Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam
semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas bahasa
Indonesia yang membahas kalimat efektif, kalimat majemuk dan kalimat tunggal. Disamping
itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalahnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Bandung, 30 April 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang..............................................................................
I.2. Rumusan Masalah...............................................................................
I.3. Manfaat Makalah..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Kalimat Efektif
.............................................................................
II.2 Ciri-Ciri dan Contoh Kalimat Efektif .................................................
II.3 Jenis Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan
Pembetulannya.......
II.4 Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan menjadi Kurang Efektif
II.5 Pengertian Kalimat Majemuk
II.6 Ciri-ciri Kalimat Majemuk
II.7 Pengertian Kalimat Tunggal
II.8 Ciri-ciri Kalimat Tunggal
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan..................................................................................
III.2. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebu tdengan
kalima tefektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu
tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami
apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-
tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang
kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
Kegiatan menulis tidak akan pernah lepas dari penyusunan kalimat. Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis membahas tentang macam-macam kalimat
majemuk. Kalimat majemuk tersebut dibagi menjadi dua yaitu kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat.Pada kesempatan ini penulis akan
menguraikan tentang kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat
majemuk bertingkat.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat efektif?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif?
3. Bagaimana memahami jenis kesalahan dalam menyusun kalimat efektif dan
pembetulannya
4. Bagaimana memahami hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang
efektif?
5. Memahami pengertian dan contoh Kalimat Turunan ?
6. Ada berapa jenis kalimat ?
7. Apa yang dimaksud dengan kalimat majemuk ?
8. Apa yang dimaksud dengan kalimat majemuk setara dan majemuk bertingkat?
Jelaskan !
I.3. Manfaat Makalah
Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang Kalimat Efektif
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang fungsi kalimat Efektif
3. Sebagai ajang berfikir ilmiah dan kreatif bagi penulis dan pembaca
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh
penulis atau pembicaranya.

II.2. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dan Contoh


II.2.1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek
(S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus
memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
· Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). (Tidak Menjamakkan Subjek)
Contoh:
· Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

II.2.2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang
ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
· Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan
tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).

II.2.3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak
menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih
akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:
· Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
· Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

II.2.4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
· Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

II.2.5.Kesatuan atau Kepaduan


Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat,
yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
· Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
· Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

II.2.6. Keparalelan atau Kesajajaran


Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua
juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
· Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
· Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

II.2.7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada
beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
· Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
· Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
· Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
· Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
· Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan
–kah.
Contoh:
· Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
· Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
II..3. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya
II.3.1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang
mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
· Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-
menolong.

II.3.2. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat


pada kalimat berikut ini:
· Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Sehingga menjadi :
· Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

II.3.3. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
· Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

II.3.4. Salah nalar

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
· Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

II.3.5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)


Bahasa Asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa
asing terlihat pada kalimat berikut:
· Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat
terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother work
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa
daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
· Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.

Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat
kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di
tabloid anak-anak Yunior.
· Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

II.3.6. Kata depan yang tidak perlu


Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak
perlu seperti pada kalimat berikut:
Contoh :
· Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

II.4. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif


Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif,
antara lain

II.4.1. Kurang padunya kesatuan gagasan.


Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu
memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan
mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan
program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti
mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran
Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan.
Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat
pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.
II.4.2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam
tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut
maknanya, misalnya:
· membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
· sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
· Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi
juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah
dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

II.4.3. Kurang logis susunan gagasannya.


Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada
contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat
bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat
putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan
daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih
telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat
dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

II.4.4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.


Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
· Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas
bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
· Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa
Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan,
sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan
mengatakan.

II.4.5. Konstruksi yang bermakna ganda.


Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,
namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong
kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat
pada kalimat-kalimat:
· Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud
nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
· Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak?
Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti
kalimat berikut:
Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

II.4.6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.


Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang
terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia
memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia,
memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah
manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

II.4.7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.


Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan
lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat
perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat,
perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun
kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
· Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan
menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data,
dan penganalisisan data.
· Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup
bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup
bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup
bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

II.5 Pengertian Kalimat Majemuk

Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih.
Kalimat Majemukterdiri dari 4 macam, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat
majemuk bertungkat, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk campuran.

II.5.1 Pengertian Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua buah kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Kalimat Majemuk Setara adalah penggabungan dari 2 kalimat / lebih
dengan menggunakan kata hubung
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi lima jenis, sebagai
berikut :
a) Kalimat majemuk setara penggabungan
Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau
serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
Kami membaca.
Mereka menulis.

Kami membaca dan mereka menulis.

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu


lebih dari dua kalimat tunggal.

Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.

Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.

b) Kalimat majemuk setara berlawanan


Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat
dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan
pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunai Darussalam tergolong negara berkembang.
Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia tergolong negara
berkembang.
c) Kalimat majemuk setara urutan waktu
Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan
kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara perurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz
membacakan doa selamat.
d) Kalimat majemuk setara pemilihan
Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata
atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasinya disebut
kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang
terdekat, atau para petugas menagihnya kerumah pemilim televisi.

e) Kalimat majemuk setara penguatan


Pada kalimat majemuk setara penguatan ini antara kalimat yang satu
dengan lainnya
dihubungkan dengan kata penghubung “bahkan”.
Contoh kalimat:
- Dia tidak membalas smsku bahkan saat aku telepon ke HP-nya.
- Pencuri itu tidak jera bahkan tambah semakin berani.
Dalam sumber lain menyatakan bahwa jenis kalimat majemuk setara ada
yang menyebutkan kalimat majemuk setara sebab akibat. Kalimat majemuk setara
sebab akibat ini kata penghubung yang digunakan adalah ‘karena, sebab, oleh
karena itu, sehingga, maka’.
Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat ialah kalimat
majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang
satu menyatakan sebab akibat dari bagian yang lain.
Contoh kalimat:
- Roy Marten ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
- Anak itu luka parah, sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit.
Penjelasan Contoh Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat diatas
:
Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.
Kalimat 1 : Roy Martien ditahan
Roy Martien = subjek
ditahan = predikat
Kalimat 2 : ia telah membawa sabu-sabu.
Ia = subjek
telah membawa = predikat
sabu-sabu = objek
Setelah kita mengetahui jenis-jenis kalimat majemuk setara kita dapat tahu apa
ciri-ciri dari kalimat majemuk setara tersebut. Adapun ciri-cirinya yaitu:
1. Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P.

II.5.2 Pengertian Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat
tunggal yang kedudukanya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian
yang lain.
Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat
tunggal. Bagian dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah
sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri.
Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal
yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang
bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah
mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh :
Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai
keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang
dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan kalimat: ketika orang sedang
makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk
bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang makan.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai
induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/
mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
Ada bermacam-macam anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal
itu bergantung kepada bagian kalimat tunggal mana yang diubh/ digantinya. Karena
itu macam anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat dapat diperinci sebagai
berikut:
2.5.1. Anak kalimat pengganti subyek
Contoh:
Siapa bersalah, akan dihukum.
Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.
Contoh uraian kalimat:
Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.
G Kalimat tersebut ialah kalimat majemuk bertingkat
G A. Telah ditangkap polisi = induk kalimat
Ditangkap = predikat
Polisi = obyek/ pelengkap pelaku
Telah = keterangan waktu/ keterangan modalitas.
B. Yang mencuri sepeda saya = anak kalimat pengganti subyek
Yang = subyek
Mencuri = predikat
Sepeda saya = obyek/ pelengkap penderita

