Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LongSegment

Long Segment merupakan penanganan preservasi jalan dalam


batasan satu panjang segmen yang menerus (bisa lebih dari satu ruas)
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan yang
seragam yaitu jalan mantap dan standar sepanjang segmen (sesuai
PERMEN PU Nomor 19/PRT/M/2011)

Long Segment mulai diterapkan di tahun anggaran 2016 untuk


pemaketan penanganan preservasi ruas jalan nasional. Ruang lingkup
pekerjaan Long Segment terdiri dari pelebaran jalan (menuju standar),
rekonstruksi jalan, rehabilitasi jalan, pemeliharaan preventif jalan,
pemeliharaan rutin jalan, dan pemeliharaan rutin jembatan. Kegiatan Long
Segment ini dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina
Marga No.09/SE/Db/2015 tentang Standar Dokumen Pengadaan
Pekerjaan Preservasi Jalan untuk Pemaketan Secara Long Segment.

2.1.1. Skema Long Segment

Skema Long Segment adalah membagi panjang jalan nasional dalam


segment panjang 50 km – 150 km dengan memperhatikan rentang kendali
PPK sebagai manajer ruas.

Pengecualian untuk panjang Long Segment < 50 km adalah :

 Jalan nasional dalam pulau maka Long Segment dapat dibuat


sesuai dengan panjang jalan yang ada.

5
 Segmen terdapat di dalam Kota Metropolitan / Kota Besar (jalan
terdiri dari 4 lajur) dapat dibuat sesuai dengan panjang jalan yang
ada.
 Segmen terdapat di tengah-tengah pekerjaan dengan kriteria tidak
dapat dimasukan dalam Long-Segment dan tidak ada Long-
Segment lain pada lokasi yang berdekatan.

Kriteria segmen ruas jalan tidak dapat dimasukkan ke dalam skema


Long Segment adalah segmen ruas jalan yang sudah committed
dikerjakan dengan skema MYC, dana SBSN dan Loan, atau segmen ruas
jalan dengan jenis pekerjaan masuk pada penanganan longsoran,
pekerjaan jembatan (kecuali pemeliharaan rutin) / pembangunan jalan
(output non preservasi). Pekerjaan jembatan atau pelebaran kategori
penambahan lajur dapat dimasukkan ke dalam Long Segment jika
panjang penanganannya pendek (jembatan < 6 meter). Long Segment
harus dijaga tetap menerus (tidak terputus kecuali pada kondisi tertentu).

a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak
terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.

b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi di
luar dari perencanaan biaya yang telah direncanakan.

c. Kualitas sesuai dengan persyaratan.

d. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

2.1.2. Klarifikasi Manajemen

Dalam organisasi perusahaan yang profesional management dapat di


klarifiksaikan sesuai dengan tingkatan, kemampuan, dan strateginya.

1. Tingkatan Manajemen

6
Managemen dalam perusahaan dibagi menjadi 3 tingkatan :

a. Managemen Puncak (Higher Managemen)

Merupakan manager teratas (Top Manager) yang bertugas dan


bertanggung jawab terhadap keseluruhan organisasi atau lembaga

b. Managemen Tengah (Midlle Managemen)

Merupakan managemen yang beraitan langsung dengan bidangnya


dan secara operasional mengkoordinasikan beberapa level seksi
dalam suatu organisasi perusahaan.

c. Managemen Tingkat Bawah (Lower Managemen)

Kegiatan managemen yang berhubungan langsung dengan tingkat


operasional dalam struktur organisasi perusahaan.

2. Kriteria Manajemen

a. Conceptual skill adalah kemampuan mengatur organisasi


perusahaan yang sesuai dengan profesi dan posisinya.

b. Human skill adalah kemampuan menempatkan,


mengkomunikasikan semua kegiatan dengan sumber daya Manusia
(SDM) yang ada.

c. Tecnical skill adalah kemampuan profesional secara oprasional


dalam mengelola suatu kegiatan yang ada kesesuaian dan standar
prosedur operasionalnya.

Secara grafis dari ketiga konsep skill ini secara porsinya yang harus
dikuasai dan dipahami adah sebagai berikut :

Tabel II.1. Kriteria Manajemen

7
A : Tecnical Skill

B : Human Skill

C : Conceptual Skill

2.1.3. Fungsi Manajemen

Manajemen konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi


management pada suatu proyek dengan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Beberapa
diantara fungsi manajemen konstruksi lainnya adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan dari manajemen konstruksi adalah menentukan


apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini
menyangkut pada pengambilan keputusan terhadap beberapa pilihan-
pilihan yang berkaitan pada proses pembuatan konstruksi.

b. Mengorganisasi (Organizing)

Fungsi ini berkaitan dengan usaha manajemen untuk menetapkan jenis-


jenis kegiatan yang perlu dilakukan. Gunanya agar tugas atau kegiatan-
kegiatan tadi lebih mudah ditangani oleh bawahannya karena sudah
terorganisir dengan sangat baik.

c. Penempatan Orang (Staffing)

Fungsi ini meliputi usaha pengembangan dan penempatan orang-orang


yang tepat di dalam jenis-jenis pekerjaan yang sudah direncanakan
awalnya.

8
d. Mengarahkan (Directing)

Fungsi lain dari manajemen konstruksi adalah directing atau biasa juga
disebut supervisi. Fungsi ini menyangkut pembinaan motivasi dan
pemberian bimbingan kepada bawahan untuk pelaksanaan tugas yang
sesuai perencanaan.

e. Mengontrol (Controlling)

Fungsi terakhir adalah controlling. Fungsi ini berguna untuk menjamin


bahwa perencaan bisa diwujudkan secara pasti. Proses kontrol pada
dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa
atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan
menentukan langkah-langkah yang perlu untuk dikoreksi.

2.1.4. Tahapan Kegiatan Proyek Konstruksi

Kegiatan proyek kontruksi bukan merupakan kegiatan instansi pada


umumnya, melainkan kegiatan yang harus dilalui dengan suatu proses yang
panjang dan didalamnya banyak masalah-masalah yang harus
diselesaikan antara lain kebutuhn pemikiran untuk kemugkinan
terlaksanakanya proyek kontruksi memlalui sebuah isu yang tidak lanjut
dengan penyelidikan pendahuluan yang disebut Visibility Study.

Hasil dari FS tadi untuk memutuskan sebuah proyek konstruksi layak atau
tidak layaknya untuk dilaksanakan serta membuat penjelasan tentang
rumusan kebutuhan yang lebih terperinci, ukuran kebutuhan tersebut:

a. Rancangan awal
b. Membuat rancangan yang pasti
c. Memilih calon pelaksana
d. Melaksanakan pembangunan
e. Mengawasi pelaksanaan
f. Memelihara persiapan
g. Pengunaan bangunan

9
Tabel II.2. Tahapan Proyek Konstruksi

Tahapan umum pada proyek konstruksi dapat secara bersamaan dengan


berbagai aspek yang di kaji. Berbagai aspek yang harus dikaji disetiap
tahapan, sehingga menjadi kerangka dasar dari proses konstruksi tersebut
yang dihimpun kedalam beberapa aspek, aspek-aspek tersebut terbagi
menjadi :

a. Aspek Fungsional

Yang berisi konsep umum, pola operasional, program tata ulang, dan
sebagainya.

b. Aspek Lokasi dan Lapangan

Meliputi iklim, Topografi, jalan masuk, prasarana dan formaitas hukum,


dan lain lain.

c. Aspek Konstruksi

Meliputi prrinsip dasar rancangan standar, teknis, karakteristik, bahan


bangunan, metoda membangun, dan keselamatan operasional.

d. Aspek Operasional

Meliputi administrasi proyek biaya keperluan, perawatan dan K3.

Adapun tahapan dalam konstruksi dibagi menjadi beberapa tahap


diantaranya adalah sebagai berikut :

10
1. Studi Kelayakan

Tujuannya adalah untuk menentukan pemilik proyek bahwa yang


diusulkan layak untuk diaksanakan. Kriteria layak meliputi aspek
perencanaan, aspek perancangan, ekonomi, dan lingkungan.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan adalah:

a) Menyusun rancangan proyek secara khusus dan estimasi biaya


untuk menyelesaikan proyek tersebut.

b) Meramalkan manfaat yang diperoleh apabila proyek tersebut


dilaksanakan baik manfaat langsung secra aekonomi maupun tidak.

c) Menyusun analisi kkelayakan pryek baik secara ekonomis maupun


fungsional.

d) Menganalisi dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek


tersebut dilaksanakan.

2. Tahapan Penjelasan

Tujuanya untuk menjelaskan fungsi biaya proyek yang di izikan


sehingga konsultan perencana dapat menaksir secara tepat keinginan
pemilik proyek dengan membuat taksiran biaya yang diperlukan.
Keinginan yang dilakukan pada tahap ini :

a) Menyusun rencana kerja, menunjuk para perencana dan tenaga ahli.

b) Mempertimbangkan kebutuhan pemakaian lokasi lapangan,


perencanaan taksiran biaya dan syarat mutu.

c) Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal taksiran biaya dan


implikasi suatu rencana pelaksanaan.

d) Mempersiapkan peta lokasi skala besar ( 1:500 ), ( 1:1000).

3. Tahapan Perencanaan / Design

Untuk melengkapi pekerjaan proyek menentukan tata letak, rancangan


metode konstruksi, taksiran biaya supaya dapat persetujuan pemilik

11
proyek dan pihak berwenang. Mempersiapkan informasi pelaksanaan
yang diperlukan termasuk gambar rencana, spesifikasi teknis, untuk
melengkapi dokumen kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
rancangan :

a) Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.

b) Memeriksa masalah teknis

c) Meminta persetujuan akhir ikhtisar pemilik proyek

d) Mempersiapkan :

 RAB

 Rancangan inti konstruksi

 Gambar kerja, Spesifikasi teknis, Jadwal kegiatan

 Daftar kuantitas

 RAP

4. Tahapan Pelelangan

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor sebagai


pelaksanan atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang
melaksanakan konstruksi di lapangan.Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tahap ini adalah :

a) Prakualifikasi

Seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa prosedur


agar kontraktor yang berpengalaman dan berkompeten saja yang
diperbolehkan ikut serta dalam pelelangan. Prosedur ini dikenal
sebagai babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan sumber
daya keuangan, manajerial dan fisik kontraktor yang potensial, dan
pengalamannya pada proyek serupa, serta integritras perusahaan.
Untuk proyek-proyek milik pemerintah, Kontraktor yang memenuhi

12
persyaratan biasanya dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM).

b) Dokumen Kontrak

Dokumen kontrak sendiri didefinisikan sebagai dokumen legal yang


menguraikan tugas dan tangjung jawab pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya. Dokumen kontrak akan ada setelah terjadi ikatan
kerjasama antara dua pihak atau lebih. Sebelum hal itu terjadi
terdapat proses pengadaan atau proses pelelangan dimana
diperlukan Dokumen lelang atau dokumen tender.

2.1.5. Tipe-tipe Organisasi Dalam Proyek Kontruksi

Yang mengkoordinir proyek adalah koordinator, bentuk organisasinya:

A. Organisasi Fungsional

1. Mudah dalam pengawasan.

2. Perkembangan perusahaan terbatas.

3. Sema pihak bisa berhubungan langsung.

4. Tujuan dari proyek lemah/kurang.

B. Organisai proyek murni

1. Terdapat beberapa manager proyek

2. Manager diberi kekuasaan penuh

3. Dibawah manager diebntuk departemen yang selalu memberikan


pelaporan tentang kegiatan proyek

4. Dibentuk banyak manager

C. Organisasi Matrik

1. Pengelola proyek ditunjuk managemen konstruksi

13
2. Organisasi matrik ada yang kuat ada yang lemah

Pelaku dalam proyek konstruksi secara umum :

A. Pemilik

B. Pelaksana

C. Konsultan

Pada proyek konstruksi khusususnya bentuk organisasi yang dikaitkan


jenis kontrak dikelompokan menjadi 4 jenis diantaranya :

1. Organisasi tradisional

Dalam struktur organisasi tradisional pihak pemilik mempekerjakan


seorang perencana, dengan tugas merancang bangunan dan spesifiasi
proyek tugas pemilik adalah mengawasi pelaksanaan.

Pembangunan konstruksi dilakukan oleh kontraktor utama yang


memberi jasa kepada pemilik melalui kesepakatan kontrak.

Beberapa pekerjaan kontruksi dapat dilepas atau dikerjakan oleh sub


kontraktor, hubungan sub kontraktor dan main kontraktor terikat dalam
suatu kontrak kerja dibawah pengawasan kontraktor utama dan
bertanggung jawab kepada kontraktor utama.jenis kontrak harga tetap,
harga satuan, maksimum bergaransi kontrak biaya tambah kurang
dengan upah tetap.

2. Organisasi Pembangunan Pemilik

Organisasi ini merupakan turunan dan organisasi tradisional. Pemilik


bekerja dengan kemampuan sendiri, baik diperencanaan maupun
pelaksanaan, sehingga tugas pemilik adalah sebagai perencana dan

14
kontraktor meskipun pemilik sebagai kontraktor beberapa pekerjaan
dapat diberikan pada mainkon dan subkon yang lain.

3. Organisasi Putar Kunci

Pada organisasi ini, kegiatan perencanaan, perangcangan,


pelaksanaan, dilaksanakan oleh satu perusahaan. Beberapa pekerjaan
dilakukan oleh divisi kontraktor atau subkon spesialis, jenis kontrak ini
harga tetap, harga maksimal, dengan biaya upah.

2.1.6. Pihak- Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Kontruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dalam waktu tertentu. Dalam rangkaian kegiatan ini
melakukan proses mengolah sumber daya sehingga menjadi bangunan.
dalam proses ini melibatkan pihak-pihak tertentu sehingga dapat terlaksana
dengan baik, lancar, aman dan sesuai tujuan.

Managemen proyek mempunyai kewajiban sebagai dan atas pemilik untuk


mengkoordinasikan semua pihak yang terlibat supaya tujuan proyek
konstruksi dapat tercapai dengan baik secara optimal.

Sasaran dalam proyek konstruksi yang terlibat sebagai berikut :

A. Pemilik / owner

1. Biaya proyek cukup murah.

2. Keutungan yang ukup besar.

3. Waktu pelaksanaan cukup singkat.

4. Tidak terdapat kesulitan pelaksanaan/lancar.

B. Konsultan

1. Imbalan cukup tinggi terhadap layanan jasa yang diberikan.

2. Jadwal waktu cukup longgar.

3. Informasi tentang proyek cukup lengkap.

15
4. Keputusan yang cepat dan tepat dari pihak pemilik proyek sehubung
dengan pekerjaan.

C. Kontraktor

1. Keuntungan yang didapat cukup besar.

2. Tidak ada keterlambatan gambar dari konsultan perencana.

3. Kemungkinan perubhan desain sangat kecil.

4. Kedatangan alat dan bahan tepat waktu.

5. Tidak ada keluhan dari masyarakat sekitar.

6. Izin-izin pelaksanaan terbit dengan cepat.

7. Penyediaan pelayanan ccepat dan tepat waktu.

8. Proses pembayaran lancar, cepat dan tepat waktu.

D. Pemasok / Supplier

1. Persyaratan mengenai kualitas bahan jelas.

2. Cukup waktu melakukan pengiriman bahan.

3. Keuntungan cukup besar.

4. Pemakaian bahan/ alat yang tidak lazim sangat minim.

5. Toleransi kualitas yang cukup layak.

E. Instansi/ Lembaga Keuangan

1. Program yang diberikan cukup aman.

2. Penggunaan uang pinjaman sesuai jadwal.

3. Keuntungan cukup untuk menutupi pelayanan yang nyaman.

F. Masyarakat

1. Tidak ada gangguan dan kecelakaan selama pelaksanaan.

2. Tidak menimbulkan dampak negatif.

16
3. Dengan adanya proyek, kesejahteraan sosial masyarakat sekitar jadi
lebih baik.

4. Bangunan yang sudah jadi dapat terus dinikmati oleh masyarakat


sesuai dengan fungsi yang layak dan berkualitas.

G. Lembaga pelayanan

1. Sesuai dengan permintaan dan penawaran penyelesaian proyek


harus tepat waktu.

2. Gangguan proyek selama pelaksanaan berlangsung sangat kecil.

H. Lembaga pemerintah

1. Penggunaan gangguan sesuai dengan tujuan awal.

2. Dalam pelaksanaan pembangunan disesuaikan dengan kebijakan


dan peraturan yang berlaku.

I. Ketenagakerjaan/Dokumen Gambar Kerja

1. Gambar-gambar yang dilaksanakan harus diselesaikan tepat waktu.

2. Terjadinya revisi gambar desain sengat kecil.

3. Kedatangan alat dan bahan tepat waktu.

4. Masyarakat disekitar proyek tidak komplen.

5. Metoda pelaksanaan yang diterapkan dengan intruksi yang jelas.

6. Pelayanan tepat waktu.

J. Lembaga-lembaga Eksternal/Internal

1. Jadwal waktu pelaksanaan longgar.

2. Pengumpulan informasi tentang proyek cukup waktu.

3. Pelaksanaan proyek tidak boleh merubah prosedur operasional.

Disamping mengoperasionakan sasaran sesuai dengan tujuan yang sudah


ditetapkan agar dapat tercapai dengan sukses maka masing-masing pihak

17
terlibat dalam proyek konstruksi diperlukan managemen proyek untuk
mengkoordinasikan masing-masing pihak tersebut.

