Uts PAUD
Uts PAUD
Kelompok :
3.1 Kasus
DW adalah anak tunggal dari PJ dan RH, anak ini berindikasi menunjukkan ciri-ciri
hiperaktif seperti suka bergerak di sekitarnya, sering mengganggu temannya dengn cara memukul
, menggigit teman-temannya, dan gerakan itu tanpa tujuan dan tidak pernah duduk diam sewaktu
di kelas maupun di luar kelas. Sewaktu di dalam kelas dalam keadaan dudukpun tangan dan
kakipun tidak pernah diam. Adakalanya di saat dudukpun dia duduk sambil meloncat-loncat,
berjingkak-jingkak sehingga membuat temannya merasa terganggu dan bahkan temannya sering
nangis karena efek keusilannya dan bahkan ada temannya yang ikut pula bersamanya sehingga
proses pembelajarannya menjadi terganggu.
Pada kesehariannya di sekolah, di gerbang sekolah ketika DW di sambut para ibu-ibu guru
DW ini bersalaman dengan cara menjilati tangan guru. Dan ketika diingatkan oleh sang guru dia
sambil tersenyum sambil memegang erat tangan guru yang mengingatkan dan mengayun-ayunkan
tangan guru yang mengingatkan. Setelah dia naik tangga pun untuk menuju kekelasnya ia naik
tangga dengan meloncat-loncat dan sering jatuh. Dari awal sampai pembelajaran selesai pun ia
tidak pernah bias diam, aktifitasnya sangat berlebihan selalu bergerak seakan-akan tubuhnya di
gerakkan oleh mesin bahkan tidak mempunyai rasa capek. Dan setiap haripun teman-temannya
ada yang nangis karena dampak dari keaktifan dan keusilannya.
3.2 Analisis Kasus
DW merupakan siswa yang sulit dalam memusatkan perhatiannya, dia cepat merasa bosan
dan kurang konsentrasi. DW tdak pernah capek dan sangat sulit untuk diminta untuk melakukan
aktifitas yang menuntut ketenangan. DW terlihat selalu semangat dalam setiap aktifitas tetapi cepat
metasa bosan sehingga sering berpindah-pindah dari aktifitas satu ke aktifitas yang lain sehingga
dia memerlukan stimulasi lebih kuat lagi.
Dengan keusilan dan keaktifannya itu sehingga mempengaruhi pencapaian perkembangan
akademiknya, karena setiap densitas atau kegiatan proses belajar mengajarnya sering tidak tuntas
atau tidak selesai.
Faktor yang menyebabkan DW hiperaktif antara lain :
a. Pemanjaan : Setelah sepeninggal anak pertamanya maka tinggalah Dw yang
sekarang menjadi anak tunggal yang sangat di sayangi oleh orang tuanya, maka ia
sangat di manjakan oleh orang tuanya, ibunya selalu meng-iyakan apa yang ia
lakukan dan menuruti yang ia minta
b. Kurang disiplin dan pengawasan : Ketika anak tersebut menjaili temannya dan
membuatnya menangis orang tua DW malah menertawakan dan menganggap
bahwa itu hanya suatu gurauan padahal seharusnya orangtua harus menekankan
batasan gurauan meskipun itu anak usia dini.
c. Orientasi kesenangan : DW akan melakukan apa yang menjadi kesenangannya dan
tidak perduli dengan aturan yang sudah ada ditentukan oleh orang lain, misalnya
ketika di kelas sering mengabaikan instruksi guru dan berfokus pada hal yang
disukainya
3.3 Penanganan
1. Di lingkungan sekolah
a. Metode bermain, metode ini sangat baik diberikan kepada anak hiperaktif karena
anak akan belajar mengendalikan diri sendiri dan memahami dunianya. Dengan
menggunakan metode bermain kepada anak seperti ini diperlukan guru-guru yang
harus menemaninya. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan
kreatifitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang dapat menyalurkan bakat si anak.
Bagi anak seperti ini, metode ini dapat diberikan dan anak akan merasa sangat
senang. Karena anak itu dapat dengan bebas melakukan kegiatannya yang
dirasakan cukup baik bagi dirinya. Melalui kegiatan bermain ini anak dapat
menggunakan fisik-motorik. Bermacam-macam cara dan teknik dapat
dipergunakan dalam kegiatan tersebut seperti merayap, berlari, merangkak,
berjalan, melompat, menendang dan melempar. Guru atau pembimbing anak dapat
melakukan metode bermain ini sehingga anak tersebut tidak cepat bosan dengan
cara yang diberikan oleh guru. Seperti mengajak anak untuk bernyanyi yang
menggunakan aturan main, anak seperti ini akan tertarik untuk
melakukannya.
Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah
melakukan kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan
dengan menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan.
Anak dapat menyalurkan rasa ingin tahunya dengan menggunakan metode bermain
ini seperti bagaimana caranya memasak, mengapa pohon layu bila tidak diberi air,
dan sebagainya. Kegiatan menggambar dapat juga diberikan kepada anak hiperaktif
termasuk didalam kegiatan bermain. Anak dalam menggambar dapat menggunakan
pensil warna dan kertas gambar. Cara seperti ini merupakan salah satu kegiatan
yang dapat menyalurkan tenaga pada dirinya.
b. Tutuplah benda-benda yang menarik perhatian anak.
c. Gunakan warna cat yang lembut untuk kelas dan peralatan yang ada serta hindari
warna-warna yang terlalu menyolok.
d. Selalu menjelaskan kepada anak hiperaktif mengenai kegiatan yang akan
dilakukan, meliputi jenis kegiatannya, hasil yang diharapkan, dan lama waktu yang
dibutuhkan agar anak tersebut senantiasa mengingat tugasnya.
e. Berilah label pada setiap tempat penyimpanan benda karena anak yang hiperaktif
suka mengambil benda dan lupa mengembalikannya.
f. Menjauhkan benda-benda tajam
g. Sekolah mengfasilitasi guru pendamping untuk anak yang berkebutuhan khusus
terutama anak yang hiperaktif.
2. Penanganan di lingkungan keluarga
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
a. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
b. Kenali kelebihan dan bakat anak
c. Membantu anak dalam bersosialisasi
d. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat
positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan
disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
e. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan
kelebihan energinya
f. Menerima keterbatasan anak
g. Membangkitkan rasa percaya diri anak
h. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang
sebenarnya.
i. Latih anak-anak dapat medisiplin diri sendiri dengan sistematis, konsisten, jelas dan
konsekuen.
j. Jangan menghukum anak hiperaktif karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia
k. Jangan menjuluki anak hiperaktif dengan julukan yang buruk, seperti nakal, bodoh,
dan lain sebagainya, karena mereka akan menjadi seperti apa yang kita katakan.
Dan menjadi anak yang tidak percaya diri.
l. Penanganan sebaiknya diberikan mulai dari keluarga terdekat (ibu).
m. Memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
n. Ketika menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar anak
mudah memahami dan tidak menggunakan kekerasan.
o. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan
berikan apresiasi bila ia melakukan hal yang baik
p. Hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan
q. Praktekan pola hidup sehat dengan menu makanan alamiah yang sesuai kebutuhan
anak
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperaktif. Terhadap kondisi siswa yang demikian ,biasanya
para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya.
Dalam proses belajar di dalam kelas, ia merasa sulit untuk duduk dengan diam di
kursinya dan memusatkan perhatiannya itu singkat sekali, sehingga ia menjadi nakal dan
mengganggu teman-temannya di kelas waktu guru sedang mengajar. Rentang perhatian anak
hiperaktif ini sangat sempit sehingga untuk konsentrasi dalam memusatkan perhatiannya cepat
hilang. Akibatnya kalau anak ini ditanyai oleh guru di dalam kelas tidak cepat menjawab.
Guru kelasnya akan menganggap anak itu bingung.
4.2 Saran
a. Kepada guru
Guru harus mampu memberikan perhatian khususnya anak usia dini untuk sedini
mungkin melakukan upaya deteksi dini terhadap gangguang gangguan perkembangan
yang mungkin muncul dalam diri anak sehingga sedini pula gangguan tersebut dapat
ditangani secara khusus. Guru seharusnya menjadi mitra untuk memberikan bantuan
pengarahan berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta didiknya.
b. Kepada orang tua
Orang tua hendaknya terus memperhatikan perkembangan dan perkemabangan
anak karena peran orang tua sangat besar bagi perkembangan anak dirumah. Selain itu juga
orang tua hendaknya menjalin kerja sama dengan pihak sekolah sehingga mengetahui
perkembangan anak disekolah.