Dokumen - Tips Sap Vs Ipsas Beban
Dokumen - Tips Sap Vs Ipsas Beban
PAPER
KONSEP BEBAN DALAM
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)
DAN INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING
STANDARDS (IPSAS)
Disusun oleh:
1. Andi Fahmi
2. Dimas Guntoro
3. Wahyu Firmansyah
I. KONSEP BEBAN
Penggunaan istilah “beban” mengalami pergeseran sesuai dengan basis akuntansi yang dipakai oleh
suatu negara sebagaimana hasil studi yang dikeluarkan IFAC PSC Study 2 Elements of the Financial
Statements of National Government, Sebagai contoh, bentuk “disbursement” lebih dipakai
daripada “expenditure” pada basis kas atau kas modifikasi. Berdasarkan sistem akuntansi akrual
dimodifikasi, dipakai istilah “expenditure”. Istilah beban kadang-kadang digunakan untuk merujuk
kepada pembayaran tunai maupun biaya barang dan jasa yang diperoleh, terlepas dari waktu
pembayaran yang terkait. Jika basis akuntansi yang diadopsi adalah akrual penuh, maka terminologi
akan bergeser ke “expense”. Perbedaan utama penggunaan istilah beban antara masing-masing
basis adalah sebagai berikut.
A. BASIS KAS
Pada pelaporan keuangan dengan sistem akuntansi pemerintah berbasis kas, lebih cenderung
mengunakan istilah “disbursement” karena menyangkut pelaporan pengeluaran terkait dengan arus
kas selama suatu periode. Contohnya pembelian aset, pembayaran utang atau pembayaran jasa
yang telah diterima.
1
C. BASIS AKRUAL MODIFIKASI
Menggunakan istilah “expenditure” dibandingkan dengan “expense”. “Expenditure” adalah biaya
yang timbul selama suatu periode terkait dengan pembelian barang dan jasa, baik sudah dibayar
maupun belum, termasuk transfer kepada penerima manfaat yang berhak sesuai dengan kebijakan
pemerintah. Pengakuan belanja tidak terkait dengan waktu pengeluaran kas. Tetapi, tidak terdapat
penangguhan beban yang akan dikonsumsi pada periode-periode mendatang.
2
II. PERBANDINGAN BEBAN DI SAP DAN IPSAS
A. SEKILAS TENTANG SAP DAN IPSAS
Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. SAP diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Standar akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. SAP merupakan salah satu pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa bentuk dan
isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
B. DEFINISI BEBAN
1. Definisi Beban berdasarkan SAP
Definisi beban menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
3
2. Definisi Beban berdasarkan IPSAS
IPSAS 1: Presentation of Financial STatements mendefinisikan beban (expenses) sebagai berikut:
“Expenses are decreases in economic benefits or service potential during the reporting period
in the form of outflows or consumption of assets or incurrences of liabilities that result in
decreases in net assets/equity, other than those relating to distributions to owners”.
Terjemahan bebas dari pengertian tersebut adalah,beban merupakan penurunan manfaat ekonomi
atau layanan yang potensial yang terjadi selama periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau
konsumsi aset atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan turunnya nilai bersih aset atau ekuitas,
selain yang berhubungan dengan kepemilikan pemilik (distribution of owners).
4
Secara umum, klasifikasi beban pada pemerintah pusat dan daerah adalah sebagai berikut:
a. Beban Pegawai
b. Beban Persediaan
Beban persediaan adalah beban atas pemakaian aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, atau
atas barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
c. Beban Jasa
d. Beban Pemeliharaan
e. Beban Perjalanan Dinas
f. Beban Bunga
g. Beban Subsidi
Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu
yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan
dapat dijangkau oleh masyarakat.
h. Beban Hibah
Beban Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada
pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat. Hibah dapat didefinisikan sebagai
"transfer yang dibuat pada kebijaksanaan pemerintah. Pemerintah yang membuat transfer
memiliki kewenangan dalam memutuskan apakah atau tidak untuk melakukan transfer,
kondisi harus dipenuhi, jika ada, berapa banyak yang akan ditransfer dan kepada siapa.
i. Beban Bantuan Sosial
j. Beban Penyusutan
Beban Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
k. Beban Transfer
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan
uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan. Transfer pemerintah adalah perpindahan uang dari sebuah
pemerintahan kepada individu, organisasi, atau pemerintahan lain dimana pemerintah yang
melakukan transfer tidak:
menerima barang atau jasa secara langsung sebagai imbalan, seperti yang akan terjadi
dalam transaksi pembelian / penjualan
5
berharap akan dilunasi pada masa mendatang, seperti yang diharapkan dalam
pinjaman, atau
mengharapkan keuntungan finansial, seperti yang diharapkan dalam suatu investasi. l.
