Anda di halaman 1dari 13

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Tata Guna Lahan Pantai Mudong

Tataguna lahan yang ada di Pantai Mudong dapat dibagi menjadi 3 yaitu

daerah hutan lindung, daerah pemukiman, dan laut (Gambar 5.1.).

Gambat 5.1. Tata guna lahan di Pantai Mudong. Gambar kiri menunjukkan citra
Pantai Mudong dari Google Earth 2013 dan gambar kanan
menunjukkan sketsa pemanfaatan lahan Pantai Mudong.

Daerah hutan lindung hampir mencakup semua bagian daratan dari Pantai

Mudong. Pada daerah ini terdapat biodiversitas seperti pohon kelapa, pohon

sejenis kayu putih, tembakau, dan cemara belitung. Namun, daerah hutan lindung

ini sudah mengalami degradasi lahan akibat banyaknya warga yang mulai

membangun pemukiman di dekat jalan sepanjang pesisir pantai. Akibatnya

kepadatan pohon yang ada di pesisir pantai semakin lama semakin sedikit. Daerah

pemukiman yang ada di pesisir Pantai Mudong pada umumnya terdapat di

SEMINAR GEOLOGI 24
MARSHELLY / 410013180
sepanjang jalan raya dan dekat bibir pantai. Pemukiman yang sudah ditempati

penduduk merupakan bangunan yang belum lama dibangun sehingga keberadaan

pemukiman masih jarang. Namun beberapa lokasi menunjukkan sudah mulai

dibangun konstruksi perumahan sehingga apabila hal ini terus dibiarkan tanpa

terkontrol maka akan terjadi degradasi lahan pesisir yang semakin buruk. Daerah

pantai di Pantai Mudong ini pada umumnya dimanfaatkan warga untuk mencari

ikan pada sore hari. Sebenarnya penduduk bisa menjadi media untuk memperbaiki

kualitas hutan jika dibina dan diawasi dengan baik.

5.1.2. Morfologi Pantai Mudong

Berdasarkan morfometri, daratan yang ada di Pantai Mudong termasuk

kedalam dataran karena memiliki kemiringan 0-2o (Van Zuidam, 1949). Namun,

jika mengacu pada pembagian genesa (Dessaunetts, 1969) kenampakan morfologi

yang ada di Pantai Mudong dapat dibagi menjadi 3 yaitu pelataran pengikisan

gelombang laut, dataran aluvial, dan dataran banjir (Gambar 5.2.).

Gambar 5.2. Kenampakan morfologi di Pantai Mudong. Gambar kiri


menunjukkan citra Pantai Mudong dari Google Earth 2013 dan
gambar kanan menunjukkan dilineasi morfologi Pantai Mudong.

SEMINAR GEOLOGI 25
MARSHELLY / 410013180
1. Dataran banjir

Morfologi dataran banjir yang ada di Pantai Mudong

merupakan morfologi yang dihasilkan oleh aliran Sungai Mirang.

Sungai ini mengalir dari barat ke timur, namun sebelum bermuara ke

Pantai Mudong sungai ini berbelok relatife ke utara. Sungai Mirang ini

merupakan sungai yang berstadia dewasa dimana kelokan sungai

sudah bermeander dan sedimen yang terdeposisi di tepi sungai

umumnya berukuran lanau sampai pasir. Sedimen yang diangkut

sungai Mirang ini tidak terlalu banyak pada musim kemarau. Hal ini

terlihat dari kenampakan air sungai yang cenderung jernih. Dataran

banjir yang ada di Pantai Mudong ini akan efektif terbentuk pada

musim hujan atau air laut sedang pasang maksimal. Pada dataran

banjir ini ditutupi oleh beberapa vegetasi namun tidak begitu lebat

seperti tumbuhan bakau, cemara belitung, dan pohon sejenis kayu

putih.

2. Dataran Aluvial

Dataran aluvial melampar luas disebelah timur jalan. Litologi

penyusun dataran aluvial ini berupa pasir kuarsa yang kondisinya

lepas-lepas. Namun pada beberapa titik terdapat litologi yang

berukuran kerikil hingga kerakal. Pada dataran aluvial ini, keberadaan

vegetasi cukup sedikit sehingga litologi yang lapuk menjadi tanah

hanya memiliki tebal mencapai 30 cm, sedangkan bagian yang tidak

tertutup vegetasi masih berada pada kondisi yang segar.

SEMINAR GEOLOGI 26
MARSHELLY / 410013180
3. Pelataran Pengikisan Gelombang Laut

Pantai Mudong memiliki garis pantai yang relatif lurus, daratan

yang datar, dan pemukiman yang relatif sejajar dengan garis pantai. Di

sepanjang pesisir Pantai Mudong banyak ditemukan titik-titik dimana

pohon berukuran besar tumbang terseret ke bibir pantai (Gambar 5.3.).

Gambar 5.3. Beberapa pohon yang tumbang akibat abrasi Panai


Mudong. Kondisi ini banyak ditemukan dengan
mudah di sepanjang Pantai Mudong.

Sebagian besar pohon yang tumbang tersebut berupa pohon

Cemara Belitung. Pohon–pohon tersebut dulunya hidup di depan bibir

pantai, karena pohon tersebut tidak kuat menahan terjangan ombak

pantai maka semakin lama bagian dasar pohon tergerus secara

perlahan dan pada akhirnya akan tumbang. Selain itu, di sepanjang

pesisir pantai juga dijumpai ranting atau batang pohon yang pecah-

belah akibat terjangan ombak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

SEMINAR GEOLOGI 27
MARSHELLY / 410013180
dahulunya pohon-pohon tersebut pernah hidup jauh di depan bibir

pantai.

Keberadaan gelombang laut yang cukup besar ketika terjadi

pasang maksimal membuat daratan yang berada di belakang garis

pantai mengalami erosi yang cepat. Daratan yang ada di pantai

Mudong tersusun oleh pasir kuarsa yang kondisinya lepas-lepas

sehingga akan mudah mengalami erosi oleh gelombang laut. Selain

itu, vegetasi yang hidup di belakang bibir pantai hanya berupa rumput

liar dan pohon yang hidup setempat-setempat. Sulitnya vegetasi untuk

tumbuh dengan baik akibat kondisi fisik dan kimia tanah di

lingkungan pantai yang buruk. Hasil pengukuran pH air laut pantai

Mudong menunjukkan kisaran 6,5 – 7. Padahal pada umumnya kisaran

pH untuk air laut masuk pada kategori basa.

Kecepatan abrasi pantai Mudong dalam tiga tahun terakhir ini sekitar

0,5 – 2 m per bulan. Dahulunya sekitar 150 m sebelah timur dari bibir pantai

terdapat jalan raya namun karena abrasi terjadi sangat cepat dan penanganan

pemerintah daerah belum maksimal maka abrasi terus berlanjut sampai garis

pantai mundur pada posisi sekarang (Danarto, 2014, personal

communication).

Berdasarkan analisis citra Google Earth pada tahun 2006, 2010, dan

2013 menunjukkan bahwa posisi garis Pantai Mudong mengalami

kemunduran yang sangat cepat mencapai 50 m dalam kurun waktu 7 tahun

(Gambar 5.4.). Pasokan sedimen yang diangkut Sungai Mirang

SEMINAR GEOLOGI 28
MARSHELLY / 410013180
mempengaruhi kecepatan abrasi pantai dimana semakin menuju ke arah

muara Sungai Mirang perubahan garis pantai semakin kecil.

Gambar 5.4. Perubahan posisi garis Pantai Mudong berdasarkan delineasi


citra Google Earth tahun 2006, 2010, dan 2013.

Berdasarkan pengukuran kecepatan angin yang dilakukan pada tanggal

20 – 23 Juli 2014 di siang hari, interval kecepatan di pantai ini cukup besar

sekitar 4 – 25 km/jam dengan kecepatan rata-rata 16 km/jam untuk angin

dekat permukaan dan sekitar 12-34 km/jam dengan kecepatan rata-rata 25

km/jam untuk angin pada ketinggian 2 m (Tabel 5.1.). Sedangkan arah

anginnya relatif tegak lurus dengan garis pantai sehingga pengaruh longshore

current tidak begitu besar.

Tabel 5.1. Pengukuran Kecepatan Angin di Pesisir Pantai Mudong

Interval Kecepatan Kecepatan Angin


Posisi pengukuran
Angin (km/jam) Rata-Rata (km/jam)
Dekat permukaan 4 - 25 16
Ketinggian 2 m 12 - 34 25

SEMINAR GEOLOGI 29
MARSHELLY / 410013180
Terjadinya abrasi pantai diawali dengan kondisi pasang air laut

sehingga ombak mampu menjangkau bibir pantai (Gambar 5.5.). Kemudian

ombak ini mengikis sedikit demi sedikit material yang ada di bagian bawah

pada kedalaman sekitar 0,5 m. Karena pada bagian permukaan masih terdapat

rumput liar, akarnya mampu melindungi material pasir kuarsa dari pengikisan

ombak. Namun, karena bagian bawah akar terus dikikis semakin lama akar

vegetasi tersebut juga ikit terkikis dan terseret ke pantai.

\
Gambar 5.5. Kondisi air laut pasang menjadi awal pengikisan Pantai
Mudong.
5.2. Pembahasan

Abrasi di Pantai Mudong terjadi karena hempasan gelombang menuju

daratan memiliki kecepatan tinggi. Tingginya kecepatan gelombang tersebut

disebabkan angin yang berhembus tegak lurus pantai juga memiliki kecepatan

yang tinggi yaitu sekitar 4-25 km/jam di dekat permukaan dengan kecepatan rata-

rata 16 km/jam dan 12-34 km/jam pada ketinggian 2 m dari permukaan dengan

kecepatan rata-rata 25 km/jam. Kecepatan angin dekat permukaan akan selalu

SEMINAR GEOLOGI 30
MARSHELLY / 410013180
lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan angin pada ketinggian 2 m karena

pergerakan angin dekat permukaan sudah mengalami friksi dengan air laut

sehingga energinya berkurang untuk menggerakkan air laut. Oleh karena itu,

kecepatan angin yang dikonversi menjadi kecepatan gelombang laut yaitu

kecepatan angin rata-rata dan maksimal pada ketinggian 2 m. Menurut Thurman,

1985, kecepatan angin sebesar 25 km/jam jika dikonversi menjadi gelombang laut

akan memiliki tinggi gelombang rata-rata 0,71 m, panjang gelombang rata-rata

mencapai 16,4 m, periode gelombang rata-rata mencapai 4s, dan tinggi gelombang

signifikan mencapai 0,85 m. Sedangkan kecepatan angin sebesar 34 km/jam jika

dikonversi menjadi gelombang laut akan memilki tinggi gelombang rata-rata

mencapai m, panjang gelombang rata-rata mencapai 29,2 m, periode gelombang

rata-rata 5,3 s, dan tinggi gelombang signifikan mencapai 1,7 m (Tabel 5.2).

Berdasarkan hasil konversi tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan gelombang

laut rata-rata mencapai 4,1 m/s dan maksimal 5,5 m/s.

Berdasarkan hasil plotting pada diagram Hjulstrom, kecepatan gelombang

laut sebesar 4,1 m/s dan maksimal 5,5 m/s akan sangat mudah untuk melakukan

erosi pada litologi pasir kuarsa yang ada di Pantai Mudong bahkan mampu

mengerosi litologi berukuran gravel (Gambar 5.6.).

Tabel 5.2. Konversi kecepatan angin terhadap perkembangan pembentukan


gelombang laut (Thurman, 1985)
Tinggi Panjang Periode Tinggi Kecepatan
Kecepatan
Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang
Angin
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Signifikan Rata-Rata
(km/jam)
(m) (m) (m) (m) (m)
20 0.33 10.6 3.2 0.5 3.313
30 0.88 22.2 4.8 1.2 4.625
40 1.8 39.7 6.2 2.5 6.403
50 3.2 61.8 7,7 4.5 8.026

SEMINAR GEOLOGI 31
MARSHELLY / 410013180
60 5.1 89.2 9.9 7.1 9.010
70 7.4 121.4 10.5 10.3 11.561
80 10.3 158.6 12.4 14.3 12.790
90 13.9 201.6 13.9 19.3 14.504

Gambat 5.6. Plotting kecepatan rata-rata gelombang laut Pantai Mudong (garis
kuning) pada diagram Hjulstrom.

Keberadaan pohon yang sangat jarang mengakibatkan hempasan angin

tidak terpecahkan sehingga pohon tersebut ikut tumbang karena kekuatannya tidak

bisa menahan hempasan angin maupun gelombang. Ilustrasi abrasi di Pantai

Mudong dapat dilihat pada Gambar 5.7.

SEMINAR GEOLOGI 32
MARSHELLY / 410013180
Gamabar 5.7. Proses terjadinya abrasi di Pantai Mudong. (a) Kondisi air laut saat
surut, (b) Pada kondisi pasang, proses erosi terjadi pada bagian
bawah akar vegetasi, (c) Erosi terus berlanjut sampai merobohkan
pohon cemara belitung.

SEMINAR GEOLOGI 33
MARSHELLY / 410013180
Abrasi Pantai Mudong apabila tidak segera ditangani maka akan terus

mengikir bibir pantai dan menumbangkan pepohonan disana. Jika kondisi tersebut

terus dibiarkan, jalan raya yang sejajar dengan garis pantai dengan jarak sekitar

100 m dari bibir pantai akan segera ikut terkikis seperti jalan raya yang

sebelumnya. Selain itu juga akan memutus aliran Sungai Mirang dan

menghanyutkan beberapa pemukiman penduduk yang tinggal di pesisir pantai.

Berdasarkan analisis data dan analisis diatas perlu adanya strategi secara

buatan maupun alamiah untuk menanganani masalah abrasi Pantai Mudong.

Namun yang terpenting adalah strategi alamiah karena biaya yang dibutuhkan

lebih sedikit dan dapat meningkatkan produktifitas lahan pesisir.

5.2.1. Strategi Alamiah

Penanganan abrasi Pantai Mudong secara alami dapat dilakukan

dengan penanaman pohon. Pemilihan jenis tanaman untuk menangani

masalah abrasi ini merupakan hal yang paling penting karena tanaman yang

dipilih harus bisa hidup dengan baik pada kondisi lingkungan asam, salinitas

tinggi, tanah pasir,dan sedikit unsur hara.

Menurut Nugroho, 2013, jenis tanaman yang memenuhi kriteria

tersebut yaitu tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia var incana).

Selain mampu hidup pada kondisi lingkungan yang jelek, cemara udang

memiliki pertumbuhan yang relatif cepat apalagi jika disiram dengan air laut.

Pada umur 3 bulan setelah penanaman cemara udang bisa tumbuh sampai

ketinggian 3 m. Pertumbuhan ranting pohon yang melebar dan daun yang

SEMINAR GEOLOGI 34
MARSHELLY / 410013180
rapat membuat cemara udang mampu memecah hembusan angin (Gambar

5.8.).

Dengan terpecahnya hembusan angin, kecepatan angin di depan pohon

cemara udang tersebut akan melambat. Kecepatan tersebut dapat mengurangi

kekuatan hempasan gelombang, sehingga sedimen dapat terendapkan disana

dan membuat daratan baru di depan jajaran pohon cemara udang.

Gambar 5.8. Sketsa manfaat penanaman pohon cemara udang dengan jarak
yang rapat sebagai pemecah angin.

Selain itu, cemara udang juga mampu menghasilkan humus sendiri

karena akarnya mampu mengikat nitrogen. Namun penanaman cemara udang

ini sebagai alternatif awal saja. Jika tanaman cemara udang sudah tumbuh dan

mampu membuat garis pantai maju ke arah pantai maka dapat dimanfaat

sebagai lahan yang lebih produktif (Gambar 5.9.).

SEMINAR GEOLOGI 35
MARSHELLY / 410013180
Gambar 5.9. Daratan baru yang dapat terbentuk setelah penanaman pohon
cemara udang.

5.2.2. Strategi Buatan

Strategi buatan dilakukan dengan membangun konstruksi breakwater atau

bangunan pemecah ombak. Bangunan ini dibangun di depan bibir pantai. Fungsi

dibangunnya breakwater adalah untuk menahan hembusan gelombang selama

menunggu pohon cemara udang tumbuh. Tanpa dibangunnya breakwater, pohon

cemara yang ditanam akan ikut terhempas gelombang sebelum pohon tersebut

tumbuh dengan baik. Selain itu, pembangunan breakwater juga dapat mengurangi

kecepatan gelombang sampai endapan sedimen dapat terkumpul di depan

bangunan teknik tersebut.

SEMINAR GEOLOGI 36
MARSHELLY / 410013180

Anda mungkin juga menyukai