Anda di halaman 1dari 13

A.

Kajian Analisis SWOT


1. Analisa SWOT
Tabel 3.37 Analisa SWOT Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015

INTERNAL EXTERNAL
UNSUR
NO
MANAJEMEN WEAKNESS OPPORTUNITY
STRENGTH THREAT
(W) (O)
(S) (T)
1 MAN 1. Kualifikasi perawat sudah sesuai untuk 1. Jumlah perawat kurang dari kebutuhan 1. Penambahan tenaga
penerapan MPKP Transisi ( kurang 4 orang, dengan perhitungan melalui penerimaan
2. 93,3 % pendidikan perawat adalah DIII metode Douglas) dan distribusi perawat PNS dan tenaga
dan 6,7 % pendidikan SPK berdinas tidak sesuai dengan pembagian honorer/ kontrak
3. Rata-rata pengalaman bekerja di RS tim
Jiwa 13,2 tahun 2. Jumlah tenaga perawat kurang dari
kebutuhan namun beban kerja termasuk
pada ketegori beban kerja ringan ( < 80%,
Illyas, 2013)
3. Sesuai dengan model MPKP Transisi,
namun dalam pelaksanaan nya tidak
sesuai dengan struktur organisasi
4. 100 % perawat tidak membuat rencana
kerja harian
5. Masih dalam proses penyusunan di
bidang keperawatan
2 METHODE 1. Formulir dokumentasi telah baku dan 1. Pelaksanaan metode asuhan tidak sesuai 1. Adanya MOU dengan
telah terisi 89,58% (lebih dari indikator dengan MPKP Transis 14 institusi pendidikan
mutu RSJ : > 85%) 2. Pengetahuan tentang MPKP (63,6% keperawatan
2. Model asuhan Keperawatan MPKP kategori cukup); Timbang terima (54,5%, 2. Pelaksanaan TAK
Transisi kategori baik); Supervisi (37,3%, kategori bekerja sama dengan
3. sistem managemen obat telah baik); Ronde keperawatan (27,3%, praktikan keperawatan
menggunakan sistem one day dose yang kategori cukup); ; discharge planning institusi pendidikan
dipusatkan di farmasi (9,1%, kategori baik); universal precaution
4. Pelaksanaan supervisi 100% dilakukan (81,8%, kategori baik). Namun hasil
dengan langkah-langkah yang benar observasi diperoleh data bahwa dalam
pelaksanaan model MPKP, timbang
terima, supervisi, ronde keperawatan,
universal precaution tidak sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki. Belum pernah
adanya peningkatan pengetahuan
mengenai MPKP bagi perawat di ruang
merpati
3. Pelaksanaan supervisi tidak dilakukan
sesuai dengan tingkat jabatan
4. pelaksanaan tindakan yang tidak sesuai
dengan SPO : komunikasi terapetik 13%,
universal precaution 75%, pemberian obat
per oral 46%, pemberian makan per oral
62%, merapikan tempat tidur/ bad making
21%, TAK 100% tidak dilakukan

