Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri
Pada Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh:

DENO PUYADA
14138084

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. NASRUN


Dr. FAHMI RIZAL, M.Pd, MT.

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang


telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
Bapak Prof. Dr. NASRUN dan Dr. Fahmi Rizal, M.Pd, MT. selaku Dosen mata
kuliah Metode Penelitian PTK yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang , 25 Mei 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2


A. Analisis Dokumen ................................................................................... 3
B. Kuesioner ................................................................................................. 4
C. Wawancara ............................................................................................... 9
D. Observasi ............................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21


A. Kesimpulan ........................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

D. Latar Belakang
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya
dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian
(tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas
dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai
proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau
menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang
dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif.

E. Rumusan Masalah

Pada makalah ini materi yang akan dibahas meliputi :

1. Apa yang dimaksud teknik pengumpulan data ?


2. Bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ?
3. Apa saja teknik atau cara pengumpulan data kualitatif ?

F. Tujuan
1. Memberikan penjelasan apa itu teknik pengumpulan data ?
2. Memberikan penjelasan bagaimana teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif ?
3. Memberikan penjelasan apa saja teknik atau cara pengumpulan data
kualitatif ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh


peneliti untuk pengumpulan data. Pengumpulan data hendaklah dilakukan
setelah berbagai langkah penelitian sebelumnya dirumuskan dengan baik.
Seandainya peneliti kurang mengelaborasi unsur-unsur tersebut dengan
tepat, atau memilih instrumen yang ada terlebih dahulu dan kemudian baru
merumuskan masalahnya, maka peneliti telah digiring oleh instrumen tersebut
pada tujuan yang dirumuskan oleh penysun instrumen itu sendiri. Ada
kemungkinan pula, sesuatu fenomena yang seharusnya perlu dan wajar
diungkapkan, tidak dapat diungkapkan oleh instrumen yang telah dipilih
sebelumnya. Rangkaian kegiatan yang mendahului kegiatan pengumpulan
data adalah merumuskan : 1) latar belakang masalah, 2) identifikasi masalah,
3) pembatasan dan perumusan masalah, 4) tujuan dan manfaat penelitian, 5)
melakukan studi kepustakaan dan menetapkan grand theory yang mendukung
penelitian, 6) menemukan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, 7)
menyusun kerangka berfikir penelitian, dangan fokus variabel- variabel yang
akan diteliti dan 8) merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian, 9)
menetapkan tipe penilitian dengan memperhatikan patokan- patokan yang
telah dirumuskan pada langkah sebelumnya, 10) penentuan wilayah
penelitian, 11) populasi dan sampel atau sumber informasi dari mana
informasi dapat dikumpulkan, dan dilanjutkan dengan 12) menentukan teknik
pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif, penelitit tidak dapat menetukan data dengan
tepat dalam rancangan yang disusun sebelum melakukan penelitian, karena
dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada bentuk hubungan antar
variabel, tetapi pada makna yang terkandung dalam masalah penelitian pada
konteks tertentu. Menurut Moleong in Djaelani (2013 : 83) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dalam penelitian kualitatif tidak
berbicara tentang sampel sebagaimana penelitian kuantitatif, tetapi tentang
informan dan aktor/ pelaku, kata-kata dan tindakan informan

2
3

dan pelaku itulah yang dijadikan sumber data untuk diamati/diobservasi dan
diminta informasinya melalui wawancara/ diskusi/ dokumnetasi.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama
penelitian, dimana peneliti sekaligus sebagai perencana yang menetapkan
fokus, memilih informan, sebagai pelaksana pengumpul data, menafsirkan
data, menarik kesimpulan sementara di lapang dan menganalisis data di
lapangan yang alami tanpa dibuat-buat. Sudarwin in Djaelani (2013 : 84)
menyatakan bahwa peneliti sebagai instumen dalam penelitian kualitatif
mengandung arti bahwa peneliti melakukan kerja lapangan secara langsung
dan bersama beraktivitas dengan orang-orang yang diteliti untuk
mengumpulkan data.
Konsekuensi peneliti sebagai instrumen penelitian adalah peneliti
harus memahami masalah yang akan diteliti, memahami teknik pengumpulan
data penelitian kualitatif yang akan digunakan. Peneliti harus dapat
menangkap makna yang tersurat dan tersirat dari apa yang dilihat, didengar
dan dirasakan, untuk itu dibutuhkan kepandaian dalam memahami masalah.
Peneliti harus dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang akan diteliti,
untuk itu dibutuhkan sikap yang toleran, sabar dan menjadi pendengar yang
baik.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat dinamis, dimana
peneliti memasuki lapangan yang trbuka apa adanya, otomatis peneliti
menghadapi situasi yang sulit diprediksi dengan tepat apa yang sudah,
sedang dan akan terjadi. Untuk itu makan peneliti haruslah mengandalkan
teknik-teknik pengumpulan data seperti yang dikatakan oleh Yusuf (2007 :
251) yang menyatakan bahwa teknik pengumpulan data yang utama dalam
penelitian kualitatif adalah analisis dokumen, kuesioner, wawancara, dan
observasi.