Tabel II.3. Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

2.2. Teori Manajemen Proyek

2.2.1. Pengertian Proyek

Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskann nuntuk mencapai


sasaran yang dinyatakan secara kongkrit serta harus diselesaikan dalam
suatu priode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat
yang terbatas dan begitu kompleks sehingga dibutuhkan pengelolaan dan
kerja sama yang berbeda dari yang biasanya digunakan.

18
Menurut DI Cleland dan Wr. King (1987) proyek merupakan gabungan
berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi sementara untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.

A. Syarat-syarat Dasar Bagi Proyek

Adapun syarat-syarat bagi proyek diantara adalah sebagai berikut:

1. Pemberian kekusaan dari yang berwewenang untuk membuat


batasan proyek.

2. Mengajukan usulan untuk menggunakan waktu, waktu dan faktor


produksi.

3. Mendapatkan persetujuan dari yang berwenang (yang menawarkan


proyek).

4. Memperoleh kesediaan untuk bekerjasama.

5. Adanya keterlibatan dari orang yang berwenang dalam pelaksanaan


proyek.

6. Pemberi informasi terhadap pihak-pihak lain dan pihak-pihak yang


terlibat secara langsung pada proyek.

7. Pimpinan proyek diserahi dengan tugas yang terbatas dan wewenang


yang sah.

8. Adanya pandangan antara departemen dan kemungkinan untuk


menggunakan karyawan baru.

9. Adanya alat pengawasan dan ruangan.

10. Adanya rekan kerja proyek yang memberikan saham (sumbangan)


pada perumusan dan perencanaan proyek.

2.2.2. Timbulnya Proyek

1. Berasal dari pemerintah

19
Contoh : proyek bendungan, jalan raya, irigasi, jembatan untuk
kempentingan umum dan lain-lain.

2. Berdasarkan dai permintaan pasar.

3. Hal ini terjadi bila pasar membutuhkan kenaikan jumlah produk cukup
besar sehingga perlu dibangun perluasan fasilitas produksi (pabrik
baru).

4. Berasal dari penelitian dan pengembangan penelitian dan


pengembangan menghasilkan produk uang sangat besar minatnya
sehingga perlu dibangun produksi baru.

5. Berasal dari dalam perusahaan itu sendiri untuk meningkatkan kualitas


dan kuantitas fasilitas produksi agar dapat melayani permintaan pasar
maupun menpertinggi daya saing.

2.2.3. Macam-macam Proyek

Menurut R.D. Achibald (1976), macam proyek adalah sebagai berikut:

1. Proyek Kapital (Modal)

Meliputi : Pembebasan tanah, pembelian mateerial dan peralatan,


desain mesin dan konstruksi guna pembangunan instalasi pabrik baru.

2. Proyek pengambangan produk baru adalah kegiatan untuk menciptakan


produk baru yang biasanya merupakan gabungan antara proyek kapital
dan proyek riset dan pengembangan.

Contoh : penemuan alat elektronik karaoke.

3. Proyek penelitian dan pengembangan berupa kegiatan untuk


melakukan penelitian dengan sasaran yang ditentukan. Proyek ini dapat
berupa proyek yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu
produk, pelayanan dan metode produksi.

20
4. Proyek sistem informasi adalah kegiatan yang sifatnya spesifik dengan
mempergunakan alat-alat pemprosesan data (data processing personal
dan alat-alat lainnya).

Contoh : proyek penggunaan data prosesing oleh konsultan.

5. Proyek yang berkaitan dengan manajemen perusahaan merancang


reogrganisasi perusahaan merancang program efisien dan
penghematan merancang deversifikasi, merger (penggabungan) dan
pengambilan alihan proyek ini biasanya dikerjakan oleh para konsultan.

2.2.4. Konsep Manajemen Proyek

Menurut H. Kurzner (1982), manajemen proyek adalah merencanakan,


menyusun, organisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber daya
perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.
Lebih jauh lagi manajemen proyek menggunakan pendekatan hirarki
vertikal dan horizontal.

Manajemen proyek merupakan suatu usaha merencanakan,


mengorganisasikan, mengarahkan mengkoordinasi dan mengawasi
kegiatan dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal
waktu dan anggaran yang telah ditetapkan.

Oleh sebab itu maka konsep manajemen proyek meliputi :

1. Proyek merupakan suatu kegiatan yang sifatnya sementara dengan


tujuan tertentu dan memanfaatkan sumber-sumber daya.

2. Manajemen proyek adalah proses pencapaian tujuan proyek dalam


suatu wadah tertentu.

3. Manajemen proyek meliputi langkah-langkah perencanaan, pelaksaan,


pengawasan dan penyelesaian proyek.

4. Kendala/hambatan proyek adalah spesifikasi kerja, jadwal waktu dan


dana.

21
5. Bentuk organisasi atau wadah yang dimaksud dalam manajemen
proyek adalah organisasi fungsional, koordinator, gugus tugas (task
force) dan matrik.

Alasan pemilihan manajemen proyek adalah :

a. Tingakatan tugas-tugas yang diperintahkan meningkat.

b. Cepatnya perkembangan teknik baik teori maupun praktik.

c. Biaya meningkat, lamanya bisa dipakai suatu barang menurun dan


hilangnya nilai suatu barang.

d. Risiko-risiko dan biaya-biaya proyek si masa datang dapat menurun.

A. Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)

Selain berbentuk bangunan di atas telah disebutkan bahwa tiap proyek


memiliki tujuan khusus, misalnya membangun rumah tinggal, jembatan,
atau instalasi pabrik. Dapat pula berupa produk hasil kerja penelitian dan
pengembangan. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada
batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang
Biaya
dialokasikan, jadwal, serta mutu
| yang harus dipenuhi. Ketiga hal
Anggara
tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang
sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan di atas
disebut tiga kendala (triple constraint). Perhatikan Gambar 2.1.

Biaya
|
Jadwal Anggara Mutu
| |
Waktu Kinerja

Gambar II.1. Sasaran Proyek yang juga merupakan tiga kendali (triple
Jadwal Mutu
| constraint) |
Waktu Kinerja

22
 Anggaran Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana
dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaan bertahun-tahun,
anggarannya tidak hanya ditentukan secara total proyek, tetapi
dipecah atas komponen-komponennya atau per periode tertentu
(misalnya, per kuartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan
keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek
pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.

 Jadwal Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan


tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk
baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang
ditentukan.

 Mutu Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi


dan kriteria yang dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan
proyek tersebut berupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus
dipenuhi adalah pabrik harus mampu beroperasi secara memuaskan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Jadi, memenuhi
persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan
atau sering disebut sebagai fit for the intended use.

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin


meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka
umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya
berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya,
bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan
mutu atau jadwal.

B. Siklus Proyek (Project Life Cycle).

Menurut H. Kerzner dan H. J. Thanhain (1986), siklus proyek merupakan


kegiatan mulai dari awal kemudian bertambah macam dan intensitasnya
sampai puncak, turun dan berakhir. Yang masing-masing tahap memiliki

23
kegiatan-kegiatan khusus baik kompleksitas, ukuran, jadwal maupun
biaya yang diperlukan.

Kompleksitas suatu proyek tergantung pada :

1. Jumlah macam ragam kegiatan.

2. Macam dan jumlah hubungan kegiatan di dalam suatu proyek dan


pihak luar.

Gambar II.2. Siklus Proyek


(Sumber : Buku Manajemen Proyek)

Konsepsional proyek : - Sasaran

- Lingkup kerja

- Keperluan

- Kelayakan

Definisi proyek : - Rencana

- Anggaran

- Jadwal

- Dokumen tender

- Komitmen manajemen

24
Penyususnan organisasi : - Struktur Organisasi

- Pembentukan tim

- Tanggung jawab/wewenang

- Rencana pelaksanaan terinci

Pelaksanaan proyek : - Pengelolaan

- Pengendalian

- Merencanakan kembali

- Pemecahan masalah

Penyelesaian proyek : - Penyususnan dokumen

- Penugasan kembali (demobilisasi)

- Pembubaran organisasi

- Penutupan proyek

Biasanya dalam setiap akhir tahap diadakan pengkajian dan keputusan


apakah proyek tersebut dapat diteruskan atau tidak ketahap berikutnya.
Hasil dari setiap tahap terdahulu merupakan masukan utama bagi tahap
berikutnya. Dengan demikian seluruh kegiatan ini merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang berkesinambungan.

