Jawab :
BAGIAN-BAGIAN BUMI
Bumi telah terbentuk sekitar 4.6 milyar tahun yang lalu. Bumi merupakan planet dengan
urutan ketiga dari sembilan planet yang dekat dengan matahari. Jarak bumi dengan matahari
sekitar 150 juta km, berbentuk bulat dengan radius ± 6370 km. Bumi merupakan satu-satunya
planet yang dapat dihuni oleh berbagai jenis mahluk hidup. Permukaan bumi terdiri dari daratan
dan lautan. Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Kerak bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan
kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan
basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu
di bagian bawah kerak bumi mencapai 1100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di
bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
2. Selimut atau selubung (mantel) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak
bumi. Tabal selimut bumi mencapai 2900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu
di bagian bawah selimut bumi mencapai 3000 oC.
MEKANIKA BATUAN
3. Inti bumi (core), yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi
(90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200
km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti
luar tebalnya sekitar 2000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai
2200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2700
km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4500 oC.
LITHOSFER
Lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya
lapisan. Lithosfer merupakan lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan
ketebalan rata-rata 1200 km. Lithosfer adalah lapisan kulit bumi paling luar yang berupa batuan
padat. Lithosfer tersusun dalam dua lapisan, yaitu kerak dan selubung, yang tebalnya 50 – 100
km. Lithosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapt menimbulkan persegeran
benua.
Penyusun utama lapisan lithosfer adalah batuan yang terdiri ari campuran antar mineral
sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat secara gembur atau padat. Induk batuan pembentuk
litosfer adalah magma, yaitu batuan cair pijar yang bersuhu sangat tinngi dan terdapat di bawah
MEKANIKA BATUAN
kerak bumi. Magma akan mengalami beberapa proses perubahan sampi menjadi batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
Lithosfer memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Tanah terbentuk
apabila batu-batuan di permukaan litosfer mengalami degradasi, erosi maupun proses fisika
lainnya menjadi batuan kecil sampai pasir. Selanjutnya bagian ini bercampur dengan hasil
pemasukan komponen organis mahluk hidup yang kemudian membentuk tanah yang dapat
digunakan sebagai tempat hidup organisme.
Tanah merupakan sumber berbagai jenis mineral bagi mahluk hidup. Dalam wujud
aslinya, mineral-mineral ini berupa batu-batuan yang treletak berlapis di permukaan
bumi. Melalui proses erosi mineral-mineral yang menjadi usmber makanan mahluk hidup ini
seringkali terbawa oleh aliran sungai ke laut dan terdeposit di dasar laut. Lithosfer terdiri dari
dua bagian utama, yaitu :
Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium,
senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium)
ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan
batuan lain yang terdapat di daratan benua.Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak,
bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35 km. Kerak bumi ini terbagi menjadi dua
bagian yaitu :
a. Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian
atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan
benua.
b. Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada
bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah
tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra.
Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam
logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO lapisan ini
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan
magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan
yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km.
MANTEL
Mantel atau Lapisan perantara, yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife setebal
1700 km. Berat jenisnya rata-rata 5 g/cm3. Lapisan perantara disebut juga astenosfer (mantel).
Lapisan ini merupakan bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar. Mantel adalah lapisan bawah
kerak. Itu membuat hampir dua pertiga dari massa bumi dan sekitar 2900 km tebal. Mantel ini
dibagi menjadi dua wilayah, bagian atas dan bawah. Langsung di bawah bagian atas adalah
MEKANIKA BATUAN
astenosfer. Panas dan tekanan menyebabkan sejumlah kecil mencair terjadi di astenosfer. Saat
masih padat, astenosfer mampu mengalir. Kemampuan padat mengalir disebut plastisitas.
Ketika astenosfer lebih cair dari sisa mantel, lempeng litosfer yang rusak dapat
“mengambang” di atasnya. Ketika materi dalam astenosfer dipanaskan, menjadi kurang padat
dan naik. Sedangkan bahan yang mengalami pendingin akan lebih padat dan cenderung
tenggelam. Arus yang beredar membawa materi panas ke atas dan bahan yang dingin ke bawah
menimbulkan arus. Ini arus yang melingkar di astenosfer disebut arus konveksi. Arus konveksi
yang beredar menyebabkan lempeng bergerak.
INTI BUMI
Inti bumi adalah lapisan bumi yang terletak paling dalam dibawah lapisan mantel bumi
yang merupakan lapisan pusat bumi. Lapisan inti bumi ini memiliki suhu panas antara 3.000
sampai 5000 derajat Celcius. Inti bumi terdiri dari 2 bagian yaitu Inti Bumi Luar (Outer Core)
dan Inti Bumi Dalam (Inner Core) yang memiliki diameter 6.800 km.
2.
Jawab :
PROSES TERJADINYA GEMPA DAN GUNUNG BERAPI
PROSES TERJADINYA GEMPA
Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau guncangan yang timbul di
permukaan bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi juga
diartikan sebagai suatu pergeseran lapisan secara tiba-tiba yang berasa dalam bumi. Karena
gempa bumi dikatakan bersumber dari dalam bumi atau lapisan bawah bumi berarti gempa bumi
MEKANIKA BATUAN
adalah getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Getaran gempa
biasa dinyatakan dalam skala richter. Ilmuwan yang mempelajari tentang gempa bumi disebut
seismologist dan alat yang digunakan sisemologist untuk mengukur setiap getaran yang terjadi
disebut siesmograf.
Gempa Vulkanik adalah gempa yang terjadi karena adanya aktivitas magma dalam
lapisan bawah permukaan bumi.
Gempa Runtuhan adalah gempa yang terjadi karena adanya runtuhan pada
terowongan bawah tanah akibat aktivitas pertambangan. Runtuhan terowongan yang
besar tersebut dapat mengakibatkan getaran yang kuat.
2. Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum
Gempa Dangkal adalah gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya
rendah. Titik hiposentrum ini dihitung dari permukaan laut sampai pada titik pusat
gempa berada.
Gempa Menengah adalah gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya
tidak terlalu dalam dan jauh dari permukaan bumi. Berada sekitar 100-300 km di
bawah permukaan laut.