A. Analisis Dokumen
Dalam penelitian pustaka atau dalam penelitian naturalistik, maupun
grounded research, sumber informasi banyak pula ditemukan dalam foto,
dalam bahan statistik, dalam dokumen atau dalam berbagai sumber bacaan
lainnya, baik yang tersimpan di perpustakaan umum, pada lembaga-lembaga
4

resmi maupun yang tersimpan pada koleksi perorangan. Surat-surat pribadi


kepada orang lain, juga merupakan sumber informasi yang tidak kalah
pentingnya.
Kebermaknaan sumber informasi itu tergantung pada cara membaca
dan menganalisis bahan tersebut sesuai dengan apa yang menjadi topik
penelitian. Di samping itu perlu pula disadari bahwa dokumen itu banyak
ragamnya, dan kadang-kadang tidak mengikuti format resmi yang telah ada.
Karena itu, untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya
kebenarannya, maka kemampuan dalam melakukan analisis dokumen sangat
menentukan. Dalam perwujudannya, alat pengumpulan data yang sering
digunakan adalah blanko/format dan buku catatan. Blanko/format itu
hendaklah disiapkan sejak dini sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Kompleksitas blanko dan format yang disediakan tergantung pada informasi
yang akan dikumpulkan.

B. Kuesioner
Kuesioner berasal dari bahasa latin : Questionnaire, yang berarti suatu
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan
kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data.
Kuesioner lebih populer dalam penelitian dibandingkan dari jenis instrumen
yang lain karena dengan menggunakan cara ini dapat dikumpulkan informasi
yang lebih banyak dalam waktu yang relatif pendek, dengan biaya yang lebih
rendah dibandingkan dengan apabila peneliti menggunakan wawancara atau
teknik lain. Tujuan utama penggunaan kuesioner dalam penelitian adalah : a)
memperoleh informasi yang lebih relevan dangan tujuan penelitian, b)
mengumpulkan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi.
Dalam menyusun kuesioner hendaklah berangkat dari tujuan yang
telah disusun sebelumnya atau dari pertanyaan penelitian yang terjabar
secara tuntas dalam kisi-kisi penysunan instrumen, sehingga apa yang ingin
dicari akan dapat terungkap dengan jelas. Dilain pihak perlu pula diperhatikan
faktor efisiensi dalam penyusunan instrumen dan dalam pengumpulan data.
Ini berarti bahwa peneliti dalam merancang instrumen penelitiannya perlu
mempertimbangkan faktor biaya dan waktu. Data yang tidak akan diolah dan
5

atau tidak terkait dengan tujuan penelitian tidak perlu dikumpulkan. Mengingat
6

bahwa butir-butir instrumen ada 8 pertanyaan yang perlu mendapat perhatian


peneliti, yaitu :
1. Apakah item itu diperlukan?
2. Apakah item itu akan dianalisis?
3. Apakah item itu relevan?
4. Bagaimanakah caranya pertanyaan itu akan diolah?
5. Teknik manakah yang cocok untuk itu?
6. Apakah dengan pertanyaan yang ada pokok masalah yang diajukan telah
terjawab?
7. Apakah masing-masing sub-variabel sudah terwakili?
8. Apakah kuesioner itu sesuai dengan responden penelitian?
Suatu hal yang selalu harus diingat peneliti berkenaan dengan
instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun dan digunakan dalam
penelitian hendaklah mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Karena
itu tentukan terlebih dahulu validitas dan reliabilitas instrumen sebelum
digunakan di lapangan.
Menurut jenisnya kuesioner dapat dibedakan atas 3 bentuk, yaitu :
a. Kuesioner tertutup
Dalam kuesioner tertutup, alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih
dahulu. Responden hanya memilih dari alternatif yang telah disediakan.
Contoh :
- Apakah anda puas dengan pekerjaan yang sekarang?
a) Puas
b) Tidak puas
atau
- Menurut pendapat bapak, bagaimanakah kualitas hidup sekarang?
a) Sangat baik
b) Baik
c) Sedang
d) Kurang
e) Kurang sekali
Keuntungan penggunaan kuesioner tertutup, yaitu :
1) Alternatif jawaban yang diberikan terstruktur dan sama antara yang
7

satu dengan yang lain. Kontaminasi aspek lain dapat dikurangi.


8

2) Peneliti dapat meng "cover” lokasi yang luas dan tersebar.