3 MATERIAL 1. alat Rumah tangga tidak sesia dengan 1. Adanya dana APBD
standar kebutuhan menurut RS yaitu 83% dalam pemenuhan
2. alat tulis kantor tidak sesuai dengan sarana prasarana
stadar kebutuhan menurut RS Jiwa
dengan nilai 90%
3. alat kesehatan tidak sesuai dengan stadar
kebutuhan menurut RS Jiwa dengan nilai
80%
4. pencatatan dan pelaporan tidak sesuai
dengan stadar kebutuhan menurut RS
Jiwa dengan nilai 92%
5. alat kebersihan tidak sesuai dengan
stadar kebutuhan menurut RS Jiwa
dengan nilai 72%
6. alat tenun tidak sesuai dengan stadar
kebutuhan menurut RS Jiwa dengan nilai
82%
7. fasilitas ruang tindakan tidak sesuai
dengan stadar kebutuhan menurut RS
Jiwa dengan nilai 10%
8. alat penunjang tidak sesuai dengan stadar
kebutuhan menurut RS Jiwa dengan nilai
80%
9. ruang penunjang tidak sesuai dengan
stadar kebutuhan menurut RS Jiwa
dengan nilai 55%
10. kartu inventaris ruangan tidak sesuai
dengan stadar kebutuhan menurut RS
Jiwa dengan nilai 25%
4 MONEY 1. Perawat dengan status PNS 1. Perawat dengan status tenaga kontrak 1. Adanya dana dari 1. adanya panti
mendapatkan gaji, IBK, TKK dan mendapat gaji dari APBD, tetapi tidak pemerintah provinsi rehabilitasi mental
tunjangan hari raya dari dana APBD mendapatkan tunjangan lain lain dan jawa barat untuk tugas dan yayasan
2. Pembelian barang berasal dari dana insentif belajar bagi PNS yang kesehatan jiwa
APBD 2. Tidak adanya jaminan kesehatan bagi mau melanjutkan yang menerima
3. Jumlah pasien masuk dengan jaminan tenaga kontrak pendidikan magister pasien dengan
sosial : BPJS 75,68%; GKD 5,41%, JKM 3. Tidak adanya dana dari RS untuk perawat keperawatan jaminan sosial
13,51%, umum 5,4% yang melaksanakan pendidikan lanjutan 2. adanya dana yang (BPJS, GKD dll)
dengan status ijin belajar berasal dari MOU
dengan institusi
pendidikan
3. Adanya MOU dengan
14 institusi pendidikan
kesehatan
4. Adanya ijin belajar bagi
perawat yang akan
melajutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi
5 MARKETING 1. letak geografis mendukung proses 1. Jarak dan transportasi yang sulit di Adanya mahasiswa 1. Adanya RS jiwa
rehabilitasi jangkau praktikan di ruang merpati lain di daerah
2. Rata-rata hunian pasien di ruang merpati 2. Visi, Misi ruang merpati yang baru belum Adanya tim K3RS jawabarat ( RS
85, 26 % dari target BOR 80-90 % disosialisasikan Adanya MOU dengan Jiwa
3. Rata-rata lama rawat pasien di ruang 3. Belum adanya Filosofi dan tujuan jaminan sosial (BPJS, dr.H.Marzoeki,
merpati adalah 24,5 hari, sesuai dengan 4. Belum adanya program unggulan dari JPKM) Yayasan Hurip
Indikator RS untuk lama rawat inap < 6 ruang merpati waluya, yayasan
minggu 5. Kepuasan pelanggan di ruang merpati Nurul Insani)
4. Visi dan Misi Ruang Merpati sudah ada rata-rata 80.75% lebih rendah dari target 2. Adanya Undang-
dan mengacu pada Visi, Misi RS Jiwa (target indikator mutu kepuasan undang
5. Bekerja sama dengan kesehatan jiwa pelanggan > 90%) perlindungan
masyarakat 6. Kepuasan perawat di ruang merpaati rata- konsumen
rata 76,1%
7. Belum adanya leaflet mengenai
kesehatan jiwa di ruang merpati (7
diagnosa keperawatan)
8. Sudah ada arah evakuasi, APAR dan
Assembly point tetapi penyimpanan tidak
sesuai
2. TOWS Matriks
Tabel 3.38 TOWS MATRIKS Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
Strength – S Weakness – W
1. Kualifikasi perawat telah sesuai untuk penerapan MPKP Transisi, 1. Jumlah perawat kurang dari kebutuhan, distribusi perawat dinas tidak sesuai
dengan tingkat pendidikan 93,3% D3 dan Rata2 pengalaman bekeja di dengan pembagian tim, rendahnya beban kerja < 80 %, perawat tidak membuat
RS J 13,2 tahun rencana kerja harian
2. Metode MPKP Transisi telah ditetapkan, dengan formulir dokumentasi 2. Pelaksanaan asuhan tidak sesuai dengan model MPKP transisi, masih adanya
keperawatan yang telah baku, pelaksanaan supervisi 100% dan perawat yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai : MPKP (63,6%
managemen obat telah sesuai dengan sistem one day dose kategori cukup); Timbang terima (54,5%, kategori baik); Supervisi (37,3%, kategori