Gempa Dalam adalah gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya sangat
jauh dari permukaan laut. Titik hiposentrum > 300 km di bawah permukaan air lut.
3. Berdasarkan Jarak Episentrum
Gempa Setempat yaitu gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi
namun hanya pada daerah tempat titik pusat gempa berada. Biasanya gempa
semacam ini memiliki kekuatan yang sangat rendah sehingga hanya dirasakan oleh
wilayah setempat saja.
Gempa Jauh yaitu gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan
getarannya dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik pusat gempa berada. Gempa
ini dapat terjadi apabila memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga
mengakibatkan guncangan yang kuat.
Gempa Sangat Jauh yaitu gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan
bumi dan getarannya dapat dirasakan hingga daerah yang sangat jauh dari daerah
asal gempa terjadi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga
menimbulkan guncangan yang dahsyat dan mencakup wilayah yang sangat luas.
4. Berdasarkan Bentuk Episentrum
Gempa Sentral yaitu gempa yang episentrumnya berupa suatu titik. Gempa yang
dirasakan pada daerah setempat.
Gempa Linier yaitu gempa yang episentrumnya berupa suatu garis. Gempa ini
dirasakan oleh daerah-daerah yang berada disebelah daerah pusat gempa dan terus
merambat hingga daerah berikutnya sehingga membentuk suatu garis.
5. Berdasarkan Letak Episentrum
Gempa Laut adalah gempa yang episentrumnya berada di bawah dasar laut. Gempa
ini terjadi karena hiposentrumnnya berada di bawah dasar laut sehingga guncangan
dan getarannya berada di dasar laut. Biasanya gempa ini dapat mengakibatkan
tsunami apa bila kekuatannya sangat besar.
Gempa Darat adalah gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi atau
daratan. Gempa ini terjadi apabila hiposentrumnya berada di bawah permukaan bumi
dan berada pada lempeng benua.
MEKANIKA BATUAN
Gunung berapi adalah gunung yang terbentuk ketika magma dari bumi ke permukaan.
Gunung berapi dapat diklasifikasikan menurut
apakah itngkat kedahsyatan letusan dahsyat atau
tenang, dan jenis bahan yang dimuntahkan selama
meletus. Ketika meletus, gunung berapi
memancarkan lava, bom vulkanik, terak, abu,
gunung berapi, gas dan uap panas. Bahan
dikeluarkan oleh letusan gunung berapi memiliki
sifat yang ada batu lainnya.
Kebanyakan magma yang terbentuk sekitar
80 km ke 160 km di bawah permukaan bumi. Hot
magma naik ke permukaan tekanan kerana bumi
dan kurang padat dibandingkan dengan batuan
sekitarnya. Magma mengalir keluar ke permukaan
bumi melalui ventilasi vulkanik atau lohong
diakui sebagai lava. Kebanyakan gunung berapi
terbentuk di daerah perbatasan piring. Para
ilmuwan telah mengajukan teori lempeng tektonik
menjelaskan proses pembentukan gunung berapi.
Gunung berapi terbangun atas beberapa komponen dan membentuk sebuah struktur.
Masing-masing komponen memiliki bagian dan fungsi yang saling mendukung sehingga
terbentuklah aktivitas dari gunung berapi tersebut. Beberapa bagian dari gunung berapi antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Struktur Kawah merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk morfologi
negatif atau depresi. Bagian ini terbentuk diakibatkan adanya aktivitas sebuah gunung
berapi. Bagian kawah ini biasanya berbentuk bundardan berada pada bagian puncak
gunung.
2. Kaldera merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk menyerupai
kawah. Namun. garis tengah kaldera berukuran lebih dari 2km. Kaldera sendiri tersusun
dari beberapa bagian. antara lain kaldera letusan akibat letusan besaryang melemparkan
sebagian besartubuh kaldera tersebut. Ada juga yang disebut dengan kaldera runtuhan.
yaitu kaldera yang terbentuk karena sebagian tubuh gunung berapi runtuh akibat adanya
material yang keluar dalam jumlah besar dari dapur magma. Ada juga kaldera resurgent,
yaitu jenis kaldera yang terjadi karena runtuhnya sebagian gunung berapi dan proses ini
berlanjut dengan runtuhnya blok di pertengahan kaldera. Kaldera erosi merupakan jenis
MEKANIKA BATUAN
kaldera yang timbul akibat proses erosi secara berkepanjangan di bagian dinding kawah.
Hal ini kemudian menyebabkan bagian tersebut melebar sehingga terbentuklah kaldera.
3. Rekahan dan graben merupakan bagian dari gunung berapi yang berupa retakan di
bagian tubuh gunung. Pannjang retakan ini bisa mencapai puluhan kilometer serta
kedalaman hingga ribuan meter. Rekahan pararel yang menjadikan bagian blog amblas
disebut dengan graben.
Gunung berapi juga ditemukan di zona Permatang laut. Dasar laut Perebakan berlaku di
mana magma naik menolak litosfera berlawanan arah. Lava akan membentuk dasar laut sebagai
Permatang laut. Gunung berapi di Islandia adalah pembentukan jenis ini.
Gunung berapi sebahagian terbentuk di tengah piring, piring jauh dari perbatasan sebagai
Kepulauan Hawaii. Para ilmuwan menjelaskan bahwa batu tonggak mantel dipanaskan dan naik
perlahan-lahan ke permukaan bumi. Munculnya magma ke permukaan bumi dianggarkan 13 cm
sampai 15 cm per tahun. Ketika kepulan magma naik ke permukaan bumi, gunung berapi
terbentuk. Proses pembentukan gunung api ini disebut hot spot (titik panas). Rajah di bawah ini
menunjukkan tiga formasi vulkanik.
Istilah gunung berapi juga digunakan untuk nama fenomena pembentukan es gunung
berapi atau gunung berapi es dan lumpur gunung berapi atau lumpur vulkanik. Es gunung berapi
yang umum di daerah yang memiliki musim dingin yang bersalju, sedangkan gunung lumpur
dapat dilihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.
