Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KIMIA KLINIK II

PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL, BILIRUBIN DIREK DAN INDIREK

Kelompok : 4

MUHAMMAD RAFLI AFANDI (151510113008)

D3 ANALIS MEDIS

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017
BAB I
PENDAHULIAN
1.1 TUJUAN
- Untuk mengetahui kadar bilirubin total dalam darah
- Untuk mengetahui kadar bilirubin direk dalam darah
- Untuk mengetahui kadar bilirubin indirek dalam darah
1.2 DASAR TEORI
Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Walaupun hanya membentuk 2% dari
berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau sekitar 28% dari curah jantung, agar dapat
melaksanakan fungsinya. Hati melakukan berbagai proses metabolic terhadap konstituen-konstituen
darah yang mengalir kepadanya sebagai produk sisa atau zat gizi, dan sebaliknya banyak aktifitas hati
secara langsung tercermin dalam beberapa zat yang beredar dalam darah dan juga terdapat di cairan
tubuh yang lain. Walaupun fungsi hati mempengaruhi banyak metabolit, beberapa uji dan manipulasi
berkorelasi baik dengan integritas structural dan fungsional hati; pemeriksaan-pemeriksaan ini secara
konvesional disebut “ Uji Fungsi Hati” (Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004)
Bilirubin merupakan hasil akhir pemecahan hem yang penting, sebagian besar (85-90%) terjadi
dari penguaraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin (Ronald
A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004). Bilirubin juga terbentuk dari hasil perputaran hemoprotein
hati dan dari destruksi premature eritrosit yang baru terbentuk dalam sum-sum tulang (Robbins, 2007).
Sebagian besar bilirubin dalam darah normal terikat ke albumin, yaitu bentuk tidak larut atau
tidak terkonjugsi yang dibebaskan dari sel retikuloendotel sebelum dibersihkan oleh hati. Didalam
plasma umumnya juga terdapat sejumlah kecil bilirubin tekonjugasi yang larut air yang masuk ke dalam
darah karena kebocoran minor pada hepatosit dalam darah menjahui pembentukan dan ekskresi empedu.
Baik jumlah total maupun proporsi relative fraksi bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi sangat
bermanfaat dalam diagnosa ikterus dan penyakit hati. Bilirubin pascahepatik terkonjugasi bereaksi cepat
pada berbagai uji yang sering digunakan karena kelarutan inheren zat ini sehingga disebut zat yang
bereaksi langsung. Bilirubin tidak terkonjugasi harus dicampur dengan alkohol atau zat pelarut yang lain
sebelum dapat secara efisien bereaksi dalam pemeriksaan sehingga disebut sebagai zat yang bereaksi
secara tidak langsung. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sedangkan
bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlan
bilirubin direk dan indirek, sedangkan bilirubin total dan bilirubin direk diukur secara terpisah dan
perbedaan keduanya menghasilkan fraksi indirek (R.A. Sacher dan RA. McPherson, 2004).
Pemeriksaan bilirubin untukmenilai fungsi eksresi hati di laboraoriumterdiri dari pemeriksaan
bilirubin serumtotal, bilirubin serum direk, dan bilirubinserum indirek, bilirubin urin dan
produkturunannya seperti urobilinogen danurobilin di urin, serta sterkobilin dansterkobilinogen di tinja.
Apabila terdapatgangguan fungsi eksresi bilirubin maka kadar bilirubin serum total meningkat. Kadar
bilirubin serum yang meningkat dapat menyebabkan ikterik (Dufor D.R, 2006).

BAB II
METODE DAN CARA KERJA
2.1 METODE
Modifikasi Jendrassik dan Grof
2.2 PRINSIP
Bilirubin akan direaksikan dengan Diazotized Sulphanilic Acid (DSA) membentuk zat waran merah
azo. Absorbansi zat warna ini dibaca pada panjang gelombang 546 nm sebanding dengan konsentrasi
bilirubin dalam sampel. Glukoronat bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA
dimana albumin yang terkonjugasi dalam bilirubin indirek hanya akan bereaksi dengan DSA, dibantu
dengan adanya larutan akselerator (pemercepat). Bilirubin total = bilirubin direk + bilirubin indirek.
2.3 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
 Tabung Serologis  Serum
 Tabung Venoject  Reagen Total Bilirubin (TBR) :
 Pipet Pastur Asam Sulphanilic 14 mmol/l
 Mikro Pipet Asam hidroklorit 250 mmol/l
 Sentrifuge Kafein (akselerator) 200 mmol/l
 Waterbath Sodium benzoat 420 mmol/l

 Fotometer  Reagen T-Nitrite (TNR) :


Untuk pengukuran Bilirubin Total
Sodium nitrat 14 mmol/l
 Reagen Direk Bilirubin (DBR)
Asam sulphanilic 14 mmol/l
Asam hidroklorit 300 mmol/l
 Reagen D-Nitrite (DNR) :
Untuk pengukuran Bilirubin Direk
Sodium nitrat 25 mmol/l
 Aquades
2.4 CARA KERJA
2.4.1 Pemeriksaan Bilirubin Total

Siapkan2 tabungvenoject
(blankodansampel)
Gunakanregaen TBR dan TNR

B S
L A 1.000 µl Reagen Setelahinkubasitambahkan
1.000 µl A M TBR + 1 drop masing-masing100 µl serum
Reagen TBR N P Reagen TNR
K L
O E
1 drop = 40 µl

Campurdaninkubasi 5 menitsuhuruang Campurdaninkubasi 10-30


menitsuhuruang

Setting fotometer :
Masukkan
Mode : C/F
Baca Hasilnya blankodansampeldalamfot
Faktor : 13
ometersecaraberurutan
λ: 546
2.4.2 Pemeriksaan Bilirubin Direk

Siapkan 2 tabungvenoject
(blankodansampel)
Gunakanregaen DBR dan DNR

B S
L A 1.000 µl Reagen Setelahinkubasitambahkan
1.000 µl A M DBR + 1 drop masing-masing100 µl serum
Reagen DBR N P Reagen DNR
K L
O E
1 drop = 40 µl

Campurdaninkubasi 2menitsuhuruang Campurdaninkubasitepat


5menitsuhuruang

Setting fotometer :
Masukkan
Mode : C/F
Baca Hasilnya blankodansampeldalamfot
Faktor : 13
ometersecaraberurutan
λ: 546
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Harga Normal
Bilirubin Total [mg/dl] [µmol/l]
Neonatus 5 85,5
> 5 hari 12 205,0
>1 Bulan 1,5 25,6
Dewasa 1,1 18,8
Bilirubin Direk
Dewasa 0,25 4,3
3.2 Interpretasi Hasil :
Linearitas : Pemeriksaan linear sampai 25 mg/dl. Untuk konsentrasi bilirubin melebihi 25 mg/dl,
encerkan sampel 1 + 4 dengan garam fisiologis (0.9%) dan ulangi pemeriksaan. Kalikan hasil dengan 5.
3.3 Perhitungan :
Hitung konsentrasi bilirubin total dan direct dengan menggunakan faktor 13.0
Konsentrasi bilirubin (mg/dl) = ΔA546 x 13.0
(mg/dl) x 17.1 = (μmol/l)
3.4 Hasil
Bilirubin Total Konsemtrasi
Sampel 1 2,02 mg/dl
Sample 2 0,55m g/dl
Bilirubin Direk
Sampel 1 0,8 mg/dl
Sampel 2 0,14 mg/dl
Bilirubin Indirek
Sampel 1 1,22 mg/dl
Sampel 2 0,41 mg/dl

3.5 Pembahasan
Padapraktikum kali inidilakukanpenentuankadarbikirubin total dankadar bilirubin direk. Reaksi
bilirubin denganasamsulfanilic diazotized akanmembentukkompleks azobilirubin. Komplekswarna
yang terbentuksangattergantungpada PH,
padasusasanaasamataunetralakanterbentukkomplekswarnamerahmuda,
sedangkanpadasuasanabasaakanterbentukkomplekswarnabiruatauungu.
Dari hasilpraktikumdapatdilihatkadar bilirubin total sampel 1 tinggisedangkanpadasampel 2
menunjukkanhasil yang normal. Hal inidisebabkanmelemahnya fungsi hati mendatangkan kenaikan
kadar bilirubin dalam serum yang mengesankan (cukup tinggi). Berkurangnya daya uptake atau
konjugasi pada sel-sel hati mungkin menyebabkan kadar bilirubin indirek meningkat ; melemahnya
ekskresi bilirubin konjugat mendatangkan kadar bilirubin post hepatik meningkat. Konjugat bilirubin
bersifat larut air dan mudah menembus filter glomeruli ; bilirubin berbalik arah kembali kealiran darah
jika ada obstruksi saluran empedu dimana saja : dalam jaringan hati, pada saluran hepatik, pada kantong
empedu dan pada
ductus choledochus. Disfungsi hepatoseluler yang sedang derajatnya, menghambat penyaluran
bilirubin konjugat ke dalam ductus colligentis ; kadar bilirubin direk dalam darah dapat meningkat pada
penyakit hepatoseluler, biarpun saluran-saluran empedu dapat dilalui dengan bebas. Bila kadar bilirubin
direk atau indirek sampai 2-4 mg/dl, maka pasien menderita ikterus, yakni menguningnya kulit, selaput
lendir dan sklera.
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa)
yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit (terutama) dan atau sklera
tampak kekuningan.
Bilirubin tak terkonjugasi dan bilirubin glukoronida dapat menumpuk secara sistemik dan
mengendap dalam jaringan, menimbulkan warna kuning ikterus. (Robbinsdkk, 2007). Perkataan ikterus
berarti jaringan tubuh berwarna kekuning-kuningan pada kulit dan jaringan dalam. Penyebab umum
ikterus adalah adanya sejumlah besar dalam cairan ekstraselular, baik bilirubin terkonjugasi dan
takterkonjugasi (Guyton & Hall,1997). Terdapat dua perbedaan patofisiologis penting antara kedua
bentuk bilirubin. Bilirubin takterkonjugasi berikatan kuat dengan albumin serum dan pada dasarnya tidak
larut air pada pH fisiologis. Bentuk ini tidak dapat diekskresikan dalam urin walaupun kadar dalam darah
sangat tinggi. Secara normal, sejumlah bilirubin tak-terkonjugasi terdapat sebagai anion bebas-albumin di
dalam plasma. Fraksi plasma yang tak-terikat dapat meningkat pada penyakit hemolitik yang parah atau
jika obat pengikat protein menggeser bilirubin dari albumin.
Sebaliknya, bilirubin terkonjugasi bersifat larut air, nontoksik, dan hanya berikatan secara lemah
dengan albumin. Karena kelarutan dan ikatannya yang lemah dengan albumin , kelebihan bilirubin
terkonjugasi dalam plasma dapat dikeluarkan melalu urin.
Pada orang dewasa normal, kadar bilirubin serum bervariasi antara 0,3 sampai dengan 1,2
mg/dl, dan laju pembentukan bilirubin sistemik setara dengan laju penyerapan oleh hati, konjugasi, dan
ekskresi empedu. Ikterus akan tampak jika kadar bilirubin serum meningkat melebihi 2,0 ampai 2,5
mg/dl; pada penyakit yang parah, kadar dapat mencapai 30 hingga 40 mg/dl. Ikterus terjadi jika
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran bilirubin terganggu oleh satu atau lebih mekanisme
berikut ini : (1) produksi bilirubin yang berlebihan, disebabkan oleh; Peningkatan sel darah merah,
penurunan umur sel darah merah, peningkatan early bilirubin, (2) penurunan penyerapan oleh hati, (3)
gangguan konjugasi, (4) penurunan ekskresi hepatoselular, dan (5) gangguan aliran empedu, baik intra
maupun ekstrahepatik. Tiga mekanisme yang pertama dapat menyebabkan hiperbilirubinemia tak-
terkonjugasi, dan dua yang terakhir menyebabkan hiperbilirubinemia yang terutama terkonjugasi
(Robbinsdkk, 2007).
Peningkatankadar bilirubin direkdantotal
:menunjukkanadanyagangguanpadahati(kerusakanselhati) atausaluranempedu (batuatau
tumor). Bilirubin
terkonjugasitidakdapatkeluardariempedumenujuusussehinggaakanmasukkembalidanterabsorbs
ikedalamalirandarah. Sehinggamasalahklinis yang munculpada bilirubin direkdan total
adalah ikterikobstruktifkarenabatuatauneoplasma, hepatitis, sirosishati, mononucleosis
infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruhobat :antibiotik (amfoterisin B,
klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide,
obatantituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid,
asametakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein,
morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid,
steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
Penurunankadar : anemia defisiensibesi. Pengaruhobat : barbiturate, salisilat (aspirin),
penisilin, kafeindalamdosistinggi.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai bilirubindirek yang normal, yaitu 0,8 mg/dL untuk
sampel 1 dan 0,14 untuk sampel 2.Nilai rujukan untuk kadar bilirubin direct yaitu: 0,1 ±0,3 mg/dL.
Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar bilirubin indirect adalah sebagai
berikut:
Peningkatan kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia pernisiosa,
septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin,
rifampin, fenotiazin.
Penurunan kadar : pengaruh obat barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
a. Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar
bilirubin.
b. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
c. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan
menurun.
d. Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
Faktor-faktor kesalahan yang dapat terjadi pada saat praktikum
a. Terjadi lisis pada sampel dan Waktu inkubasi sampel tidak sesuai
b. Volume sampel / reagen (buffer dan substrat) tidak tepat
c. Cuvet yang digunakan terkontaminasi dengan zat lain sehingga reaksi yang terjadi tidak sempurna
d. Sampel terkena cahaya, sehingga kadar bilirubinnya menurun
Selain dapat menentukan kadar bilirubin total dan bilirubin direct, juga dapat ditentukan kadar
bilirubin indirect, kadar bilirubin indirect dapat ditentukan dengan selisih dari kadar total dengan kadar
bilirubin direct. Nilai rujukan untuk pengukuran kadar bilirubin indirect : 0,1-1,0 mg/dL. Peningkatan
kadar bilirubin indirect sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada
penyakit hemolitik oleh autoimun, transfuse, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosi
tidak diimbangi dengan kecepatan konjugasi dan ekresi ke saluiran empedu sehingga terjadi peningkatan
kadar bilirubin indirect (Joyce,2007). Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai bilirubinindirek yang tinggi
yaitu 1,22 mg/dLuntuksampel 1, sedangkanuntuk sampel 2 normal 0,41 mg/dl.
DAFTAR PUSTAKA
Dufour D.R, 2006. Clinical Chemistry and Molecular Diagnostic. Edisi 4. Missouri : Elsevier Saunders
Guyton A. C., Hall J. E, 1997. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC
.Sacher, R.A, McPherson, R.A, 2004. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Cetakan 1.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai