ABSTRAK
Daerah pertambangan PT. Adaro terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS Nagara). DAS Nagara
yang merupakan aliran sungai yang terbesar di Kalimantan Selatan berpotensi terjadi banjir di beberapa
titik di sekitar pertambangan PT. Adaro. Kejadian banjir yang mungkin terjadi tentunya akan
mengakibatkan terhambatnya keberlangsungan penambangan sehingga secara langsung berdampak pada
produktifitas tambang batu bara serta kualitas batu bara yang dihasilkan. Oleh karena itu kajian mengenai
aspek hidrologi terutama hujan rencana dan debit banjir rencana sebagai dasar perencanaan sistim
drainase tambang diperlukan. Salah satu metode untuk menentukan curah hujan rencana adalah metode
Iwai-Kadoya, sedangkan metode untuk menentukan debit banjir rencana adalah dengan model HEC-1.
Curah hujan rencana periode ulang 3, 5, 10, 50 dan 100 tahun untuk sub-DAS Balangan adalah 97 mm,
103,1 mm, 109,9 mm, 122,1 mm dan 126,6 sedangkan untuk sub-DAS Tabalong 99,3 mm, 109 mm,
120,1 mm, 141,4 mm dan 149,6 mm. Debit banjir rencana pada outlet TB1,TB2,BL1,BL2,BL3,dan BL3
secara berturut-turut dalam m3/detik adalah periode ulang 3 tahun 510, 47, 21, 60, 161, dan 371, periode
ulang 5 tahun 602, 58, 28, 83, 197, dan 439, periode ulang 10 tahun 715, 72, 38, 1123, 241, dan 522,
periode ulang 50 tahun 952, 102, 60, 180, 341, dan 699, periode ulang 100 tahun, 1049, 114, 69, 209,
383, dan 772, periode ulang 200 tahun 1144, 126, 79, 239, 426 dan 844.
Kata kunci: Tambang batu bara, curah hujan rencana, debit banjir rencana, Iwai-Kadoya, HEC-1
1
Adaro adalah pertambangan open pit dimana Digital Elevation Model (DEM), data tata guna lahan,
lingkungan tambang ini sangat dipengaruhi oleh data jenis tanah. Metode yang dipakai dalam
variabilitas curah hujan. Kondisi cuaca ekstrem di penelitian ini adalah metode Iwai-Kadoya untuk
lokasi pertambangan akan sangat mempengaruhi mencari curah hujan rencana, dan model HEC-1 untuk
kinerja perusahaan, seperti curah hujan yang tinggi, menentukan debit banjir rencana pada masing-masing
banjir dan kondisi laut yang buruk. Pada musim hujan outlet kawasan pertambangan PT. Adaro . Diagram
maka kolam drainase di lokasi penambangan tidak alir pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
dapat menampung volume air dalam jumlah yang
besar sehingga akan terdapat genangan di lokasi
penambangan. Oleh karena itu dibutuhkan kajian
mengenai aspek hidrometeorologi dan probabilitas
kejadian curah hujan maksimum sebagai dasar
perencanaan sistim drainase tambang.
Sub-DAS Tabalong dan sub-DAS Balangan
yang berada di sekitar daerah pertambangan PT.
Adaro berpotensi mengakibatkan banjir pada kawasan
pertambangan, diperlukan kajian periode ulang hujan
dan debit rencana pada beberapa outlet di sekitar
daerah pertambangan.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah
penulis dapat menentukan periode ulang hujan
maksimum berdasarkan data TRMM dengan
menggunakan metode Iwai-Kadoya, menghitung
curve number pada masing-masing sub-DAS di sekitar
kawasan pertambangan PT. Adaro, menentukan debit
banjir rencana berdasarkan hujan rencana maksimum.
