Bab IV Analisa Kualitas Batubara
Bab IV Analisa Kualitas Batubara
Air lembab (inherent moisture/moisture in air dried sample) adalah air yang terikat
secara
fisik dalam batubara pada struktur pori-pori sebelah dalam, dan mempunyai tekanan
uap
lebih rendah daripada tekanan normal. Kadar air lembab dipakai sebagai
karakteristik dasar
daripada batubara, kadar air lembab bertambah besar dengan turun naiknya rank
batubara.
Air kristal adalah air yang terikat secara kimia dengan mineral yang terdapat dalam
batubara.
Bentuk ini menguap pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang
0
mengikatnya. Penguapan umumnya mulai terjadi pada suhu di atas 450 C. Beberapa
badan
standarisasi international membuat metode untuk menetapkian air kristal ini, namun
jarang
dipergunakan. Para ahli Amerika menetapkan air kristal ini sebesar 8% dari kadar
abu
batubaranya, sedangkan negara Eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu
batubaranya.
Vitrinite Collinite
Alginite Algae
Micrinite Uncertain
Jika dilihat dari sisi kedua, yaitu unsur kimia yang membentuknya, komponen ini
terdiri dari
unsur carbon, hydrogen, nitrogen, sulfur, oxygen, serta terdapat juga sedikit unsur
zat
organik bawaan, seperti natrium, kalium, dan sebagainya.
Walaupun zat organik batubara merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan
kalori, namun di dalamnya terdapat beberapa unsur yang dianggap pengotor, karena
pada
proses pembakaran unsur ini dapat menimbulkan polusi. Unsur kimia tersebut antara
lain
nitrogen dan sulfur.Dalam proses pembakaran, nitrogen akan membentuk NOx, sedangkan
sulfur akan membentuk SO2.
4.2.3 Inorganic Matter (Zat Anorganik)
Elemen dari zat anorganik disebut mineral atau disebut juga dengan mineral matter.
Satu hal
yang perlu diingat, bahwa batubara tidak mengandung abu tetapi mengandung mineral.
Abu
hanyalah residu sisa pembakaran batubara, namun dalam pengujian disebut sebagai
kadar
abu. Kadar mineral matter dalam batubara bisa didapat lewat pengujian di
laboratorium,
tetapi hal tersebut jarang dilakukan. Pada umumnya untuk mendapatkan data ini
melaui
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
perhitungan. Banyak formula yang dapat digunakan untuk menghitung kandungan mineral
matter, Parr formula adalah salah satunya,
MM = 1.08A + 0.55S
MM = mineral matter, %
A = ash, %
S = sulfur, %
Mineral yang terdapat dalam batubara terbagi dalam dua bentuk, yaitu : inherent
mineral dan
extraneous mineral matter.
Inherent Mineral
Material ini terdapat dalam batubara dalam bentuk partikel halus yang tersebar ke
seluruh
bagian batubara. Pada dasarnya, sebagian material ini ialah unsur anorganik berasal
dari
tanaman yang membentuk batubara tersebut, dan sebagian lainnya berasal dari
material
sampingan yang terbawa ke dalam batubara selama terjadinya proses pembentukan
batubara. Oleh karena itu jumlah serta sifat mineral dalam batubara bisa berbeda
dari satu
lapisan ke lapisan lainnya.
Berdasarkan bentuk ikatan mineral ini dengan batubara maka hampir dapat dipastikan
bahwa mineral ini tidak dapat dipisahkan dari batubara dengan cara mekanis
(penggilingan
dan pencucian).
Extraneous mineral
Material ini berasal dari tanah penutup atau lapisan-lapisan yang terdapat di
antara lapisan
batubara yang terbawa ke dalam batubara saat berlangsungnya proses penambangan.
Pada umumnya tingkat kandungan extraneous mineral dalam batubara bervariasi
mengikuti
ukuran partikelnya, dimana partikel yang lebih halus akan mempunyai
kandungan
extraneous mineral yang lebih tinggi, sehingga proses liberasi dengan penggilingan
ke
ukuran yang lebih kecil dapat dimanfaatkan.
Komponen-komponen batubara dapat digambarkan sebagai berikut :
Batubara
Air dried basis (adb) = nilai kualitas pada kondisi batubara setelah dikeringkan
dalam udara.
Dry basis (db) = nilai kualitas pada kondisi batubara kering atau tidak memiliki
nilai moisture
(moisture free)
Dry ash free basis (daf) = nilai kualitas batubara pada kondisi batubara tersebut
kering dan
bebas dari ash.
Dry mineral matter free basis (dmmf) = menginterpretasikan nilai kualitas pada
kondisi
batubara tidak mengandung air dan mineral matter.
Basis-basis di atas merupakan basis-basis yang umum atau biasanya dipakai dalam
menyatakan nilai dari suatu parameter kualitas dari suatu batubara. Selain basis-
basis
tersebut di atas masih ada beberapa basis lainnya yang hanya untuk keperluan
tertentu saja
digunakan seperti misalnya ; Sulfat free, SO3 free, Ash free, dan lain-lain.
Dari interpretasi–interpretasi basis di atas, maka dibuatlah suatu persamaan
matematis
untuk menyatakannya ke dalam bentuk angka.
Size Distibusi
Semakin kecil ukuran partikel batubara, maka semakin besar luas permukaannya. Hal
ini
menyebabkan semakin tinggi surface moisturenya. Pada nilai inherent moisture tetap,
maka
total moisture-nya akan naik karena naiknya surface moisture.