MEKANIKA BATUAN
Gunung berapi ditemukan di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling
dikenali adalah gunung berapi yang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik busur (Pacific Ring
of Fire). Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya busur antara dua lempeng tektonik.
Gunung berapi ini ditemukan dalam berbagai bentuk sepanjang hidup mereka. Gunung
berapi aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum menjadi tidak aktif atau
mati. Namun gunung berapi istirahat yang mampu dalam waktu 610 tahun sebelum menjadi
aktif kembali. Dengan demikian, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari sebuah
gunung berapi itu, jika gunung berapi berada dalam keadaan istirahat atau telah meninggal.
2. Tumbukan antara kerak, di mana kerak samudera subduksi di bawah kerak benua.
Sebagai hasil dari gesekan antara kerak terjadi pencairan batu dan lelehan batuan
bergerak ke permukaan melalui celah-celah dan kemudian membentuk busur
gunung berapi di tepi benua.
3. Kerak benua dari satu sama lain secara horizontal, menyebabkan patah tulang atau
kesalahan. Fraktur atau patah tulang ke permukaan jalan untuk mencairkan batu
atau magma yang membentuk benua vulkanik busur atau banjir lahar tengah
sepanjang fraktur.
Jawab :
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya
gaya yang bekerja pada batuan, yaitu : Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); Perlipatan
(folding); dan Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu :
1. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh :
kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta
arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan
adalah sebagai berikut :
2. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga
batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan
Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah
lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya,
lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya
sumbu utama.
Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti Lipatan
Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.
Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya tegasan yang
bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga dapat memperkirakan bahwa
beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama akan terjadi retakan atau terpatahkan,
sedangkan yang lainnya akam terlipat.
Geometri dari perlipatan lapisan batuan yang terkena tegasan dimana pada tahap awal
perlapisan batuan akan terlipat membentuk lipatan sinklin – antiklin dimana secara geometri
bentuk lengkungan bagian luar (outer arc) akan
mengalami peregangan sedangkan lengkungan
bagian dalam akan mengalami pembelahan
(cleavage).
Apabila tegasan ini berlanjut dan melampaui
batas elastisitas batuan, perlipatan akan mulai
terpatahkan (tersesarkan) melalui bidang yang
terbentuk pada sumbu lipatannya. Pada bidang
patahan, gaya tegasan akan berubah arah seperti
diperlihatkan pada.
Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama, seperti batuan yang
bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka batuan yang retas kemungkinan
akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas
bidang patahan.
Demikian juga ketika batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah
kondisi tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik
tertentu kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan.
3. Patahan/Sesar (Faults)
MEKANIKA BATUAN
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi
suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui :
Deretanmata air;
Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya.
Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan
kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar
dapat diukur dan ditentukan.
1) Dip Slip Faults
Adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran
relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang arah
kemiringannya.
Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita
tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua
sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya.
Untuk setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita
tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok
yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
2) Normal Faults
MEKANIKA BATUAN
Adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan
yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran relatif ke
arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
4) Half-Grabens
Adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan
besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat
menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
5) Reverse Faults
Adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan yang
bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas terhadap
“footwall block”.
MEKANIKA BATUAN
6) A Thrust Fault
Adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih kecil
dari 150. Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan kilometer
sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih
muda.
kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan
pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral
strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang sangat terkenal adalah
patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.
8) Transform-Faults
Adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada batas lempeng,
dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis
patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran
(offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang,
sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif
diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama.
Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas”
di California termasuk jenis patahan “transform fault”.
MEKANIKA BATUAN
Jawab :
Geologi
Geologi yang berasal dari bahasa yunani geo (bumi) dan logos (ilmu), sehingga secara
harfiah geologi berarti ilmu yang mepelajari tentng bumi. Geologi mempelajari bumi, meliputi
cara terjadinya, proses dan sejarah yang berlangsung hinngga saat ini, materi pembentuk bumi,
struktur atau bangunan bumi, bentuk-bentuk permukaan dan proses-prosesnya yang terjadi pada
masa lampau, kini dan yang akan datang. Bumi merupakan suatu materi yang selalu bergerak
dan mengalami perubahan, geologi juga mempelajari makhluk hidup yang pernah menghuni
bumi sejak kelahirannya pada masa lampau hingga sekarang.
Kata Geology pertama kali dipergunakan pada tahun 1473 oleh Richard de Burry, untuk
hukum atau ilmu kebumian. Pada tahun 1785 Jamess Hutton mengemukakan prinsip atau
pengertian dasar mengenai pengetahuan bumi dengan menyatakan the present is the key to the
past, yang artinya waktu sekarng merupakann kunci dari waktu yangn lampau. Semenjak itulah
MEKANIKA BATUAN
orang-orang menyadari bahwa bumi selalu berubah-ubah. Dengan demikian jelaslah bahwa
geologi sangat erat hubungannya dengan waktu.
Ketekniksipilan
Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana
merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga
mencakup lingkungan untuk keselamatan hidup manusia.
Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematika,
fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-
masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan
pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota besar.
Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja.
Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan / pelaksana /
pembangunan / pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu
lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan, gedung,
minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, survey lahan,
konsep finansial dari proyek, manajemen projek, dsb. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam
muatan ilmu teknik sipil.
Geologi Teknik
Geologi Teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin
pengaruh faktor-faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan pembangunan
(operation) dan pemeliharaan hasil kerja keteknikanatau engineering works (American
Geological Institute).
Teknik Pondasi
Sebenarnya pengetahuan ini sudah dimengerti dan dipergunakan beberapa abad yang lalu
baik di Indonesia maupun di negeri-negeri lain. Di indonesia misalnya pada pembuatan candi-
candi pada waktu itu sudah dapat memilih batu-batu berkualitas.
Pemakaian ilmu geologi untuk bidang teknik sipi dilakukan oleh ahli teknik sipil Inggris
bernama William Smith (1839) dikenal sebagai bapak geologi Inggris. Dengan pembuatan
terowongan kereta api Swiss, bendungan di California. Di indonesia kira-kira 50 tahun yang lalu
baru mulai ada kesadaran pentingnya geologi dalam pekerjaan-pekerjaan sipil.
