Anda di halaman 1dari 5

Biokimia Respirasi: Transport Oksigen dan Karbon Dioksida dalam Darah dan Cairan

Jaringan

Oksigen terutama diangkut dalam bentuk terikat dengan hemoglobin ke kapiler jaringan. Di
sel jaringan tersebut, oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan sehingga
menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar. Karbondioksida tersebut akan masuk ke
kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru. 1

Pengiriman oksigen ke dalam jaringan

Pengiriman oksigen ke dalam jaringan membutuhkan kerjasama antara sistem respirasi


dengan sistem kardiovaskular. Banyaknya oksigen yang dapat didistribusikan ke dalam
jaringan tertentu ditentukan oleh banyaknya O2 yang memasuki paru-paru, pertukaran gas
paru yang adekuat, aliran darah ke dalam jaringan, dan kemampuan darah untuk membawa
O2. Aliran darah ditentukan oleh derajat konstriksi vascular bed dan cardiac output
sedangkan banyaknya O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 terlarut, hemoglobin dan
afinitas hemoglobin untuk O2. 2

Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

Hemoglobin merupakan pembawa O2 yang baik. Hemoglobin merupakan protein yang


tersusun dari empat subunit yang masing-masing berisi heme yang separuhnya menempel
pada rantai polipeptida. Pada orang dewasa yang normal, kebanyakan hemoglobin berisi dua
rantai alfa dan dua rantai beta. Heme merupakan komplek cincin porfirin yang meliputi satu
atom ferrous besi. Masing-masing atom besi tersebut secara reversibel dapat mengikat satu
molekul oksigen. Besi tersebut selalu dalam bentuk ferrous sehingga reaksi tersebut
dinamakan oksigenasi, bukan oksidasi. Reaksi hemoglobin dengan oksigen adalah Hb+O2
HbO2.

Karena berisi empat deoksihemoglobin , molekul hemoglobin juga direpresentasikan


sebagai Hb4, dan sebenarnya bereaksi dengan empat molekul O2 untuk membentuk
Hb4O8.Reaksi tersebut berlangsung dengan sangat cepat, hanya kurang dari 0,01 detik.
Begitu juga dengan deoksigenasi Hb4O8 juga berlangsung dengan sangat cepat. 2

Struktur kuarter hemoglobin tersebut menentukan afinitasnya untuk O2 . Pada


deoksihemoglobin, unit globin terikat secara kuat pada tense (T) configuration, yang
mengurangi afinitas molekul terhadap O2. Saat O2 pertama terikat, ikatan yang menahan
unit globin dilepaskan, menghasilkan relaxed (R) configuration, yang mengekspos lebih
banyak tempat ikatan O2. Hasilnya, afinitasnya dapat meningkat sampai 500 kali. Pada
jaringan, reaksi ini berbalik, yaitu terjadi pelepasan oksigen. Transisi dari satu keadaan ke
keadaan lainnya diperkirakan terjadi sampai 108 kali sepanjang masa hidup sel darah merah.

Hemoglobin sangat penting fungsinya dalam mengatur jumlah oksigen yang diambil dari
paru-paru dan dikeluarkan pada jaringan. Jika kadarnya turun sampai 50% seperti pada
penderita anemia, kapasitas pembawaan oksigennya juga akan turun sebesar 50% meskipun
PO2 normal 100mmHg dan saturasi Hbnya 97%. 3
Oxygen-hemoglobin dissociation curve menghubungkan persentase saturasi kekuatan
pembawaan hemoglobin dengan PO2. Kurva ini ditandai dengan bentuk sigmoid karena ada
interkonversi antara T dan R. Kombinasi heme pertama pada molekul Hb dengan O2
meningkatkan afinitas heme kedua, begitu juga seterusnya. Oleh karena itu, afinitas Hb yang
keempat jauh lebih banyak dari yang pertama.

