Kinetika Pertumbuhan Mikroba
Kinetika Pertumbuhan Mikroba
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan pembuatan laporan praktikum ini adalah:
a) Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Praktikum Dasar
Bioproses;
b) Agar para mahasiswa mampu membuat laporan sesuai dengan ketentuan
yang benar;
Adapun tujuan secara khusus, yaitu mahasiswa diharapkan:
a) Menguasai dan terampil dalam pembuatan kultur mikroba, inokulum,
dengan teknik aseptik;
b) Menguasai dan terampil dalam melakukan sampling pengukuran populasi
sel secara berkala;
c) Menguasai dan terampil dalam melakukan evaluasi populasi mikroba
dengan berbagai teknik (berat sel kering, spektrofotometri yaitu spektronik
20 dan spektronik Genesys serta kurva baku)
d) Menguasai dan dapat menerapkan hubungan antara jumlah sel (X) dengan
waktu (t);
e) Menguasai dan dapat mengkaji fasa-fasa pertumbuhan mikroba;
f) Dapat menghitung laju pertumbuhan spesifik () dengan menggunakan
grafik ln X terhadap t.
E. coli yang ditemukan oleh dokter penyakit anak dan ahli bakteriologi
Jerman Theodor Escherich pada 1885, dan saat ini diklasifikasikan sebagai bagian
dari Enterobacteriaceae keluarga gamma-proteobacteria.
E. coli adalah sub-grup dalam spesies yang memiliki karakteristik unik yang
membedakannya dari E. coli jenis lainnya. Berbagai perbedaan tersebut sering
terdeteksi hanya pada tingkat molekular, tetapi dapat menyebabkan perubahan pada
fisiologi atau siklus kehidupan dari bakteri. Misalnya, strain Mei mendapatkan
patogen kapasitas, kemampuan untuk menggunakan sumber karbon yang unik,
kemampuan untuk mendiami tertentu ekologi niche atau kemampuan untuk
menolak antimicrobial agen. Perbedaan dari jenis E. coli yang dapat dilihat dari
bentuk koloni menjadikannya mungkin untuk menentukan sumber kontaminasi
fecal sampel di lingkungan. Misalnya, untuk mengetahui jenis E. coli yang ada
dalam sampel air yang memungkinkan untuk membuat asumsi tentang darimana
asal kontaminasi (manusia atau mamalia lain dan burung).
Jenis baru dari E. coli berkembang melalui proses mutasi alam, dan
mengembangkan beberapa jenis sifat yang dapat merusak koloni hewan. Meskipun
jenisnya berbahaya, biasanya menyebabkan tidak lebih dari sebuah serangan diare
pada manusia. Beberapa jenis berbahaya, seperti O157: H7 atau O111: B4, dapat
mengakibatkan penyakit serius atau kematian pada orang tua, anak - anak atau yang
memiliki sistem imun lemah.
E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2
micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7
micrometer kubik. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang suhu 20-40 derajat C,
optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar
manusia terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa
makanan. Dari sekian ratus jenis E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil
bersifat pathogen, misalnya jenis O157:H7. Hampir semua rekayasa genetika di
dunia bioteknologi selalu melibatkan E. coli akibat genetikanya yang sederhana dan
mudah untuk direkayasa. Riset di E. coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri
jenis lainnya. Bakteri ini juga merupakan media cloning yang paling sering dipakai.
Teknik recombinant DNA tidak akan ada tanpa bantuan bakteri ini.
Peranan E. colli
A. Biologi dan biokimia
a. Infeksi gastrointestinal
Jenis tertentu dari E. coli , seperti O157: H7, O121 dan O104: H21
memproduksi racun. Keracunan makanan yang disebabkan oleh E. coli
biasanya dikaitkan dengan makan sayur-sayuran dan daging tak dicuci setelah
pemotongan. Jenis O157: H7 terkenal lebih jahat dan lebih serius menyebabkan
ancaman kehidupan yang kompleks, seperti sindrom hemolytic-uremic (Hus).