MEKANIKA BATUAN
Jawab :
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Gunung
berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi
akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku muka
bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta
aktivitas tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain
untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan
sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama
karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan
malihan atau batuan metamorf.
BATUAN BEKU
Batuan yang terbentuk karena pembentukan magma dan lava yang membeku.
1) Batu Apung
Ciri : warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung
dalam air
Cara terbentuk : dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas
Kegunaan : untuk mengamplas atau menghaluskan kayu, di bidang industry
digunakan sebagai bahan pengisi (filler), isolator temperatur tinggi
dan lain-lain.
MEKANIKA BATUAN
2) Obsidian
Ciri : hitam, seperti kaca, tidak ada kristal-kristal
Cara terbentuk : terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat
Kegunaan : untuk alat pemotong atau ujung tombak (pada masa purbakala) dan
bisa dijadikan kerajinan
3) Granit
Ciri : terdiri atas kristal-kristal kasar, warna putih sampai abu-abu,
kadang-kadang jingga, Batuan ini banyak di temukan di daerah
pinggiran pantai dan di pinggiran sungai besar ataupun di dasar
sungai.
Cara terbentuk : dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah
permukaan bumi
Kegunaan : sebagai bahan bangunan
MEKANIKA BATUAN
4) Basalt
Ciri : terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna hijau keabu-
abuan dan berlubang-lubang
Cara terbentuk : dari pendinginan lava yanng mengandung gas tetapi gasnya telah
Menguap
Kegunaan : sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan/pondasi
bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll)
5) Diorit
Ciri : Kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih
Cara terbentuk : dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu
subduction zone, biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis,
dan membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( subduction
sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan Pegunungan)
Kegunaan : sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung dan
sebagai bahan bangunan (hiasan)
6) Andesit
Ciri : batuan bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau tetapi sering
merah atau jingga
Cara terbentuk : berasal dari lelehan lava gunung merapi yang meletus, terbentuk
(membeku) ketika temperatur lava yang meleleh turun antara 900
sampai dengan 1,100 derajat Celsius.
Kegunaan : Nisan kuburan, Cobek, Arca untuk hiasan, Batu pembuat candi
MEKANIKA BATUAN
7) Gabro
Ciri : Berwarna hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun
retakan-retakan. Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena
mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan
mineral yang besar menunjukkan bahwa mineral tersebut
terbentuk pada suhu pembekuan yang relatif lambat sehingga
bentuk mineralnya besar-besar
Cara terbentuk : terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung
Kegunaan : untuk penghasil pelapis dinding ( sebagai marmer dinding )
Batuan yang terbentuk karena pengendapan / hasil pelapukan dan pengikisan batuan yang
dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Kemudian endapan ini menjadi keras
karena tekanan atau ada zat-zat yang merekat pd bagian-bagian endapan tersebut.
1) Konglomerat
Ciri : material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat
satu sama lainnya
Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi
terpadatkan dan terikat
Kegunaan : untuk bahan bangunan
MEKANIKA BATUAN
2) Batu Pasir
Ciri : tersusun dari butiran-butiran pasir, warna abu-abu, kuning, merah
Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi
terpadatkan dan terikat
Kegunaan : sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca dan sbg
kontruksi bangunan
3) Batu Serpih
Ciri : lunak, baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan halus, warna
hijau, hitam, kuning, merah, abu-abu
Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas dan halus karena gaya beratnya
menjadi terpadatkan dan terikat
Kegunaan : sebagai bahan bangunan
5) Breksi
Ciri : gabungan pecahan-pecahan yang berasal dari letusan gunung
berapi
Cara terbentuk : terbentuk katena bahan-bahan iini terlempar tinggi ke udara dan
mengendap di suatu tempat
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan dan sbg bahan bangunan
7) Batu Lempung
MEKANIKA BATUAN
Batuan yang berasal dari batuan sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan
karena panas dan tekanan
2) Batuan Sabak
Ciri : abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi
lempeng-lempeng tipis
Cara terbentuk : terbentuk bila batu serpih kena suhu dan tekanan tinggi
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan, sbg batu tulis, sbg bahan bangunan, dan
untuk membuat atap rumah (semacam genting).
MEKANIKA BATUAN
3) Gneiss (ganes)
Ciri : berwarna putih kebau-abuan, terdapatgoresan-goresan yang
tersusun dari minera-mineral, mempunyai bentuk bentuk
penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan, dan
terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran
mineral di dalam batuan tersebut
Cara terbentuk : terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan
temperatur yang tinggi.
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan
4) Sekis
Ciri : berwarna hitam, hijau dan ungu, mineral pada batuan ini
umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang
diperlihatkan dengan kristal yang mengkilapdan terkadang
ditemukan Kristal garnet
Cara terbentuk : batuan metamorf regional yang terbentuk pada derajat
metamorfosa tingkat menengah.
Kegunaan : sebagai sumber mika yang utama (satu komponen penting dalam
pembuatan kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika)
5) Kuarsit
MEKANIKA BATUAN
6) Milonit
Ciri : butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah, dan abu-abu,
kehitaman, coklat, biru
Cara terbentuk : Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang
mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan
Jawab :
Peta memiliki berbagai macam karakter sehingga kita dapat mengelompokkannya menjadi
beberapa jenis, antara lain:
Berdasarkan sumber datanya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
Peta induk merupakan peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Peta induk dapat digunakan sebagai dasar pembuatan dari peta topografi dan
menjadi dasar dari pembuatan peta-peta lainnya.
Peta turunan merupakan peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang
sudah ada sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta jenis ini
tidak bisa digunakan sebagai peda dasar.
3. Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan skala yang digunakan, kita dapat membagi jenis-jenis peta menjadi
beberapa jenis antara lain :
a. Peta Kadaster/Peta Teknik
Peta ini mempunyai skala sangat besar yakni antara 1 : 100 – 1 : 5000. Peta
kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis,
misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air dll.
b. Peta Skala Besar
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta
ini digunakan untuk perencanaan suatu wilayah.
c. Peta Skala Sedang
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
d. Peta Skala Kecil
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
e. Peta Geografi/Peta Dunia
Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
Dalam Ilmu Teknik Sipil, Pete Geologi sangatlah diperlukan. Peta Geologi pada dasarnya
merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan
unsur struktur geologi, dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum berbagai data
lainnya. Peta Geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagian
bawah permukaan bumi yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran
geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti.
Adapun jenis-jenis peta geologi dan peta lainnya yang berkaitan dengan geologi adalah
sebagai berikut :
MEKANIKA BATUAN
Peta Geologi permukaan (Surface Geological Map), adalah peta yang memberikan
berbagai informasi geologi yang langsung terletak dibawah permukaan. Skala peta ini
bervariasi antara 1 : 50.000 dan lebih besar, berguna untuk menentukan lokasi bahan
bangunan, drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang, maupun pembuatan jalan.
Peta Singkapan (Outcrop Map), adalah peta yang umumnya berskala besar, mencantumkan
lokasi ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dari
pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan untuk
menentukan lokasi, misalnya material yang berupa pecahan batu, dapat ditemukan
langsung di bawah permukaan.
MEKANIKA BATUAN
Source: https://abelpetrus.wordpress.com/geography/peta/
Peta Geologi Sistematik, adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar
topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK
Ketua Bakosur tanal No. 019.2.2/1//1975 atau SK penggantinya.
Peta Geologi Tematik, adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan / atau potensi
sumber daya mineral dan / atau energy untuk tujuan tertentu.
Peta Topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang dinyatakan dalam bentuk
angka ketinggian atau kontur ketinggian yang diukur terhadap permukaan laut rata – rata.
Peta Isopach, adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-
titik suatu informasi atau lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta ini tidak
ditemukan konfigurasi structural. Peta ini berskala sedang hingga besar.
Peta Foto Geologi, adalah peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara. Peta foto
geologi harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
Peta Hidro-Geologi, adalah peta yang menunjukkan kondisi air tanah pada daerah yang
dipetakan. Pada peta ini umumnya ditunjukkan formasi yang permeable dan impermeable.
Source: http://bappeda.gunungkidulkab.go.id/publikasi/spasial/Peta-Hidrogeologi.jpg
MEKANIKA BATUAN
Jawab :
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan dan terapan yang mempelajari karakteristik,
perilaku dan respons massa batuan akibat perubahan keseimbanagn medan gaya disekitarnya,
baik karena aktivitas manusia maupun alamiah. Juga merupakan ilmu teoritis dan terapan
tentang perilaku mekanik batuan, berkaitan dengan respons batuan atas medan gaya dari
lingkungan sekitarnya (Deere, D.V., dalam Stagg & Zienkiewicz, 1968).
MEKANIKA BATUAN
Metodologi yang logis untuk penerapan teori dan teknik mekanika untuk solusi
problem fisik nyata di bidang rekayasa batuan
Mekanisme pergerakan-pergerakan kerak bumi sendiri, dalam hal ini jelas geologi
berperan, antara lain material-material yang terlibat :
karakter fisiknya, yang merupakan fungsi dari cara terjadinya dan dari semua
proses yang terlibat
Mengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme pembentukan suatu struktur
geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip-prinsip dasar mekanika
batuan, yaitu tentang konsep gaya (force), tegasan (stress), tarikan (strain) dan faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi karakter suatu materi/bahan.
1) Gaya (Force)
Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu
benda. Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (seperti gaya gravitasi
MEKANIKA BATUAN
dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari suatu benda (misalnya
gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan bumi).
Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi
yang ada di sekeliling kita. Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi adalah berbanding
lurus dengan jumlah materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak
tergantung pada luas kawasan yang terlibat. Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen
gaya yang bekerja dengan arah tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya
tersebut. Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
satu tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan.
2) Tekanan Litostatik
Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada di
dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas atau
volume air yang dipindahkannya.
Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka batuan
yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti benda yang
berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di
dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat
tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan litostatik ini
menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.
Perubahan bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila
suatu benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa
elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah. Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum
fase plastisitas dilampaui, sementara bahan yang plastis akan mempunyai selang yang
besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah. Hubungan ini dalam mekanika batuan
ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan.
Kekuatan batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah pada
suhu dan tekanan permukaan tertentu. Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-
beda, walaupun terdiri dari jenis yang sama. Hal ini dikarenakan kondisi
pembentukannya juga berbeda-beda.
Batuan sedimen seperti batupasir, batugamping, batulempung kurang kuat
dibandingkan dengan batuan metamorf (kuarsit, marmer, batusabak) dan batuan beku
(basalt, andesit, gabro).
Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang secara terus menerus
mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan atau
keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita menyebutnya batuan
tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya). Penyebab deformasi pada batuan
adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas). Oleh karena itu untuk memahami deformasi yang
terjadi pada batuan, maka kita harus memahami konsep tentang gaya yang bekerja pada
batuan. Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress) adalah gaya gaya yang bekerja di
seluruh tempat dimuka bumi. Salah satu jenis tegasan yang biasa kita kenal adalah
tegasan yang bersifat seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure).
Tegasan seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah.
Tekanan yang terjadi di bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah
tegasan yang bersifat seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak sama (tidak seragam)
maka tegasan yang demikian dikenal sebagai tegasan diferensial.
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu :
Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali
lagi ketika batuan pecah/retak.
Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan atas sifat perilaku dari
material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau
sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum
material tersebut retak/pecah
Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis dan
sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture
Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa faktor, antara
lain adalah :
o Temperatur
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat meregang dan
berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan pada
temperatur, material akan bersifat retas.
o Tekanan Bebas
Pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk retak
menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk
menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan yang rendah akan
menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak.
o Kecepatan Tarikan
Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada material
yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam material
berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur.
o Komposisi
Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat retas.
Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal
tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya.
Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam
menentukan tingkah laku dari batuan.
Aspek lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam
memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat
menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah cenderung
akan bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan cenderung bersifat retas.
