien sebanyak 90 ml
4. Mengaktifkan campuran di atas selama 24 jam pada suhu 30 0 C dalam
shaker incubator
5. Ukkan inokulum kedalam erlenmeyer atau reaktor yang telah berisi 400
ml media cair nutrien steril
6. Mencampurkan kedalam reaktor ini untuk selanjutnya disebut media
pertumbuhan mikroba. Media ini digunakan untuk membuat kurva
pertumbuhan mikrohba.

3.3.2 Pembuatan kurva pertumbuhan mikroba dengan metoda spektrofotometri


1. Mencari panjang gelombang maksimal antara 550 nm 650 nm dengan
menggunakan inokulum sebagai larutan standar. Untuk larutan blnko
digunakan media cair nutrien
2. Membuat kurva baku antara absorbansui (a) terhadap berat sel kering x
(mg/ml) berdasar data yang telah tersedia
3. Pada T nol diambil/ disampling sejumlah kultur cair dari reaktor
kemudian mengukur absorbansinya (a) dalam panjang gelombang max
4. Menginkubasi reaktor tersebut dalam shakker inkubator pada suhu 370C
5. Mengulangi sampling di atas pada 15 menit ke dua dan seterusnya
hingga memperoleh kurva sampai fasa stasioner
6. Membuat plot semua data a ke dalam kurva baku hingga diperoleh nilai
berat sel kering (x)
7. Membuat plot semua data sel kering di atas terhadap waktu sehingga
diperoleh fasa fasa pertumbuhan mikroba
8. Mengubah nilai x ke ln x hingga diperoleh hubungan antara ln x
dengan t
9. Membuat grafik antara ln x terhadap t sehingga didapat tg =
10. Laju pertumbuhan spesifik, ( t-1) dari mikroba dapat ditentukan
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

A. Tabel kurva baku antara absorbansi terhadap berat sel kering

berat sel kering absorbansi


0.4 0.06
1.09 0.18
1.81 0.28
2.5 0.39
3.72 0.57
5.31 0.83
5.89 0.92
6.9 1.08
7.79 1.21
8.48 1.34

B. Tabel kurva X terhadap t (waktu)

t x
0 0.33
15 0.34
30 0.4
45 0.5
60 0.6
75 0.7
90 0.73
105 0.725
120 0.628
135 0.64
150 0.6
165 0.515

C. Tabel Kurva Ln X terhadap t (waktu)

t (waktu) ln X
0 -1.108
15 -1.078
30 -0.92
45 -0.69
60 -0.51
75 -0.35
90 -0.324
105 -0.322
120 -0.465
135 -0.45
150 -0.51
165 -0.55

BAB V
PENUTUP

5.1 Pembahasan
Praktikum kinetika pertumbuhan ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengetahui laju pertumbuhan spesifik () dan mengetahui fasa-fasa
pertumbuhan dari mikroba Escherechia coli.
Dalam penentuan kinetika pertumbuhan mikroba E.Coli ini, praktikan
menggunakan metode Spektofotometri yaitu dengan alat Spektronik 20. Pada
penggunaan spektronik 20, praktikan mensetting panjang gelombang maksimum
pada 600 nm dengan tujuan pada panjang gelombang tersebut tidak ada
gangguan pigmen dari mikroba tersebut. Dalam percobaan, suspensi mikroba
disampling setiap 15 menit, kemudian diukur absorbansinya.
Plotkan semua data A ke dalam kurva baku sehingga diperoleh nilai berat sel
kering (X). Plotkan semua data berat sel kering yang didapat terhadap waktu
sehingga diperoleh fasa-fasa pertumbuhan mikroba. Kemudian ubah nilai X ke
ln X, dan membuat grafik antara ln X terhadap t sehingga didapat tg = .
Dari hasil yang didapat berupa berat sel kering dengan waktu yang berbeda-
beda, kurva yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Karena terlihat
adanya bagian-bagian yang dapat menunjukkan fasa-fasa dalam kinetika
pertumbuhan bakteri Escherechia coli.
Proses sampling pada hari pertama, kami mendapatkan enam titik dalam
kurva. Pada hari pertama ini, kami mendapatkan beberapa fase pertumbuhan
diantaranya, fase adaptasi, fase pertumbuhan dipercepat, fase log / eksponensial,
dan fase pertumbuhan diperlambat. Pada fasa pertumbuhan dipercepat menuju
fasa eksponensial/logaritmik terjadi kenaikan yang sangat signifikan.
Pada sampling hari kedua, kami mendapatkan enam titik dalam kurva. Pada
sampling hari kedua ini, pada titik ke tujuh dan ke delapan sudah terbentuk fasa
stasioner, hal ini terlihat pada grafik dengan bentuk grafik datar. Selanjutnya
pada titik-titik berikutnya terbentuk fasa kematian.
Setelah mendapatkan fasa-fasa pertumbuhan dari kurva antara absorbansi
(A) terhadap waktu (t), selanjutnya yaitu membuat kurva antara ln x terhadap
waktu. Dari kurva tersebut, didapatkan laju pertumbuhan spesifik () dari
mikroba Escherichia coli yaitu 0,0136.

5.2 Kesimpulan
1) Laju pertumbuhan Spesifik () dari bakteri Escherichia coli dengan
menggunakan metode spektronik 20 yaitu 0,0136
2) Fasa-fasa pertumbuhan mikroba dalam kurva pertumbuhan mikroba yaitu :
a) Fasa adaptasi (Fasa Lag)
b) Fasa pertumbuhan dipercepat
c) Fasa eksponensial / fasa logaritmik
d) Fasa pertumbuhan diperlambat
e) Fasa stasioner
f) Fasa kematian
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu ;
a) Nutrisi
b) Suhu / temperature
c) Keasaman atau kebasaan (pH)
d) Ketersediaan Oksigen
e) Air
f) Cahaya
g) Tekanan Osmosa
h) Faktor-faktor kimia

DAFTAR PUSTAKA

Djenar, Nancy Siti. 2007. Petunjuk Praktikum Dasar Bioproses: Kinetika


Pertumbuhan Mikroba. Bandung: Teknik Kimia POLBAN

http://rachdie.blogsome.com/2006/

Hidayat, Nur dkk. 2007. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: ANDI.

Wahyu, Iwan S. 2004. BIOLOGI SMA. Bogor : CV. Regina

Jobsheet Petunjuk Praktikum Bioproses : Kinetika Pertumbuhan Mikroba

Jobsheet Petunjuk Praktikum Analitik Instrumen : Spektrofotometer metode


spektronik 20

Anda mungkin juga menyukai