Kondisi Sampling
Total moisture dapat dipengaruhi oleh kondisi pada saat batubara tersebut di
sampling. Yang
termasuk kondisi sampling adalah :
Kondisi batubara pada saat di sampling
Size distribusi sample batubara yang diambil terlalu besar atau terlalu
kecil
Cuaca pada saat pengambilan sample
4.4.2 Proksimate
Pada proses pembakaran batubara pada suhu tertentu terjadi beberapa perubahan fisik
pada komponen batubara. Moisture akan menguap. Mineral akan terbakar menghasilkan
residu yang disebut dengan ash dan menguapkan sedikit zat terbang yang kemudian
terukur
sebagai sebagian kecil dari volatile matter. Organic matter akan menghasilkan
residu karbon
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
yang disebut dengan fixed carbon serta gas hidrokarbon ringan yang menguap sebagai
volatile matter. Jadi proksimate adalah rangkaian pengujian untuk mengukur unsur
moisture,
abu, volatile matter dan fixed carbon.
Moisture
Moisture dalam standar ASTM disebut Moisture in the Analysis Sample adalah moisture
yang terkandung dalam batubara dikeringkan dalam udara.
Besar kecilnya dipengaruhi oleh peringkat batubara, makin tinggi peringkatnya maka
semakin rendah moisturenya.
Nilainya tergantung pada humiditas (kelembaban) dan temperatur ruangan di mana
moisture
tersebut dianalisa.
Nilainya tergantung juga pada preparasi sample sebelum moisture dianalisa (standar
preparasi)
4.4.3 Ultimate
Ultimate adalah rangkaian pengujian untuk mengukur unsur yang terkandung dalam
organic
matter, yaitu carbon, hydrogen, nitrogen, sulfur, oxygen dan unsur lainnya yang
jumlahnya
tidak terlalu besar seperti chlorine dan flourine. Pada saat pembakaran, komponen
organic
matter inilah yang menghasilkan kalori.
4.5.3 Analisa Ultimate (ASTM D-3177, D-3178, D-3179, D-4239 dan D-5373)
Penetapan ini menggunakan sebuah peralatan instrumen yang dikendalikan oleh sistem
komputer. Salah satu peralatan yang digunakan adalah LECO S-144DR. Pengujian
dimulai
dengan menimbang sample. Sample dibakar di dalam sebuah “Combustion Chamber” pada
0
suhu 1350 C, di mana dengan adanya oksigen yang dialirkan ke dalam ruang bakar akan
mengakibatkan sample terbakar. Proses pembakaran akan merubah elemen sulfur menjadi
SO2. Gas-gas tersebut selanjutnya dilewatkan ke cell infra red untuk mengukur kadar
sulfur
dalam batubara tersebut.
oksigen
Batubara ------------> SO2 -------> cell infra red
0
1350 C
Selama proses pembakaran yang sebenarnya di boiler, nilai gross calorific value ini
tidak
pernah tercapai karena beberapa komponen batubara, terutama air, menguap dan
menghilang bersama-sama denga panas penguapannya. Nilai pendekatan maksimum kalori
yang dapat dicapai selama proses ini adalah nilai net calorific value, nilai ini
didapat dengan
perhitungan
Suhu deformasi awal (initial deformation temperature) IT, adalah suhu saat
terjadinya
perubahan pertama pada bentuk piramida dari contoh uji.
Suhu spherical/softening (spherical/softening temperature) ST, adalah suhu pada
saat
piramida dari contoh uji berubah menjadi spherical, yaitu bila diamati secara
visual, tingginya
sama dengan lebar dari dasar piramida.
Suhu hemispherical (hemispherical temperature) HT, adalah suhu saat bentuk piramida
dari
contoh uji berubah menjadi hemispherical, yaitu bila diamati secara visual,
tingginya sama
dengan setengah dari lebar dasar piramida.
Suhu alir (flow/fluid temperature) ST, adalah suhu pada saat abu batubara mulai
meleleh
pada dudukannya, sehingga tingginya menjadi 1/3 bagian dari lebar dasar piramida.
IT ST HT FT
200 mesh, gr
Proximate Analysis:
Ultimate Analysis:
% wt 46.60 55.58
64.09
Carbon
% wt 3.29 3.92
4.52
Hydrogen
% wt 0.13 0.16
0.18
Sulfur
% wt 0.55 0.66
0.76
Nitrogen
% wt 19.69 23.48
27.08
Oxygen
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
HGI Index 52
Size distribution:
+ 70 mm % wt 0.35
+ 50 – 70 mm % wt 3.05
+ 32 – 50 mm % wt 13.16
+ 2.38 – 32 mm % wt 64.99
2.38 mm % wt 18.45
Ash Analysis:
SiO2 % wt 51.43
Al2O3 % wt 14.92
Fe2O3 % wt 10.24
TiO2 % wt 2.03
CaO % wt 3.76
MgO % wt 4.20
K2 O % wt 0.63
Na2O % wt 0.54
P2O5 % wt 0.52
SO3 % wt 11.12
MnO2 % wt 0.10
Undetermined % wt 0.51
Spherical 0
C 1210 1270
Moisture %
Ash %
Volatile matter %
Fixed carbon %
Hidrogen %
Nitrogen %
Sulphur %
Oxygen %
0
C
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
0
Hemispherical C
Flow
Al2O3 %
Fe2O3 %
TiO2 %
Mn3O4 %
CaO %
MgO %
Na2O %
K2 O %
P 2O 5 %
SO3 %