MEKANIKA BATUAN
Jawab :
Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan
antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan
luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis
contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa data seperti :
F
σc = A
Keterangan :
σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)
Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas batuan
bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena
adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus
elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Modulus
elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar
arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
Δσ
Е= Δεa
Keterangan :
E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ. = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai modulus elastisitas yaitu
Tangent Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50%
dari nilai kuat tekan uniaksial.
Average Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva tegangan- tegangan.
Secant Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada
kurva regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya
diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial.
MEKANIKA BATUAN
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh.
Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas
permukaan contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat
pembebanan.
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe
pecah, yaitu :
a. Cataclasis
b. Belahan arah aksial (axial splitting)
c. Hancuran kerucut (cone runtuh)
d. Hancuran geser (homogeneous shear)
e. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to corner)
f. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and buckling)
Pada uji brazilian, kuat tarik batuan dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
2. F
σt = π . D. L
Keterangan :
σt = Kuat tarik batuan (MPa)
F = Gaya maksimum yang dapat ditahan batuan (KN)
D = Diameter contoh batuan (mm)
L = Tebal batuan (mm)
Keterangan:
L = panjang contoh batuan yang diuji (m)
Vt= waktu tempuh gelombang ultrasonik primer (detik)
tp = cepat rambat primer atau tekan (m/detik)
MEKANIKA BATUAN
Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: ukuran butir dan bobot isi, porositas dan kandungan air, temperature
kehadiran bidang lemah.
Ukuran butir dan bobot isi
Batuan yang memiliki ukuran butir halus atau kecil memiliki cepat rambat
gelombang lebih besar daripada batuan dengan ukuran butir kasar atau besar. Hal ini
disebabkan karena batuan berbutir kasar akan memberikan ruang kosong antar butir lebih
besar dibandingkan batuan berbutir halus. Ruang kosong inilah yang menyebabkan cepat
rambat gelombang menurun karena tidak ada media perambatannya. Sama halnya dengan
ukuran butir, batuan berbutir halus memiliki bobot isi yang lebih padat dibandingkan
batuan berbutir kasar. Karena kerapatan antar butir yang tinggi dan sedikitnya ruang
kosong yang dimiliki batuan. Oleh karena itu, batuan yang memiliki bobot isi tinggi
memiliki cepat rambat gelombang yang tinggi.
Porositas dan kandungan air
Porositas merupakan banyaknya rongga dalam suatu batuan terhadap volume
keseluruhan. Jadi semakin tinggi nilai porositas akan menunjukan semakin banyak rongga
atau ruang kosong di dalam batuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
porositas maka cepat rambat gelombang akan semakin kecil. Kandungan air dalam batuan
yang cenderung berpori akan merubah kecepatan rambat gelombang di dalam batuan
tersebut. Pada nilai porositas tertentu, kecepatan rambat gelombang akan bertambah besar
karena terjadinya peningkatan derajat kejenuhan air. Hal ini terjadi karena kecepatan
rambat gelombang di dalam air jauh lebih besar dari di udara.
Temperatur
MEKANIKA BATUAN
Dimana :
Is = Point load strength index ( Index Franklin )
P = Beban maksimum sampai percontoh pecah
MEKANIKA BATUAN
Uji Triaxial
Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan padakondisi
pembebanan triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria keruntuhan yang sering
digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb. Hasil pengujian
triaksial kemudian diplot kedalam kurva Mohr- Coulomb sehingga dapat ditentukan parameter-
parameter kekuatan batuan sebagai berikut :
Strength envelope (kurva intrinsik)
Kuat geser (Shear strength)
Kohesi (C)
Sudut geser dalam (φ)
Pada pengujian triaksial, contoh batuan dimasukkan kedalam sel triaksial, diberi tekanan
pemampatan (σ3), dan dibebani secara aksial (σ1), sampai runtuh. Pada uji ini, tegangan
menengah dianggap sama dengan tekanan pemampatan (σ 3= σ1). Alat uji triaksial yang
digunakan merupakan merujuk pada alat triaksial yang dikembangkan oleh Von Karman pada
tahun 1911. Di dalam apparatus ini, tekanan fluida berfungsi sebagai tekanan pemampatan (σ 3)
MEKANIKA BATUAN
yang diberikan kepada contoh batuan. Fluida dialirkan dengan menggunakan pompa hidraulik
dan dijaga agar selalu konstan.
Pada mulanya, beban aksial merupakan instrumen utama yang mengendalikan uji ini.
Namun dengan perkembangan teknologi masa kini sudah memungkinkan untuk mengendalikan
uji ini melalui kontrol beban atau deformasi yang dialami contoh batuan, bahkan dengan
menggunakan katup servo, regangan aksial dan tekanan pori dapat juga diatur besarnya. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Uji Triaksial :
Tekanan pemampatan
Tekanan pemampatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam uji
triaksial. Besarnya tegangan aksial pada saat contoh batuan runtuh saat pengujian triaksial
selalu lebih besar daripada tegangan aksial saat contoh batuan runtuh pada pengujian kuat
tekan uniaksial. Hal ini disebabkan karena adanya penekanan (pemampatan) dari arah
lateral dari sekeliling contoh batuan pada uji triaksial. Berbeda pada pengujian kuat tekan
uniaksial, tekanan pemampatannya adalah nol (zero confining pressure), sehingga
tegangan aksial batuan lebih kecil. Berdasarkan penelitian Von Karman (1911) pada batuan
marbel Carrara dapat dilihat dengan adanya tekanan pemampatan pada contoh batuan
mengakibatkan kenaikan tekanan aksial dan bersifat lebih ductile.
Tekanan pori
Dari penelitian Schwartz pada tahun 1964 yang mempelajari tentang tekanan pori
pada uji triaksial terhadap batuan sandstone. Dapat disimpulkan bahwa naiknya tekanan
pori akan menurunkan kekuatan batuan.
Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur menghasilkan penurunan kuat tekan batuan dan
membuat batuan semakin ductile. Pada temperatur kamar, sifat batuan adalah brittle, tetapi
pada temperatur 800 0C batuan hampir seluruhnya ductile. Efek temperatur terhadap
tegangan diferensial saat runtuh untuk setiap tipe batuan adalah berbeda. Pada penelitian
ini, pengaruh temperature diabaikan.