Beban Lain-lain
SAP juga mengklasifikan beban ke dalam Pos Luar Biasa. Pos Luar Biasa adalah pendapatan
luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan
merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali
atau pengaruh entitas bersangkutan
Pos luar biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran;
tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
6
d. Education
e. Health
f. Social protection
g. Housing and community amenities
h. Recreational, cultural, and religion
i. Economic affairs
j. Environmental protection
k. Other expenses
l. Finance costs
Sedangkan sesuai dengan IFAC Public Sector Committee (PSC) Study 10 paragraf 098-109, IFAC
mengklasifikasikan beban kedalam lima bagian yaitu berdasarkan fungsi/program, output,
organisasi, aktivitas, dan input. Penjelasan kelima bagian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi Berdasarkan fungsi/program
Klasifikasi beban dengan berdasarkan fungsi/program menyediakan informasi yang sangat
bermanfaat dalam pencapaian suatu tujuan utama dari pengeluaran atas beban tersebut. Hal
ini sangat membantu Legislatif dan Eksekutif dalam mengambil suatu keputusan yang lebih
luas atau menyeluruh dan melakukan reviu terkait pencapaian dari tujuan tersebut.
Pengeluaran pemerintah sebagian besar dapat dibagi sesuai dengan fungsi-fungsi tertentu
yang bersifat spesifik, namun terkadang perlu dilakukan penilaian lebih lanjut untuk
menentukan fungsi yang tepat. Hal tersebut terjadi apabila lembaga pemerintah memiliki
lebih dari satu tujuan dalam penyediaan layanan. Misalnya, Sekolah Militer biasanya
diklasifikasikan sebagai bagian dari “militer” daripada “pendidikan.
7
Contoh Klasifikasi berdasarkan program/fungsi
Sumber: IFAC PSC Study 10
Pelaporan tersebut digunakan dengan tujuan untuk menilai akuntabilitas dari suatu entitas
pemerintahan.
8
c. Klasifikasi berdasarkan organisasi
Beban dibagi menjadi beberapa bagian terpisah untuk tiap-tiap kementerian departemen
atau lembaga. Masing-masing entitas tersebut kemudian bertanggung jawab atas beban
atau belanja yang telah dilakukan. Dalam setiap entitas tersebut, beban atau belanja dapat
diklasifikasikan berdasarkan objek beban atau belanja yang memungkinkan entitas untuk
melakukan control pada berbagai tingkatan manajemen.
9
e. Klasifikasi berdasarkan input.
Salah satu negara yang mengklasifikasikan beban berdasarkan input adalah Selandia Baru.
Catatan atas laporan keuangan dari Pemerintah Selandia Baru menampilkan biaya menurut
jenis input dan mengungkapkan analisis tambahan mengenai subsidi dan pembayaran
transfer, dan biaya operasional.
D. PENGAKUAN BEBAN
1. Pengakuan Beban berdasarkan SAP
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui sebagaimana
diatur dalam paragraf 85 dan 86 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan SAP, yaitu:
a. terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang
bersangkutan.
b. kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat
diestimasi dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan, perlu juga
dipertimbangkan aspek materialitas.
Beban diakui pada saat:
a. timbulnya kewajiban,
10
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah
tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah. Contohnya tagihan
rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar pemerintah.
b. terjadinya konsumsi aset,
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional pemerintah, atau
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai
aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
Dalam hal Badan Layanan Umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang
mengatur mengenai Badan Layanan Umum.
Namun demikian, khusus untuk aset bersejarah terdapat pengecualian dalam pengakuan beban
sehubungan dengan aset bersejarah tersebut. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan,
rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan operasional sebagai beban tahun terjadinya
pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh beban yang berlangsung untuk
menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
Sehingga, tidak ada penyusutan untuk pengeluaran aset bersejarah ini.
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau kejadian yang
dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi
yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin
dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
11
2. Pengakuan Beban berdasarkan IPSAS
IFAC PSC Study 10 mengacu ke IASC framework dalam hal pengakuan beban. Pada prinsipnya
terdapat tiga pendekatan pengakuan beban, yaitu alokasi rasional dan sistematis, pengakuan langsung,
dan hubungan antara pendapatan dan beban. Penjelasan ketiga pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Alokasi Rasional dan sistematis
Metode pengakuan ini ditujukan untuk mengalokasikan sejumlah beban yang sebenarnya
terjadi terkait dengan perolehan pendapatan namun tidak memenuhi kriteria sebab akibat.
Pada perusahaan swasta, pengakuan beban jenis ini dilakukan pada alokasi beban
penyusutan atas peralatan atau gedung.
Adanya tambahan kata sistematis mengharuskan bahwa penyusutan dilakukan dengan suatu
metode tertentu yang sistematis untuk mengalokasikan beban. Tujuan pembebanan ini tidak
berkaitan dengan perolehan pendapatan sebagaimana yang terjadi pada sektor swasta
tetapi ditujukan untuk mengetahui dan mencerminkan manfaat ekonomis atau layanan
potensial aset di masa depan.
Biaya-biaya yang dikeluarkan terkait produksi barang atau jasa seluruhnya dikapitalisasikan
ke nilai persediaan. Biaya tersebut antara lain biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Ketika persediaan dijual, dipertukarkan atau didistribusikan, nilai tercatat (carrying amount)
diakui sebagai beban pada periode di mana pendapatan terkait diakui. Jika tidak ada
pendapatan yang terkait, beban diakui pada saat barang atau jasa terkait telah diberikan.
Selanjutnya penurunan nilai realisasi bersih (net realizable value) diakui sebagai beban pada
periode kerugian atau penurunan terjadi. Pembalikan yang timbul dari kenaikan nilai
12
realisasi bersih diakui sebagai pengurang beban persediaan pada periode di mana mereka
terjadi. Penggunaan metode ini agaknya hanya terbatas pada transaksi penyerahan barang
atau jasa kepada masyarakat.
E. PENGUKURAN BEBAN
1. Pengukuran Beban Berdasarkan SAP
a. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah, termasuk beban.
Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah.
b. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah. Dalam hal
tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan dalam transaksi,
maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan menjabarkannya ke dalam
mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. Dalam hal
tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi dan mata uang
asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat
dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk
memperoleh valuta asing tersebut.
c. Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi.
Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan
atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan
mengenai bentuk dari pendapatan dan beban. Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.
d. Beban Persediaan
- Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods). Penghitungan
beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional.
13
- Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai
metode penilaian yang digunakan.
- Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah
pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan
dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
e. Beban Penyusutan
- Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat
aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.
- Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
1) Metode garis lurus (straight line method);
2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
3) Metode unit produksi (unit of production method)
- Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat
ekonomi atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah
Pengukuran atas beban tidak dapat dipisahkan dari metode dan saat pengakuannya. Pengukuran
beban juga tidak terlepas dari pengukuran biaya karena beban dapat dikatakan sebagai biaya yang
telah terjadi, sehingga pengukurannya pun berdasarkan hasil dari pengukuran biaya namun untuk
bagian yang telah digunakan.
F. PENYAJIAN BEBAN
1. Penyajian Beban berdasarkan SAP
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 71 Tahun 2010, beban disajikan dalam Laporan Operasional.
Selain menyajikan beban, Laporan Operasional juga menyediakan informasi mengenai seluruh
14
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO dan
surplus/defisit operasional yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Beban dinilai
sebesar akumulasi beban yang terjadi selama satu periode pelaporan dan disajikan pada laporan
operasional sesuai dengan klasifikasi ekonomi. Pada contoh format Laporan Operasional Pemerintah
Pusat seperti gambar di bawah ini, beban diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi
Kenaikan/
Uraian 20x1 20x0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
Pendapatan
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xx
Beban
Beban Pegawai xxx xxx xxx xx
Beban Persediaan xxx xxx xxx xx
Beban Jasa xxx xxx xxx xx
Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xx
Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xx
Beban Bunga xxx xxx xxx xx
Beban Subsidi xxx xxx xxx xx
Beban Hibah xxx xxx xxx xx
Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xx
Beban Penyusutan xxx xxx xxx xx
Beban Transfer xxx xxx xxx xx
Beban Lain-lain xxx xxx xxx xx
Jumlah Beban xxx xxx xxx xx
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional xxx xxx xxx xx
KEGIATAN NONOPERASIONAL
Surplus... xxx xxx xxx xx
Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xx
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xx
Surplus/Defisit dari Kegiatan Nonoperasional Lainnya xxx xxx xxx xx
Jumlah Surplus/Defisit dari Kegiatan
xxx xxx xxx xx
Nonoperasional
Surplus/Defisit Sebelum Pos Luar Biasa xxx xxx xxx xx
POS LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xx
Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xx
Pos Luar Biasa xxx xxx xxx xx
Surplus/Defisit-LO xxx xxx xxx xx
15
Penyajian beban berdasarkan klasifikasi fungsi
Revenue xxx
Expenses: (xxx)
Health expenses (xxx)
Education expenses (xxx)
Other expenses (xxx)
Surplus xxx
20x2 20x1
Revenue
Total Revenue xxx xxx
Expenses
General public services (xxx) (xxx)
Defense (xxx) (xxx)
Public order and safety (xxx) (xxx)
Education (xxx) (xxx)
Health (xxx) (xxx)
Social protection (xxx) (xxx)
Housing and community amenities (xxx) (xxx)
Recreational, cultural, and religion (xxx) (xxx)
Economic affairs (xxx) (xxx)
Environmental protection (xxx) (xxx)
Other expenses (xxx) (xxx)
Finance costs (xxx) (xxx)
Total expenses (xxx) (xxx)
Surplus/(deficit) for the period xxx xxx
16
20x2 20x1
Revenue
Total Revenue xxx xxx
Expenses
Wages, salaries, and employee benefits (xxx) (xxx)
Grants and other transfer payments (xxx) (xxx)
Supplies and consumables used (xxx) (xxx)
Depreciation and amortization expense (xxx) (xxx)
Impairment of property, plant, and equipment (xxx) (xxx)
Other expenses (xxx) (xxx)
Finance costs (xxx) (xxx)
Total expenses (xxx) (xxx)
Surplus/(deficit) for the period xxx xxx
Sumber: IFAC PSC Study 10 (diketik ulang)
G. PENGUNGKAPAN BEBAN
1. Pengungkapan Beban berdasarkan SAP
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Laporan Operasional dan Catatan atas Laporan Keuangan
mengenai beban meliputi:
a. rincian dan penjelasan atas setiap pos/jenis beban;
b. beban dalam bentuk barang/jasa;
c. metode penyusutan/amortisasi yang digunakan dalam beban penyusutan aset
tetap/amortisasi;
d. sifat dan jumlah rupiah yang merupakan beban dalam pos luar biasa;
e. informasi lain yang diperlukan.
Informasi terkait beban yang akan disajikan baik di muka, atau dalam catatan laporan
keuangan:
a. Entitas pelaporan yang mengelompokkan beban menurut klasifikasi fungsi
mengungkapkan pula tambahan informasi beban menurut klasifikasi ekonomi, antara lain
meliputi beban penyusutan/amortisasi, beban gaji dan tunjangan pegawai, dan beban
bunga pinjaman.
b. Terkait dengan beban penyusutan, informasi mengenai penyusutan berikut harus
diungkapkan, meliputi:
Nilai penyusutan
Metode penyusutan yang digunakan
Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode
17
2. Pengungkapan Beban berdasarkan IPSAS
Informasi terkait beban yang akan disajikan baik di muka laporan keuangan serta dalam
catatan laporan keuangan:
a. Ketika item pendapatan dan beban material, maka jumlahnya harus diungkapkan secara
terpisah (IPSAS 1 paragraf 106).
b. Kondisi yang akan menimbulkan pengungkapan terpisah terkait item pendapatan dan beban
meliputi (IPSAS 1 paragraf 107):
1) Write-downs of inventories to net realizable value or of property, plant and equipment
to recoverable amount or recoverable service amount as appropriate, as well as
reversals of such write-downs;
2) Restructurings of the activities of an entity and reversals of any provisions for the costs
of restructuring;
3) Penghentian PPE (property, plant dan equipment);
4) Privatizations or other disposals of investments;
5) Operasi yang dihentikan;
6) Litigation settlements; and
7) Other reversals of provisions.
c. Entitas harus mengungkapkan baik di muka, atau dalam catatan laporan keuangan
mengenai jenis klasifikasi beban yang digunakan apakah menggunakan klasifikasi
berdasarkan sifat atau berdasarkan fungsi, yang mana yang menyediakan informasi yang dapat
diandalkan dan lebih relevan.
d. Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi harus pula mengungkapkan
informasi tambahan mengenai klasifikasi beban berdasarkan sifatnya, termasuk depresiasi,
beban amortisasi, dan beban layanan pegawai.
18
III. PENDAPAT AHLI
Jan Hoesda, Membahas Masalah Adopsi Ipsas Paripurna Dan Reformasi Basis Akuntansi Menjadi
Basis Akuntansi Hak-Kewajiban Paripurna (Full Accrual Basis) Tahun 2009
Pertanyaan awal dalam akuntansi pemerintahan Indonesia adalah apa konsekuensi perubahan basis
akuntansi dari basis menuju basis hak-kewajiban paripurna menjadi basis hak-kewajiban paripurna (full
acrual) pada 2009, bagi entitas akuntansi dan pelaporan LK, bagi Komite SAP dan bagi auditor LK.
Jan Hoesda menguraikan beberapa startegi utama pembangunan SAP suatu bangsa dalam itikad
harmonisasi PSAP dengan IPSAS, yaitu:
1. strategi adopsi,
2. startegi adaptasi,
3. strategi menciptakan sendiri atau
4. strategi campuran dari ketiga rancangan itu
Keempat strategi tersebut mempunyai konsekuensi masing-masing. Kesimpulan dari tulisan tersebut
menjelaskan bahwa metode adaptasi IPSAS mempunyai probabilitas tertinggi dilakukan pada awal
reformasi akuntansi kepemerintahan. Adaptasi pada IPSAS dilakukan dengan memperhatikan
sumber-sumber rujukan dari negara-negara yang mempunyai standar akuntansi kepemerintahan
relatif mapan.
Adopsi nomor-demi nomor standar internasional dimungkinkan setelah melalui prosedur yang layak,
juga setelah dengar pendapat publik dan uji kepantasan aplikasi standar tersebut. Penerapan uji
coba disarankan sebelum suatu nomor baru IPSAS diresmikan sebagai standar baru yang diadopsi
oleh pemerintah. Semakin banyak nomor-nomor yang dapat diadposi, semakin memudahkan bangsa
itu dalam pergaulan akuntansi global, dan menangguk country rating internasional.
19
IV. PERBANDINGAN DENGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK)
A. DEFINISI BEBAN MENURUT PSAK
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa
meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya
berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas), persediaan dan
aktiva tetap.
Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin
tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya
manfaat ekonomi, dan pada hakekatnya tidak berbeda dari beban lain. Kerugian dapat timbul,
misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti juga yang timbul dari pelepasan aktiva tidak
lancar. Definisi beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi, misalnya, kerugian yang
timbul dari pengaruh peningkatan kurs valuta asing dalam hubungannya dengan pinjaman
perusahaan dalam mata uang tersebut.
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan
pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang diasanya disebut pengaitan biaya dengan
pendapatan (matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara
gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau
peristiwa lain yang sama.
Beban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dengan metode :
1. Penandingan langsung
Beban diakui ketika terjadi penggunaan aset dalam menghasilkan pendapatan, dan hasil yang
diperoleh dari menjual dapat langsung ditandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan dalam
20
menghasilkan pendapatan. Contoh beban ini adalah harga pokok penjualan, komisi penjualan, biaya
pengiriman.
2. Pengakuan segera
Beban diakui ketika beban ini dikeluarkan atau dibayar. Pengeluaran ini langsung dicatat sebagai
beban. Biasanya beban ini telah digunakan dalam proses operasi dan pembayarannya baru dilakukan
setelah pemakaian beban. Contoh beban ini adalah beban gaji, beban utilitas, beban iklan.
1. Biaya historis
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat
sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu,
misalnya pajak penghasilan, dalam jumlah kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya kini
Aktiva dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau
setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
21
3. Nilai realisasi/penyelesaian
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual
aktiva dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas
atau setara kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai sekarang
Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang
dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban
dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang
diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan penyusunan
keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain.
Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai
realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), akuntansi dana pensiun menilai aktiva tertentu
berdasarkan nilai wajar.
22
e. Bagian laba rugi dari operasi yang dihentikan, mencakup laba rugi setelah pajak dari operasi
yang dihentikan dan keuntungan atau kerugian setelah pajak dikurangi biaya untuk menjual
dari pelepasan aset dalam rangka operasi yang dihentikan.
f. Laba rugi
Laba rugi diatribusikan kepada :
kepentingan nonpengendali; dan
pemilik entitas induk.
g. Komponen dari pendapatan komprehensif lain
h. Total laba rugi komprehensif
Total laba rugi komprehensif periode berjalan diatribusikan ke :
kepentingan nonpengendali; dan
pemilik entitas induk.