Curah hujan rencana merupakan periode ulang
suatu kejadian hujan pada suatu waktu tertentu. Suatu
kejadian hujan hanya terjadi sekali dalam periode
ulang tersebut. Metode Iwai-Kadoya menentukan
periode ulang kejadian hujan maksimum. Periode
ulang maksmimum yang nantinya mendasari
perhitungan pada model HEC-1. Periode ulang yang
diamati pada penelitian ini adalah 3, 4, 5, 8, 10, 50, Gambar 2.1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir
100, dan 200 tahun. 2.1. Data TRMM
Model yang digunakan penulis untuk
menentukan debit banjir rencana adalah model HEC- Data TRMM yang digunakan pada penelitian ini
1. Keluaran model HEC-1 adalah kurva hidrograf adalah TRMM dengan tipe 3B42 yang merupakan
yang menunjukan fungsi debit berdasarkan satuan kombinasi per 3 jam-an dan memiliki resolusi spasial
waktu. Kurva hidrograf digunakan untuk menganalisa 0,25o x 0,25o untuk setiap gridnya. Data TRMM yang
besar debit maksimum yang dapat terjadi pada suatu digunakan memiliki durasi dari tahun 2002 sampai
kejadian hujan dan lama waktu yang dibutuhkan untuk dengan 2011.
mencapai debit maksimum (waktu tenggang) terhitung
dari waktu kejadian hujan. Setelah diketahui debit 2.2. Data DEM
maksimum dan waktu tenggang setiap outlet pada Data elevasi digital yang digunakan didapat dari
masing-masing sub-DAS maka dapat diambil langkah USGS (United State Geological Service) memiliki
mitigasi banjir pada setiap outlet. resolusi 90 meter. Dalam sebuah grid tiap pixelnya
Salah satu hal yang paling penting pada memiliki nilai X dan Y yang mejelaskan nilai lokasi
penelitian adalah tata guna lahan yang diwakili nilai grid tersebut, dan nilai Z menjelaskan ketinggan diatas
koofesien runoff yaitu nilai bilangan kurva (curve permukaan laut.
number). Pada penelitian ini digunakan beberapa
skenario yang mengubah beberapa fungsi tata guna
2.3. Data Tutupan Lahan
lahan, sehingga dapat dilihat pengaruh tata guna lahan
terhadap debit yang dihasilkan pada masing-masing Data tutupan lahan yang digunakan adalah peta
outlet. tutupan lahan yang merupakan hasil kompilasi dari
peta rupa bumi skala 1:50.000 tahun 2009, interpretasi
citra satelit dan citra digital dari Bakosurtanal dan data
2. Data dan Metode dasar dari Pemda.
Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data
Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), data
2
2.4. Peta Jenis Tanah Tanah 1 0,1 0,6 0,1 1 0,1
Terbuka
Peta jenis tanah merupakan data dan informasi geologi
Transmigrasi 5,3 0 5,6 0,4 5,3 0
suatu kawasan atau wilayah dengan suatu skala
tertentu yang menggambarkan sebaran jenis tanah
pada suatu wilayah tertentu. Peta jenis tanah didapat 2.7. Perhitungan HEC-1
dari BIPHUT Wilayah V Banjarbaru. Beberapa parameter yang dihitung dalam model
HEC-1 adalah Loss Method dan Direct Runoff Model.
2.5. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Curah hujan efektif Pe, dihitung menggunakan
" $%
Metode Iwai-Kadoya persamaan:
"#
" $% &
Untuk menentukan curah hujan rencana maka 1.7
digunakan metoda Iwai-Kadoya (Suyono, 2003).
Perhitungan dengan metoda Iwai-Kadoya dapat
dimana P adalah volum total curah hujan, Ia adalah
log
dijelaskan dengan persamaan :
1.1 kehilangan air awal atau initial abstraction (initial
loss), dan S merupakan potential maximum retention.
$% 0,2 &
1
Nilai Ia dapat ditentukan berdasarkan persamaan:
log
1.2 1.8
.
parameter curve number (CN) yang ditentukan
2
1.3 berdasarkan tabel bilangan kurva yang disusun oleh
SCS untuk berbagai tipe penggunaan dan penutupan
1
lahan. Persamaan empiris untuk menentukan nilai S
+,
1.9
1 2
1.5
!
Untuk mengitung dirrect runoff digunakan metode
1
SCS. Metode SCS hanya memerlukan penentuan nilai
waktu puncak (time to peak atau time of rise, tp) dan
1 /
log log ! -. -0
debit puncak, Qp.
2
1.6 1.10
2
debit banjir rencana yang dihasilkan pada masing-
1. +
masing outlet disekitar kawasan pertsmbangan PT. puncak:
-.