3) Mempunyai instruksi yang seragam sehingga mengurangi
subjektivitas peneliti pada saat pengumpulan data.
4) Kuesioner lebih mudah diadministrasikan dari pada instrumen yang
lain, seperti tes dan interviu
5) Biaya yang digunakan relatif lebih mudah dari pada instrumen yang
lain.
6) Dapat diperbandingkan jawaban antara satu responden dengan
responden yang lain.
7) Jawaban yang diberikan responden mudah diproses karena
alternatif jawaban telah terstruktur.
8) Arti pertanyaan yang dikemukan dalam kuesioner lebih jelas bagi
responden, karena dibantu oleh alternatif jawaban yang disediakan.
9) Lebih sedikit jawaban yang kurang relevan , baik ditinjau dan dari
segi isi maupun dikaitkan dengan kondisi reponden.
10)Lebih mudah responden menjawabnya.
11)Mudah diberi kode
Sedangkan beberapa kelemahan kusioner tertutup adalah :
1) Cara menentukan validitas dan reliabilitas instrumen masih
terbatas.
2) Rendahnya pengembalian instrumen akan menyebabkan ancaman
terhadap validitas instrumen.
3) Validitas instrumen tergantung pada kemampuan dan kemauan
responden dalam menyediakan informasi.
4) Ada kemungkinan terjadinya salah tafsir terhadap pertanyaan oleh
reponden.
5) Menghilangkan atau membatasi hal-hal yang bersifat personal dari
responden sehingga sering menimbulkan kekecewaan. Kadang-
kadang jawaban yang disediakan tidak berkenan dihati responden.
6) Mudah diterka oleh responden.
7) Terlalu banyak kategori jawaban sehingga banyak membutuhkan
tempat dan fasilitas.
9

8) Perbedaan interpretasi tentang pertanyaan tidak dapat diketahui


dengan jelas karena tidak adanya tindak lanjut tambahan klarifikasi
dan interpretasi.
9) Perbedaan jawaban di antara responden yang ada menjadi hilang
dengan menciptakan situasi artifisial dan alternatif respon yang
terbatas.
b. Kuesioner terbuka
Bentuk ini memberikan kesempatan kepada responden untuk
mengemukakan pendapatnya yang sesuai dengan pandangan dan
kemampuan masing-masing. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
alternatif jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu.
Contoh : faktor-faktor apakah yang menyebabkan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap pembangunan?

Menurut pendapat anda, faktor-faktor apakah yang


menyebabkan meningkatnya harapan hidup warga masyarakat
dewasa ini?

Beberapa keuntungan penggunaan kuesioner dalam bentuk terbuka


adalah sebagai berikut :
1) Dapat digunakan walaupun kemungkinan jawaban belum diketahui
oleh peneliti semuanya.
2) Dapat digunakan sebagai persiapan untuk menyusun kuesioner
dalam bentuk tertutup.
3) Responden dapat menjawab menurut keadaan dan kemampuan
yang sebenarnya.
4) Memberi kesempatan kepada responden untuk mengembangkan
penalaran dan kreativitas masing-masing.
5) Dapat digunakan untuk mengantisipasi respon yang luas dan
10

kompleks.
11

6) Dapat menggali motivasi yang lebih mendalam dari responden.


Disamping keuntungan-keuntungan di atas, kuesioner dalam bentuk
terbuka mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
1) Sulit untuk diberi kode karena terdapat bermacam jawaban yang
berbeda dari responden, tentang butir/item yang sama.
2) Sukar dalam memproses dan menganalisis data.
3) Banyak terdapat informasi yang kurang relevan dengan tujuan
penelitian.
4) Banyak menggunakan tempat dan waktu.
5) Kadang-kadang menghilangkan kekhususan data.
6) Data yang diberikan tidak standar dan tidak seragam.
7) Membutuhkan keterampilan menulis dan mengeluarkan pendapat
8) Waktu yang digunakan lebih lama dari kuesioner dalam bentuk
tertutup.
c. Kombinasi Bentuk Terbuka dan Tertutup
Kuesioner yang menggunakan kombinasi bentuk tertutup dan terbuka,
dapat menghilangkan kelemahan kuesioner terbuka dan juga kelemahan
kuesioner dalam bentuk tertutup. Namun dalam pemerosesan data, jauh
lebih sukar dari menggunakan kuesioner tertutup. Dalam bentuk gabungan
ini, alternatif jawaban sebagian besar disediakan peneliti. Pada bagian
akhir setiap pertanyaan selalu disediakan satu atau dua tempat yang
dikosongkan sehingga responden mempunyai kesempatan untuk mengisi
jawaban yang sesuai dengan keadaannya, kalau alternatif yang disediakan
belum sesuai dengan yang diinginkan.
Contoh : Bagaimana cara anda mendapatkan informasi tentang pekerjaan
yang sekarang ? (boleh cek lebih dari satu)
1) Dengan melamar langsung
2) Melalui teman yang bekerja di kantor itu
3) Melalui departemen tenaga kerja
4) Melalui media massa
5) .................................
6) .................................
7) ..............................
12

Berapa lamakah anda bekerja dalam seminggu?


