Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEKANISASI PERTANIAN PENGOLAHAN MINIMUM


TILLAGE

Disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Alat Dan Mesin
Pertanian

Oleh:

Afifah Afiana S (H0216003)


Andita Sari PW (H0216005)
Berliana H (H02160011)
Gadis Mona P (H0216022)
Hilmy Yahya R W (H0216025)
Lintang Irfani (H0216030)
Mapan Rohmatullah (H0216033)
Nindy Rahma I (H0216039)
Sani Kamil Baldan (H0216056)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN UNS

SURAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Mekanisasi Pertanian Pengolahan Minimum
Tillage yang merupakan tugas untuk melengkapi mata kuliah Alat dan
Mesin Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
a. Dekan Fakultas Pertanian UNS.

b. Dosen Pengampu mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian Fakultas


Pertanian UNS.
c. Orang tua yang selalu mendoakan serta saudara dan teman-teman
seperjuangan yang akan tetap selalu berjuang bersama-sama.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Makalah Mekanisasi Pertanian Pengolahan Minimum Tillage. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Akhirnya penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Surakarta, Oktober 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan tanah (tillage) adalah kegiatan yang lazim dilakukan untuk


pembangunan tegakan. Olah tanah juga menjadi salah satu bagian teknik persiapan
lahan (site preparation) dengan tujuan untuk memberikan kondisi tempat tumbuh
yang optimal bagi bibit yang akan ditanam. Evans (1992) menyatakan bahwa
kegiatan persiapan lahan telah menjadi bagian integral dari pembangunan tanaman
hutan dengan tujuan untuk mendapatkan daya hidup tanaman yang tinggi dan
pertumbuhan awal yang cepat.
Seperti halnya di bidang pertanian, pengolahan tanah di kehutanan dapat
dilakukan sebelum dan sesudah bibit ditanam. Pengolahan tanah setelah bibit
ditanam pada umumnya bertujuan untuk pemeliharaan tanaman. Namun demikian
Hendromono et al. (2003 dalam Puslitbang Hutan Tanaman, 2006) menyatakan
bahwa intensitas pengolahan tanah tergantung pada jenis yang akan ditanam. Ada
jenis yang mampu tumbuh pada lahan yang tidak diolah, tetapi ada pula jenis pohon
yang memerlukan pengolahan tanah secara intensif agar dapat tumbuh baik dan
optimal.
Pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif tentu akan memerlukan
biaya yang tinggi disamping mempercepat kerusakan tanah. Selain itu, pada
umumnya saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka. Tanah
dihancurkan oleh alat pengolah sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan
rendah. Jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan dan
terangkut bersama air permukaan (erosi). Dalam jangka panjang, pengolahan tanah
yang terus menerus mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah
lapisan olah sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi
kerusakan karena pengolahan tanah, maka pengolahan tanah minimum dapat
menjadi pilihan (LIPTAN, 1994).
Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) adalah pengolahan tanah
yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah
pada seluruh areal lahan (LIPTAN, 1994). Menurut Johannis (2008), teknologi olah
tanah konservasi dalam bentuk oleh tanah minimum, tanpa olah tanah dan
pemanfaatan mulsa ini telah diterapkan pada 100 juta ha lahan pertanian di dunia
terutama di Amerika Selatan, Amerika Utara serta beberapa negara Afrika. Namun
laju adopsi olah tanah konservasi ini melambat dalam satu dekade terakhir ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian pengolahan tanah ?

2. Apa itu pengolahan tanah minimum tillage?

3. Apa manfaat pengolahan tanah minimum tillage?

4. Bagaimana cara pengolahan tanah minimum tillage?

5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pengolahan tanah minimum tillage?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian pengolahan tanah.

2. Mengetahui apa itu pengolahan tanah minimum tillage.

3. Mengetahui apa manfaat pengolahan tanah minimum tillage.

4. Mengetahui bagaimana cara pengolahan tanah minimum tillage.

5. Mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan pengolahan tanah


minimum tillage.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Apa itu pengertian pengolahan tanah ?

