Anda di halaman 1dari 5

18

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan

preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan

terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

mendapatkan bahan restorasi yang ideal dari sifat fisik maupun pengaplikasiannya

(Roberson dkk., 2006). Semen Ionomer Kaca (SIK), yang merupakan gabungan dari

semen silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

Kent pada tahun 1972. Penggabungan kedua bahan tersebut bertujuan untuk

mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen silikat dan kemampuan

melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat (Meizarini dan

Asti, 2005). Hasilnya cukup memuaskan sebagai bahan restorasi (Magni dkk, 2008).

Pada saat ini, kebanyakan dokter gigi menggunakan SIK untuk bahan restorasi pada

kavitas kelas III dan V. SIK digunakan karena memiliki beberapa keunggulan antara

lain, preparasi minimal, ikatan dengan jaringan gigi yang baik, dapat melepas fluor,

estetik baik, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat antibakteri

(Anusavice, 2003).

SIK berkembang sejalan dengan waktu, dengan penambahan partikel logam

pada powder untuk memperbaiki sifat mekanik, penggantian sebagian komponen agar

dapat dikeraskan dengan penyinaran dan banyak lagi modifikasi yang dipakai untuk

memperbaiki sifat ionomer kaca. SIK yang tidak dimodifikasi disebut semen ionomer
19

kaca konvensional. Kemasan SIK konvensional terdiri dari serbuk dan cairan

(Anusavice, 2003). Kandungan serbuk terdiri dari SiO2 29%; A2O3 16,6%; CaF2

34,3%; AlF3 7,3%; NaF 3,0% dan AlPO6 9,9% presentase berat. SIK terdiri dari air

dan asam poliakrilik dengan konsentrasi 40-50% dan kadangkala ditambah asam

fumarik (Tyas dan Burrow, 2004). Material dasar ini digabung sehingga membentuk

kaca yang solid dengan cara memanaskan sampai suhu 1100–1500° C. Lantanum,

sronsium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk mendapatkan sifat radiopak.

Kemudian kaca digerus menjadi powder dengan ukuran partikel berkisar antara 15–

50 μm. Perbedaan kegunaan material SIK, terletak pada ukuran partikelnya. Material

untuk restorasi mempunyai ukuran partikel maksimum 50 μm, sedang ukuran partikel

untuk material perekat atau pelapis di bawah 20 μm (Meizarini dan Asti, 2005).

Serbuk ionomer kaca itu sendiri adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat

yang larut dalam liquid asam. Kelarutan yang tinggi merupakan salah satu sifat dari

semen-semen gigi tidak terkecuali SIK, yang dapat berakibat hilangnya bahan

tersebut di dalam mulut. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain

komposisi semen, teknik yang dilakukan di dalam klinik, dan kondisi lingkungan

mulut (van Noort, 1994).

Berdasarkan kekurangan yang dimiliki SIK maka sekarang ini telah

diperkenalkan bebrapa produk yang bertujuan menggabungkan kelebihan sifat-sifat

dari semen ionomer kaca dan resin komposit (Smales dan Koutsikas, 1995). Bahan

ini adalah resin modified glass ionomer cement atau disebut juga semen ionomer kaca

modifikasi resin (Ferracane, 2001). Semen ionomer kaca modifikasi resin (SIKMR)
20

merupakan salah satu keberhasilan pada modifikasi matriks organik yang terkandung

dalam semen ionomer kaca. SIKMR adalah semen hibrida yang mengeras melalui

dua mekanisme, yaitu melalui reaksi asam-basa dan sebagian melalui polimerisasi

radikal bebas (Knight, 1994).

SIKMR adalah semen ionomer kaca konvensional yang ditambahkan resin.

Resin pada SIKMR akan mengalami polimerisasi dengan blue light curing unit.

Komposisi dari semen ini berupa serbuk dan cairan. Perbedaan SIK dengan SIKMR

adalah pada ionomer kaca modifikasi resin mengandung monomer hidrofilik

(HEMA) (van Noort, 2007). SIKMR mempunyai kekuatan lebih tinggi dari pada

semen ionomer kaca konvensional. SIKMR akan mengalami perubahan komposisi

permukaan dan pelepasan fluoride ketika tepapar oleh saliva. SIKMR dapat

mengalami kerusakan pada kondisi asam, misalnya minuman berkarbonasi yang

mengandung asam karboksilat (Mc Kenzie dkk., 2003).

Minuman ringan berkarbonasi banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan

meningkat sejak tahun 1960. Penduduk Inggris tercatat sebagai konsumen tertinggi

pada tahun 1991 dengan tingkat konsumsi sebesar 151 liter per kapita. Hal ini terjadi

karena minuman ringan banyak tersedia di mesin penjual di tempat-tempat umum

(Heasman, 2003). Minuman berkarbonasi itu sendiri adalah minuman yang tidak

mengandung alkohol (non-alkohol), namun mengandung asam salah satunya adalah

asam karboksilat, bahan pemanis, bahan perasa alami maupun buatan (Robert, 1986).

Kondisi asam ini akan mempengaruhi kekasaran permukaan SIK secara kimiawi

(McCabe dan Walls, 1998). Tidak hanya kondisi ph yang rendah yang dapat
21

mempengaruhi kekasaran permukaan SIKMR, kandungan asam karboksilat yang

terdapat pada minuman berkarbonasi dapat menyebabkan permukaan SIKMR

mengalami kerusakan (Mc Kenzie dkk., 2003).

Varnish merupakan bahan pelindung yang sering digunakan saat ini. Varnish

menyebabkan restorasi SIKMR mengalami demineralisasi sehingga memudahkan

cairan asam menyerang (Gillgrass dkk., 2001). Komponen dari SIKMR dapat

bereaksi pada kondisi pH asam, maka semakin banyak kontak makanan yang

mengandung asam dan minuman berkarbonasi dapat menyebabkan bahan restorasi

mengalami degradasi (Narsimha, 2011). Kekasaran permukaan bahan restorasi

merupakan faktor penting bagi penampilan estetik dan keawetan restorasi (Mourouzis

dkk., 2009). Oleh karena itu, sekarang ini digunakan bahan baru sebagai pelapis

permukaan SIK yaitu bahan pelindung nanofilled. Bahan pelindung nanofilled adalah

bahan adhesive light cured nanofilled yang dapat melindungi permukaan SIK serta

menambah kekuatan dan meningkatkan estetik pada restorasi SIK. bahan pelindung

nanofilled berisi monomer yang memberikan ikatan yang sangat baik untuk semua

permukaan tanpa perlu mengetsa atau bonding. Nanofillers yang terdapat dalam

bahan ini memberikan kekuatan tahan lama dan bahkan tahan terhadap aus

dipermukaan restorasi sehingga terlihat alami (GC America, 2012).


22

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan suatu permasalahan apakah

terdapat pengaruh menggunakan bahan pelindung nanofilled terhadap kekasaran

permukaan restorasi semen ionomer kaca modifikasi resin yang di rendam dengan

minuman berkarbonasi.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Awliya dan Hasan

(2005) yang meneliti tentang kekasaran permukaan restorasi SIKMR yang direndam

dalam minuman berkarbonasi.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh bahan pelapis nanofilled terhadap kekasaran permukaan

restorasi SIKMR yang direndam minuman berkarbonasi.

E. Manfaat Penelitian

Sebagai pertimbangan dokter gigi atau mahasiswa kedokteran gigi untuk

meminimalkan kekasaran bahan restorasi SIKMR

Anda mungkin juga menyukai