Penyajian informasi laba rugi tidak hanya mencakup laba rugi yang sudah terealisasi, tetapi juga laba
rugi yang belum terealisasi. Bagian yang menyajikan laba rugi yang telah terealisasi dan rugi yang
belum terealisasi disebut sebagai laporan laba rugi, sedangkan bagian yang menyajikan laba yang
belum terealisasi disebut sebagai bagian pendapatan komprehensif lainnya (other comprehensive
income/OCI).
23
Penyajian laporan laba rugi komprehensif secara gabungan adalah sebagai berikut:
20x0 20x1
Pendapatan 390.000 355.000
Beban pokok penjualan (245.000) (230.000)
Laba bruto 145.000 125.000
Pendapatan Lainnya 20.667 11.300
Biaya distribusi (9.000) (8.700)
Beban administrasi (20.000) (21.000)
Beban lain-lain (2.100) (1.200)
Biaya pendanaan (8.000) (7.500)
Bagian laba entitas asosiasi 35.100 30.100
Laba sebelum pajak 161.667 128.000
Beban pajak (40.417) (32.000)
Laba berjalan dari operasi yg dilanjutkan 121.250 96.000
Kerugian tahun berjalan dari operasi yang dihentikan
(30.500)
Laba tahun berjalan 121.250 65.500
Pendapatan Komprehensif Lain
Selisih kurs karena penjabaran dlm mata uang asing
5.334 10.667
Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) 26.667
Lindung nilai arus kas (667) (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) aktuarial dari program pensiun
manfaat pasti (667) 1.333
Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi
400 (700)
Pajak penghasilan terkait 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif tahun berjalan (14.000)) 28.000
Total pendapatan komprehensif tahun berjalan 107.250 93.500
Laba yang dapat diatribusikan kepada :
Pemilik entitas induk 97.000 52.400
Kepentingan non pengendali 24.250 13.100
121.250 65.500
Jumlah laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada
:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan non pengendali 21.450 18.700
107.250 93.500
Laba per Saham 0,46 0,30
Sumber: Modul Standar Akuntansi Keuangan oleh Dyah Purwanti
24
Penyajian laporan laba rugi komprehensif yang memisahkan antara laporan laba rugi dan laporan
pendapatan komprehensif lain adalah sebagai berikut :
Kelompok Usaha XYZ
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20x1
(dalam jutaan rupiah)
20x0 20x1
Pendapatan 390.000 355.000
Beban pokok penjualan (245.000) (230.000)
Laba bruto 145.000 125.000
Pendapatan Lainnya 20.667 11.300
Biaya distribusi (9.000) (8.700)
Beban administrasi (20.000) (21.000)
Beban lain-lain (2.100) (1.200)
Biaya pendanaan (8.000) (7.500)
Bagian laba entitas asosiasi 35.100 30.100
Laba sebelum pajak 161.667 128.000
Beban pajak (40.417) (32.000)
Laba berjalan dari operasi yg dilanjutkan 121.250 96.000
Kerugian tahun berjalan dari operasi yang dihentikan
(30.500)
Laba tahun berjalan 121.250 65.500
Laba yang dapat diatribusikan kepada :
Pemilik entitas induk 97.000 52.400
Kepentingan non pengendali 24.250 13.100
121.250 65.500
Laba per saham 0,46 0,30
25
Daftar Pustaka
Hoesada, Jan. 2009. Membahas Masalah Adopsi Ipsas Paripurna Dan Reformasi Basis Akuntansi
Menjadi Basis Akuntansi Hak-Kewajiban Paripurna (Full Accrual Basis) Tahun 2009. Diperoleh
dari http://www.ksap.org/sap/membahas-masalah-adopsi-ipsas-paripurna-dan-reformasi-
basis-akuntansi-menjadi-basis-akuntansi-hak-kewajiban-paripurna-full-acrual-basis-tahun-
2009/ diakses tanggal (15 November 2014).
International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB). Study 10 - Definition and
Recognition of Expenses/Expenditures. International Federation of Accountants (IFAC).
1996. Diperoleh dari https://www.ifac.org/sites/default/files/publications/files/study-10-
definition-and-r.pdf (diakses 15 November 2014)
International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB). (2011) IPSAS 1 - Presentation of
Financial STatements. International Federation of Accountants (IFAC). Diperoleh dari
https://www.ifac.org/sites/default/files/publications/files/ipsas-1-presentation-of-f-3.pdf
(diakses 15 November 2014).
Muhammad, Rizal. 2013. Perbandingan SAP dengan IPSAS. Diperoleh dari
http://zallrizal.blogspot.com/201 3/1 1 /perbandingan-sap-dengan-ipsas.html (diakses 14
November 2014)
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sekretariat Negara. Jakarta
26