Adaro. 1.11
Tata Guna Awal (%) Skenario 1 Skenario 2
Lahan (%) (%)
TB BL TB BL TB BL dimana, C merupakan konstanta konversi, bernilai
Hutan 57 50 44 39 62 56 2,08 dalam SI, atau 484 dalam foot-pound system, dan
A merupakan luas DAS.
Pemukiman 1,5 3,3 14,6 12 1,5 3,3
Persamaan empiris yang digunakan SCS untuk
-0
an
190029&
1.12
5,:
Prtanian 1,7 13 3,2 16,7 1,7 13
Lhan Kring
Prtanian 6,4 3 7 3 6,4 3
Lhan Kring
dimana, Lms = panjang sungai utama (ft), aws =
Semak
kemiringan rata-rata DAS (%), S= potential maximum
Savana 5,6 14 4 10,3 4 8,4
retention (in.) = 1000/CN -10, CN = Bilangan kurva
Sawah 0,2 3 0,5 4 0,2 3 untuk berbagai tipe penggunaan lahan.
Semak 15,7 4 12,2 3,2 12,2 2,2
Belukar
3
3. Hasil dan Pembahasan
4
3.5. Analisa Debit Banjir Rencana
Analisa debit banjir rencana untuk daerah
pertambangan PT. Adaro dilakukan pada beberapa
outlet sub-DAS Balangan dan sub-DAS Tabalong.
Contoh hidrograf dapat dilihat pada Gambar.
5
bahwa outlet OTB1 menghasilkan debit yang besar
untuk periode ulang tiga tahun dibandingkan dengan
outlet-outlet lainnya dan outlet OTB1 memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai debit puncak.
Besarnya debit banjir rencana dan lamanya waktu
untuk mencapai debit puncak pada OTB1 karena
outlet tersebut memiliki luas sub-DAS yang besar dan
panjang aliran sungai yang lebih panjang dari sub-
DAS lainnya
6
952, 102, 60, 180, 341, dan 699, periode McCuen, R. (1982). A Guide to Hydrologic Analysis Using
ulang 100 tahun, 1049, 114, 69, 209, 383, SCS Methods. New Jersey: Prentice Hall Inc.
dan 772, periode ulang 200 tahun 1144, 126, Englewood Cliffs.
79, 239, 426 dan 844. Petty, G. (1995). The Status of Satellite-Based Rainfall
Estimation Over Land. Remote Sensing of
5. Ketika terjadi hujan dengan intensitas yang Environment , 125-137.
besar perlu dilakukan penanggulangan pada Risyanto. (2007). Aplikasi HEC-HMS Untuk Perkiraan
outlet OTB1 dan OBL4, karena outlet Hidrograf Aliran Di DAS Ciliwung Bagian Hulu.
tersebut merupakan jaringan pengumpul Bogor: IPB.
aliran sungai.
Saraswati, N. (2012). Analisa Potensi Luapan Air Sungai
Jragung Pada Lokasi Jembatan Kereta Api Tegowanu
6. Terjadi kenaikan debit pada skenario 1 - Gubug. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
sebesar rata-rata 65,6 % dan terjadi
penurunan debit pada skenario 2 sebesar rata- Sulung, G. (2012). Probabilitas Kejadian Hujan Maksimum
rata 35,5 %. Untuk Perencanaan Saluran Air Pada Tambang
Terbuka (Studi Kasus: PT Adaro Indonesia).
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
REFERENSI
Aldrian, E., & R. D., S. (2003). Identification of Three
Dominant Rainfall Regions Within Indonesia and
Their Relationship to Sea Surface Temperature. Int. J.
Climatol , 23:12,1435-1452.
Ali, M., Aslam, I., & Khan, Z. (2010). Simulation of the
Impact of Landuse Change on Surface Runoff of Lai
Nullah Basin in Islamabad, Pakistan. Landscape and
Urband Planning .
As-Syakur, A., Tanaka, T., Prasetia, R., Swardika, I., &
Kasa, I. (2011). Comparison of TRMM Multisatellite
Precipitation Analysis (TMPA) Products and Daily-
Monthly Gauge Data Over Bali. International Journal
of Remote Sensing .
Feidas, H. (2010). Validation of Satellite Rainfall Products
Over Greece. Theoretical and Applied Climatology ,
193-216.
Irianto, S. (2000). Kajian Hidrologi Daerah Aliran Sungai
Ciliwung Menggunakan Model HEC-1. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.