Anda di halaman 1dari 2

Parasomnia

Merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang


berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur.
Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik
potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian,
Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami
perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara
bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom.
Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan
amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
Parasomnia terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur dan tidur berjalan (atau
somnambulism). Ketiga gangguan tersebut relatif sering terjadi pada anak-anak.
Gangguan ini biasanya akan berkurang pada akhir masa remaja teapi dapat juga berlanjut
ke masa dewasa.

Gangguan Mimpi Buruk (Mimpi Cemas)


Gangguan mimpi buruk adalah suatu kegelisahan atau ketakutan yang amat sangat pada
waktu malam, dan mimpi semacam ini akan selalu diingat oleh pasien sebagai sesuatu
yang sangat mencekam. Keadaan ini terjadi pada 5% manusia dari seluruh penduduk dan
akan berlangsung menjadi kronis.
Mimpi buruk cenderung terjadi selama REM tidur. Hal ini dapat terjadi setiap waktu
selama malam hari tetapi lebih sering terjadi pada setengah jam kedua dari satu periode
tidur, dimana siklus REM meningkat dalam frekuensi dan lamanya. Pada anak-anak,
mimpi buruk sering dihubungkan terhadap fase perkembangan spesifik dan terjadi pada
masa usia sebelum sekolah dan awal sekolah. Pada kelompok usia tersebut, anak-anak
mungkin tidak mampu untuk membedakan kenyataan dari mimpi yang dialami.
Mimpi buruk juga sering dihubungkan dengan penyakit demam dan delirium, terutama
pada usia lanjut dan pada orang-orang yang menderita penyakit kronis. Gejala putus obat,
seperti benzodiazepin, akan juga menyebabkan mimpi buruk. Peningkatan REM tidur
setelah gejala putus obat barbiturat atau alkohol sering dihubungkan dengan
meningkatnya intensitas bermimpi dan mimpi buruk. Saat ini, penggunaan inhibitor
serotonin (seperti : citalopram, fluoxatine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline) dan gejala
putus obat dapat dihubungkan dengan mimpi buruk.
Diagnosis banding utama untuk gangguan mimpi buruk adalah penyakit psikiatri mayor
yang mempunyai kecenderungan untuk mimpi buruk (misalnya mayor depression), efek
pengobatan, dan putus obat atau alkohol.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Mimpi Buruk menurut DSM-IV-TR


a. Terbangun berulang kali dari periode tidur utama atau tidur sejenak dengan ingatan
yang terinci tentang mimpi yang panjang dan sangat menakutkan, biasanya berupa
ancaman akan kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri. Terjaga biasanya terjadi
pada separuh bagian kedua periode tidur.
b. Saat terjaga dari mimpi menakutkan, orang dengan segera berorientasi dan sadar
(berbeda dengan konfusi dan disorientasi yang terlihat pada gangguan teror tidur dan
beberapa bentuk epilepsi.
c. Pengalaman mimpi, atau gangguan tidur yang menyebabkan terjaga, menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara khas atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lain.
d. Mimpi buruk tidak terjadi semata-mata selam perjalanan gangguan mental lain
(misalnya, delirium, gangguan stres pascatraumatik) dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi
medis umum.

Gangguan Teror Tidur


Episode dari gangguan ini terjadi selama dua pertiga dari masa tidur dan sering dimulai
dengan teriakan yang keras diikuti oleh kecemasan yang hebat dengan tanda-tanda
autonomic hyperousal, seperi takikardia dan nafas yang cepat. Orang-orang dengan teror
tidur tidak sepenuhnya kembali sadar setelah suatu episode, dan biasanya tidak
mempunyai ingatan yang mendetil tentang kejadian yang terjadi.
Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi gangguan ini sering terjadi
bersamaan dengan tidur berjalan. Kedua keadaan dimulai pada masa anak-anak dan akan
berakhir pada masa dewasa. Apabila episode ini terjadi pada masa remaja dan dewasa,
maka biasanya juga disertai gangguan psikiatrik yang lain.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Teror Tidur menurut DSM-IV-TR
a. Episode rekuren terjaga tiba-tiba dari tidur, biasanya terjadi selama sepertiga bagian
pertama episode tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik.
b. Rasa takut yang kuat dan tanda rangsangan otonomik, seperti takikardia, nafas cepat,
dan berkeringat, selama tiap episode.
c. Relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk menenangkan penderita
tersebut selama episode.
d. Tidak ada mimpi yang diingat dan terdapat amnesia untuk episode.
e. Episode menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
f. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Pada teror tidur yang utama adalah daya ingat pasien tentang mimpi tadi. Menurut
Kandouw, ada perbedaan mimpi buruk dan teror tidur. Ketika mengalami mimpi buruk,
penderita sadar dan bisa berorientasi dengan sekitarnya. Mimpi buruk terjadi pada
separuh akhir tidur. Penderita mampu mengingat dan menggambarkan kembali mimpinya
secara detail dan nyata.
Jika mimpi buruk terjadi pada akhir tidur, teror tidur terjadi di sepertiga awal tidur.
Episode teror ini berulang-ulang, dimana penderita bangun dan berteriak ketakutan,
mengalami kecemasan hebat dan hiperaktif. Namun, penderita kurang bisa mengingat
kejadian yang telah dialami. Penderita juga mengalami disorientasi.

Anda mungkin juga menyukai