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan prosedur telah di dukung baik); Ronde keperawatan (27,3%, kategori cukup); ; discharge planning (9,1%,
dengan adanya SAK dan SOP kategori baik); universal precaution (81,8%, kategori baik). Dan hasil observasi
4. Sistem penggajian perawat PNS dan tenaga kontrak berasal dari menunjukkan pelaksanaan MPKP, timbang terima, supervisi, discharge planning
APBD,adanya tunjangan bagi perawat PNS dan jumlah pasien masuk dan universal precaution tidak sesuai, belum pernah dilakukannya pelatihan
dengan jaminan sosial 75% mengenai MPKP Transisi, pelaksanaan tindakan keperawatan seperti :a.
5. Ruangan sudah memiliki Visi dan misi yang mengacu pada Visi dan Komunikasi terapetik 13%, universal precaution (75%), c. pemberian obat per oral
Misi RS, pencapaian LOS lebih rendah dari indikator mutu RS, BOR (46%), d. pemberian makan per oral (62%), merapikan tempat tidur/ bad making
lebih tinggi dari indikator mutu, adanya kerja sama dengan KesWaMas (21%), TAK 100 % tidak sesuai dengan SOP
untuk melakukan Home Visite 3. Sarana dan Prasarana belum memenuhi standar : a. alat rumah tangga 17%, b.
alat tulis kantor 10%, c. alat kesehatan 20%, d. pencatata dan pelaporan 8%, e.
Kebersihan 28%, f. alat tenun 18%, g. Fasilitas ruang tindakan 90%, h. alat
penunjang 20%, i. Ruang penunjang 45%, j. Kartu inventaris ruangan 75%
4. Perawat dengan status tenaga kontrak tidak mendapatkan tunjangan, tidak
mendapatkan jaminan kesehatan dan tidak adanya dana pendidikan bagi tenaga
perawat yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan
5. Belum adanya sosialisasi Visi dan Msi ruangan, belum adanya Filosofi dan tujuan,
belum adanya program unggulan dari ruang merpati, kepuasan pelanggan 80,75%
lebih rendah dari indikator mutu RS ( > 90%) dan kepuasan perawat masih rendah
76,1%
Opportunity – O Strategy SO 1. Strategi WO
1. Adanya penambahan tenaga melalui 1. Meningkatkan tingkat pendidikan dengan memanfaatkan ijin belajar 2. Menambah kekurangan jumlah perawat dengan memanfaatkan penbahan tenaga
penerimaan CPNS dan tenaga kontrak dari RS jiwa dan kerja sama dengan institusi pendidikan (S1O2) melalui penerimaan CPNS dan tenaga kontrak(w101)
2. Adanya pengembangan pelatihan atau 2. Mengoptimalkan metode MPKP (pengetahuan MPKP, timbang terima, 3. Meningkatkan pelaksanaan MPKP Transisi, meningkatkan pengetahuan,
seminar yang diberikan oleh rumah sakit supervisi, ronde keperawatan) dan pengisian formulir dokumentasi meningkatkan tindakan keperawatan melalui pengembangan pelatihan atau
seperti izin belajar, Adanya kerjasama keperawatan dengan memanfaatkan MOU institusi pendidikan (s2o3) seminar yang diberikan oleh RS seperti izin belajar, MOU dengan institusi
dengan pihak lain (MOU )dengan institusi 3. Mengoptimalkan pelaksanaan asuhan keperawatan dan SOP dengan pendidikan dalam meningkatkan pendidikan formal (s2o2)
pendidikan dalam hal meningkatkan untuk memanfaatkan MOU institusi pendidikan (s3o3) 4. Menambah sarana dan prasarana untuk memenuhui standara RS dengan
pendidikan formal. 4. Meningkatkan jumlah pasien masuk pengguna jaminan sosial dengan memanfaatkan dana pengembangan, penambahan alat dan logistik ruangan dari
3. Adanya MOU dengan institusi pendidikan meningkatkan kerja sama dengan penjamin sosial ( BPJS, JKN, dll) APBD (w3o4)
4. Adanya dana untuk pengembangan, (s4o5) 5. meningkatkan sosialisasi Visi dan Misi ruangan, membuat filosofi dan tujuan,
penambahan alat dan losgistik ruangan dari 5. Mengurangi lama rawat dengan meningkatkan kualitas pelayanan program unggulan dan meningkatkan kepuasan pelanggan dan perawat dengan
APBD melalui seminar di internal/ ekternal RS dengan MOU institusi memanfaatkan pengembangan pelatihan atau seminar yang diberikan oleh rumah
5. Adanya kerja sama ruangan dengan pendidikan (s402) sakit seperti izin belajar, Adanya kerjasama dengan pihak lain (MOU )dengan
penjamin sosial (BPJS, institusi pendidikan dalam hal meningkatkan untuk pendidikan formal (w5o2)