C. Sistematika Pentahapan Menurut UNIDO (United Nation Industrial


Development Organization).

“Permkumpulan organisasi pembangunan industri nasional”.

a. Tahap persiapan

1. Awalpada tahap ini kegiatan dipusatkan untuk merumuskan


gagasan/ide yang timbul, seperti :

- Mengidentifikasi dan menganalisa tujuan gagasan/ide yang


timbul;

- Gagasan dikembangkan menjadi konsep-konsep alternatif;

25
- Mengidentifikasi dan mengklarifikasikan konsep tersebut;

- Mengkaji konsep alternatif dari semua aspek yaitu ekonomi,


teknis, pemasaran, pendanaann dan dampak lingkungan
(andal dan amril);

- Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan perkiraan


jadwal pelaksanaan.

Lalu mulai difikirkan staregi pelaksaan seandainya ide itu


menjadi proyek.

2. Lanjutan, merupakan pemantapan kegiatan sementara dan


melanjutkan kegiatan yang telah dirintis sebelumnya.

- Membulatkan rumusan gagasan menjadi suatu proyek yang


jelas lingkup kerja dan sasarannya;

- Menyusun perencanaan proyek lebih realistis dalam bentuk


perkiraan biaya dan rencana jadwal induk;

- Melanjutkan dan menyimpulkan hasil-hasil pengkajian dalam


aspek ekonomi, pasar, dana dan dampak lingkungan;

- Menyusun orgamisasi pelaksana dan identifikasi personal


untuk mengisinya;

- Menyiapkan dokumen dan konsep prosedur yang diperlukan


untuk pelaksanaan pembangunan, misal dokumen lelang,
dokumen kontrak, konsep prosedur kerja dan koordinasi.

Setelah aktivitas-aktivitas di atas dilakukan maka selanjutnya


diadakan penanda tanganan KONTRAK KERJASAMA.

b. Tahapan Pelaksanaan Proyek

 Menyiapkan rincian desain engineering sampai memproduksi


gambar-gambar dan spesifikasi untuk kegiatan pembelian dan
konstruksi.

26
 Menyusun anggaran definitif dan jadwal induk proyek.

 Mobilisasi pengerahan tenaga kerja, pembelian material dan


peralatan dilanjutkan dengan konstruksi dan fasilitas-fasilitas
pendukung (Fas. Ultility), pengendalian dan instrumen,
penimbunan bulan mentah dan hasil prod, sistem keamanan dan
pemadam kebakaran, pencegah pencemaran, pelabuhan dan
dermaga.

 Persiapan kegiatan serah terima proyek yang akan selesai, yaitu:

a. Inspeksi dan pengujian akhir.

b. Ujian coba pra operasi.

c. Star-up.

 Persiapan kegiatan penyelesaian administrasi dan keuangan


sampai proyek dinyatakan selesai secara keseluruhan dan
ditutup.

2.2.5. Perencanaan Proyek

A. Organisasi Proyek

Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap


perserikatan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Chester I.
Barnard¸ organisasi sebagai suatu sistem dari pada aktivitas kerjasama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

a. Fungsi Organisasi

1. Merupakan sasaran dimana para peserta atau anggota


bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin
diperoleh bila kita bekerja sendiri-sendiri.

2. Memberikan pengetahuan secara kontinue, baik mengenai

- Pengaturan bagaimana bekerja sama.

27
- Adanya pembagian pekerjaan untuk menghindari tumpang
tindih.

- Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab.

b. Struktur Organisasi / Bagan Organisasi

Adalah suatu diagram yang menunjukan fungsi-fungsi departemen


atau posisi dalam organisasi dan bagaimana mereka saling
berhubungan.

Dalam struktur organisasi tergambar adanya :

1. Pembagian pekerjaan;

2. Pimpinan dan bawahan;

3. Tipe-tipe pekerjaan yang harus dilakanakan;

4. Tingkatan-tingkatan dalam manajer.

B. Menyusun Tim Proyek

Tim proyek perusahaan (kontraktor utama) biasanya terdiri dari :

a. Manajemen proyek sebagai kepala tim proyek.

Harus mampu mengelola bebagai macam kegiatan, sejumlah besar


tenaga kerja dan tenaga ahli terutama dalam aspek perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan, seperti jadwal, biaya dan mutu. Pada tahap
pembangunan ia harus mampu mengitegrasikan dan
mengsinkronisasikan kegiatan menjadi suatu kegiatan yang terpadu
dalam rangka mencapai sasaran.

Kriteria manajer proyek :

1. Mempunyai orientasi yang kuat pada pencapaian tujuan, seperti :

- Kaya akan inisiatip

28
- Luwes dalam pendekatan tanpa mengorbankan sasaran
pokoknya

- Bertanggung jawab

- Kritis

2. Bergairah terhadap tantangan, yaitu ia harus memiliki sikap yang


selalu bersedia dan siap menghadapi tantangan juga harus dapat
meyakinkan kepada bawahan bahwa persoalan-persoalan
tersebut adalah wajar dan merupakan tantangan yang harus
dihadapi.

Dan ia juga harus mengantisipasi persoalan dengan tidak jemu-


jemunya mengkaji dan menganalisis masalah tersebut dan
mempersiapkan alternatif-alternatfi pemecahannya.

3. Menguasai aspek hubungan antara manusia karena adanya


hubungan vertikal dan horizontal.

4. Generalisasi san spesifikasi, yaitu menguasai keseluruhan


kegiatan agar tercipta sinkronisasi kegiatan di bidang-bidang
fungsional menjadi suatu kegiatan yang terpadu.

5. Kekuasaan berasal dari keahlian (expert power) dan referent


power.

- Expert power : kemampuan untuk mengajak anggotanya untuk


melakukan sesuatu demi terselenggaranya porek, karena ia
dianggap memiliki pengetahuan.

- Referent power : kemampuan untuk membuat para peserta


proyek tanggap terhadap keinginan-keinginannya.

b. Tim proyek bertugas penuh (full time) untuk proyek

Faktor-faktor yang menentukan ukuran tim proyek yang timbul karena


manajer proyek berkeinginan anggota proyek bekerja sepenuhnya

29
kepadanya organisasi gugus tugas sehingga mengakibatkan
pengorbanan tujuan dasar perusahaan, yaitu :

a. Besar kecilnya ukuran lingkup proyek

b. Kompleksitas suatu proyek

c. Macam kontrak, biasanya yang berdasarkan harga berubah-ubah


membutuhkan lebih banyak karyawan untuk administrasi.

Kontrak : 1. Kontrak harga tetap :

a. harga tetap dengan eskalasi (dapat disesuaikan


naik turunnya)

b. harga tetap dengan perangsang bila lebih awal


selesainya

c. kontrak dengan satuan tetap seperti M3 (kubik)


untuk pembuatan jalan raya pengerukan
pelabuhan.

2. Harga tidak tetap :

a. harga tidak tetap dengan suatu batas maksimal

b. harga tidak tetap dengan risiko ditanggung


bersama

c. harga tidak tetap dengan biaya berubah-ubah.

d. Keinginan pemilik memperoleh informasi yang lengkap, seperti :


latar belakang evaluasi dan perhitunngan peralatan, dokumen
lelang dan lain-lain.

e. Faktor geografi dan komunikasi antara lokasi proyek dengan


kantor pusat, seperti lokasi proyek di negara berkembang dengan
kantor pusat di luar negeri untuk kontraktor luar negeri.

f. Adanya kepentingan khusus bagi perusahaan, seperti akan


mendapatkan kontrak-kontak baru.

30
Kriteria yang disarankan oleh R. D. Archinbald untuk memindahkan
personal secara permanen kedalam tim inti yaitu:

1. Mereka yang berhubungan dengan aspek-aspek manajemen dari


proyek.

2. Mereka yang diperlukan full time sekurang-kurangnya 6 bulan


berturut-turut.

3. Mereka yang sifat pekerjaanya memerlukan selalu dekat


berhubungan dengan manajer proyek atau tim inti proyek.

4. Mereka yang tidak dapat diawasi san dikendalikan karena sebab-


sebab geografis maupun pertimbangan-pertimbangan organisasi.

2.3. Teori Teknis Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak


rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya
serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan.
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu
proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur
sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang
sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai.

Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan


dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai
dengan kualitas yang diharapkan. Pada umumnya, proyek melibatkan
beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama
proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif untuk
menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.

