Cape
Cape
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam
semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas bahasa
Indonesia yang membahas kalimat efektif, kalimat majemuk dan kalimat tunggal. Disamping
itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalahnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang..............................................................................
I.2. Rumusan Masalah...............................................................................
I.3. Manfaat Makalah..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Kalimat Efektif
.............................................................................
II.2 Ciri-Ciri dan Contoh Kalimat Efektif .................................................
II.3 Jenis Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan
Pembetulannya.......
II.4 Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan menjadi Kurang Efektif
II.5 Pengertian Kalimat Majemuk
II.6 Ciri-ciri Kalimat Majemuk
II.7 Pengertian Kalimat Tunggal
II.8 Ciri-ciri Kalimat Tunggal
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan..................................................................................
III.2. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
II.2.3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak
menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih
akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
· Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
· Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
II.2.4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
· Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
II.2.7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada
beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
· Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
· Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
· Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
· Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
· Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan
–kah.
Contoh:
· Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
· Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
II..3. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya
II.3.1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang
mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
· Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-
menolong.
II.3.2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
· Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
· Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat
kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di
tabloid anak-anak Yunior.
· Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan
program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti
mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran
Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan.
Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat
pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.
II.4.2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam
tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut
maknanya, misalnya:
· membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
· sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
· Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi
juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah
dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.
Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih.
Kalimat Majemukterdiri dari 4 macam, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat
majemuk bertungkat, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk campuran.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Catatan:
Tiap kali hendak menguraikan kalimat majemuk bertingkat, hendaknya lebih dulu
diusahakan mencari/ menyelidiki kalimat tunggal mana yang menjadi asal kalimat
majemuk bertingkat itu. Dengan cara itu kita akan mudah mencari induk kalimat
dan anak kalimat dari kalimat majemuk bertingkat yang hendak kita uraikan.
2.5.2. Anak kalimat pengganti predikat
Anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat pada kalimat nominal.
Contoh:
Rumah itu batu. (kalimat tunggal)
Rumah itu bahannya terbuat dari benda keras. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.3. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita
Contoh:
Basir mencintai Nova. (kalimat tunggal)
Basir mencintai yang sangat dikasihinya. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.4. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku
Contoh:
Ali ditikam oleh penjahat. (kalimat tunggal)
Ali ditikam oleh orang yang menggedor pintu rumahnya semalam.
(kalimat majemuk bertingkat)
2.5.5. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penyerta
Contoh:
Norief memberikan uang kepada anaknya. (kalimat tunggal)
Norief memberikan uang kepada yang menumpang di Surabaya. (kalimat
majemuk bertingkat)
2.5.6. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap berkata depan
Contoh:
Ia rindu kepada ibunya. (kalimat tunggal)
Ia rindu kepada yang memeliharanya sejak kecil. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.7. Anak kalimat pengganti obyek pasangan