JAMKESMAS,GAKINDA,SKTM/jampersal)
Threats – T Strategy ST Strategy WT
1. Adanya, RS Jiwa, panti rehabilitasi mental 1. Menurunkan lama rawat untuk menekan jumlah pasien masuk ke RS 1. Mengadakan refreshing tentang universal precaution, MPKP, tindakan keperawatan
dan yayasan kesehatan jiwa yang menerima lain yang berada di sekitar RS Jiwa untuk menghadapi ancaman UU perlindungan konsumen (w2t2)
pasien dengan jaminan sosial ( BPJS, GKD 2. Meningkatkan kualitas dan kualifikasi perawat untuk mengurangi 2. Mengoptimalkan dan meningkatkan sarana dan prasarana untuk menekan ancaman
dll ) seperti RS J dr. Marzoeki, Yayasan ancaman UU perlidungan konsumen dan menekan jumlah pasien persaiangan dengan RS Jiwa lain (w3t1)
Nurul Insani, Yayasan Hurip waluyo masuk ke RS lain yang berada di sekitar RS Jiwa dengan cara 3. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan membuat leaflet tentang masalah
2. Adanya undang undang perlindungan pengembangan pelatihan/seminar/ pendidikan formal (s1, T1T2) keperawatan jiwa untuk menekan persaingan dengan Rs Jiwa lain ( w5t1)
konsumen
3. jarak dan transfortasi sulit dijangkau
3. Rencana Strateg (RENSTRA)
a. Internal factor Evaluation (IFE) Matrix
Tabel 3.39 Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SCORE
STRENGTH
1. Kualifikasi perawat telah sesuai untuk penerapan
MPKP Transisi, dengan tingkat pendidikan 93,3%
0.1 2 0.2
D3 dan Rata2 pengalaman bekeja di RS J 13,2
tahun
2. Metode MPKP Transisi telah ditetapkan, dengan
formulir dokumentasi keperawatan yang telah
baku, pelaksanaan supervisi 100% dan 0.15 4 0.6
managemen obat telah sesuai dengan sistem one
day dose
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan prosedur
0.05 3 0.15
telah di dukung dengan adanya SAK dan SOP
4. Sistem penggajian perawat PNS dan tenaga
kontrak berasal dari APBD,adanya tunjangan bagi
0.05 1 0.05
perawat PNS dan jumlah pasien masuk dengan
jaminan sosial 75%
5. Ruangan sudah memiliki Visi dan misi yang
mengacu pada Visi dan Misi RS, pencapaian LOS
lebih rendah dari indikator mutu RS, BOR lebih 0.15 4 0.6
tinggi dari indikator mutu, adanya kerja sama
dengan KesWaMas untuk melakukan Home Visite
WEAKNESS
1. Jumlah perawat kurang dari kebutuhan, distribusi
perawat dinas tidak sesuai dengan pembagian tim,
0.1 4 0.4
rendahnya beban kerja < 80 %, perawat tidak
membuat rencana kerja harian
2. Pelaksanaan asuhan tidak sesuai dengan model
MPKP transisi, masih adanya perawat yang
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
MPKP (63,6% kategori cukup); Timbang terima
(54,5%, kategori baik); Supervisi (37,3%, kategori
baik); Ronde keperawatan (27,3%, kategori
cukup); ; discharge planning (9,1%, kategori baik);
universal precaution (81,8%, kategori baik). Dan
hasil observasi menunjukkan pelaksanaan MPKP,
0.2 4 0.8
timbang terima, supervisi, discharge planning dan
universal precaution tidak sesuai, belum pernah
dilakukannya pelatihan mengenai MPKP Transisi,
pelaksanaan tindakan keperawatan seperti :a.
Komunikasi terapetik 13%, universal precaution
(75%), c. pemberian obat per oral (46%), d.
pemberian makan per oral (62%), merapikan
tempat tidur/ bad making (21%), TAK 100 % tidak
sesuai dengan SOP
3 Sarana dan Prasarana belum memenuhi standar :
a. alat rumah tangga 17%, b. alat tulis kantor 10%,
c. alat kesehatan 20%, d. pencatata dan pelaporan
8%, e. Kebersihan 28%, f. alat tenun 18%, g. 0.05 2 0.1
Fasilitas ruang tindakan 90%, h. alat penunjang
20%, i. Ruang penunjang 45%, j. Kartu inventaris
ruangan 75%
4 Perawat dengan status tenaga kontrak tidak
mendapatkan tunjangan, tidak mendapatkan
0.05 1 0.05
jaminan kesehatan dan tidak adanya dana
pendidikan bagi tenaga perawat yang akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1
keperawatan
5 Belum adanya sosialisasi Visi dan Msi ruangan,
belum adanya Filosofi dan tujuan, belum adanya
program unggulan dari ruang merpati, kepuasan
0.1 4 0.4
pelanggan 80,75% lebih rendah dari indikator
mutu RS ( > 90%) dan kepuasan perawat masih
rendah 76,1%
JUMLAH TOTAL 1 29 3.35