Saat darah berada dalam kesetimbangan 100% O2 (PO2=760 mmHg), hemoglobin normal
menjadi tersaturasi 100%. Dalam keadaan tersaturasi penuh, tiap hemoglobin berisi 1.39 ml
O2. Meskipun begitu, darah normalnya berisi sedikit turunan hemoglobin yang tidak aktif,
dan nilai pengukuran in vivo lebih rendah. Biasanya nilainya 1,34 mL O 2. Konsentrasi
hemoglobin dalam darah normal adalah sekitar 15 g/dL (14 g/dL pada wanita dan 16 g/dL
pada pria). Oleh karena itu, 1 dL darah berisi 20.1 mL (1.34 mL X 15) O 2 terikat pada
hemoglobin saat hemoglobin tersaturasi 100%. Jumlah O2 terlarut tergambar dalam fungsi
linear PO2. 2

In vivo, hemoglobin dalam darah pada ujung kapiler pulmonary tersaturasi 97,5% dengan
O2 (PO2 =97 mmHg). Karena ada sedikit pencampuran dengan darah vena bronkialis yang
mem-by pass kapiler pulmonary (aliran fisiologis), hemoglobin dalam darah arteri sistemik
hanya tersaturasi 97%. Pencampuran darah tersebut disebut venous admixture of blood. 1,2

Darah arteri berisi total 19.8 mL O2 tiap dL: 0.29 mL terlarut, dan 19.5 mL terikat pada
hemoglobin. Pada ujung vena, hemoglobin tersaturasi 75% dan total konten O 2 sekitar 15.2
mL/dL: 0.12 mL dalam larutan dan 15.1 mL terikat pada hemoglobin. Oleh karena itu, pada
saat istirahat dapat diperkirakan bahwa jaringan mengambil sekitar 4.6 mL O 2 tiap dL darah
yang melewatinya; 0.17 mL merepresentasikan O2 yang terlarut dalam darah dan sisanya
yang terikat hemoglobin. Dengan cara ini, 250 mL O2 per menit ditransportasikan dari darah
ke jaringan dalam keadaan istirahat.2 Oksigen yang terikat pada Hb tidak mempengaruhi
PO2. Oleh karena itu, PO2 tidak diukur berdasarkan jumlah total oksigen dalam darah,
melainkan hanya bagian yang terlarut saja. 3

Olahraga berat akan meningkatkan pemakaian oksigen sampai 20 kali. Peningkatan curah
jantung menurunkan waktu darah berada di kapiler paru kurang dari setengah normal.
Namun, darah tetap dapat jenuh oleh oksigen ketika meninggalkan paru karena terjadi
peningkatan kapasitas difusi dan transit time safety factor.1

Kapasitas difusi oksigen dapat meningkat hampir tiga kali lipat saat olahraga, terutama
karena terjadi peningkatan luas permukaan kapiler dan rasio ventilasi-perfusi yang
mendekati ideal di bagian atas paru. Sementara itu, dalam keadaan normal, sebenarnya darah
sudah mengalami kejenuhan oleh oksigen pada sepertiga pertama kapiler paru. Dalam
keadaan itu, darah berada selama tiga kali lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk
mengalami kejenuhan. Oleh karena itu, meskipun aliran darah semakin kencang saat
olahraga berat, darah masih tetap tersaturasi penuh. 1

PO2 jaringan ditentukan oleh laju pengangkutan oksigen ke jaringan dan laju pemakaian
oksigen oleh jaringan. Jika aliran darah dalam suatu jaringan meningkat, lebih banyak
oksigen yang diangkut ke jaringan dalam periode tertentu sehingga PO 2 meningkat.
Sementara penggunaan oksigen untuk metabolisme jaringan akan menurunkan nilai PO 2
cairan interstitium.
PO2 di bagian-bagian awal kapiler adalah 95 mmHg dan PO2 di cairan interstitium di sekitar
sel jaringan adalah sekitar 40mmHg. Karena terdapat perbedaan tekanan inilah, oksigen
berdifusi cepat dari darah ke dalam jaringan dan PO2 darah yang meninggalkan kapiler juga
menjadi sekitar 40 mmHg.

Faktor yang mempengaruhi afinitas hemoglobin untuk oksigen

Meskipun PO2 merupakan faktor terpenting yang menentukan persentase saturasi oksigen
hemoglobin, ada beberapa faktor yang mempengaruhi afinitas pengikatan oksigen terhadap
O2. Ada empat kondisi penting yang mempengaruhi kurva disosiasi oksigen-hemoglobin,
yaitu pH, tekanan parsial karbon dioksida, suhu, dan konsentrasi 2,3-bifosfogliserat (2,3-
BPG). Peningkatan suhu atau penurunan pH akan menggeser kurva ke kanan. Pada keadaan
ini, semakin tinggi PO2 yang dibutuhkan hemoglobin untuk mengikat oksigen. 2,4

