Hubungan Lembaga Masyarakat Dengan Pelayanan Kesehatan
Hubungan Lembaga Masyarakat Dengan Pelayanan Kesehatan
PENGERTIAN
POTENSI MASYARAKAT
1. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya masyarakat RT, RW, Kelurahan dan
sebagainya). Bentuk-bentuk partisipasi dan penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan masyarakat seperti adanya dana sehat, iuran untuk PMT (Pembinaan Makanan
Tambahan), untuk anak balita, dan sebagainya.
Secara umum, ada 3 tingkat atau gradasi penyakit yaitu sakit ringan (mild), sakit sedang
(moderate), dan sakit parah (severe) yang menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda
pula. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni:
Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
1
Pelayanan yang diperlukan pada jenis ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic
health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary
health care). Bentuk pelayanan ini seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, dan Balkesmas.
Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasiaen yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan kesehatan
ini sudah komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contohnya Rumah
sakit bertipe A dan B.
STANDAR PELAYANAN
Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, antara lain :
Penanggung jawab
Pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya dalam pelayanan kesehatan masyarakat baik
pemerintah (Puskesmas) maupun swasta (Balkesmas) berada di bawah koordinasi penanggung
jawab seperti Departemen Kesehatan.
Standar Pelayanan
Pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus berdasarkan pada
suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditetapkan oleh Departemene Kesehatan,
dengan adanya “Buku Pedoman Puskesmas”.
Hubungan Kerja
2
Dalam hal ini harus ada pembagian kerja yang jelas antara bagian satu dengan yang lain.
Artinya fasilitas kesehatan harus mempunyai struktur organisasi yang jelas yang
menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertical.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat, maka
berikut ini akan dipaparkan beberapa program pelayanan kesehatana masyarakat.
Puskesmas
Keluarga Berencana
Kegiatan kelurga berencana diarahkan pada pengembangan keluarga sehat sejahtera, yaitu
dengan makin diterimanya Norma Keluaga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
melalui kegiatan penyuluhan dan motivasi pada pasangan usia subur, generasi muda serta
pelayanan medic KB.
Pelayanan dan monitoring ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu menyusui ditingkatkan melalui
pemeriksaan kehamilan, imunisasi, identifikasi risiko tinggi kehamilan dan tindak lanjutnya,
pelayanan ibu menyusui dan pertolongan oleh tenaga terlatih.
Kesehatan Sekolah
Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan dapat ditingkatkan derajat kesehatan dan
kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah
3
Dasar Luar Biasa (SDLB), SMP, dan SMA termasuk pondok pesantren melalui upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemeliharaan sehingga mempunyai dampak
terhadap penurunan angka absensi karena sakit.
Dalam memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan suatu pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dilakukan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan gigi untuk ibu, anak usia sekolah,
dan dokter gigi di Puskesmas.
Kesehatan Jiwa
Tujuan pokok kesehatan ini adalah mencegah meningkatnya angka penderita berbagai
gangguan jiwa, seperti psikonerotik, psikomatik, retardasi mental, kelainan perilaku dan
penyalahgunaan narkotik, alcohol, obat, dan bahan berbahaya lainnya.
Laboratorium Sederhana
Sasaran pokok kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan pemeriksaan sediaan, untuk
mencapai ini dilakukan penataran tenaga laboratorium. Kegiatannya adalah melaksanakan
pelayanan rutin, penyuluhan dan pengiriman sediaan penyakit dalam rangka pengamatan
kejadian penyakit.
Tujuan pokok kegiatan ini adalah untuk mencegah timbulnya penyakit, menurunkan angka
kesakitan, kematian, dan akibt buruk dari penyakit menular. Kemampuan masyarakat untuk
menolong dirinya sendiri dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dengan
menggunakan teknologi tepat guna dan secara sederhana yang berhasilguna dan berdayaguna.
4
Tujuan kegiatan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit
jantung, dan pembuluh darah, kanker, kecelakaan, dan lain-lain. Kegiatan pelayanan
penyembuhan dan pemulihan diutamakan pada pengobatan jalan melalui Puskesmas dan
rujukannya.