b. External Factor Evaluation (EFE) Matrix


Tabel 3.40 Eksternal Factor Evaluation (IFE) Matrix di Ruang Merpati Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SCORE
OPPORTUNITY
1. Adanya penambahan tenaga melalui penerimaan
0.05 1 0.05
CPNS dan tenaga kontrak
2. Adanya pengembangan pelatihan atau seminar
yang diberikan oleh rumah sakit seperti izin
belajar, Adanya kerjasama dengan pihak lain 0.2 4 0.8
(MOU )dengan institusi pendidikan dalam hal
meningkatkan untuk pendidikan formal.
3. Adanya MOU dengan institusi pendidikan 0.1 4 0.4
4. Adanya dana untuk pengembangan, penambahan
0.1 1 0.1
alat dan losgistik ruangan dari APBD
5. Adanya kerja sama ruangan dengan penjamin
0.05 2 0.1
sosial (BPJS, JAMKESMAS,GAKINDA)
THREAT
1. Adanya, RS Jiwa, panti rehabilitasi mental dan
yayasan kesehatan jiwa yang menerima pasien
dengan jaminan sosial ( BPJS, GKD dll ) seperti 0.2 4 0.8
RS J dr. Marzoeki, Yayasan Nurul Insani, Yayasan
Hurip waluyo
2. Adanya undang undang perlindungan konsumen 0.2 4 0.8
3 jarak dan transfortasi sulit dijangkau 0.1 1 0.1
JUMLAH TOTAL 1 21 3.15

4. Internal dan Eksternal Matriks


Internal dan External Matrix Di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
I F E
Kuat Sedang Lemah

3.35 3.0 2.0 1.0


Kuat I II III

3,15
3.0 IV V VI
E
Sedang
F
2.0
E VII VIII IX
Lemah

1.0
Keterangan :
Untuk restra di Ruang merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi jawa Barat
didapatkan hasil IFE total adalah 3.35 (posisi internal yang kuat) dan pada EFE total
adalah 3,15 (berespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang ada), maka IE
matriks berada pada posisi sel I simbol sel ini +/+. Strategi pada sel ini digambarkan
sebagai Grow and Build, strategi yang cocok bagi SBU ini adala strategi intensif
(market penetration, market development, dan product development) dan strategi
integrative (backward integration, forward integration, dan horizontal integration).