13

1) 30-34
2) 35-40
3) 40-44
4) .......
Penggunaan bentuk kuesioner yang tepat dalam suatu penelitian
tidaklah dapat diabaikan karena instrumen yang benar akan dapat
menungkapakan suatu masalah dengan baik. Sehubungan dengan itu
ada beberapa kriteria yang dapat digunakan :
1. Apabila peneliti ingin mengumpulakan informasi tentang sesuatu
dengan menekankan bahwa responden akan memberikan
persetujuan/ tidak setuju tentang sesuatu yang dinyatakannya maka
tertutup lebih baik, tetapi kalau ingin sampai pada proses bagaimana
responden sampai pada suatu alternatif maka bentuk terbuka lebih
tepat digunakan.
2. Seandainya peneliti ingin mengetahui perbedaan atau kekurangan
informasi yang diusulkan responden tentang topik yang dibicarakan,
maka bentuk terbuka lebih baik, tetapi kalau tidak maka sebaiknya
digunakan kuesioner dalam bentuk tertutup.
3. Bentuk terbuka lebih baik digunkan apabila responden telah memiliki
opini yang terkristal tentang topik yang dibicarakan, sedangkan
penggunaan bentuk tertutup mengandung resiko bahwa reponden
memilih sesuatu yang tidak sesuai dengan opininya. Dalam bentuk
tertutup, responden sering melakukan proses memanggil kembali dan
mengevaluasi pengalaman masa lampau.

C. Wawancara
Selain melalui dokumentasi dan kuesioner, peneliti dapat
mengumpulkan data melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Ada beberapa
jenis wawancara yang dapat digunakan, menurut Sudarwan (2002)
berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada dua jenis wawancara
yaitu; (1) wawancara relatif tertutup, di mana pertanyaan difokuskan pada
topik khusus dan umum dan dibantu oleh panduan wawancara yang dibuat
14

cukup rinci;(2) wawancara terbuka, di mana peneliti memberikan kebebasan


diri untuk berbicara secara luas dan mendalam.
Kedua jenis wawancara ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
wawancara relatif tertutup digunakan jika peneliti telah memperkirakan
tentang informasi yang akan didapatkan. Sedangkan wawancara terbuka
digunakan dalam penelitian pendahuluan untuk mendapatkan informasi awal
tentang permasalahan yang ada. Wawancara terbuka juga digunakan untuk
mendapatkan informasi lebih dalam lagi. Pada awalnya yang dibicarakan
hanya masalah yang sepele yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian,
namun perlahan tapi pasti, mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah penelitian sampai tuntas. Menurut Moleong in Djaelani (2013) ada
dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan luaran dan pertanyaan pendalaman.
Pertanyaan luaran adalah pertanyaan yang bersifat umum dan tidak menggali
informasi secara mendalam, sedangkan pertanyaan pendalaman digunakan
untuk menggali informasi secara mendalam sampai ke makna yang
terkandung dalam kasus yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif Untuk mendapatkan data yang penuh
makna, sebaiknya digunakan wawancara terbuka atau wawancara tak
terstruktur yang dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin dan
sedalam mungkin sehingga pemahaman peneliti terhadap fenomena yang
ada sesuai dengan pemahaman para pelaku itu sendiri.Disinilah peran
peneliti sebagai instrumen utama yang tidak selalu terpancang pada panduan
wawancara.
Keberhasilan wawancara sangat tergantung pada keterampilan yang
dimilikipeneliti dalam mendapat kepercayaan orang yang diwawancarai.
keterampilan itu antara lain, cara mengajukan pertanyaan seperti sensitifitas
pertanyaan dan urutan pertanyaan, cara mendengarkan dengan serius, cara
berekspresi secara verbal seperti intonasi dan kecepatan suara, maupun
berekpresi secara nonverbal seperti kontak mata, sabar dan perhatian dalam
mengikuti jawaban serta mengkondisikan situasi yang nyaman.
Wawancara dapat dimulai dengan pertanyaan yang mudah sebagai
pendahuluan atau pemanasan, baru mulai masuk ke pertanyaan informasi
dan fakta, hindari pertanyaan bermakna ganda, hindari pertanyaan masalah
15

privacy, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan
16

kontrol emosi negatif, perdalam pertanyaan ke topik yang lebih spesifik,


kemudian diakhiri dengan pertanyaan penutup. Masalah yang mungkin
muncul dalam wawancara; adalah orang yang diwawancarai tidak
konsentrasi, tidak kooperatif, menolak berbicara atau tidak suka berbicara dan
masalah teknis (alat perekam, catatan).