Tujuan utama proyek adalah memuaskan kebutuhan pelanggan.


Disamping kemiripan, karakteristik dari sebuah proyek membantu
membedakan proyek tersebut dari yang lainnya dalam organisasi.
Karakteristik utama proyek adalah :

31
- Penetapan tujuan

- Masa hidup yang terdefinisi mulai dari awal hingga akhir

- Melibatkan beberapa departemen dan profesional

- Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya

- Waktu, biaya dan kebutuhan yang spesifik.

2.3.1. Pengertian tender

Menurut Sudarsono, 2007 Tender adalah suatu hal yang berkaitan dengan
kegiatan memborong pekerjaan atau menyuruh pihak lain untuk
memborong ataupun mengerjakan sebagian ataupun seluruh pekerjaan
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Secara umum tender meliputi
tawaran pengajuan harga untuk :

a. Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan

b. Menjual barang atau jasa

c. Membeli barang atau jasa, dan

d. Mengadakan barang atau jasa.

2.3.2. Jenis - jenis tender

Berdasarkan kepemilikan dapat dibedakan atas :

a. Proyek Pemerintah

Pengadaan barang/jasa di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan


pedoman Keputusuan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 berserta
perubahannya dalam pelaksanaannya melalui metode pelelangan
umum untuk pemilihan/seleksi penyedia jasa yang terbagi menjadi 5
(lima) metode, yaitu :

1. Pelelangan umum, metode pemilihan penyedia barang / pekerjaan


kosntruksi / jasa lainnya untuk semua pekerjaan dapat diikuti oleh

32
semua penyedia barang / pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang
memenuhi syarat.

2. Pelelangan terbatas, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan


konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang
mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang
kompleks.

3. Pemilihan langsung, adalah metode pemlihan penyedia pekerjaan


konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

4. Penunjukan langsung, adalah metode pemilihan penyedia


barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia
barang/jasa.

5. Pengadaan Langsung, adalah pengadaan barang / jasa langsung


kepada penyedia barang / jasa, tanpa melalui pelelangan / seleksi /
penunjukan langsung.

b. Proyek Swasta

Ketentuan mengenai tender proyek milik swasta biasanya diatur sendiri


oleh masing-masing pemilik. Meskipun demikian, ketentuan tersebut
mengacu pada standar kontrak tertentu, misalnya standar internasional
seperti (Laoren, 2009 pp:27-29) FIDIC ( Federati Internationale Des
Ingenieurs Conseil ). Pada umumnya dilakukan dengan cara tender
terbatas, dengan mengundang beberapa kontraktor yang sudah dikenal.

Perkembangan saat ini adalah dalam memilih kontraktor yang diundang,


pemilih (owner terlebih dahulu mengundang beberapa calon kontraktor
untuk melakukan presentasi tentang kemampuan mereka dalam
melaksanakan proyek yang akan dilelangkan. Berdasarkan cara
pembukaan dokumen penawaran, tender dapat dibedakan menjadi :

33
1. Tender terbuka, yaitu pembukaan dan pembacaan dokumen
penawaran dari peserta dilakukan didepan seluruh peserta,
sehingga masing-masing mengetahui harga penawaran pesaingnya.

2. Tender tertutup, dimana dokumen penawaran yang masuk tidak


dibacakan di depan seluruh peserta tender, bahkan kadang-kadang
para peserta tidak saling mengetahui siapa pesaingnya.

2.3.3. Kriteria penyedia jasa konstruksi

Sesuai dengan prinsip terbuka, Penyedia barang dan jasa dapat diikuti oleh
semua penyedia barang / jasa yang memenuhi persyaratan / kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas. Dari pengertian
prinsip tersebut, penyedia barang/jasa harus memenuhi persyaratan /
kriteria tertentu.

Dalam proses pemilihan penyedia, terdapat 2 jenis persyaratan / kriteria


yaitu : Kriteria yang berkaitan dengan kualifikasi dari penyedia barang / jasa
dan Kriteria yang berkaitan dengan barang/jasa yang ditawarkan penyedia
barang / jasa.

2.3.4. Konsultan Manajemen Konstruksi

Konsultan Manajemen Konstruksi pada proses pembangunan berfungsi


sebagai mediator dan wakil dari pemberi tugas atau pemilik kegiatan dalam
menjalankan komunikasi dengan para pelaksana kegiatan yang lain.
Keberadaannya sangat diperlukan mengingat pemilik kegiatan tidak
sepenuhnya memiliki sumberdaya manusia yang kompeten maupun waktu
yang cukup untuk mengelola, mengendalikan dan mengawasi kegiatan
persiapan pelaksanaan sampai dengan serah terima pekerjaan.

1. Lingkup pekerjaan konsultan manajemen konstruksi.

34
Manajemen Konstruksi diharapkan menjadi mediator dalam
komunikasi, konsultasi, kontrol dan pengendali dari apa yang mungkin
timbul di lapangan pada saat tahapan pelaksanaan konstruksi berkaitan
dengan adanya perbedaan antara perencanaan dan pelaksanaan
sehingga bisa terselesaikan dengan baik.

2. Lingkup Tugas Konsultan Manajemen Konstruksi Sebelum Pelaksanaan


Konstruksi.

Lingkup tugas Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum pelaksanaan


konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Membantu owner dalam menyusun anggaran biaya dan lingkup


pekerjaan disesuaikan dengan pagu anggaran yang tersedia.

b. Membantu owner dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas


pengajuan kontraktor terhadap anggaran biaya dan lingkup
pekerjaan disesuaikan denganpagu anggaran yang tersedia.

c. Membantu menyiapkan draf surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan


konstruksi fisik.

3. Lingkup Tugas Konsultan Manajemen Konstruksi Pada Pelaksanaan


Konstruksi.

Adapun lingkup pekerjaan konsultan manajemen konstruksi dalam


masa pelaksanaan pembangunan adalah sebagai berikut :

a. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun oleh


pelaksana konstruksi yang meliputi program pencapaian sasaran
fisik, penyediaan dan penggunaan sumber daya berupa tenaga
kerja, peralatan dan perlengkapan bahan bangunan, informasi,
dana, program quality assurance, quality control dan program
kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

b. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi


program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya,

35
pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan
kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan,
pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan
keselamatan kerja.

c. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan


manajemen yang timbul, usulan koreksi program serta melakukan
koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

d. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam


pelaksanaan konstruksi fisik.

e. Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas :

- Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelelangan


konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan
pekerjaan di lapangan.

- Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode


pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya
pekerjaan konstruksi.

- Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,


kuantitas dan laju pencapaian volume / realisasi fisik.

- Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk


memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan
konstruksi.

- Menyelenggarakan rapat lapangan secara berkala, membuat


laporan mingguan dan bulanan pekerjaan manajemen konstruksi,
dengan masukan hasil rapat lapangan, laporan harian, mingguan
dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat oleh
pelaksana konstruksi.

36
- Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan
pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan
konstruksi.

- Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanan yang diajukan oleh


pelaksana konstruksi.

- Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di


lapangan sebelum serah terima I.

- Menyusun daftar cacat sebelum serah terima I dan mengawasi


perbaikannya pada masa pemeliharaan.

- Bersama-sama dengan penyedia jasa perencanaan menyusun


petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.

- Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah


terima I, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah terima II
pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan untuk pembayaran
angsuran pekerjaan konstruksi.

- Membantu mengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan


dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari Pemerintah,
Kabupaten / Kota setempat.

f. Menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen konstruksi.

- Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai suatu lembaga yang


berfungsi Integral dan profesional mempunyai tugas yang lebih
panjang dalam suatu proses pengadaan suatu kegiatan proyek
dimana diantaranya membantu pemberi tugas dalam proses
pengadaan konsultan perencana, jasa pelaksana hingga
pelaksanaan di lapangan sampai masa pemeliharaan konstruksi.

- Konsultan Manajemen Konstruksi secara sistemik dan


proporsional akan berfungsi manajerial dalam setiap proses.
Pengadaan Konsultan Perencana yang akan membuat dokumen

37
perencanaan terhadap fasilitas yang dikehendaki oleh pemberi
tugas dan pengadaan Pelaksana Fisik / Kontraktor yang akan
melaksanakan pembangunan fisik dari yang telah direncanakan.

- Manajemen Konstruksi sebagai suatu institusi yang berfungsi


Integral dan turut serta memahami hasil perencanaan hingga
diaplikasikan dalam pelaksanaan. Konsultan Manajemen
Konstruksi merupakan wakil dari pemberi tugas dalam
mengendalikan proses pembangunan. Dengan Konsultan
Manajemen Konstruksi ini diharapkan akan dapat menjawab
pertanyaan - pertanyaan awal sebagai berikut :

 Bagaimana metode yang tepat dan efisien untuk


mendudukkan klien (pemberi tugas) dalam situasi yang
menguntungkan dilihat dari kemampuan untuk
bernegosiasi secara teknis dengan perencana dan
Kontraktor.

 Bagaimana mengoptimalkan hasil perencanaan dan


pelaksanaan sehingga dapat menghasilkan produk yang
dikehendaki baik untuk mutu, waktu dan biaya.

 Bagaimana metoda yang tepat agar dapat menghemat


waktu akibat tersita permasalahan yang timbul di lapangan.

- Konsultan MK bekerja mulai dari persiapan Tahap Pelelangan


Kontraktor (bila diperlukan membantu proses pelelangan
Kontraktor), pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik dan
pengawasan pelaksanaanmasa pemeliharaan dan penyusunan
kontraknya.

4. Maksud Keberadaan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Maksud diadakannya Konsultan Manajemen Konstruksi adalah secara


garis besar sebagai berikut :

38
a. Untuk mencapai penyelesaian pelaksanaan kegiatan pembangunan
mulai dari Perencanaan, Pembangunan dan Pemeliharaan dalam
waktu yang telah disepakati dalam rangka penghematan waktu,
dengan biaya yang serendah– rendahnya dalam rangka
penghematan biaya dengan mutu yang setinggi– tingginya.

b. Membentuk faktor – faktor sistem agar terbentuk pengelolaan


kegiatan yang dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

c. Mengendalikan aliran informasi antara berbagai tahap


pelaksanaan untuk mendapatkan kesatuan bahasa dan gerak
serta kelancaran pelaksanaan.

d. Mengendalikan pengaruh timbal balik antara proyek/kegiatan


dengan lingkungannya agar didapat (1) koordinasi yang baik
dengan instansi yang terkait, (2) arah perkembangan proyek yang
lebih baik, (3) penerapan teknologi yang tepat (4)
pendokumentasian dan administrasi proyek yang baik.

e. Menyelaraskan disain produk dan pelaksanaannya sesuai


dengan yang diharapkan.

5. Tujuan Keberadaan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Sedangkan tujuan akhir dari diadakannya Konsultan Manajemen


Konstruksi adalah untuk mendapatkan hasil akhir pembangunan
dengan mutu yang maksimal, hemat biaya, hemat waktu dan tertib
administrasi, untuk itu tujuan diadakannya Konsultan Manajemen
Konstruksi adalah untuk melakukan pengendalian sebagai berikut:

a. Pengendalian Mutu.

- Menyediakan dan memberikan layanan konsultasi pada tahap


perencanaan sehingga hasil perencanaan bisa mencapai
sasaran mutu yang diinginkan.

39
- Mengawasi dan menyetujui pemakaian bahan, peralatan dan
metode pelaksanaan konstruksi termasuk merekomendasi
perubahan/subsitusi material apabila diperlukan tanpa merubah
nilai kontrak pemborongan.

- Menyelenggarakan dan memimpin rapat persiapan pelaksanaan


pekerjaan (pre-operation meeting / kick off meeting). Rapat
berkala dan rapat-rapat khusus dalam rangka pengendalian mutu
pelaksanaan konstruksi di lapangan.

- Meneliti, memeriksa dan menyetujui gambar kerja/shop drawing


yang dibuat oleh kontraktor sebelum pekerjaan mulai
dilaksanakan di lapangan.

- Menyusun daftar cacat (defect list) sebelum serah terima pertama


pekerjaan dan mengawasi/mengontrol pelaksanaan
perbaikannya selama masa pemeliharaan.

- Meneliti dan memeriksa gambar (as built drawing) yang dibuat


oleh kontraktor sebelum serah terima pertama.

b. Pengendalian Waktu.

- Mengawasi pelaksanaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas


dan laju pencapaian volume/realita fisik berdasarkan jadwal yang
sudah disepakati sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dimulai.

- Menyusun updating time schedule pelaksanaan apabila terjadi


penyimpangan pelaksanaan di lapangan terhadap master
schedule dalam rangka pencapaian target yang sudah disepakati
sebelumnya.

c. Pengendalian Biaya.

40
- Menyetujui dan merekomendasikan pekerjaan tambah kurang
disertai dengan pertimbangan teknis dan harga kepada
Pengguna Anggaran sebelum dilaksanakan di lapangan.

- Menyusun Berita Acara persetujuan kemajuan/progres prestasi


pekerjaan untuk pembayaran angsuran/termijn.

d. Administrasi Pelaksanaan Pekerjaan.

- Membantu kontraktor dalam menyusun laporan Harian,


mingguan, bulanan dan laporan pekerjaan berdasarkan
pemantauan progres pelaksanaan konstruksi.

- Menyusun Berita Acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk


pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan serta serah
terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.

- Membantu Konsultan Perencana menyusun Manual Petunjuk


Operasional dan Pemeliharaan/Perawatan Bangunan Gedung
termasuk fasilitas pendukungnya serta petunjuk yang
menyangkut peralatan dan perlengkapan Mekanikal-
Elektrikalnya.

- Membantu Pengelola Proyek mempersiapkan dan menyusun


dokumen pendaftaran Gedung.

Membantu Pengelola Proyek mengurus sampai mendapatkan Ijin


Penggunaan Bangunan ( IPB ) dari Dinas / Instansi yang berwenang.

2.4. Teori Kesehatan Keselamatan Kerja Dan Lingkungan (K3L)

Derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi di tempat kerja merupakan


hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak
normatif lainnya. Perusahaan hendaknya sadar dan mengerti bahwa
pekerja bukanlah sebuah sumber daya yang terus-menerus dimanfaatkan
melainkan sebagai makhluk sosial yang harus dijaga dan diperhatikan
mengingat banyaknya faktor dan resiko bahaya yang ada di tempat kerja.

41
Selain perusahaan, pemerintah juga turut bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan kerja.

Demikian juga dengan pekerjaan jasa konstruksi bangunan dilaksanakan


dengan bertahap yaitu mulai dari tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan
dan tahapan pemeliharaan pembongkaran. Melihat berbagai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi dan belum optimal
pengawasan karena begitu kompleksnya pekerjaan konstruksi dan
kurangnya pengawasan terhadap K3 konstruksi. Hal ini menyebabkan
proses kerja konstruksi dan kondisi tempat kerja mengandung potensi
bahaya.

Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan dengan


dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3
yaitu UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Hal ini menjadi penting dalam penerapannya di Perusahaan, sebagai
bentuk dari hak tenaga kerja mendapatkan keselamatan dalam melakukan
aktifitas kerja serta terciptanya suasana kerja dan lingkungan yang sehat.
Sesuai proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti terjatuh, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja
wajib menerapkan sistem manajemen K3.

Kegiatan observasi lapangan ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) dalam
mengobservasi bahaya-bahaya di tempat kerja.

2.4.1. Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi

Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki
risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama
kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan
dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang
berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang
terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak

42
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan
manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja
bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis yang
cukup signifikan.Dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan proyek
konstruksi, pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan
yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian.

Pada ke dua jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung
serius bahkan sering kali mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh
dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi pada pekerja
yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya
kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko
tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali
mengabaikan penggunaan peralatan pelindung yang sebenarnya telah
diatur dalam pedoman K3 konstruksi.

2.4.2. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko dan


dilakukan berdasarkan penilaian risiko terhadap masing-masing item
pekerjaan. Dengan mempertimbangkan peralatan yang digunakan, jumlah
orang yang terlibat pada masing-masing item pekerjaan, akan dapat
diprediksi peluang kejadian dan tingkat keparahan dari risiko kecelakaan.
Menurut hirarki cara berpikir dalam melakukan pengendalian risiko adalah
dengan memperhatikan besaran nilai risiko/ tahapan pengendalian
risiko,seperti berikut :

1. Mengeliminasi/menghilangkan sumber bahaya terhadap kegiatan yang


mempunyai tingkat risiko yang paling tinggi/besar.

2. Melakukan substitusi/mengganti dengan bahan atau proses yang lebih


aman.

43
3. Engineering: Melakukan perubahan terhadap desain alat /proses
/layout.

4. Administrasi: Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan


/standar untuk mengajak melakukan cara kerja yang aman (menyangkut
tentang prosedur kerja, ijin kerja, instruksi kerja, papan
peringatan/larangan, pengawasan/inspeksi, dsb).