5. Matrix Space Table


Tabel 3.41 Eksternal Factor Evaluation (IFE) Matrix di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat Tahun 2015

FAKTOR KUNCI RATING


FAKTOR INTERNAL +1 sampai +4
1. Kekuatan keuangan (FS)
a) Perawat dengan status PNS dan konrak mendapatkan gaji dari APBD +4
b) Adanya dana untuk pengembangan staf kesejahteraan karyawan +3
c) Tenaga PNS mendapat tunjangan +4
d) Lingkungan rumah sakit yang baik untuk rehabilitas +1
e) BOR > 85% +2
2. Kekuatan Industri (IS)
a) Secara structural ruang merpati sudah menggunakan jenis metodr +2
MPKP transisi
b) Dalam format dokumentasi asuhan keperawata intervensi, +3
implementasi dan evaluasi
FAKTOR EKSTERNAL -1 sampai -4
1. Stabilitas Lingkungan (ES)
a) Adanya kerjasama denagn BPJS, JPKN dan gakinda -4
b) Adanya kerjasama/ MOU dengan 14 institusi pendidikan -2
2. Keuntungan Kompetensi (CA)
a) Adanya yayasan dan rumah sakit dengan pelayanan keperawatan jiwa
-2
lainnya
Kesimpulan :
a. Hasil rating matrix SPACE :
FS = (jumlah FS : jumlah option) = 14 : 5 = 2.8
ES = (jumlah ES : jumlah option) = -6 : 2 = -3
IS = (jumlah IS : jumlah option) = 5 : 2 = 2.5
CA = (jumlah CA : jumlah option) = -2 : 1 = - 2
b. Kemudian yang digunakan sebagai X aksis adalah :
X = IS + CA = 2.5 + (-2) = 0.5
Y = FS + ES = 2.8 + (-3) = - 0.2
6. Matrix Space
Grafik 3.2 Matrix space di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015

Peluang lingkungan yg besar

Y
Sel. 1 Strategi Agresif
(Konservatif)

Sel. 3 Strategi Berbenah Diri

+ 0.5 X
Kelemahan intern yg kritis Kekuatan intern yg penting
-0.25

Kekuatan : +0,5
Ancaman : - 0,25

Sel. 2 Strategi Diversifikasi


Sel. 4 Strategi Defensif (Kompetitif)
Ancaman lingkungan yg besar
Kesimpulan :
Pada matrix space diatas ditujukan kondisi ruang bedah tersebut terdapat pada
area sel 2, simbol sel ini +/-. Strategi yang digambarkan dari diagram tersebut adalah
strategi diversifikasi (competitive) berarti perusahaan berada pada posisi yang baik
untuk memanfaatkan kekuatan yang ada, untuk mengatasi ancaman-ancaman.
Dengan beberapa usulan strategi adalah strategi konservatif (market penetration,
.
market development, product development, consentric diversification).

7. Alternatif Strategi
Tabel 3.42 Tabel Analisis Strategi di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015
TOWS IE SPACE
No. Alternatif Strategi
MATRIX MATRIX MATRIX
Mengoptimalkan metode MPKP (pengetahuan MPKP,
timbang terima, supervisi, ronde keperawatan) dan
1 (+) / (+) (+) / (+) (+) / (-)
pengisian formulir dokumentasi keperawatan dengan
memanfaatkan MOU institusi pendidikan (s2o3)
Mengoptimalkan pelaksanaan asuhan keperawatan dan
2 SOP dengan memanfaatkan MOU institusi pendidikan (+) / (+) (+) / (+) (+) / (-)
(s3o3)
meningkatkan sosialisasi Visi dan Misi ruangan,
membuat filosofi dan tujuan, program unggulan dan
meningkatkan kepuasan pelanggan dan perawat
dengan memanfaatkan pengembangan pelatihan atau
3 (-) / (+) (+) / (+) (+) / (-)
seminar yang diberikan oleh rumah sakit seperti izin
belajar, Adanya kerjasama dengan pihak lain
(MOU )dengan institusi pendidikan dalam hal
meningkatkan untuk pendidikan formal (w5o2)
Mengadakan refreshing tentang universal precaution,
4 MPKP, tindakan keperawatan untuk menghadapi (-) / (+) (+) / (+) (+) / (-)
ancaman UU perlindungan konsumen (w2t2)
Mengoptimalkan dan meningkatkan sarana dan
5 prasarana untuk menekan ancaman persaiangan (-) / (+) (+) / (+) (+) / (-)
dengan RS Jiwa lain (w3t1)
Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan membuat
6 leaflet tentang masalah keperawatan jiwa untuk (+) / (-) (+) / (+) (+) / (-)
menekan persaingan dengan Rs Jiwa lain ( w5t1)
8. QSPM
Tabel 3.43 Quantitatif Strategic Planning di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015

1 2 3 4 5 6
NO Faktor Kunci Bobot
AS TS AS TS AS TS AS TS AS TS AS TS
Peluang / Opportunity
1 Adanya penambahan tenaga melalui 0.075 1 0.075 1 0.075 1 0.075 1 0.075 1 0.075 1 0.075
penerimaan CPNS dan tenaga kontrak
Adanya pengembangan pelatihan atau
seminar yang diberikan oleh rumah sakit
seperti izin belajar, Adanya kerjasama
2 0.175 3 0.525 4 0.7 3 0.525 3 0.525 1 0.175 2 0.35
dengan pihak lain (MOU )dengan institusi
pendidikan dalam hal meningkatkan untuk
pendidikan formal.
3 Adanya MOU dengan institusi pendidikan 0.15 4 0.6 3 0.45 4 0.6 4 0.6 1 0.15 4 0.6
Adanya dana untuk pengembangan,
4 penambahan alat dan losgistik ruangan 0.1 1 0.1 2 0.2 1 0.1 1 0.1 4 0.4 2 0.2
dari APBD
Adanya kerja sama ruangan dengan
5 penjamin sosial (BPJS, 0.125 2 0.25 2 0.25 1 0.125 1 0.125 1 0.125 1 0.125
JAMKESMAS,GAKINDA)
Ancaman/ Threat
Adanya, RS Jiwa, panti rehabilitasi mental
dan yayasan kesehatan jiwa yang
menerima pasien dengan jaminan sosial
6 0.15 4 0.6 3 0.45 3 0.45 4 0.6 4 0.6 4 0.6
(BPJS, GKD dll ) seperti RS J dr. Marzoeki,
Yayasan Nurul Insani, Yayasan Hurip
waluyo
Adanya undang undang perlindungan
7 0.15 4 0.6 4 0.6 3 0.45 3 0.45 2 0.3 2 0.3
konsumen
9. Planning Of Action
Tabel 3.44 Quantitatif Strategic Planning di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
No. Tujuan Kegiatan 5 M Penanggung Jawab Pelaksanaan Indikator Keberhasilan
1. Meningkatkan pelaksanaan MAN Perawat : Rabu, 28 Januari MAN
MPKP : a. Seminar dan Role Play (MPKP dan a. Yuyun Yunara 2015 a. Seminar MPKP dan
a. Pengetahuan dan SOP tindakan tersering) b. Ade Carnisem SOP 100% jawaban
pelaksanaan b. Pembuatan struktur organisasi benar
b. Monitoring dan evaluasi c. Pembuatan jadwal dinas dengan Mahasiswa : b. Struktur organisasi
metode tim untuk bulan februari a. Diki Ardiansyah sesuai dengan metode
b. Evelina Lumbantoruan MPKP
c. Nurul Hidayah c. Jadwal dinas sesuai
metode MPKP
2. Meningkatkan kepatuhan MPKP METHODE Perawat : Kamis, 29 Januari METHODE
dan pelaksanaan SOP : a. Pelaksanaan dan Role Play (MPKP Ai Sriyati 2015 a. Pelaksanaan MPKP dan
a. Pengetahuan dan dan SOP Tindakan tersering). SOP sesuai standar.
pelaksanaan b. Refreshing SOP pelaksanaan cuci Mahasiswa : b. Setiap pagi melakukan
b. Monitoring dan evaluasi tangan. a. Muhammad Luthfi refreshing cuci tangan
c. Sosialisasi b. Rycco Darmareja
c. Wieke Widhiantika
3. Mengoptimalkan tata ruang : MATERIAL Perawat : Kamis – Sabtu, 28 – MATERIAL
a. Menata ulang ruang merpati a. Menata ruang (APAR, Jalur Evakuasi, Dewi Sintamaria 31 Januari 2015 Letak dan fungsi item
(letak penyimpanan APAR, penyimpanan status) material ruangan sesuai
jalur evakuasi, dan b. Membuat kotak saran, tempat leaflet, Mahasiswa : dengan standar
penyimpanan status,) c. Pembuatan bukti fisik (Visi, Misi, tata a. Butet Berlina
b. Pembuatan kotak saran dan tertib pasien dan tulisan kamar) b. Nimas Puspita Negari
leafet d. Pembuatan leaflet dan kotak saran
c. Pembuatan visi, misi, filosofi
dan tujuan ruangan
4. Melaksanakan monitoring evaluasi MARKETING Perawat : Senin, 2 Februari MARKETING
indikator mutu pelayanan (metode a. Monitoring evaluasi, pelaksanaan Tanti 2015 Monitoring evalusai MPKP,
MPKP dan pelaksanaan SOP). MPKP, kepatuhan SOP, pelaksanaan SOP dan cuci tangan
cuci tangan Mahasiswa : mencapai standar rumah
b. Monitoring dan evaluasi penyediaan a. Sundari sakit.
fasilitas pendidikan kesehatan (leaflet) b. Yuyun Yunara
dan Penunjang kotak saran (kertas dan
pulpen)
Lampiran Strategi Diversifikasi (matriks space)