Jenis O157: H7 ini terkait dengan wabah E. coli pada bayam segar di Amerika
Serikat pada 2006 . Kemampuan dari penyakit yang sangat bervariasi, bisa
berakibat fatal, terutama bagi anak- anak, orang tua atau orang yang memiliki
system kekebalan imun yang kurang, tetapi lebih sering berakibat ringan. E. coli
dapat memiliki kemampuan terhadap kestabilan maupun kelabilan terhadap
panas enterotoxins. Yang terakhir, dikenal sebagai LT, berisi satu subunit 'A' dan
lima subunits 'B' yang diatur menjadi satu holotoxin, dan sangat mirip dalam
struktur dan fungsi kolera toxins. B subunits membantu dalam ketaatan dan
masuk toksin dari usus ke dalam sel tuan rumah, sementara A subunit adalah
memecah dan mencegah dari sel menyerap air,yang menyebabkan diare. LT
memiliki dua jenis jalur sekresi.
Jika coli bakteri usus melepaskan diri dari sistem melalui lubang-lubang
(misalnya dari maag, yang ruptured lampiran, atau bedah kesalahan) dan
masukkan perut, mereka biasanya menyebabkan radang selaput yang dapat fatal
tanpa pengobatan. Namun, E. coli sangat peka terhadap antibiotik seperti
streptomisin atau gentamicin. Hal ini bisa berubah sejak, seperti yang tercantum
di bawah ini. E. coli cepat menghasilkan obat perlawanan. Baru-baru ini
penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan antibiotik tidak
meningkatkan hasil dari penyakit, dan mungkin signifikan meningkatkan
peluang pengembangan haemolytic uraemic sindrom.
Coli (UPEC) bertanggung jawab untuk sekitar 90% dari urinary tract
infections (UTI) dilihat pada individu dengan anatomi biasa. Dalam naik infeksi,
fecal bakteri yang menjajah pekencingan dan tersebar di atas urinary tract ke
kandung kemih serta ke ginjal (menyebabkan pyelonephritis), atau prostata
dalam laki-laki. Karena perempuan memiliki pekencingan pendek dibandingkan
laki-laki, mereka adalah 14-kali lebih besar untuk menderita dari UTI naik.
Coli memanfaatkan fimbriae P (pyelonephritis-terkait pili) untuk
mengikat urinary tract endothelial sel yang menjajah dan kandung kemih. E. Ini
adhesins mengikat secara khusus D-galactose-D-galactose moieties pada P darah
kelompok antigen dari erythrocytes dan uroepithelial sel. Kira-kira 1% dari
populasi manusia tidak receptor ini, dan keberadaan atau ketidakhadiran dictates
individu dari kerentanan ke E. coli urinary tract infections. Coli urinary tract
infections. Uropathogenic E. Uropathogenic E. coli memproduksi dan alfa-beta-
hemolysins, yang menyebabkan lysis dari urinary tract sel.
b. Neonatal Meningitis
Gejala lain berupa kejang perut, muntah, asidosis, lemah dan dehidrasi
dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi; gejala biasanya berakhir lebih
dari 5 hari. ETEC dapat diidentifikasi dengan membuktikan adanya produksi
enterotoksin dengan teknik immunoassays, bioasay atau dengan teknik
pemeriksaan probe DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan ST (untuk toksin
tidak tahan panas dan toksin tahan panas) dalam blot koloni. Penyebab
Penyakit ; ETEC yang membuat enterotoksin tidak tahan panas (a heat labile
enterotoxin = LT) atau toksin tahan panas ( a heat stable toxin = ST) atau
memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST).
Yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik
(HUS) dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira-kira 2-7% dari diare
karena EHEC berkembang lanjut menjadi HUS. EHEC mengeluarkan sitotoksin
kuat yang disebut toksin Shiga 1 dan 2. Toksin Shiga 1 identik dengan toksin
Shiga yang dikeluarkan oleh Shigella dysentriae 1; (Article Source by Drh.
Andrijanto Hauferson Angi, M.Si)
Kontrol Kontaminasi
Fase PertumbuhanMikroba
1. Fasa lag (Fasa Permulaan / adaptasi).
Pada fasa ini sebagian besar bakteri beradaptasi dengan lingkungan
barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel,bahkan sebagian sel mati,
hanya sel bakteri yang kuat saja yang bertahan hidup.
3. Fasa logaritmik
- Pembelahan mikroba terjadi sangat cepat dan konstan, mengikuti kurva
logaritmik.
- Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami reaksi
metabolisme yang maksimum.
- Selama fasa logaritma, konsentrasi nutrien esensial ada dalam keadaan
cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama dari
pertumbuhan.
- Pada saat ini sel paling sensitif terhadap keadaan lingkungan.
5. Fasa Stasioner
Selama fasa ini kecepatan pertumbuhan nol.
Jumlah pembentukan sel baru sebagai hasil reproduksi, seimbang dengan
jumlah sel yang mati. Ini menyebabkan, grafiknya linier dan sejajar
dengan absisnya.
Reproduksi sel yang masih terjadi selama fasa ini menggunakan cadangan
makanan yang ada di dalam protoplast sebagai building blockspembangun
sel yang baru.
Karena kekurangan nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang
berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik.
Pada fase ini sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas,
dingin, radiasi, dan bahan ki
6. Fasa Menuju Kematian dan Fase Kematian
Selama fasa ini, jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun,
sedangkan jumlah kematian sel makin banyak.
Kematian ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin
memburuk, terutama oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme
yang toksik terhadap sel.
Pada fase ini : nutrisi dalam medium sudah habis; energi cadangan dalam
sel habis.
Lamanya fasa ini tergantung pada spesies dari mikrobanya dan kondisi
lingkungannya sendiri.
a) Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Nutrien dikelompokkan menjadi
makronutrien (nutrient yang dibutuhkan dengan konsentrasi lebih dari 10-4 M),
contohnya C, H, N, O, S, P, Mg2+, dan K+ ; dan mikronutrien yaitu nutrient yang
dibutuhkan dengan konsentrasi kurang dari 10-4 M, contohnya Fe, Mn, Zn, Al, Ni
Na, dan Ca. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
b) Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara
yang berlawanan:
1. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu
60oC selama 10-20 menit.
2. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.
3. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60 oC selama 10-20 menit tapi
kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
c) Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada
kisaran pH 8,0 8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak. Di antara bakteri ada juga yang tahan terhadap keasaman yang tinggi,
bakteri tersebut digolongkan ke dalam golongan bakteri yang aciduric.
d) Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan
oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
1. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
3. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
4. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
e) Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Air tidak
hanya merupakan komponen utama dari plasma sel mikroba, namun air penting
pula untuk pelarut makanan sebelum makanan itu dapat diserap oleh sel.
Kekeringan dapat mematikan mikroba.
f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari dan
dalam waktu beberapa jam saja dapat dimatikan oleh cahaya langsung yang
mengenainya. Sinar-sinar violet, ultra violet dan biru sangat kuat daya mematikan
terhadap mikroba.
g) Tekanan Osmosa
Sel-sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semi permeabel, membran ini
dapat melewatkan air masuk ke dalam sel, demikian pula sebaliknya. Membran
mampu menahan zat-zat yang larut di dalam cairan di mana sel-sel itu terdapat
untuk tidak masuk ke dalam sel; atau menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk
keluar dari sel. Sel-sel merupakan suatu unit osmotis yang kecil yang responsif
terhadap perubahan-perubahan pada cairan dalam lingkungannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Spektronik 20
2. Labu erlenmeyer 500 ml, 100 ml
3. Pipet ukur 10 ml, 5 ml, 1 ml
4. Gelas kimia
5. Pipet tetes
6. Kufet
7. Botol semprot
8. Kertas grafik
9. Spirtus
10. Kulkas
11. Shaker icubator
12. Tissue dan label
Bahan yang digunakan, diantaranya :
1. Suspensi bakteri E- coli
2. Garam steril
3. Larutan blanco
4. Agar nutrien
5. Aquadest
3.3 Langkah Kerja
t x
0 0.33
15 0.34
30 0.4
45 0.5
60 0.6
75 0.7
90 0.73
105 0.725
120 0.628
135 0.64
150 0.6
165 0.515
t (waktu) ln X
0 -1.108
15 -1.078
30 -0.92
45 -0.69
60 -0.51
75 -0.35
90 -0.324
105 -0.322
120 -0.465
135 -0.45
150 -0.51
165 -0.55
BAB V
PENUTUP
5.1 Pembahasan
Praktikum kinetika pertumbuhan ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengetahui laju pertumbuhan spesifik () dan mengetahui fasa-fasa
pertumbuhan dari mikroba Escherechia coli.
Dalam penentuan kinetika pertumbuhan mikroba E.Coli ini, praktikan
menggunakan metode Spektofotometri yaitu dengan alat Spektronik 20. Pada
penggunaan spektronik 20, praktikan mensetting panjang gelombang maksimum
pada 600 nm dengan tujuan pada panjang gelombang tersebut tidak ada
gangguan pigmen dari mikroba tersebut. Dalam percobaan, suspensi mikroba
disampling setiap 15 menit, kemudian diukur absorbansinya.
Plotkan semua data A ke dalam kurva baku sehingga diperoleh nilai berat sel
kering (X). Plotkan semua data berat sel kering yang didapat terhadap waktu
sehingga diperoleh fasa-fasa pertumbuhan mikroba. Kemudian ubah nilai X ke
ln X, dan membuat grafik antara ln X terhadap t sehingga didapat tg = .
Dari hasil yang didapat berupa berat sel kering dengan waktu yang berbeda-
beda, kurva yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Karena terlihat
adanya bagian-bagian yang dapat menunjukkan fasa-fasa dalam kinetika
pertumbuhan bakteri Escherechia coli.
Proses sampling pada hari pertama, kami mendapatkan enam titik dalam
kurva. Pada hari pertama ini, kami mendapatkan beberapa fase pertumbuhan
diantaranya, fase adaptasi, fase pertumbuhan dipercepat, fase log / eksponensial,
dan fase pertumbuhan diperlambat. Pada fasa pertumbuhan dipercepat menuju
fasa eksponensial/logaritmik terjadi kenaikan yang sangat signifikan.
Pada sampling hari kedua, kami mendapatkan enam titik dalam kurva. Pada
sampling hari kedua ini, pada titik ke tujuh dan ke delapan sudah terbentuk fasa
stasioner, hal ini terlihat pada grafik dengan bentuk grafik datar. Selanjutnya
pada titik-titik berikutnya terbentuk fasa kematian.
Setelah mendapatkan fasa-fasa pertumbuhan dari kurva antara absorbansi
(A) terhadap waktu (t), selanjutnya yaitu membuat kurva antara ln x terhadap
waktu. Dari kurva tersebut, didapatkan laju pertumbuhan spesifik () dari
mikroba Escherichia coli yaitu 0,0136.
5.2 Kesimpulan
1) Laju pertumbuhan Spesifik () dari bakteri Escherichia coli dengan
menggunakan metode spektronik 20 yaitu 0,0136
2) Fasa-fasa pertumbuhan mikroba dalam kurva pertumbuhan mikroba yaitu :
a) Fasa adaptasi (Fasa Lag)
b) Fasa pertumbuhan dipercepat
c) Fasa eksponensial / fasa logaritmik
d) Fasa pertumbuhan diperlambat
e) Fasa stasioner
f) Fasa kematian
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu ;
a) Nutrisi
b) Suhu / temperature
c) Keasaman atau kebasaan (pH)
d) Ketersediaan Oksigen
e) Air
f) Cahaya
g) Tekanan Osmosa
h) Faktor-faktor kimia
DAFTAR PUSTAKA
http://rachdie.blogsome.com/2006/