Laju deformasi
Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan batuan. Hal ini
terbukti dari penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961, Serdengecti dan Boozer
melakukan penelitian tentang pengaruh kenaikan laju deformasi pada uji triaksial. Dari
penelitian mereka pada batuan limestone dan gabbro solenhofen,
Bentuk dan Dimensi contoh batuan
MEKANIKA BATUAN
Bentuk contoh batuan pengujian triaksial sama seperti uji kuat tekan uniaxial bentuk
silinder. Semakin bertambahnya ukuran contoh batuan, kemungkinan tiap contoh batuan
dipengaruhi oleh bidang lemah akan semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar contoh
batuan yang akan diuji, kekuatan contoh batuan tersebut akan berkurang.
Variasi perbandingan panjang terhadap diameter contoh batuan diketahui akan
mempengaruhi kekuatan contoh batuan. Kekuatan contoh batuan akan menurun seiring
dengan menaiknya perbandingan panjang terhadap diameter contoh batuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Mogi pada tahun 1962.
Menurut ISRM (1972) untuk contoh batuan pada uji triaksial dan kuat tekan
uniaksial, perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan
adalah 2 sampai 2,5 dengan area permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel
tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan.
Tipe Deformasi Batuan pada Uji Triaksial
Secara garis besar tipe deformasi yang terjadi saat contoh batuan runtuh dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu brittle fracture dan ductile fracture. Serdengecti dan
Boozer menyebutkan bahwa brittle fracture terjadi pada tekanan pemampatan yang rendah,
temperatur yang rendah dan laju deformasi yang besar. Sebaliknya, ductile fracture lebih
sering terjadi pada tekanan pemampatan yang tinggi, temperatur yang tinggi dan laju
deformasi yang rendah (Vutukuri, Lama & Saluja, 1974). Griggs & Handin (1960)
menjelaskan deformasi makroskopik yang dialami batuan pada tekanan pemampatan yang
tinggi dalam uji triaksial. Mereka mendapati lima tipe deformasi yang terjadi yang dialami
contoh batuan saat diberi tekanan pemampatan yang tinggi dalam uji triaksial tersebut :
Tipe 1 menunjukkan deformasi brittle yang ditandai oleh bentuk runtuh atau pecah
yang berupa splitting. Splitting dianggap sebagai rekahan yang sejajar terhadap arah
gaya tekan aksial yang mengindikasikan lepasnya ikatan antarbutir dalam contoh
batuan karena tarikan.
Tipe 2 masih menunjukkan deformasi brittle, sudah terlihat adanya deformasi plastis
sebelum contoh batuan runtuh (seiring dengan naiknya tekanan pemampatan).
Belahan yang berbentuk kerucut dengan arah aksial menunjukkan terjadinya tegangan
kompresif, sedangkan belahan kerucut akan memiliki arah lateral ketika terjadi
tegangan tarik.
Tipe 3 sudah mulai menunjukkan transisi dari brittle ke ductile. Penambahan tekanan
pemampatan menyebabkan contoh batuan runtuh in shear. Shear runtuh terjadi ketika
MEKANIKA BATUAN
butiran yang terikat berpindah sepanjang bidang geser. Proses ini terjadi secara
perlahan dari tarikan (tension) dan berakhir dengan geseran (shear).
Karena tekanan pemampatan semakin naik, contoh batuan mulai terdeformasi secara
ductile (laju deformasi semakin menurun) dan contoh batuan sudah mulai bersifat plastis
(tipe 4). Apabila tekanan pemampatan dinaikkan kembali, contoh batuan akan bersifat
sangat plastis dan akan sukar untuk mendapatkan kekuatan puncaknya (tipe 5).
P
Kuat geser (shear strength) = π .d.t
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu. Dari
hasil uji dapat ditentukan :
Garis coulomb shear strength
Kuat geser (shear strength)
Sudut geser dalam (φ) dan kohesi
(C)
permukaan lantai, atap dan dinding yang akan dikenakan beban berukuran sekitar 1 m x 1 m.
Pembebanan kea rah vertikal dilakukan oleh dongkrak hidrolik, sedangkan untuk arah horizontal
oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara menggali bagian lantai. Ruang antara flat
jack dengan dinding batuan yang akan ditekan diisi oleh semen.
Agar dapat diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga buah bore hole extensometer
sepanjang masing-masing + 1 m dan electric displacement transducer untuk mengukur
perpindahan (displacement) vertikal. Sedangkan arah horisontalnya, perpindahan diukur dengan
deflectometer dan electric displacement transducer atau Linear Variable Differential Transducer
(LVDT).
9. Tentukan Kualitas Massa Batuan (Q), jika diketahui data sebagai berikut :
a. Rock Quality Designation (RQD) = 89.85 %
Rating Jumlah set Joint =9
Rating Joint kekasaran =3
Rating Perubahan joint =5
Rating Joint Air = 15
Rating SRF =7
Jawab :
Dengan menggunakan Norwegia Q System, maka didapat kualitas massa Batuan (Q)
adalah :
Berdasarkan tabel Guideline Properties of Rock Mass Classes di atas dan nilai Q yang
diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa batuan yang diuji termasuk dalam kategori II, Good
Rock.
MEKANIKA BATUAN
Jawab :
KLASIFIKASI TEROWONGAN
Ditinjau berdasarkan kegunaan terowongan, Made Astawa Rai (1988) membagi
terowongan menjadi 2 bagian, yaitu :
1 Terowongan lalu – lintas ( traffic tunnel )
a Terowongan kereta api
Adalah terowongan yang merupakan terowongan paling penting diantara
terowongan lalu – lintas.
d Terowongan navigasi
Terowongan ini dibuat untuk kepentingan lalu-lintas air di kanal-kanal dan
sungai-sungai yang menghubungkan satu kanal atau sungai ke kanal lainnya.
Disamping itu juga dibuat untuk menembus daerah pegunungan untuk
memperpendek jarak dan memperlancar lalu – lintas air.
e Terowongan transportasi dibawah kota
MEKANIKA BATUAN
2 Terowongan angkutan
a Terowongan stasiun pembangkit listrik air
Air dialihkan atau dialirkan dari sungai atau reservoir untuk digunakan sebagai
pembangkit listrik disebuah stasiun pembangkit yang letaknya lebih rendah.
Terowongan ini dapat dikategorikan pada suatu grup utama berdasarkan
kegunaannya.
MEKANIKA BATUAN
dibuat dibawah saluran air, jalan raya, jalan kereta api, blok bangunan untuk
memudahkan inspeksi secara kontinyu, pemeliharaan dan perbaikan sewaktu –
waktu kalau ada kerusakan.
b. Mountain Tunnels
Terowongan jenis ini adalah salah satu terowongan yang mempunyai peran
penting ketika suatu daerah memiliki topografi yang beragam, sehingga perlu
adanya terowongan yang dibangun menembus sebuah bukit maupun gunung.
11. Jelaskan :
Jawab :
Investigasi terhadap faktor Geologi, Geofisika, Geokimia, Struktur, Iklim dan Cuaca.
Terdiri dari :
1) Kondisi tanah adalah faktor paling penting dari pembuatan terowongan, mengingat
bangunan ini dibuat pada tanah.
3) Perubahan muka air tanah akibat pekerjaan tunneling juga harus diperhitakan.
7) Ketersediaan tenaga kerja yang menguasai tunneling, kondisi fisik lapangan, kondisi
infrastruktur setempat.
MEKANIKA BATUAN
Jawab :
Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan pembuatan terowongan (tunnel) meliputi
pekerjaan :
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan di sini meliputi perencanaan dan pembuatan fasilitas-fasilitas
sementara (temporary facilities) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan terowongan.
Fasilitas-fasilitas diperlukan antara lain adalah :
a Penyediaan Air ( Water Supply)
MEKANIKA BATUAN
Peledakan (Blasting)
Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan adalah memecah atau
membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijjih yang bersifat
kompak atau massive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk
dikerjakan dalam proses produksi berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan yaitu sifat-sifat batuan yang
penting, antara lain :
Kekerasan: tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.
Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan.
MEKANIKA BATUAN
Fan Cut
Lubang tembaknya dibuat menyudut dan berada pada bidang mendatar.
Setelah “cut” diledakkan maka batuan yang ada diantara dua baris lubang “cut”
akan terbongkar. Selanjutnya lubang-lubang ‘easer’ dan ‘Trimmer’ akan
memperbesar bukaan “cut” samapai pada bentuk geometri pada terowongan.
V-Cut
Sering dipakai dalam peledakan pada terowongan. Lubang tembak pada
pola ini diatur sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk ‘V’.
Sebuah “cut” dapat terdiri dari dua atau tiga pasang ‘V’, masing-masing pada
posisi horizontal. Lubang – lubang tembak pada “cut” biasanya dibuat
membentuk sudut 600 terhadap permukaan terowongan.
Dengan demikian, panjang kemajuan tergantung pada lebar dari
terowongan, karena panjang batang bor terbatas pada lebar tersebut. Satu atau
dua lubang tembak yang lebih pendek (burster) dapat dibuat di tengah “cut”
untuk memperbaiki hasil Fragmentasi.
Pyramid Cut
Terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada 1 titik di
tengah terowongan. Untuk batuan yang keras, banyaknya lubang “cut” dapat
ditambah menjadi 6 buah.
Burn Cut
MEKANIKA BATUAN
Invert Strut
Digunakan saat tekanan di daerah samping kecil dan untuk mencegah
penurunan di bagian bawah terowongan.
Pembetonan (Concriting)
Setelah galian terowongan selesai digali dan telah diberi penyangga maka tahap
berikutnya adalah pekerjaan pembetonan yang meliputi tahapan :
Pembesian, sebelum pemasangan from work, penulangan besi beton dipasang
lebih dahulu. Bila pengecoran bertahap, penulangan dapat dilakukan secara
bertahap juga dengan cara pemasangan besi starter.
Pemasangan Bekisting
Pengecoran Beton
Bila terowongan melalui solid work, atau steel support cukup kuat untuk menjaga
stabilitas bentuk terowongan sampai dengan seluruh penggalian selesai, maka lebih baik
pengecoran lining terowongan menunggu setelah seluruh galian selesai. Bila sebaliknya,
maka lining terowongan harus secepatnya dilaksanakan overlapping dengan penggalian.
Pengecoran lining terowongan dapat dilakukan secara sekaligus atau secara bertahap,
tergantung bermacam-macam faktor.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tunnel dibagi dalam keadaan dua bagian yaitu
bagian atas dan bagian bawah atau disebut juga dengan top heading and bench.
Pembetonan dimulai pada bagian atas dan selanjutnya bagian bawah. Menggunakan
traveler untuk pembetonan bagian atas, sedangkan untuk pembetonan bagian bawah
menggunakan alat-alat tackle untuk mengangkat, menyetel, dan membongkar bekisting
setelah dicor.
Metode penempatan Lapisan Beton :
Steel Telescoping Forms
MEKANIKA BATUAN
Invert Beton
Pengembalian sisa-sisa beton tidak memerlukan elevasi, maka dapat dilakukan
dengan beberapa metode :
Tidak memakai mobil travel untuk pengeluaran tambahan jalan
Pumpcreate
Pembuangan truk mixer secara langsung ke tempat terowongan-terowongan
besar dimana jalan tidak digunakan untuk penggalian.
Proses pengangkutan beton ke tempat peralatan dilakukan dengan sistem berikut :
a) Batching diluar terowongan, diangkut menggunakan mobil pengangkut dan
dibawa ke tempat mixer terdekat, kemudian hasil mixer di bawa ke ‘placer’.
Untuk terowongan besar, proses transportasi ‘batches’ bias dengan truk
menggunakan meja putar untuk bolak-balik.
b) Batching dan pencampuran kering diluar terowongan, lalu diangkut ke mixer
atau agitator yang selanjutnya lewat ‘conveyor’ dikirim ke ‘placing equipment’.
MEKANIKA BATUAN
Finishing
SUMBER :
MEKANIKA BATUAN