A. Market Penetration
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar
untuk produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini
melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum
diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi dengan strategi lainnya.
Memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif terhadap klien
dengan gangguan jiwa khususnya tindakan preventif (keswamas) dan
termasuk di dalam penetrasi pasar adalah meningkatan jumlah tenaga dalam
melakukan tindakan preventif (keswamas), promosi secara ekstensif (besar-
besaran), atau peningkatan upaya-upaya promotif, preventif tanpa
mengabaikan tindakan kuratif dan rehabilitatif.

B. Market Development
Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah yang
baru. Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan
produk atau layanan yang ada saat ini kepada berbagai wilayah geografis
baru. Globalisasi dan iklim perkembangan pasar internasional semakin
kondusif untuk strategi ini. Hal ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan
yang demikian ketat pada suatu pasar tertentu menyebabkan pengalihan
perhatian Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan upaya
promotif dengan program kesehatan jiwa yang sudah ada seperti program
pekayanan kesehatan jiwa komunitas yang merupakan suatu pendekata
pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat, dimana seluru potensi yang
ada di masyarakat dilibatkan secara aktif.

C. Product Development
Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan
memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada. Strategi ini dipilih
bila organisasi mempunyai produk sukses yang sudah dalam tahap matang
dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru, persaingan
industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama
menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing,
organisasi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi atau
mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat.

D. Concentric Diversification
Adalah menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan secara
langsung.Masalah kesehatan jiwa diIndonesia sangat besar. Diperkirakan ada
1 juta kasusgangguan jiwa berat. Dari jumlah itu, sekitar 18.000 kasus
“ditangani” dengan dipasung. Terkait dengan itu, pemerintah – khususnya
Kementerian Kesehatan – telah mencanangkan Program Indonesia Bebas
Pasung dengan berusaha menemukan pasien yang dipasung di masyarakat.
Namun, penemuan pasien pasung hanya fokus pada pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, belum menyelesaikan masalahkesehatan jiwa. Hal ini harus
didukung dengan pembentukan desa siaga sehat jiwa dengan melatih kader
kesehatan jiwa yang sangat membantu dalam deteksi awal ganggua jiwa.
Namun, keberlanjutan program ini perlu kebijakan pemerintah pusat untuk
menetapkannya sebagai program pokok puskesmas puskesmas sehingga
secara primer kesehatan jiwa dapat dilaksanakans secara komprehensif dari
hulu ke hilir. Pelayanan ini meliputi:
1. Program promosi kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat
yang sehat jiwa sejak usia dini sampai lanjut,
2. Program pencegahan masalah kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat
yang memiliki faktor risiko, seperti penyakit kronis, serta
3. Program pemulihan dan rehabilitasi bagi kelompok masyarakat yang
mengalami masalah kesehatan jiwa agar mereka dapat mandiri dan
produktif kembali.
Menyelesaikan masalah kesehatan jiwa bukan melalui pembangunan
rumah sakit jiwa yang baru, melainkan mengembangkan pelayanan
kesehatan jiwa berbasis masyarakat. Dengan cara ini, seluruh komponen
bangsa ikut berpartisipasi dalam mewujudkan Indonesia sehat jiwa.
Pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat sudah tidak bisa ditunda
lagi. Program kesehatan jiwa wajib menjadi program pokok Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai