1 Pendekatan Teknis
Permasalahan yang mungkin timbul dalam penanganan Kegiatan Dokumen UKL UPL Pengembangan
Taman Hijau Purwodadi , diidentifikas berdasarkan tinjaun terhadap lingkuppenugasan konsultan
dari tisp tahap yang akan dilakukan, untuk lebih jelasnya pola pikir terhadap kajian permaslahan ini
dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Pemerintah
DED RTH
Pelaksanaan :
1. Transparan
3. Representatif
4. Accountability
Sesuai Kajian Permasalahan diatas maka untuk penanganan, dijabarkan dalam rincian sebagai
berikut :
1. Pemahaman Permasalahan
Dari kajian permasalahan dapat ditarik kesimpulan bahwa penanganan masalah merupakan
pendekatan yang harus dilakukan karena hasil dari kegiatan tersebut akan digunakan sebagai titik
tolak pendekatan penanganan pelaksanaanya , penanganan permaslahan tersebut dilakukan pada
komponen-komponen sebagai berikut :
- Tahapan Kegiatan
- Lingkup Wilayah
- Lingkup Penugasan
- Bidang Pembangunan yang ditangani
Untuk lebih jelasnya keterkaitan masing-masing komponen tersebut dapat dilihat pada
Diagram dibawah ini.
a. Tahapan Kegiatan
b. Lingkup Wilayah
Perencanaan
d. Bidang
Pembangunan
Adapun Pembahasan yang lebih rinci dari kerangka identifikasi diatas adalah sebagai berikut :
a) Tahap Kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan yang ada meliputi : tahap persiapan, pendataan dan aspek-aspek yang
terkait , penganalisaan terhadap aspek-aspek yang berpengaruh dan penyusunan konsep dan
skenario mengenal kelayakan penanganan.
Dari tahapan kegiatan tersebut pada setiap tahapanya memiliki karakteristik yang dapat dijabarkan
seperti pada diagram dibawah.
TAHAP KEGIATAN UNSUR-UNSUR YANG SIGNIFTIFKAN
Pelaksanaan
Pemahaman terhadap lingkup wilayah / lokasi kegiatan penugasan akan sangat membantu terutama
dalam penanganan pekerjaan yang berkaitan dengan karakteristik fisik lokasi maupun karakeristik
sosial dan budaya daerah.
Yang dimaksud dengan lingkup penugasan disini adalah konsentrasi jenis tugas yang harus dilakukan
oleh konsultan termasuk hal-hal yang harus diperhatikan unsur-unsur yang spesifik . dalam lingkup
penugasan tersebut . Hal ini erat sekali keterkaitanya dengan mekanisme pendekatan dan
penanganan kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga berhasil guna dan tepat pada sasaran yang
dimaksud.
2. Proses Pelaksanaan
Setelah mengkaji dan memahami permasalahan yang dihadapi, konsultan mencoba menysusun
pemahaman-pemahaman tersebut dalam bagan alir yang emnunjukan proses pelaksanaan yang
ditangani, baik meliputi proses input dan output/keluaran pada setiap tahap kegiatan maupun
rincian mekanisme pelaksanaanya .
Secara garis besar, proses pelaksanaan secara makro mencakup kegiatan yang bersifat konsep dan
strategis yang kemudian diimplementasikan ke dalam langkah konkret.
Pada tahap awal perlu dirumuskan tujuan dan sasaran perencanaan secara umum dan bersifat
kualitatif , yaitu berupa idealisme yang sudah disesuaikan dengan kondisi wilayah perencanaan
secara umum . Input (Masukan) dalam perumusan tujuan dan sasaran tersebut adalah berupa
sinthesa awal potensi dan masalah yang berkembang/terjadi diwilayah perencanaan pada umumnya
, yamg seterusnya dirumuskan upaya - upaya peningkatan dan pengembzangan potensi yang ada,
serta pengandalan kendala yang terjadi.
Pada tahap ini sudah dilakukan pendataan secara rinci sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
diman harsu memperhatikan eleman-eleman perencanaan, sehingga secara teoritis dapat
disimpulakn potensi-potensi yang ada serta kndala –kendala yang terjadi dilokasi perencanaan dan
wilayah sekitarnya, input perumusan potensi dan kendala tersebut adalah berupa data-data fisik,
potensi dan kondisi lokasi.
c) Analisis Pengembangan
Proses Analisis ini mendasarkan 2 (dua) hal pokok, yaitu data-data yang sudah dirumuskan dalam
potensi dan masalah, serta kebijakan-kebijakan umum yang ada, baik yang berupa kebijakan spasial ,
peraturan perundangan serta kebijakan sektoral. Secara materil, analisis ini menyangkut beberapa
hal, yaitu antara lain:
e) Design Perencanaan
Hasil akhir dari seluruh proses tersebut adalah berupa design teknis, pembuatan DED dan
beberapa kelengkapan teknis lainya sesuai kerangka acuan kerja. Dalam implementasinya
hasil design tersebut selalu direview / feed back dengan rumusan tujuan dan sasaran ,
apakah selaras atau tidak sebagaimana alur pikir pendekatan tersebut.
Pendekatan Substansi dalam penyusunan yang dilakukan konsultan mengacu pada azas-azas dan
kriteria –kriteria perencanaan.
A. Azas-Azas
2. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan pada kemewahan material, namun pada
kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan.
3. Dengan batasan tidak mengganggu produktiitas kerja, biaya inventasi serta pemeliharaan
bangunan sepanjang umurnya, hendaknya biaya ditekan seminimal mungkin
4. Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan dalam Jangka
waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya
6. Di samping fungsional, dalam keterbatasan luas ruang dalam tata ruang , hendaknya
mempertimbangkan tata perletakan bukaan dan tata letak perabot yang efisien.
B. Kriteria Umum
a) Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata
Bangunan yang ditetapkan di Daerah yang bersangkutan.
b) Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c) Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan.
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul
Akibat perilaku alam dan penguasa.
b) Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang
Disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
c) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang disebabkan
Oleh perilaku struktur.
d) Menjamin kepentingan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
Kegagalan struktur.
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul
Akibat perilaku alam dan manusia.
b) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa sehingga mampu
secara struktur stabil selama kebakaran, sehingga :
- Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman
- Cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk memadamkan
api
- Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya.
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya.
b) Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi
Pada keadaan darurat.
c) Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat.
7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya.
a) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam bangunan gedung apabila
b) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila terjadi
Keadaan darurat.
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
a) Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselengaaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari bahaya akibat
Petir.
c) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
Terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik.
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami maupun buatan
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan secara baik.
a) Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak
diinginkan.
b) Menjamin adanya kepastian setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak negative
suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan ataumencegah
perusakan lingkungan
C. Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik berkaitan
dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari segi fungsi khusus bangunan, segi
teknis lainnya, misalnya :
1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar, seperti dalam
rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan.
2. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti factor social budaya setempat, geografi
klimatologi, dan lain-lain.
D. Persyaratan Keandalan Bangunan
1. Persyaratan keselamatan
2. Persyaratan kesehatan
3. Persyaratan kemudahan/aksesibilitas
4. Persyaratan kenyamanan
5.1.3. Literatur
Studi Literatur baik aspek teknis-substansial maupun kebijakan dan penentuan yang terkait dengan
konsep dan desain, pengembangan rencana. Persyaratan teknis dan pelaksanaan pembangunan
gedung mengacu pada :