Keuntungan dan Kelemahan Wawancara


Seperti juga teknik pengumpulan data yang lain, wawancara
merupakan salah satu cara yang baik dan tepat apabila peneliti menginginkan
informasi yang dalam dan mendetail tentang suatu objek penelitian.
Disamping itu, informasi yang didapat lebih banyak. Beberapa keuntungan
penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Berhubung karena pewancara langsung menemui responden maka
renponse rate juga lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
kuesioner. Apabila ada responden yang tidak berada di tempat, dapat
diulangi kembali pada waktu berikutnya.
2. Sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana karena semua responden
akan dapat ditemui sebab peneliti dapat menunggu kapan responden mau
dan siap memberikan informasi.
3. Dapat mengumpulkan informasi pelengkap yang akan digunakan untuk
memperkuat pembuktian atau analisis pada penysunan laporan hasil
penelitian.
4. Visualisasi informasi dapat disajikan dan pewawancara dapat memberikan
respon dan meminta informasi lebih terinci dan terarah pada fokus
persoalan.
5. Dapat melengkapi dan memperbaiki kembali informasi yang kurang atau
salah.
6. Dapat menangkap situasi apakah informasi yang diberikan itu informasi
spontan atau sengaja diatur khusus untuk tujuan penelitian itu.
7. Dapat mengontrol jawaban masing-masing pertanyaan.
8. Pertanyaan-pertanyaan yang sensitif dapat ditanyakan dengan hati-hati
kepada responden atau dimanipulasi sedemikian rupa sehingga
17

responden merasa tidak tersinggung oleh pertanyaan itu.


18

9. Mudah dirubah
Untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik, pewawancara dapat
merubah situasi dengan mendorong dan memancing responden untuk
menjawab yang lebih spesifik atau mengajukan pertanyaan tambahan
yang lebih sesuai dengan tujuan.
10. Lebih lengkap
Pewawancara dapat menjamin bahwa semua pertanyaan dijawab oleh
responden. Pertanyaan-pertanyaan tertentu yang semula belum dapat
dijawab secara eksplisit dapat dilacak kembali bahkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek-aspek terselubung dapat diungkapkan kembali
dengan menggunakan pertanyaan pemancing.
Walaupun wawancara merupakan teknik yang tepat sebagai alat
pengumpul data untuk jenis penelitian tertentu, namun banyak pula
kelemahan yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan teknik ini.
Diantara kelemahan-kelemahan itu adalah sebegai berikut:
1. Biaya yang diperlukan lebih tinggi
Kebenaran dan keotentikan data yang dikumpulkan banyak ditentukan
oleh pewawancara. Namun keseriusan dan kebenaran tindakan
pewawancara perlu pula diamati oleh individu lain. Oleh karena itu
pengumpulan data yang baik bukan hanya membutuhkan pewawancara
saja tetapi perlu pula pengawas di lapangan. Disamping itu diperlukan
pula latihan intensif untuk pewawancara dan pengawas lapangan sebelum
turun ke lapangan.
Berhubung karena pewawancara harus berhadapan dengan responden
secara tatap muka dan satu demi satu maka diperlukan sejumlah
pewawancara sebagai pengumpul data. Disamping itu tiap pewawancara
membutuhkan sejumlah hari kerja. Makin banyak responden makin
banyak pula tenaga yang dibutuhkan. Demikian juga untuk analisis data,
terutama sekali dalam verifikasi data menurut jenisnya. Keadaan itu
menjadi lebih kompleks kalau banyak informasi tambahan yang
dikumpulkan, yang berbeda antara pewawancara tambahan yang
dikumpulkan, yang berbeda antara pewawancara yang satu dengan
pewawancara yang lain. Semuanya itu akan menyebabkan biaya
19

penelitian menjadi lebih tinggi dibandikan dengan apabila peneliti


20

menggunakan teknik yang lain.


2. Waktu yang dibutuhkan lebih banyak
Disamping membutuhkan tenaga yang banyak, wawancara
membutuhkan pula waktu yang lebih lama dalam mengumpulkan data
penelitian. Hal itu terjadi karena pewawancara harus menghadapi masing-
masing responden sampai selesai, sedangkan apabila peneliti
menggunakan kuesioner ia dapat mengumpulkan reponden dalam suatu
tempat/ruangan dan kemudian membagikan instrumen kepada mereka.
Justru karena itu waktu yang dibutuhkan peneliti dalam pengumpulan dan
pengolahan data, jauh lebih lama dari pada peneliti menggunakan teknik
yang lain.
3. Kecondongan pewawancara
Wawancara yang baik akan tercipta apabila pewawancara dapat
mengerti apa yang disampaikan oleh responden. Seandainya
pewawancara kurang terlatih dan tidak dapat menangkap atau memahami
apa yang disampaikan oleh responden maka akan terjadi kesalahan
tentang bahan yang dicatatnya. Pewawancara mencatat tidak sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh responden. Hal yang demikian
menjadi sumber kesalahan atau memberikan informasi tidak sesuai
dengan yang sebenarnya disampaikan oleh responden.
4. Kurang anonim
Nama responden, alamat, telpon dan identitas lainnya dari responden
dicatat dan tercatat secara lengkap. Hal itu akan mempengaruhi
kesahihan data yang diberikan.
5. Tidak ada kesempatan berkonsultasi
Apabila peneliti menggunakan kuesioner, seorang reponden dapat
berkonsultasi dengan keluarga atau familinya, seaandainya ada data yang
dibutuhkan, yang berhubungan dengan kehidupan keluarga seperti
pengeluaran untuk biaya hidup dalam satu minggu; namun dalam
wawancara, hal yang demikian tidak dimungkinkan. Responden terpaksa
menjawab dengan menduga-duga apa adanya.
21