Peningkatan keasaman akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin. Asam utama
yang dihasilkan jaringan yang aktif secara metabolik di antaranya adalah asam laktat dan
asam karbonat. Pengurangan afinitas hemoglobin saat pH turun disebut efek bohr. 3,4 Efek
Bohr bekerja dengan dua jalur yaitu peningkatan H+ dalam darah akan menyebabkan O2
terlepas dari hemoglobin dan pengikatan oksigen ke hemoglobin menyebabkan pelepasan H +
dari hemoglobin. Dengan begitu, hemoglobin juga bisa berfungsi sebagai buffer. Namun,
jika berikatan dengan asam amino dalam hemoglobin, H+ akan mengubah struktur dari
hemoglobin sehingga kemampuannya dalam membawa oksigen turun. (4)

Efek Bohr berkaitan dengan fakta bahwa hemoglobin yang terdeoksigenasi mengikat H+
lebih aktif daripada hemoglobin yang teroksigenasi. Selain itu, pH akan turun saat kadar
CO2 meningkat sehingga saat PCO2 meningkat, kurva juga akan bergeser ke kanan dan P 50
meningkat (P50 merupakan PO2 saat hemoglobin tersaturasi setengah dengan O2). 2,4

2,3-BPG dibentuk dari 3-fosfogliseraldehid yang merupakan produk glikolisis melalui jalur
Embden-Meyerhof . Molekul banyak terkandung di dalam sel darah merah. Ini merupakan
anion bermuatan tinggi yang mengikat rantai deoksihemoglobin. Satu mol
deoksihemoglobin mengikat 1 mol 2,3-BPG. Rumusnya adalah HbO2 + 2,3-BPG Hb
2,3-BPG + O2

Pada kesetimbangan ini, pengingkatan konsentrasi 2,3-BPG akan menggeser reaksi ke kanan
menyebabkan lebih banyak oksigen dilepaskan. Karena asidosis menghambat glikolisis sel
darah merah, kadar 2,3-BPG turun saat pH rendah. Sebaliknya, hormon tiroid, hormon
pertumbuhan dan androgen dapat menginkatkan konsentrasi 2,3-BPG dan P50.

Olahraga dilaporkan menghasilkan peningkatan 2-3-BPG dalam 60 menit. Namun, pada


atlet yang terlatih, dapat saja tidak terjadi peningkatan. P 50 juga akan meningkat karena
terjadi peningkatan suhu pada jaringan yang aktif dan peningkatan CO2 maupun metabolit
lainnya yang akan menurunkan pH. Banyak oksigen yang dilepaskan dari masing-masing
darah menuju jaringan yang aktif karena tekanan oksigen oksigen di jaringan berkurang.
Akhirnya, pada nilai PO2 yang rendah, kurva disosiasi oxygen-hemoglobin akan berbentuk
curam. 2

Myoglobin
Myoglobin merupakan pigmen berisi besi yang ditemukan pada otot rangka. Tugas dari
mioglobin adalah menyimpan oksigen di dalam sel otot sehingga oksigen tersedia untuk
oksidasi bahan bakar yang menghasilkan energi bagi kontraksi otot. 5

Myoglobin mirip dengan hemoglobin, hanya saja mengikat 1 mol O2 per mole. Kurva
disosiasinya berbentuk hiperbola, berbeda dengan hemoglobin yang bentuknya adalah
sigmoid. Karena kurvanya lebih ke kiri daripada kurva hemoglobin, myoglobin mengambil
O2 dari hemoglobin di darah. Myoglobin melepaskan O2 hanya pada saat nilai PO2 nya
rendah. Pada saat berolahraga, nilai PO2 nya bahkan hampir mendekati nol. Mioglobin ini
sangat penting untuk menjaga kontraksi otot. Aliran darah dapat terhambat selama kontraksi
tersebut dan mioglobinlah yang akan menyediakan O2 saat aliran darah terhambat. 2,5

Transport Karbon Dioksida

Dalam keadaan istirahat, sekitar 4 mililiter karbon dioksida diangkut dari jaringan ke paru
dalam setiap 100 mililiter darah. Sekitar 70 % karbon dioksida diangkut dalam bentuk ion
bikarbonat, 23 % dalam ikatan dengan hemoglobin dan protein plasma serta 7% dalam
cairan darah.1

Kelarutan karbondioksida dalam darah sekitar 20 kali dari pada oksigen. Karena adanya
karbonat anhidrase, karbondioksida yang berdifusi ke dalam sel darah merah akan segera
dihidrasi menjadi H2CO3. H2CO3 tersebut nantinya akan dipecah menjadi H+ dan HCO3 . H+
akan bereaksi dengan hemoglobin sementara ion bikarbonat akan berdifusi ke plasma.