Contoh:
Kami telah berunding dengan Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono. (kalimat tunggal)
Kami telah berunding dengan yang memimpin negara Indonesia. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.8. Anak kalimat pengganti obyek alat
Contoh:
Norief bersenjatakan pena. (kalimat tunggal)
Norif bersenjatakan yang dibuat untuk menulis. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.9. Anak kalimat pengganti keterangan tempat
Contoh:
Henny pergi ke pasar. (kalimat tunggal)
Henny pergi ke yang dikunjungi orang tiap hari. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.10. Anak kalimat pengganti keterangan waktu
Contoh:
Anis datang kemarin. (kalimat tunggal)
Anis datang ketika orang sedang sholat. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.11. Anak kalimat pengganti keterangan sebab
Contoh:
Basir tidak berkuliah karena sakit. (kalimat tunggal)
Basir tidak berkuliah karena jiwanya terganggu. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.12. Anak kalimat pengganti keterangan alasan
Contoh:
Saya tidak pergi karena hujan. (kalimat tunggal)
Saya tidak pergi karena suasana yang tidak mengizinkan. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.13. Anak kalimat pengganti keterangan akibat
Contoh:
Basir dianiaya sehingga sakit. (kalimat tunggal)
Basir dianaya sehingga badannya terbaring. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.14. Anak kalimat pengganti keterangan alat
Contoh:
Ia menikam dengan pisau. (kalimat tunggal)
Ia menikam dengan yang dibelinya kemarin. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.15. Anak kalimat pengganti keterangan asal
Contoh:
Sepatunya Norief terbuat dari emas. (kalimat tunggal)
Sepatunya Norief terbuat dari bahan yang diinginkannya. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.16. Anak kalimat pengganti keterangan syarat
Contoh:
Kalau begitu, saya tidak mau mengajak . (kalimat tunggal)
Kalau kamu nakal, saya tidak mau mengajak. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.17. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan
Contoh:
Tora Sudiro belajar keras agar lulus. (kalimat tunggal)
Tora Sudiro belajar keras agar cita-citanya tercapai. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.18. Anak kalimat pengganti keterangan kualitas
Contoh:
Boneng tersenyum manis. (kalimat tunggal)
Boneng tersenyum seperti yang kita lihat. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.19. Anak kalimat pengganti keterangan perihal
Contoh:
Dengan tertawa ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat tunggal)
Dengan mulut tertawa lebar ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.20. Anak kalimat pengganti keterangan perlawanan
Contoh:
Meskipun mendung, ia berangkat juga. (kalimat tunggal)
Meskipun cuaca buruk, ia berangkat juga. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.21. Anak kalimat pengganti keterangan kuantitas
Contoh:
Mereka berjalan seratus kilometer. (kalimat tunggal)
Mereka berjalan jauh sekali jaraknya. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.22. Anak kalimat pengganti keterangan derajat
Contoh:
Udara itu dingin sekali. (kalimat tunggal)
Uadara itu tak terperikan rasanya. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.23. Anak kalimat pengganti keterangan modalitas
Contoh:
Mungkin ia meninggal di sana. (kalimat tunggal)
Desas-desus tersiar ia meninggal di sana. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.24. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan
Contoh:
Paimo lebih rajin daripada Mopai. (kalimat tunggal)
Paimo lebih rajin daripada orang yang mirip dengannya itu. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.25. Anak kalimat pengganti keterangan perwatasan
Contoh:
Semua tahanan dibebaskan, kecuali Basir. (kalimat tunggal)
Semua tahanan dibebaskan, kecuali yang berseragam merah jambu itu. (kalimat
majemuk bertingkat)
Dalam kalimat majemuk bertingkat kadang-kadang terdapat cucu kalimat,
yaitu anak dari anak kalimat. Cucu kalimat tersebut terjadi jika bagian kalimat dari
anakkalimat diubah/ diganti menjadi sebuah kalimat yang dapat berdiri sendiri.
Contoh:
Norief menyepak bola. (kalimat tunggal)
Ia menyepak yang disenangi oleh adiknya. (kalimat majemuk bertingkat yang
mempunyai anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita)
Ia menyepak yang disenangi oleh yang memakai baju baru itu. (kalimat majemuk
bertingkat yang mempunyai cucu kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku
pada anak kalimat)
Contoh :
Klausa 1 = Ayah sedang berkebun.
Klausa 2 = Ibu sedang memasak di dapur.
Ayah sedang berkebun dan Ibu sedang memasak di dapur.
Contoh
Klausa 1 / Induk kalimat = Gempa yang sangat dahsyat terjadi di Nepal
Klausa 2 / Anak kalimat = Bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Gempa yang dahsyat mengguncang Nepal sehingga bangunan dan rumah rata
dengan tanah.
Contoh:
Ibu memasak ayam goreng.
Ibu memasak ikan goreng.
Ibu memasak nasi goreng untuk makan malam.
Ibu memasak ayam, ikan, dan nasi goreng untuk makan malam.
II.6.4. Kalimat Majemuk Campuran
Contoh :
Klausa 1= Teman – temanku telah pulang
Klausa 2 = Aku baru sampai.