D. Observasi
Observasi berasal dari kata observation yang berarti pengamatan.
Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau
kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil
pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan
pengamatan peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang
diamati mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian
subyek dan obyek yang diteliti.
Menurut Spradley (1980) Tujuan observasi adalah memahami pola,
norma dan makna dari perilaku yang diamati, serta peneliti belajar dari
informan dan orang-orang yang diamati. Selanjutnya Spradley
mengemukakan bahwa yang diamati adalah situasi sosial yang terdiri dari
tempat, pelaku dan aktivitas. Tempat adalah di mana observasi dilakukan,
dapat di rumah, lingkungan, sekolah, kelas, bengkel dll. Pelaku adalah orang-
orang yang berperan dalam masalah yang diteliti, seperti, guru, pengawas,
siswa, orang tua siswa, petani, buruh, masyarakat dll. Aktivitas adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pelaku yang sedang diteliti, seperti, kegiatan
belajar mengajar, belajar, bekerja dan kegiatan lainya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
Untuk dapat melakukan observasi dengan baik, peneliti harus
memahami bentuk atau jenis observasi, sehingga mendapatkan data yang
akurat sesuai apa yang sebenarnya terjadi di lapang. Ada beberapa bentuk
observasi yang dapat digunakan.
Bungin (2006) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi
tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Menurut Susan
dalam Sugiyono (2006) dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktifitas mereka. Jadi Observasi partisipasi merupakan
metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti
benar-benar berada dalam keseharian pelaku yang diteliti atau informan,
keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun tidak aktif.
22

Spradley (1980) membagi partisipasi atau keterlibatan peneliti menjadi


23

empat yaitu; (1) partisipasi pasif, di mana peneliti datang mengamati tetapi
tidak ikut terlibat kegiatan yang diamati; (2) partisipasi moderat, di mana
peneliti kadang ikut aktif terlibat kegiatan kadang tidak aktif; (3) partisipasi
aktif, di mana peneliti terlibat aktif dalam kegiatan yang diteliti; (4) partisipasi
lengkap, di mana peneliti sudah sepenuhnya terlibat sebagai orang dalam,
sehingga tidak kelihatan sedang melakukan penelitian. Untuk mendapatkan
data yang akurat sebaiknya menggunakan observasi dengan partisipasi
lengkap, karena sebagai orang dalam peneliti leluasa mengamati dan
mendapatkan makna sesungguhnya dari apa yang diamati.
Sementara observasi tidak berstruktur adalah observasi di mana
peneliti belum tahu secara pasti apa yang akan diamati, sehingga
pengamatan dilakukan tanpa menggunakan instrument baku, tetapi hanya
berupa rambu-rambu pengamatan, oleh karena itu peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
fenomena atau dinamika pelaku yang diteliti. Sedangkan observasi kelompok
adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau
beberapa fenomena atau event sekaligus.
Dalam melakukan observasi, peneliti harus dapat memusatkan
perhatian dan akhirnya memilih hal-hal yang secara khas menemukan
gambaran sesuatu yang bermakna. Pada permulaan observasi peneliti
mengamati secara menyeluruh dan dengan ruang lingkup yang luas,
kemudian memusatkan diri pada hal-hal yang menjadi fokus penelitianya dan
akhirnya memilih hal-hal yang khas dan yang paling relevan untuk diamati
dengan lebih cermat. Hal ini seperti yang dikemukakan Spradley (1980) yang
mengungkapkan bahwa tahapan observasi ada tiga yaitu; (1) observasi
deskriptif, di mana peneliti mengamati semua yang ada secara menyeluruh,
mendeskripsikan semua yang diamati, observasi ini disebut juga sebagai
grand tour observation; (2) observasi terfokus, di mana pengamatan
difokuskan pada aspek tertentu yang menjadi fokus penelitian, observasi ini
disebut juga sebagai mini tour observation. dan; (3) observasi terseleksi, di
mana peneliti menyeleksi fokus yang ditemukan secara lebih rinci lagi,
Selanjutnya Spradley mengatakan, ketika melakukan observasi peneliti
dapat mulai melakukan analisis. Pada observasi deskriptif peneliti dapat mulai
24

menarik kesimpulan sementara, dengan analisis domain, sehingga dapat


25

mendeskripsikan semua yang diobservasi. Pada observasi terfokus, peneliti


melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus yang
sebenarnya. Pada observasi terseleksi, peneliti melakukan analisis
komponensial, sehingga dapat menemukan karakteristik, persamaan,
perbedaan, hubungan dari yang diteliti sehingga mudah ditarik kesimpulan
dan ditemukan makna sebenarnya dari apa yang diteliti setelah kemudian
menggunakan analisis tema. Jika analisisnya menggunakan analisis interaktif,
maka pada setiap tahapan observasi di atas peneliti, dapat melakukan reduksi
data, tabulasi data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Observasi atau pengamatan dapat dilaksanakan dengan bantuan alat
pengamatan yang berupa, daftar cek, tabel sosiometri, catatan lapangan,
jurnal harian, alat perekam elektronik dan format lainnya. Pemilihan alat bantu
menjadi sangat penting untuk mendapatkan data kualitatif yang penuh makna.
misalnya perilaku, aktifitas, dan proses kegiatan lainnya. Catatan lapangan
menjadi pilihan utama, karena memungkinkan peneliti memahami makna
yang terkandung di lapang yang diamati kemudian mencatatnya, sementara
format lainnya seperti daftar cek hanya sebagai pelengkap, karena daftar cek
sering tidak dapat memuat semua apa yang diamati. Catatan lapangan terdiri
dari catatan deskriptif yang berisi gambaran tempat, orang dan kegiatannya
(termasuk pembicaraan dan ekspresinya). Dan catatan reflektif yang berisi
pendapat, gagasan dan kesimpulan sementara peneliti serta rencana
berikutnya. Seperti yang dikemukakan Moleong in Djaelani (2013) Catatan
lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualiatatif.
Apabila peneliti telah menetapkan bahwa observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tepat untuk mencapai tujuan penelitian yang
dirumuskannya, maka sekurang-kurangnya ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian oleh pengamat dalam pengumpulan data. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang diamati
2. Apabila diamati dan bagaimana mencatatnya
3. Berapa banayak kesimpulan pengamat dilibatakan.
26

Apabila yang diamati itu adalah tingkah laku individu, maka perlu
27

dipertimbangkan manakah yang menjadi fokus observasi. Simon dan bayer


mengemukakan kelas tingkah laku sebagai berikut :
1. Afektif
Terutama sekali yang berkaitan dengan aspek emosional dalam
berkomunikasi; menerima atau menolak keseluruhan tingkah laku individu;
serta dalam menerima dan mempertimbangkan ide seorang.
2. Kognitif
Terutama sekali berkenaan dengan komponen intelektual dalam
berkomunikasi. Salah satu kategori utama tingkah laku kognitif adalah
memberi data, meminta data, menjelaskan, merumuskan dan memberi
pendapat. Kategori lain yang perlu diperhatikan dalam domain ini adalah
struktur analisis mengenai proses berpikir individu.
3. Psikomotor
Kategori ini difokuskan pada tingkah laku orang yang berkomunikasi,
bukan pada kata-kata yang digunakan. Observasi diarahkan pada postur
tubuh, posisi, ekspresi muka, gerak tangan dan sebagainya.
4. Prosedur, rutinitas dan kontrol.
Kategori ini difokuskan pada apa yang dibicarakan atau orang yang
sedang membicarakan apa. Apakah individu itu siap bekerja, siap ikut
serta dan bagaimana dengan isi yang dibicarakan.
5. Lingkungan fisik observasi
Dalam hal ini berkaitan dengan ruangan dimana observasi itu berlangsung
serta tempat mancatatmaterial spesifik yang digunakan.
6. Struktur sosiologis
Kategori ini difokuskan pada siapa yang sedang bicara kepada siapa
peranan yang diamati, umur, jenis kelamin, ras, kepada siapa ia tertarik,
dan sebagainya.
7. Aktivitas
Dalam kategori ini difokuskan pada aktifitas dimana orang tertarik atau
terikat, seperti membaca, melihat film, dan sebagainya.
Tetapi kalau dilihat dari pola umum tingkah laku individu, maka apa
yang diamati itu akan menyangkut : a) tingkah laku non verbal mencakup :
gerakan tubuh dan ekspresi dari individu sesuai dengan kegiatan yang
28

