Anda di halaman 1dari 4

Daftar Pustaka

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed. Ke-6.
Jakarta: BP FKUI, 2007.
2. W Klaus, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology, ed.
Ke-6. United States: The McGraw-Hill Companies, 2009.
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ Diseases of The Skin. Clinical
Dermatology, 10th ed. Philadelphia: W.B. Saunders, Elsevier, 2006.

Eritrasma

 Pendahuluan
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100 tahun
lamanya dianggap sebagai penyakit jamur. BURCHARD melukiskan penyakit ini sebagai
penyakit kulit yang disebabkan oleh Actynomycetes, Nocardia minitussima berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung dengan ditemukan susunan struktur
semacam hifa halus pada tahun 1859. Baru pada tahun 1962 SARKANI dkk. menemukan
Corynebacterium sebagai etiologi berdasarkan penelitian pada biakan.
Penyakit ini bersifat universal, namun lebih banyak terlihat di daerah tropik 1.
Onsetnya adalah pada usia dewasa. Kulit yang lembab, udara yang lembab, pakaian yang
ketat, sepatu yang sempit, dan hiperhidrosis merupakan faktor-faktor predisposisi untuk
penyakit ini2.

 Definisi1
Eritrasma ialah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama
halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.

 Etiologi2
Seperti yang telah disebutkan di atas etiologi dari penyakit ini adalah
Corynebacterium minitussismum. Bakteri ini adalah bakteri gram positif (difteroid).
Bakteri ini tidak membentuk spora dan merupakan basil yang bersifat aerob atau anaerob
yang fakultatif. Corynebacterium minitussismum merupakan flora normal di kulit yang
dapat menyebabkan infeksi epidermal superfisial pada keadaan-keadaan tertentu.

 Gejala Klinis
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritoskuamosa,
berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-coklatan. Variasi ini
rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.
Tempat predileksi dimulai dari tempat yang paling sering, yakni toe webspaces (di
antara jari kaki)2, lipat paha, aksila1,2. Selain itu, juga bisa ditemukan di daerah
intertriginosa lain (terutama pada penderita gemuk)1,2, intergluteal, inframamary
(submammary)2. Lesi di daerah lipat paha dapat menunjukkan gejala berupa gatal dan
terasa terbakar. Sedangkan lesi pada tempat lain asimtomatik3.
Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak
menimbulkan dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan
pada perabaan terasa berlemak.
Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antara eritrasma dan diabetes
melitus. Penyakit ini terutama menyerang pria dewasa dan dianggap tidak begitu menular,
berdasarkan observasi pada pasangan suami-isteri yang biasanya tidak terserang penyakit
tersebut secara bersama-sama. Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subyektif, kecuali
bila terjadi ekzematisasi oleh karena penderita berkeringat banyak atau terjadi maserasi
pada kulit1.

 Pembantu Diagnosis
Pemeriksaan pembantu terdiri atas pemeriksaan dengan lampu Wood dan sediaan
langsung1.
Pada pemeriksaan dengan lampu Wood, lesi terlihat berfluoresensi merah membara
(coral-red)1,3. Fluoresensi ini terlihat karena adanya porfirin. Pencucian atau pembersihan
daerah lesi sebelum diperiksa akan mengakibatkan hilangnya fluoresensi3.
Bahan untuk sediaan langsung dengan cara mengerok. Lesi dikerok dengan skalpel
tumpul atau pinggir gelas obyek. Bahan kerokan kulit ditambah satu tetes eter, dibiarkan
menguap. Bahan tersebut yang lemaknya sudah dilarutkan dan kering ditambah biru
metilen atau biru laktofenol, ditutup dnegan gelas penutup dan dilihat di bawah mikroskop
dengan pembesaran 10x100. Bila sudah ditambah biru laktofenol, susunan benang halus
belum terlihat nyata, sediaan dapat dipanaskan sebentar di atas api kecil dan gelas penutup
ditekan, sehingga preparat menjadi tipis.
Organisme terlihat sebagai batang pendek halus, bercabang, berdiameter 1u atau
kurang, yang muda putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid. Pemeriksaan harus teliti
untuk melihat bentuk terakhir ini.
Kultur biasanya tidak diperlukan1.

 Diagnosis Banding1
Kelainan kulit kronik, non-inflamasi pada daerah intertriginosa, yang berwarna
merah kecoklatan, dilapisi skuama halus merupakan tanda eritrasma. Pemeriksaan dengan
lampu Wood dan sediaan langsung KOH dapat menentukan diagnosis. Pitiriasis versikolor
biasanya tidak terbatas pada daerah intertriginosa. Pemeriksaan dengan lampu Wood dan
sediaan langsung dapat membedakan kedua penyakit tersebut. Tinea kruris dan dermatitis
seboroik, maupun dermatitis kontak lebih nyata tanda radangnya, apalagi bila terlihat
vesikulasi.

 Prognosis1
Prognosis cukup baik, bila semua lesi diobati dengan tekun dan menyeluruh.

 Pengobatan1
Eritromisin merupakan obat pilihan. Satu gram sehari (4x250mg) untuk 2-3minggu.
Obat topikal, misalnya salap tetrasiklin 3% juga bermanfaat. Demikian pula obat antijamur
yang baru yang berspektrum luas. Hanya pengobatan topikal memerlukan lebih ketekunan
dan kepatuhan penderita.

1. Dari Andrews’

2. Dari Fitzpatrick’s

Anda mungkin juga menyukai