Pengolahan tanah (tillage) adalah kegiatan yang lazim dilakukan


untuk pembangunan tegakan. Olah tanah juga menjadi salah satu bagian
teknik persiapan lahan (site preparation) dengan tujuan untuk memberikan
kondisi tempat tumbuh yang optimal bagi bibit yang akan ditanam. Evans
(1992) menyatakan bahwa kegiatan persiapan lahan telah menjadi bagian
integral dari pembangunan tanaman hutan dengan tujuan untuk mendapatkan
daya hidup tanaman yang tinggi dan pertumbuhan awal yang cepat.
Sutedja (2001) mendefinisikan sistem pengelolaan tanah merupakan
suatu proses mengelola tanah untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan
tanah. Sistem pengelolaaan tanah dapat dilakukan dengan pemupukan organik
dan anorganik. Pengelolaan tanah secara organik banyak dikembangkan oleh
masyarakat sehubungan dengan penggunanan pupuk kimia. Penggunaan
pupuk kimia secara terus menerus dapat menyebabkan perubahan struktur
tanah dan kekurangan hara. Pengelolaan tanah organik lebih menekankan
pada penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan dan dapat
memperbaiki struktur tanah Hadisuwito (2007).

1.2 Apa itu pengolahan tanah minimum tillage?

Beberapa macam cara pengolahan tanah : 1) Tanpa Olah tanah


minimum (zerro tillage), 2) Olah tanah minimum (minimum tillage), dan 3)
Olah tanah maksimum (maximum tillage). Pengelolaan tanah minimum
merupakan pengolahan tanah seperlunya saja pada bagian yang ditanami.
Tanpa olah tanah merupakan cara bertanam tanpa dilakukan pengolahan
tanah kecuali penugalan untuk pembenaman benih, cara ini biasanya
dikombinasikan dengan penggunaan herbisisda atau mulsa.
Pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif tentu akan
memerlukan biaya yang tinggi disamping mempercepat kerusakan tanah.
Selain itu, pada umumnya saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam
keadaan terbuka. Tanah dihancurkan oleh alat pengolah sehingga agregat
tanah mempunyai kemantapan rendah. Jika pada saat tersebut terjadi hujan,
tanah dengan mudah dihancurkan dan terangkut bersama air permukaan
(erosi). Dalam jangka panjang, pengolahan tanah yang terus menerus
mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan olah
sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi kerusakan
karena pengolahan tanah, maka pengolahan tanah minimum dapat menjadi
pilihan LIPTAN (1994).
Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) adalah pengolahan
tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan
pengolahan tanah pada seluruh areal lahan LIPTAN (1994). Menurut
Johannis (2008), teknologi olah tanah konservasi dalam bentuk oleh tanah
minimum, tanpa olah tanah dan pemanfaatan mulsa ini telah diterapkan pada
100 juta ha lahan pertanian di dunia terutama di Amerika Selatan, Amerika
Utara serta beberapa negara Afrika. Namun laju adopsi olah tanah konservasi
ini melambat dalam satu dekade terakhir ini.
1.3 Apa manfaat pengolahan tanah minimum tillage?

Manfaat pengolahan tanah minimum tillage salah satunya mencegah


kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan, mengamankan dan
memelihara produktifitas tanah agar tercapai produksi yang setinggi-
tingginya dalam waktu yang tidak terbatas. Minimum tillage juga dapat
meningkatkan produksi lahan usahatani, serta keuntungan utamanya dapat
menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja.

1.4 Bagaimana cara pengolahan tanah minimum tillage?

Beberapa cara pengolahan tanah minimum:

1. Pengolahan tanah disekitar lobang tanaman. Lahan yang akan ditanami


dibersihkan dari rumput-rumput baik secara mekanis maupun secara kimia
dengan menggunakan Herbisida Glyposate selanjutnya tanah ditutupi mulsa
dan sekitar lobang tanaman tanah diolah seperlunya.
2. Pengolahan tanah di sekitar tanaman. Pembersihan Iahan dari rumput-
rumputan dan pemberian mulsa sama dengan cara di atas sedang pengolahan
tanah dilakukan dalam jalur tempat tumbuh tanaman 3. Tanpa pengolahan
tanah (Zero Tillage). Dalam keadaan struktur dan porositas tanah masih baik
maka pengolahan tanah beIum diperlukan.

PEMBERIAN MULSA

Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (serasah) yang susah lapuk. Penggunaan


mulsa ini bermanfaat sebagai pengendali gulma, meningkatkan aktivitas
organisme tanah, mengurangi penguapan air tanah dan dapat menambah
bahan organik setelah mulsa tersebut mulai lapuk. Cara pemberiannya dengan
menghempaskan mulsa tersebut di atas permukaan lahan secara merata
dengan tebal 3 - 5 cm sebanyak 5 ton/Ha.

PEMUPUKAN

Pemupukan diberikan dengan penugalan dalam alur dengan jarak 7-10 cm


dari barisan tanaman. Setelah pemberian pupuk, lubang/alur ditutup dengan
tanah. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, TSP dan KCL.

Menurut Nyland (2001), di kehutanan perlakuan untuk menciptakan


lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan bibit yang ditanam umum
disebut kegiatan persiapan lahan (site preparation). Kegiatan persiapan lahan
tersebut meliputi:

1. menghilangkan vegetasi yang tidak diinginkan, menebas dan membuang


tunggul, akar dan bebatuan sebelum metode regenerasi dimulai

2. beberapa perlakuan untuk memfasilitasi pertumbuhan vegetatif tanaman


atau memperbaiki kondisi fisik tapak untuk menunjang perkecambahan,
daya hidup dan pertumbuhan bibit selanjutnya.

Sedangkan Evans (1992) menyebut persiapan lahan sebagai ground


preparation, dengan tujuan utama untuk mendapatkan daya hidup tanaman
yang tinggi dan pertumbuhan awal tanaman yang cepat. Hal ini dapat dicapai
melalui kegiatan:

1. mengendalikan vegetasi kompetitior

2. menghilangkan gangguan-gangguan fisik terhadap pertumbuhan pohon

3. pengolahan tanah untuk memperbaiki strukturnya, terutama untuk


membantu perkembangan perakaran tanaman dan ketersediaan hara

4. memperbaiki drainase tanah yang terlalu basah atau menjaga kelembaban


pada tanah yang kering

5. membuat guludan memotong kontur untuk mengurangi erosi tanah.

Pendapat kedua silvikulturis tersebut menunjukkan bahwa pengolahan


tanah merupakan bagian yang penting untuk memfasilitasi bibit tanaman atau
trubusan dari jenis target agar dapat hidup dan tumbuh optimal tanpa
gangguan pesaing-pesaingnya atau kondisi tempat tumbuh yang kurang
mendukung.
Menurut Fahmuddin dan Widianto (2004), pengolahan tanah adalah
setiap kegiatan mekanik yang dilakukan terhadap tanah dengan tujuan untuk
memudahkan penanaman, menciptakan keadaan tanah yang gembur bagi
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus memberantas gulma.

Menurut Puslitbang Hutan Tanaman (2006), tujuan penyiapan lahan


adalah mewujudkan prakondisi lahan yang optimal untuk keperluan
penanaman yang berwawasan lingkungan dan memelihara kesuburan tanah,
terutama agar kondisi fisik tanah mendukung perkembangan akar,
mengurangi persaingan dengan gulma dan mempermudah penanaman. Ada
beberapa macam teknis olah tanah untuk jenis-jenis tanaman kehutanan yaitu:

1. Pengolahan tanah secara manual

Pengolahan tanah secara manual dilakukan di areal yang akan


ditumpangsarikan dan tidak tersedia alat mekanis, dengan menggunakan alat
bajak yang ditarik hewan atau dicangkul

2. Pengolahan tanah secara mekanis


Cara ini pada umumnya dapat mempercepat pertumbuhan tanaman,
khususnya di lahan yang datar, tetapi memerlukan biaya yang lebih mahal.
Tahapan kegiatan pengolahan tanah secara mekanis meliputi:

a. Pembajakan pertama sedalam 30 cm dengan traktor yang dilengkapi


bajak piringan berdiameter 71 cm

b. Pembajakan kedua dilakukan 4 minggu setelah pembajakan pertama


dengan arah 45 dari pembajakan pertama

c. Penggaruan satu kali dilakukan setelah 3-4 minggu dari pembajakan


kedua dengan traktor yang dilengkapi garu.
Pengolahan tanah (tillage) akan diperlukan ketika kondisi sifat fisik
tanah kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman seperti tanah yang
padat, keras dan aerasi yang minim. Intensitasnya akan tergantung pada
kondisi tanah dan jenis tanaman.
Menurut Winarso (2005), pemadatan tanah, hardpans dan
pembentukan lapisan keras (crusting) merupakan penyebab utama degradasi
fisik tanah. Pemadatan tanah dapat meningkatkan berat isi yang berpengaruh
pada penetrasi akar, konduktifitas hidrolik dan aerasi. Untuk mengurangi
pemadatan tanah, pengolahan tanah hingga lapisan dalam diikuti pemberian
bahan organik dapat dilakukan.
Selain untuk persiapan lahan, pengolahan tanah juga dilakukan untuk
pemeliharaan tanaman. Pengolahan tanah selama musim tumbuh dilakukan
terutama untuk memecahkan kerak-kerak keras yang disebabkan pukulan air
hujan untuk menjamin aerasi yang cukup serta mematikan tanaman
pengganggu (Buckman dan Brady, 1969).
Menurut Arsyad (2006), pengolahan tanah menyebabkan tanah
menjadi longgar dan lebih cepat menyerap air hujan sehingga mengurangi
aliran permukaan, akan tetapi pengaruh ini bersifat sementara karena tanah
yang telah diolah dan menjadi longgar akan lebih mudah tererosi. Kondisi
tersebut tentu akan menyebabkan dampak negatif terhadap lapisan permukaan
tanah. Ford-Robertson, 1971 dan Helms, 1998 (dalam Nyland, 2001)
menyatakan bahwa beberapa praktek persiapan lahan dan kegiatan merubah
kondisi fisik zona perakaran ternyata dapat menyebabkan:
1. hilangnya lapisan atas tanah dan lapisan bahan organik
2. terkikisnya lapisan humus dan serasah yang belum terdekomposisi yang
menyebabkan lapisan mineral tanah menjadi terbuka
3. tercampurnya bahan organik pada permukaan tanah dengan lapisan
mineral tanah
4. persiapan lahan secara mekanik juga dapat memusnahkan vegetasi lainnya
Selain itu Hasibuan (2009) juga menyatakan bahwa pengolahan tanah
perlu dicermati karena bisa menimbulkan banyak masalah antara lain:
1. rusaknya profil tanah ketika tanah diolah, maka lapisan tanah yang kaya
hara akan berpindah dan bercampur dengan lapisan tanah yang lebih
dalam. Hal ini bisa menciptakan lapisan keras yang bisa menggangu
penetrasi air dan akar ke dalam tanah
2. perubahan pola drainase tanah
3. rusaknya perakaran tanaman
4. pengolahan tanah secara mekanik bisa menyebabkan pemadatan tanah
5. pengolahan tanah dapat merangsang perkecambahan benih gulma
6. pengolahan tanah menyebabkan biji gulma tersimpan di dalam tanah yg
dapat berkecambah bila tanah diolah kembali
7. hilangnya lapisan tanah karena erosi utamanya karena air.
Oleh karena itu pada tanah yang berlereng curam pengolahan tanah
sebaiknya diminimumkan, bahkan ditiadakan. Kegiatan pengolahan tanah
biasa atau konvensional (dengan cara mencangkul atau membajak tanah dua
kali dan diikuti dengan menghaluskan bongkahan tanah satu atau dua kali
sebelum bertanam) lebih banyak bertujuan untuk memberantas gulma. Jika
gulma dapat diatasi misalnya dengan penggunaan mulsa atau penggunaan
herbisida, maka pengolahan tanah dapat dikurangi atau malah ditiadakan .
Selain itu, pada umumnya tanaman tahunan hampir tidak memerlukan
pengolahan tanah terutama untuk tujuan pengendalian gulma. Hal ini
dimungkinkan karena setelah tajuknya berkembang menaungi permukaan
tanah, pertumbuhan gulma akan sangat berkurang (Fahmuddin dan Widianto,
2004).
Namun demikian perlu tidaknya pengolahan tanah juga tergantung
pada jenis yang akan ditanam. Karena ada jenis-jenis yang mampu tumbuh
pada lahan yang tidak diolah dan ada pula yang memerlukan pengolahan
tanah secara intensif agar dapat tumbuh baik dan optimal (Hendromono et al.,
2003 dalam Puslitbang Hutan Tanaman, 2006). Evans (1992) menyatakan
bahwa seberapa besar tingkat persiapan lahan dan pengolahan tanah juga
tergantung pada kemampuan suatu spesies untuk bersaing mendapatkan
cahaya, kelembaban dan hara pada suatu tapak. Sebagai contoh:
1. kebanyakan Eukaliptus memerlukan pengolahan tanah dan lahan yang
bebas gulma agar pertumbuhan awalnya cepat
2. beberapa jenis Pinus termasuk P. oocarpa, P patula dan P. caribea
adalah toleran terhadap kompetisi dengan rumput
3. jenis Araukaria akan tertekan jika berkompetisi dengan rumput dan
hanya tumbuh lambat bahkan sering mengalami khlorosis.
Contoh diatas menjelaskan bahwa setiap spesies menghendaki
persiapan lahan yang berbeda. Tidak selalu persiapan lahan dengan
pengolahan tanah secara total akan memberikan hasil yang baik bagi
pertumbuhan awal suatu jenis tanaman. Berikut ini beberapa hasil penelitian
penyiapan lahan dan praktek pengolahan tanah untuk beberapa spesies pohon
dari hasil penelitian yang dirangkum dalam Puslitbang Hutan Tanaman
(2006).
1.5 Bagaimana kelebihan dan kekurangan pengolahan tanah minimum
tillage?