5. Penggunaan alat pelindung diri (APD).

2.4.3. Kebijakan Penerapan SMK3 Konstruksi

Kebijakan Departemen PU dalam penerapan SMK3, dalam rangka


mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta upaya
untuk mewujudkan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada
tempat kegiatan konstruksi bidang pekerjaan umum. Departemen
Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.09/PRT/M/2008 Pedoman Sistem tentang Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Sesuai
dengan maksud dan tujuan diterbitkannya peraturan menteri tersebut
adalah untuk memberikan acuan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraaan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum, yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan terkoordinasi serta
semua pemangku kepentingan agar mengetahui dan memahami tugas dan
kewajibannya dalam penerapan SMK3. Berdasarkan Peraturan Menteri PU
No. 09/PER/M/2008, tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang
merupakan acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum, UU.No. 18
Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi,dimana mensyaratkan Ahli K3 pada
setiap proyek / kegiatan terutama pada kegiatan yang memiliki resiko tinggi.

44
2.4.4. Metrik Program K3L

Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan setiap


ada tamu ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja proyek.

1. Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk


sosialisasi dan pembahasan mengenai seluruh permasalahan
penerapan K-3L dan Lingkungan selama masa pelaksanaan proyek.
Pelaksanaan Safety talk setiap 1 minggu sekali.

2. Safety Health and Environmental Patrol/Inspection Kegiatan ini


dilaksanakan secara rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-
3L di seluruh lingkungan proyek dan menjaga konsistensi pelaksanaan
K-3L.

3. Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting


dilaksanakan seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas
permasalahan dan kejadian yang terjadi dan rencana tindak lanjut untuk
memperbaikinya serta membahas permasalahan yang mungkin terjadi
serta langkah-langkah pencegahannya.

4. Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan


insidental bertujuan untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan dalam
pelaksanaan standar K-3L di lingkungan proyek terhadap peraturan
yang diberlakukan dalam lingkungan perusahaan.

5. Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh


komponen proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja
mengenai K-3L, P3K dan respon terhadap keadaan darurat.

2.5. Definisi Bill of Quantity / RAB

Rencana Anggaran Biaya adalah suatu bangunan atau proyek adalah


perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta
biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau
proyek. Anggaran biaya merupakan harga dari bahan bangunan yang

45
dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada
bangunan yang sama akan berbeda- beda di masing- masing daerah,
disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.

Estimasi biaya dalam suatu proyek konstruksi biasanya disajikan dalam


bentuk Bill of Quantity. Bill of Quantity ini berisikan tiga hal pokok yaitu
deskripsi pekerjaan, kuantitas (volume)+unit dan harga satuan pekerjaan.
Data yang dikumpulkan dimaksudkan untuk memperoleh perhitungan
harga satuan pekerjaan yang dibatasi berupa data berbagai jenis dan harga
bahan serta data upah pekerjaan. Harga satuan pekerjaan itu sendiri dalam
penelitian ini dibatasi hanya ditentukan dari harga bahan, upah pekerjaan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Data-data tersebut dikumpulkan dan disimpan dalam suatu database


menggunakan program Microsoft Access, selanjutnya dengan
menggunakan program Microsoft Visual Basic dapat dibuat program Sistem
Informasi Estimasi Biaya untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan yang
diinginkan. Untuk dapat mengaplikasikan harga satuan pekerjaan yang
telah dibuat tersebut ke dalam Bill of Quantity dipergunakan program
Microsoft Excel.

Hasil akhir pemakaian program ini adalah sekumpulan harga satuan


pekerjaan yang ragam atau jenisnya ditentukan dari ragam atau jenis
pekerjaan sesuai kebutuhan proyek yang tertera dalam Bill of Quantity.

Harga atau nilai rupiah suatu proyek hingga selesai harus dituangkan
secara lengkap di dalam RAB. RAB atau BOQ yang benar adalah
menampilkan semua volume gambar tender secara real dan
memperhitungkan waste. Pengertian waste di sini adalah kemungkinan
terbuangnya material dari total volume yang di tuangkan di dalam RAB
sebagai contoh adalah perhitungan yang berhubungan dengan meter lari
seperti pipa, kabel, kabel tray, ducting dll. Setelah itu ada sub bagian lain
dari RAB yaitu harga satuan. Harga satuan terbagi atas bahan dan upah
dan sebaiknya terpisah nilainya karena akan memudahkan kita untuk

46
mengevaluasi RAB jika satu waktu terjadi negosiasi ataupun perubahan
lingkup kerja.

Nilai proyek juga harus memperhitungkan prelimineris atau pekerjaan


persiapan. Pekerjaan persiapan adalah nilai nilai yang menyangkut
terhadap kesinambungan proyek di luar material dan upah. Nilai tersebut
harus di hitung secara mendetail agar penunjang proyek dapat terus
terfasilitasi hingga proyek selesai. Banyak item di pekerjaan persiapan
salah satu contohnya adalah pembuatan direksi keet atau ruang meeting di
lapangan, listrik kerja, air kerja dll.

Perhitungan RAB harus juga bisa memperhitungan profit perusahaan. Profit


tersebut harus bisa tersebar secara merata di setiap item material maupun
upah. Nilai besaran dari profit sangat fareatif dan banyak faktor yang di
perhitungkan untuk menentukan nilai persen dari profit biasanya faktor yang
sangat berpengaruh adalah tingkat kesulitan dari suatu proyek disamping
faktor faktor lain seperti lokasi proyek, tingkat keamanan proyek dan faktor
repeat order atau proyek berkesinambungan.

Untuk menentukan mark up nilai proyek faktor lain yang perlu di


perhitungkan adalah PPH atau pajak penghasilan, nilai fee dan nilai
negosiasi. PPh berkisar antara 2 sampai dengan 3 persen dan itu
merupakan kewajiban dari perusahaan yang harus di anggarkan di setiap
proyek dan jika PPh bisa di siasati bisa di turunkan nilai persen tersebut.

Nilai fee adalah nilai yang harus di anggarkan jika kita membuat sebuah
perjanjian fee pada seseorang jika memenangkan tender suatu proyek. Dan
yang terakhir adalah negosiasi, negosiasi adalah nilai yang bisa kita
rancang sebagai bentuk dari strategi kita untuk memenangkan tender.

2.6. Pengertian Struktur

Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses


perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur

47
seni dan sains yang membutuhkan keahlian dalam mengolahnya. Proses
ini dibedakan menjadi dua bagian (Zuhriyadi, 2008).

1. Tahap pertama

Desain umum yang merupakan peninjauan umum dari garis besar


keputusan-keputusan desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternatif
yang memungkinkan. Tata letak struktur, geometri atau bentuk
bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai dan material bangunan telah
ditetapkan dengan pasti pada tahap ini.

2. Tahap kedua

Desain terperinci yang antara lain meninjau tentang penentuan besar


penampang lintang balok, kolom, tebal pelat dan elemen struktur
lainnya. Kedua proses ini saling mengait. Secara garis besar, struktur
bangunan dibagi menjadi 2 bagian sama, yaitu struktur bangunan di atas
tanah sering disebut struktur atas (upper structure), sedangkan struktur
bangunan yang ada di dalam tanah, sering disebut struktur bawah (sub
structure).

2.6.1. Struktur Atas

Struktur atas atau upper structure adalah elemen bangunan yang berada di
atas permukaan tanah. Dalam proses perencanaan Gedung EST ini
meliputi : atap, pelat, kolom, balok, balok anak, dan tangga.

a. Atap

Atap adalah struktur yang berfungsi melindungi bangunan beserta apa


yang ada di dalamnya dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk atap
tergantung dari beberapa faktor, misalnya : iklim, arsitektur, modelitas
bangunan, dan menyerasikannya dengan rangka bangunan atau bentuk
daerah agar dapat menambah keindahan dari bangunan tersebut.

b. Pelat

48
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin
tulangannya dua arah atau satu arah saja, tergantung pada sistem
strukturnya. Kontinuitas penulangan pelat diteruskan ke dalam balok-
balok dan diteruskan ke dalam kolom. Dengan demikian sistem pelat
secara keseluruhan menjadi satu-kesatuan bentuk rangka struktur
bangunan kaku statis tak tentu yang sangat kompleks.

Perilaku masing-masing komponen struktur dipengaruhi oleh hubungan


kaku dengan komponen lainnya. Beban tidak hanya mengakibatkan
timbulnya momen, gaya geser, dan lendutan langsung pada komponen
struktur yang menahannya, tetapi komponen-komponen struktur lain
yang juga berhubungan juga ikut berinteraksi karena hubungan kaku
antar komponen. (Dipohusodo, 1994).

Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang


pendek pelat dibedakan menjadi dua, yaitu pelat satu arah (one way
slab) dan pelat dua arah (two way slab).