Program ini bertujuan bertujuan untuk menunjang upaya penurunan angka kematian balita, dan
meningkatkan kemampuan masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,
melalui peningkatan status gizi, terutama bagi golongan rawan dan masyarakat berpenghasilan
rendah baik di desa maupun di kota.
Program ini meliputi program peningkatan air bersih, program penyehatan perumahan dan
lingkungan, program pengawasan kualitas lingkungan, dan pengembangan kegiatan instalasi
pemeriksaan specimen kesehatan lingkungan.
Stratifikasi sosial dalam hal status (meliputi kedudukan dan peran sosial). Kedudukan adalah
tempat secara umum seseorang berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulan,
prestise, hak dan kewajiban. Peran merupakan serangkaian peran atau konsep tentang apa saja
yang dilakukan individu dalam masyarakat. Peran memiliki fungsi mengarahkan seseorang
melakukan hal-hal yang sesuai dengan status sosialnya.
5
Stratifikasi memiliki status dan peran dengan menentukan apa yang di perbuat seseorang dan
kesepakatan apa yang diberikan masyarakat padanya. Di dalam kehidupan bermasyarakat,
peran merupakan konsekuensi dari status seseorang.
Status dan peran memiliki hubungan yang erat dan sulit sekali dipisahkan karena merupakan
unsur penentu bagi penempatan seseorang dalam strata tertentu dalam masyarakat. Misalnya
sebuah status pendidik kesehatan yang memberikan pendidikan kesehatan berdasarkan tingkat
strata tiap petugas kesehatan. Peran pendidik kesehatan terhadap perubahan perilaku didalam
masyarakat. Menurut Blum, perilaku itu lebih besar perannya dalam menentukan pemanfaatan
sarana kesehatan, dibandingkan dengan penyediaan sarana kesehatan itu sendiri. Pengalaman
menunujukan bahwa penyediaan dan penambahan sarana pelayanan tidaklah selalu diikuti oleh
peningkatan pemanfaatan sarana sarana tersebut. Misalnya, puskesmas dan posyandu di
daerah-daerah tertentu tidaklah dimanfaatkan secara. Oleh karena itu, jika kita menginginkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka kita harus bersedia dan mampu mengubah
perilaku masyarakat.
Stratifikasi sosial sering kali ditemukan dalam pelayanan di bidang kesehatan. Pelayanan di
bidang kesehatan merupakan salah satu dimensi stratifikasi yang tidak dapat dipengaruhi oleh
kaum kapitalis. Orang berpenghasilan rendah yang sulit mendapatkan kesejahteraan di bidang
kesehatan dan orang kaya yang dengan mudah mendapatkan pelayanan yang baik dan berkelas
di bidang kesehatan.
1. Profesionalisme
Orang – orang yang terlatih dalam profesi tertentu, yang memiliki keahlian untuk menilai aspek
– aspek tehnik kedokteran. Karena adanya otonomi ini, maka dokter dapat mendominasi
pembagian kerja dalam bidang kedokteran. Wewenang tersebut dapat diperluas pada aspek–
aspek social, ekonomi dari pelayanan kesehatan. Wewenang yang dimiliki dokter pada
umumnya didasarkan atas pertimbangan rasional.
2. Elitisme
Elitisme di bidang kedokteran membuat para dokter mengambil pendidikan spesialisasi, dan
juga bekerja pada rumah sakit yang biasanya telah dipenuhi oleh tenaga ahli, sehingga rumah
sakit yang seharusnya membutuhkan tenaga ahli malah tidak memperolehnya. Implikasi
elitisme meluas sehingga akibatnya mereka cenderung bekerja untuk rumah sakit – rumah sakit
6
besar. Dan sebaliknya bagi dokter – dokter yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan spesialisasi yang bekerja pada tempat yang jauh menyebabkan kualitas pelayanan
mereka buruk pada pasien.
Ada kompetensi (jurang/gap) antara dokter dengan pasien dikarenakan adanya perbedaan
pengetahuan yang dianggap sebagai satu potensi pemerasan tanpa memandang
pendidikan sehingga pasien menjadi tunduk pada dokter. Tunduk pada dokter ini berupa
kepercayaan (pola normatif).
Jurang kompetensi atau gap merupakan suatu sumber stratifikasi dalam bidang kesehatan,
ketidaktahuan pasien merupakan salah satu potensi pemerasan. Freidson mengatakan bahwa
“Posisi khusus dokter akan terancam apabila tindakan dan keputusannya harus jelas dan
dibenarkan oleh pasien”. Desakan untuk mempercayai merupakan cara agar pasien pasrah saja
pada dokter, ini memungkinkan dokter mempertahankan bahwa merekalah yang berwenang
dalam pengetahuan tersebut. Kemampuan dokter dalam mengotrol dan memanipulasi inilah
yang bertentangan dengan hubungan dokter – pasien.
Didalam Stratifikasi medis berkaitan dengan adanya ketidaktahuan, maka perubahan dalam
sistem kesehatan memerlukan perubahan yang jelas didalam penyampaian informasi. Dalam
suatu pembahasan tentang fungsi social dari ketidaktahuan, Moore dan Tumin mengemukakan
bahwa “ketidaktahuan konsumen terhadap suatu pelayanan khusus dapat membantu
melindungi posisi dari pemberi pelayanan”. Implikasi disini adalah bahwa posisi spesialis
mungkin dalam bahaya bila pasien menjadi dokter.
7
dan berorientasi manusiawi karena pasien biasanya jarang meminta informasi
terperinci dari dokter.
Di dalam stratifikasi sosial yang ada di masyarakat memiliki beberapa dampak terhadap
kesehatan. Stratifikasi sosial ternyata berhubungan dengan jenis gangguan mental yang dapat
terjadi pada seorang individu. Terdapat distribusi gangguan mental secara berbeda antara
kelompok masyarakat yang berada pada strata sosial yang tinggi dengan strata sosial yang
rendah. Dimana masyarakat dengan kelas sosial yang rendah prevelansi psikotik yang tinggi,
sedangkan prevelansi neurotic lebih banyak pada kelompok kelas.
Hipotesis seleksi sosial menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami gangguan mental
karena hal yang membuatnya menjadi miskin atau peluncuran kebawah dari status sosial tinggi
ke status sosial yang rendah. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental
karena factor psikologis, genetik, dan konstiusi.
Hipotesis sebab sosial menjelaskan bahwa orang yang miskin memang memiliki
kecenderungan untuk sakit mental. Hal ini karena dua kemungkinan yaitu:
1. Sifat kecenderungan personal yang dimiliki sepeti; perasaan tidak berdaya dan kurang
pengendalian terhadap diri sendiri.
Stratifikasi sosial terhadap kesehatan digolongkan sebagai pengaruh yang bersifat tidak
langsung akibat dari ketidaksamaan tingkat ekonomi anggota masyarakat. Selain itu, perbedaan
akses pada kebutuhan kesehatan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat. Masyarakat kelas atas
memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan yang lebih baik, seperti makanan bergizi dan
apabila sakit mampu membeli obat, serta memanfaatkan rumah sakit dengan fasilitas dan
pelayanan yang memadai. Berbeda dengan masyarakat kelas bawah yang tidak mampu
membeli makanan dengan gizi lebih baik dan tinggal di lingkungan yang tidak sehat, serta
kemungkinan untuk terserang penyakit lebih besar, jika sakit, mereka tidak dapat membeli obat
serta mengakses fasilitas kesehatan yang berkualitas baik. Akibatnya, penyakit yang
sebenarnya ringan dan mudah untuk disembuhkan, tetapi justru mematikan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, Robiatul. 2013. makalah status dan peran berkaitan dengan stratifikasi social.
http://robiatuladawiah123.blogspot.co.id/2013/07/makalah-status-dan-peran-
berkaitan.html Diakses pada tanggal 21 Maret 2017.