Karbon dioksida bereaksi secara langsung dengan berbagai radikal amin pada molekul
hemoglobin dan protein plasma untuk membentuk senyawa karbaminohemoglobin
(CO2Hb). Kombinasi karbon dioksida dan hemoglobin ini adalah suatu reaksi reversibel
yang membentuk ikatan longgar sehingga karbon dioksida mudah dilepaskan ke dalam
alveolus yang PCO2nya lebih rendah daripada di kapiler jaringan.

Jumlah karbon dioksida yang dapat ditransportasikan di dalam darah dipengaruhi oleh
persentase saturasi hemoglobin dengan oksigen. Semakin sedikit jumlah oksihemoglobin,
semakin tinggi kapasitas darah dalam membawa CO2. Hubungan itulah yang disebut efek
Haldane. Selain lebih mampu mengikat oksigen daripada bentuk oksihemoglobin,
deoksihemoglobin juga mengikat lebih banyak H+ sehingga H+ pada larutan dikurangi dan
terjadi promosi konversi CO2 menjadi HCO3Konsekuensinya, darah vena membawa banyak
CO2 daripada darah arteri. Pengambilan CO2 dibantu oleh jaringan sementara pelepasannya
dibantu oleh paru-paru. 4,2

Sisanya, sekitar 0,3 mL karbon dioksida tiap 100 mL darah (atau sekitar 7%) semua karbon
dioksida yang diangkut akan dibawa dalam bentuk karbon dioksida terlarut.

Pergeseran Klorida
Karena peningkatan konten HCO3 sel darah merah lebih besar daripada di plasma saat darah
memasuki kapiler, sekitar 70% HCO3 yang dibentuk di dalam sel darah merah memasuki
plasma dan bertukaran dengan Cl. Proses ini difasilitasi oleh anion exchanger 1 (AE1, atau
yang juga disebut sebagai band 3) yang merupakan sebuah protein utama di dalam sel darah
merah. Oleh karena itu, kadar Cl dalam sel darah merah vena lebih banyak daripada arteri.
Pergeseran klorida ini berlangsung dengan cepat dan lengkap dalam waktu 1 detik. 2

Untuk setiap molekul CO2 yang ditambahkan ke dalam sel darah merah, terdapat
peningkatan satu partikel osmotik aktif dalam sel, baik HCO 3 maupun Cl . Oleh karena itu,
sel darah merah mengambil air dan meningkatkan ukurannya. Alasan tersebut mendasari
fakta bahwa terdapat lebih sedikit cairan dalam darah arteri yang kembali melalui jalur
limfatik daripada vena. Hematokrit darah vena normalnya 3% lebih besar daripada arteri.
Pada paru, Cl keluar dari sel, dan sel kembali mengkerut. 2

Afinitas oksigen pada hemoglobin fetal dibandingkan dewasa

Hemoglobin fetal (Hb-F) berbeda dengan hemoglobin orang dewasa (adult=HbA) dalam
struktur dan afinitasnya terhadap oksigen. Hb-F memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk
oksigen karena kurang mengikat BPG dibanding Hb-A. Saat PO2 rendah, Hb-F dapat
mengangkut 30% oksigen lebih banyak dibandingkan Hb-A maternal. Transfer oksigen
terjadi di plasenta. Sementara itu, PO2 di plasenta sangat rendah sehingga Hb-F sangat
penting untuk mencegah janin mengalami hipoksia. 4

Hemoglobin janin terdiri dari 2 rantai alfa globulin dan 2 rantai gamma globulin. Dalam
beberapa minggu setelah kelahiran, barulah HbF tersebut digantikan dengan HbA (alfa2 dan
beta2). Perbedaan rantai tersebut yang menyebabkan perbedaan kemampuan afinitas
terhadap 2,3-BPG berbeda. 5

disusun oleh Johny Bayu

Hiperventilasi secara medis didefinisikan sebagai tindakan bernapas yang


berlebihan, atau menghirup dan mengembuskan napas dengan cepat dan dangkal.
Umumnya, serangan panik atau kecemasan akan mengakibatkan seseorang
mengalami hiperventilasi.

Anda mungkin juga menyukai