1. Pelat Satu Arah

Pelat satu arah (one way slab) adalah pelat yang didukung pada dua
tepi yang berhadapan saja sehingga lendutan yang timbul hanya
satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah
dukungan tepi.

Dengan kata lain pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai
perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek yang saling tegak
lurus lebih besar dari dua dengan lendutan utama pada sisi yang
lebih pendek. (Dipohusodo, 1994) seperti pada Gambar 2.9.1

49
Gambar II.3. Plat 1 (satu) Arah

SNI beton 2002 memberikan tinggi penampang (h) minimal pada


balok maupun pelat, apabila pemeriksaan terhadap lendutan tidak
dihitung.

2. Pelat Dua Arah

Pelat dua arah (two way slab) adalah pelat yang didukung sepanjang
keempat sisinya dengan lendutan yang akan timbul pada dua arah
yang saling tegak lurus kurang dari dua, seperti terlihat pada Gambar
2.4. Contoh pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat)
sisi yang saling sejajar. Karena momen lentur bekerja pada dua arah,
yaitu searah dengan bentang lx dan bentang ly, maka tulangan pokok
juga dipasang pada arah yang saling tegak lurus (bersilangan),
sehingga tidak perlu tulangan bagi. Tetapi pada pelat daerah
tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah saja, sehingga
untuk daerah 8 tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan
tulangan bagi. Bentang ly selalu dipilih ≥ lx, tetapi momennya Mly
selalu ≤ Mlx, sehingga tulangan arah lx (momen yang besar)
dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1). (Ali Asroni, 2010).

50
Gambar II.4. Plat 2 (dua) Arah
a. Kolom

Kolom (Gambar 2.5.) adalah komponen struktur bangunan yang


tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga dimensi lateral
terkecil. Kolom berfungsi sebagai pendukung beban-beban dari
balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar melalui fondasi.
Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu
dapat didefinisikan, kolom ialah suatu struktur yang mendukung
beban aksial dengan atau tanpa momen lentur. (Ali Asroni, 2010).

Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap,


balok dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara
struktur kolom menerima beban vertikal yang besar, selain
itu harus mampu menahan beban-beban horizontal bahkan
momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya
eksentrisitas pembebanan. Untuk menentukan dimensi
penampang yang diperlukan, hal yang perlu diperhatikan
adalah tinggi kolom perencanaan, mutu beton dan baja

51
yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan yang
terjadi.

Gambar II.5. Kolom Beton Bertulang

b. Balok

Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung


beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati
dan beban hidup yang diterima pelat lantai, berat sendiri balok
dan berat dinding penyekat yang diatasnya. Sedangkan beban
horizontal berupa beban angin dan gempa. Pada balok yang
melengkung ke bawah akibat beban luar, pada dasarnya ditahan
oleh kopel gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan
tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian tepi-atas akan menahan
tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tekan tersebut
akan semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat balok bagian
tepi-bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas
tegangan tariknya akan semakin kecil pula. Pada bagian tengah,
yaitu pada batas antara tegangan tekan dan tarik, serat-serat

52
balok tidak mengalami tegangan sama sekali (tegangan tekan
maupun tariknya bernilai nol). Serat-serat yang tidak mengalami
tegangan tersebut membentuk suatu garis yang disebut garis
netral, terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar II.6. Balok Beton Bertulang

Keterangan notasi yang ada pada Gambar 2.4 (b) adalah :

As = luas tulangan tarik, mm2

As’ = luas tulangan tekan, mm2

B = lebar penampang balok, mm

C = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm

D = tinggi efektif penampang balok, mm

Ds = jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton
tarik, mm

H = tinggi penampang balok, mm.

Beban yang bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur,


beban geser maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu baja

53
tulangan untuk menahan beban-beban tersebut. Tulangan ini
berupa tulangan memanjang atau tulangan longitudinal (yang
menahan beben lentur) serta tulangan geser/begel (yang
menahan beban geser/torsi). (Ali Asroni, 2010).

2.6.2. Struktur Bawah

Yang dimaksud dengan struktur bawah (sub structure) adalah bagian


bangunan yang berada di bawah permukaan. Dalam proses perencanaan
Gedung Rumah Sakit Mount Edelweiss ini hanya meliputi pondasi.

a. Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi


untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan
dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya
tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya. Pondasi
merupakan bagian paling bawah pada sebuah bangunan.
Keberadaannya tentu menjadi hal yang harus paling dimatangkan,
karena akan menopang seluruh beban bangunan. Semakin tinggi
bangunan yang dibangun, tentunya semakin besar pula tekanan yang
diberikan terhadap pondasi bangunan, sehingga pemilihan pondasi
bangunan haruslah tepat karena mencakup keselamatan dan
kekokohan sebuah rumah. Bentuk pondasi ditentukan oleh berat
bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan, sedangkan
kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung
pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka pondasi
bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan
bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam.

1. Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,


umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi

54
sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi
dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai
pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi
permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung
pondasi dangkal.

Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang


cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan
dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga
tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam
tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug
dengan kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok
untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah
deposito aluvial, dll.

Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas


pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik
(kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m)
maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila
bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah
sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan
umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras.

2. Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah


dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi
dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah,
pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di
bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai
dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons
atau pondasi kompensasi.

55
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan
yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai
didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan
sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah
dapat dihindari.

Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah
yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang
dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras (Df/B >10 m),
tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga
dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar (jarak
antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Salah satu jenis pondasi
dalam adalah sebagai berikut :

a. Pondasi Caissons (Bore Pile)

Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di


dalam permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke
dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang dengan
sistim pengeboran atau pengerukan tanah. Setelah kedalaman
sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan
pengecoran beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor.
Sistem pengeboran dapat dilakukan dalam berbagai jenis baik
sistem manual maupun sistem hidrolik. Besar diameter dan
kedalaman galian dan juga sistim penulangan beton bertulang
didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan
dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile
yang mana juga ditujukan untuk menahan beban struktur
melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam
melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

56
Gambar II.7. Tampak Pondasi Caissons (Bore Pile)

57
Contents

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. LongSegment ..................................................................... 5

2.1.1. Skema Long Segment ............................................. 5

2.1.2. Klarifikasi Manajemen ............................................. 6

2.1.3. Fungsi Manajemen .................................................. 8

2.1.4. Tahapan Kegiatan Proyek Konstruksi ..................... 9

2.1.5. Tipe-tipe Organisasi Dalam Proyek Kontruksi ....... 13

2.1.6. Pihak- Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Kontruksi


15

2.2. Teori Manajemen Proyek ................................................. 18

2.2.1. Pengertian Proyek ................................................. 18

2.2.2. Timbulnya Proyek .................................................. 19

2.2.3. Macam-macam Proyek .......................................... 20

2.2.4. Konsep Manajemen Proyek................................... 21

2.2.5. Perencanaan Proyek ............................................. 27

2.3. Teori Teknis Proyek.......................................................... 31

2.3.1. Pengertian tender .................................................. 32

2.3.2. Jenis - jenis tender ................................................ 32

2.3.3. Kriteria penyedia jasa konstruksi ........................... 34

2.3.4. Konsultan Manajemen Konstruksi ......................... 34

2.4. Teori Kesehatan Keselamatan Kerja Dan Lingkungan (K3L)


......................................................................................... 41

2.4.1. Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi . 42

58
2.4.2. Pengendalian Risiko .............................................. 43

2.4.3. Kebijakan Penerapan SMK3 Konstruksi ................ 44

2.4.4. Metrik Program K3L ............................................... 45

2.5. Definisi Bill of Quantity / RAB .......................................... 45

2.6. Pengertian Struktur........................................................... 47

2.6.1. Struktur Atas .......................................................... 48

2.6.2. Struktur Bawah ...................................................... 54

Tabel 2.1. Kriteria Manajemen................................................................... 7

Tabel 2.2. Tahapan Proyek Konstruksi .................................................... 10

Tabel 2.3. Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi .............. 18

Gambar 2.1. Sasaran Proyek yang juga merupakan tiga kendali (triple
constraint) ......................................................................... 22

Gambar 2.2. Siklus Proyek ...................................................................... 24

Gambar 2.3. Plat 1 (satu) Arah................................................................ 50

Gambar 2.4. Plat 2 (dua) Arah ................................................................ 51

Gambar 2.5. Kolom Beton Bertulang....................................................... 52

Gambar 2.6. Balok Beton Bertulang ........................................................ 53

Gambar 2.7. Tampak Pondasi Caissons (Bore Pile) ............................... 57

59

Anda mungkin juga menyukai