Anda di halaman 1dari 4

PENEGAKKAN DIAGNOSIS MARASMUS

A. Gejala dan Tanda Marasmus

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan


kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit
sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan
pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-
mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Nelson, 2007).

Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran


sbb: berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa
rendah karena lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya
melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk tampak
lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong dan
tampak lebih tua (old man face), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput
bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare
kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil (Dr. Solihin, 1990:116).
B. Pemeriksaan Fisik Marasmus
Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya lemak
subkutan dan pengecilan otot. Kulit adalah xerotik, keriput, dan longgar. Monyet
fasies sekunder hilangnya bantalan lemak bukal adalah karakteristik dari gangguan
ini. Marasmus mungkin tidak memiliki dermatosis klinis. Namun, temuan tidak
konsisten termasuk kulit halus, rambut rapuh, alopesia, pertumbuhan terganggu, dan
fissuring pada kuku. Dalam kekurangan energi protein, rambut lebih berada dalam
fase (istirahat) telogen dari dalam fase (aktif) anagen, kebalikan dari normal. Kadang-
kadang, seperti pada anoreksia nervosa, ditandai pertumbuhan rambut lanugo dicatat.
(Rabinowitz, 2009)

C. Pemeriksaan Penunjang Marasmus

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis


normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia
kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam
makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar
albumin serum yang menurun. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar
zat gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya
hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin). Pemeriksaan radiologis juga perlu
dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru (Carpenito, 2000).

Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:

Glukosa darah
Pemeriksaan Pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi langsung
Hemoglobin
PemeriksaanUrine pemeriksaan dan kultur
Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
Serum albumin
Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak)
Elektrolit

D. Pemeriksaan Anthropometrik

Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel
standar.
2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam
kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit.
Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan
menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm
pada wanita.
4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh
yang tidak berlemak).

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.


Ke-6, EGC, Jakarta

Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin :
EGC.

Rabinowitz SS, Gehri M, Stettler N, Di Paolo ER.2009. Marasmus. eMedicine


from WebMD Available at http://emedicine.medscape.com/article/984496-overview .

Anda mungkin juga menyukai