1.5.1 kelebihan pengolahan tanah minimum tillage

1. Menghindari kerusakan struktur tanah

2. Mengurangi aliran permukaan dan erosi

3. Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara


dalam bahan-bahan organik lebih berkelanjutan.
4. Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga
mengurangi biaya produksi.

5. Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara
ini mungkin tidak dapat diolah.

1.5.2 Kekurangan pengolahan tanah minimum tillage?

1. Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan


pertumbuhan yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama
untuk tanaman seperti jagung dan ubi.

2. Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.

3. Lebih cocok untuk tanah yang gembur.

4. Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus.

5. Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak


dilakukan secara manual / mekanis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
1. Pengelolaan tanah merupakan suatu proses mengelola tanah untuk
menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.
2. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) adalah pengolahan
tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan
pengolahan tanah pada seluruh areal lahan
3. Manfaat pengolahan tanah minimum tillage salah satunya mencegah
kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan.

4. Beberapa cara pengolahan tanah minimum yaitu pengolahan tanah


disekitar lobang tanaman dan pengolahan tanah di sekitar tanaman

5. Kelebihan Pengolahan minimum tillage yaitu menghindari kerusakan


struktur tanah, mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara
dalam bahan-bahan organik lebih berkelanjutan.

6. Kekurangan Pengolahan minimum tillage yaitu perakaran mungkin


terbatas dalam tanah yang berstruktur keras, pemberian mulsa perlu
dilakukan secara terus menerus, dan lebih cocok untuk tanah yang
gembur.
2. Saran
Pengolahan tanah pada konsep minimum tillage seharusnya
dipadukan dengan pengolahan tanah dengan konsep tillage karena
pengolahan sejak awal dari pengolahan tanah dengan pembajakan karena
memperbaiki tekstur agar drainase dan aerasi tetap berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Evans, J. 1992. Plantations forestry in the tropics. Tree planting for industrial, social,
environtmental and agroforestry purposes.Second editions. Oxford University
Press. New York.
Johannis, M.L. 2008. Pertanian berkelanjutan pertanian konservasi. Sumber Sinar
Harapan. Media Tani. Jumat, 8 Februari.
http://mediatani.wordpress.com/2008/02/08/pertanian-berkelanjutan-pertanian-
konservasi/ (diakses 15 Oktober 2017).
LIPTAN. 1994. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 145/94. Balai
Informasi Pertanian Irian Jaya, Jayapura. http://www.pustaka-
deptan.go.id/agritek/ppua0138.pdf. (diakses 15 Oktober 2017).
Nyland, R.D. 2001. Silviculture concept and apllications. Second Edition. Mc. Graw Hill.
University of Minnesota, USA.
Puslitbang Hutan Tanaman. 2006. Teknik silvikultur hutan tanaman industri. Puslitbang
Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan, Bogor.
Subagyono. 2007. Konservasi air untuk adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim. In:
F. Agus, N. Sinukaban, A.N. Gintings, H. Santoso dan Sutadi (Eds.). Bunga
Rampai Konservasi Tanah dan Air. Pengurus Pusat Masyarakat Konservasi
Tanah dan Air Indonesia 2004-2007. Hal 13-27.
Tisdale S.L. dan W.L. Nelson. 1956. Soil fertility and fertilizers. New York. The
Macmillan Company.USA. 428 p.

Anda mungkin juga menyukai