Klausa 3 = Aku datang tepat waktu
Ketika aku baru sampai, teman – temanku telah pulang padahal aku datang tepat
waktu.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa
terikat (Cook, 1971: 38; Elson and Pickett, 1969: 123).
Misalnya:
Saya makan.
Dia minum.
Ibu menjahit.
Adik tidur.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur inti kalimat
tunggal adalah subjek dan predikat. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk setiap
unsur kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat
tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur manasuka. Seperti keterangan
waktu, tempat, dan alat. Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud
yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang.
1. Ayah bekerja
2. Mereka mahasiswa asing
3. Mahasiswa mendiskusikan soal ujian
4. Ibunya mengirimkan uang itu kepada kami
5. Buruh itu mengambil bahan bangunan di gudang
Kalimat (1), (2), (3) merupakan kalimat tunggal yang terdiri dari unsur-unsur yang
wajib ada atau terdiri atas bagian-bagian inti kalimat. Unsur inti dalam kalimat
(4)adalah ibunya, mengirimkan, uang itu; unsur manasuka dalam kalimat
tersebutkepada kami. Unsur inti dalam kalimat (5) adalah buruh itu, mengambil,
bahan bangunan; unsur manasuka dalam kalimat tersebut adalah di gudang.
II.7.1. Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina
Dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina.
Dua nomina yang disejajarkan akan membentuk kalimat apabila syarat untuk
subjek dan predikatnya tidak terpenuhi, jejeran nomina tersebut tidak akan
pembentuk kalimat melainkan membentuk frasa.
Perhatikan contoh berikut.
Kalimat tunggal berpredikat verba dalam bahasa Indonesia lebih bervariasi. Ada
bermacam-macam verba, yaitu verba transitif, verba intransitif, dan verba pasif
yang masing-masing memengaruhi macam kalimat yang menggunakannya.
Dengan demikian, berdasarkan penggolongan verba, kalimat yang berpredikat
verba pun ada bermacam-macam.
1) Dia berjalan
P
V int
Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berpredikat adjektiva. Seperti pada
contoh berikut.
1) Tinggalnya di Jakarta
P
Fprep
II.8.1. Kalimat tunggal hanya memiliki satu peristiwa pokok. Dengan kata lain,
kalimat tunggal hanya menjelaskan atau menyampaikan satu peristiwa di dalamnya.
contoh:
Adik makan. (Kalimat tunggal)
Adik makan dan minum. (Kalimat majemuk)
II.8.2. Kalimat tunggak hanya memiliki satu struktur penyusun kalimat saja.
Apakah itu, S P, S P O, atau S P O K, dengan kata lain tidak ada dua unsur yang
sama di dalam kalimat.
Contoh:
Budi pergi ke sekolah. (Kalimat tunggal)
S P K
Budi pergi ke sekolah sedangkan Andi ke pasar. (Kalimat majemuk)
S P K C. S K
II.8.3. Kalimat tunggal tidak pernah menggunakan kata konjungsi atau tanda baca
koma di dalamnya.
Contoh:
Andi anak yang pintar. (Kalimat tunggal)
Andi anak yang pintar dan rajin. (Kalimat majemuk)
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Hal itu berarti, bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan
predikat, tetap merupakan satu kesatuan.
III.2. Saran
Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kalimat efektif,
ternyata tidak mudah untuk memilih pilihan kata yang tepat, sehingga membuat
kalimat yang kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan
syarat syarat untuk membuat kalimat efektif seperti gramatikal, pilihan kata,
penalaran, dan keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan untuk
menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui kalimat mana yang
lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang membahas tentang
kalimat efektif ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pembaca.
Sehingga pembaca dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk
membentuk suatu kalimat efektif.
DAFTAR PUSTAKA
http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/kalimat-efektif-pengertian-ciri-dan.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}
http://just-drop-by.blogspot.com/2007/03/membuat-kalimat-efektif.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}
http://irfanjunianto.blogspot.com/2011/07/kalimat-inti-dan-kalimat-turunan.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}
http://chacaatmika.blogspot.com/2011/10/diksi-kalimat-efektif-dan-kalimat.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}