dilakukan, b) tingkah laku linguistik yang berkaitan dengan pernyataan isi


29

yang dibicarakan dan struktur percakapan c) tingkah laku khusus dalam


hubungan dengan keadaan di sekitar individu; dan d) tingkah laku ekstra
linguistik seperti kecepatan percakapan, kerasnya percakapan atau ejaan
yang digunakan.
Mengingat observasi secara utuh membutuhkan wkatu tenang yang
cukup banyak dan fasilitas yang memadai, maka untuk kondisi tertentu
tidak semuanya perlu dilakukan secara utuh, kecuali kalau tujuan
penelitian ingin menjaring suatu proses dan kaitannya dengan produk atau
karena kondisi tertentu yang tidak memungkinkan seperti pada malam hari
ataupun pada waktu istirahat. Karena itu pengamat harus jeli melihat
kapan dan kondisi yang bagaimana ia perlu melakukan pengamatan
secara utuh dan kapan ia perlu menggunakan momentum tertentu dengan
hasil yang tidak berbeda dengan kondisi sebenarnya, namun lebih efisien.
Suatu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun "
time sampling schedule”. Sampling waktu menunjuk pada penelitian unit
observasi yang berbeda pada suatu waktu. Ini berarti bahwa pengamat
harus membuat daftar sedemikian rupa sehingga unit observasi dipilih
secara sistematis yang mewakili tingkah laku populasi dan sesuai dengan
periode waktu yang telah ditetapkan. Umpama: pengamat melakukan
observasi lima belas untuk setiap satu jam yang diambil secara acak dan
yang telah distratifikasi: hari untuk minggu dan jam untuk hari. Tetapi cara
ini adalah kurang tepat apabila digunakan untuk kejadian atau tingkah laku
yang tidak berulang. Seandainya peneliti melakukan waktu pengamatan
yang tidak terkendali sama sekali maka hasil observasi itu akan kurang
dapat dipercaya, kurang tuntas dan kurang tepat. Diamping itu, cara
pencatatan yang digunakan oleh pengamat akan memperngaruhi pula
hasil observasinya.
Dalam observasi ada dua pendekatan yang dapat digunakan:
1. Pendekatan deduktif
2. Pendekatan induktif
Pada pendekatan dedukatif , penelti mulai dengan konsep dan
kemudian dispesifikasi sehingga menghasilkan bagian tertentu yang ingin
diungkapakan, oleh karena itu, pendekatan deduktif dilaksanakan apabila
30

peneliti langsung menerapkan apa yang diamati itu ke dalam kategori


31

tertentu. Sednagkan pendekatan induktif dimulai dari yang khusus, dengan


menggunakan indikator-indikator dan berakhir dnegan konsep.
Pendekatan ini menunda definisi atau konsep sampai beberapa aspek
dapat diidentifikasi dengan baik. Kesulitan pendekatan ini adalah
kesukaran dalam menginterpretasikan apa yang diobservasi sebelumnya,
sebab indikator itu tidak langsung diterapkan ke dalam konsep atau
kategori yang telah ditetapkan.
Karl Weick in Nachmias (1981) menyatakan bahwa untuk mengatasi
resiko yang lebih buruk dari kedua pendekatan itu, ia menyarankan "in the
ideal sequence, the observer would start with the empirical approach.
Obtain extensive record of natural events, induce some concept from the
records, and then collect a second of a records, and then collect a second
set of records which are more specific and pointed more directly at induce
concept. Ini berarti bahwa dalam urutan yang ideal, pengamat sebaiknya
mulai dengan pendekatan induktif, dan mencatat berbagai kejadian yang
bersifat alami kemudian menarik berbagai dari catatan itu. Selanjutnya
mengumpulkan suatu set catatan yang lebih spesifik dan kemudian
menarik lagi berbagai konsep yang terdapat dari catatan itu. Pada bagian
lain Donald Madley dan Harold Mitzel menyarankan sistem kategori, sebab
kategori itu lebih eksplisit, saling lepas dan tuntas sehingga memudahkan
dalam mengkategorikan kejadian yang sedang berlangsung. Faktor ketiga
yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh keterlibatan pengamat
dalam mengambil suatu keputusan. Tidak dapat dibantah bahwa
keberhasilan observasi akan ditentukan oleh pengamat. Ketepatan hasil
pengamatan tentang suatu kejadian berkaitan erat pula dengan seberapa
jauh keterlibatan pengamat dalam mengambil kesimpulan tentang suatu
kejadian. Apabila pertimbangan pengamat trlalu banyak masuk maka akan
tercatat suatu yang keluar dari yang sebenarnya. Sebaliknya apabila tidak
ada bantuan, hasil observasi juga tidak sempurna sebab akan terlepas dari
konteksnya dan sulit memasukan ke dalam kategori yang sebenarnya.
Observasi dengan sedikit kesimpulan pengamat yang masuk, jarang
terjadi. Pada umumnya kesimpulan pengamat banyak yang masuk dalam
setiap observasi. Karena itu pengamatyang terlatih sangat diperlukan
32

sehingga ia dapat membuat kesimpulan yang reliabel.


Cara-cara untuk menambah reliabilitas kesimpulan pengamat adalah
jalan latihan program dalam situasi yang berbeda-beda; anatara lain :
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, mencoba memasukan ke dalam
kategori dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan
data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan
reliable.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan
reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses
atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring
berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan
lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut,
pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai
sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan
data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan analisis dokumen,
kuesioner, wawancara dan observasi.
Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). Analisis dokumen, 2).
kuesioner, 3). wawancara, dan 4). observasi. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Sebelum
masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini
bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan
mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi
apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara,
mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya
dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

33
Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis


Dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Perkasa.
Djaelani, Aunu Rofiq. (2013). Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif.
Semarang : Majalah Ilmiah Pawiyatan
Spradley James. P. (1980). The Ethnographic Interview. New york: Holt Renehart
and Winston.
Sudarwin Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif; Ancangan Metodologi, presenta-
si dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bi-
dang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan dan humaniora. Bandung: Penerbit Pustaka
Setia.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Yusuf, A. Muri. (2007). Metode Penelitian : Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang: UNP. Press.

34

Anda mungkin juga menyukai