Catatan:
Tiap kali hendak menguraikan kalimat majemuk bertingkat, hendaknya lebih dulu
diusahakan mencari/ menyelidiki kalimat tunggal mana yang menjadi asal kalimat
majemuk bertingkat itu. Dengan cara itu kita akan mudah mencari induk kalimat
dan anak kalimat dari kalimat majemuk bertingkat yang hendak kita uraikan.
2.5.2. Anak kalimat pengganti predikat
Anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat pada kalimat nominal.
Contoh:
Rumah itu batu. (kalimat tunggal)
Rumah itu bahannya terbuat dari benda keras. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.3. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita
Contoh:
Basir mencintai Nova. (kalimat tunggal)
Basir mencintai yang sangat dikasihinya. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.4. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku
Contoh:
Ali ditikam oleh penjahat. (kalimat tunggal)
Ali ditikam oleh orang yang menggedor pintu rumahnya semalam.
(kalimat majemuk bertingkat)
2.5.5. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penyerta
Contoh:
Norief memberikan uang kepada anaknya. (kalimat tunggal)
Norief memberikan uang kepada yang menumpang di Surabaya. (kalimat
majemuk bertingkat)
2.5.6. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap berkata depan
Contoh:
Ia rindu kepada ibunya. (kalimat tunggal)
Ia rindu kepada yang memeliharanya sejak kecil. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.7. Anak kalimat pengganti obyek pasangan
Contoh:
Kami telah berunding dengan Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono. (kalimat tunggal)
Kami telah berunding dengan yang memimpin negara Indonesia. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.8. Anak kalimat pengganti obyek alat
Contoh:
Norief bersenjatakan pena. (kalimat tunggal)
Norif bersenjatakan yang dibuat untuk menulis. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.9. Anak kalimat pengganti keterangan tempat
Contoh:
Henny pergi ke pasar. (kalimat tunggal)
Henny pergi ke yang dikunjungi orang tiap hari. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.10. Anak kalimat pengganti keterangan waktu
Contoh:
Anis datang kemarin. (kalimat tunggal)
Anis datang ketika orang sedang sholat. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.11. Anak kalimat pengganti keterangan sebab
Contoh:
Basir tidak berkuliah karena sakit. (kalimat tunggal)
Basir tidak berkuliah karena jiwanya terganggu. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.12. Anak kalimat pengganti keterangan alasan
Contoh:
Saya tidak pergi karena hujan. (kalimat tunggal)
Saya tidak pergi karena suasana yang tidak mengizinkan. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.13. Anak kalimat pengganti keterangan akibat
Contoh:
Basir dianiaya sehingga sakit. (kalimat tunggal)
Basir dianaya sehingga badannya terbaring. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.14. Anak kalimat pengganti keterangan alat
Contoh:
Ia menikam dengan pisau. (kalimat tunggal)
Ia menikam dengan yang dibelinya kemarin. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.15. Anak kalimat pengganti keterangan asal
Contoh:
Sepatunya Norief terbuat dari emas. (kalimat tunggal)
Sepatunya Norief terbuat dari bahan yang diinginkannya. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.16. Anak kalimat pengganti keterangan syarat
Contoh:
Kalau begitu, saya tidak mau mengajak . (kalimat tunggal)
Kalau kamu nakal, saya tidak mau mengajak. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.17. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan
Contoh:
Tora Sudiro belajar keras agar lulus. (kalimat tunggal)
Tora Sudiro belajar keras agar cita-citanya tercapai. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.18. Anak kalimat pengganti keterangan kualitas
Contoh:
Boneng tersenyum manis. (kalimat tunggal)
Boneng tersenyum seperti yang kita lihat. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.19. Anak kalimat pengganti keterangan perihal
Contoh:
Dengan tertawa ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat tunggal)
Dengan mulut tertawa lebar ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.20. Anak kalimat pengganti keterangan perlawanan
Contoh:
Meskipun mendung, ia berangkat juga. (kalimat tunggal)
Meskipun cuaca buruk, ia berangkat juga. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.21. Anak kalimat pengganti keterangan kuantitas
Contoh:
Mereka berjalan seratus kilometer. (kalimat tunggal)
Mereka berjalan jauh sekali jaraknya. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.22. Anak kalimat pengganti keterangan derajat
Contoh:
Udara itu dingin sekali. (kalimat tunggal)
Uadara itu tak terperikan rasanya. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.23. Anak kalimat pengganti keterangan modalitas
Contoh:
Mungkin ia meninggal di sana. (kalimat tunggal)
Desas-desus tersiar ia meninggal di sana. (kalimat majemuk bertingkat)
2.5.24. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan
Contoh:
Paimo lebih rajin daripada Mopai. (kalimat tunggal)
Paimo lebih rajin daripada orang yang mirip dengannya itu. (kalimat majemuk
bertingkat)
2.5.25. Anak kalimat pengganti keterangan perwatasan
Contoh:
Semua tahanan dibebaskan, kecuali Basir. (kalimat tunggal)
Semua tahanan dibebaskan, kecuali yang berseragam merah jambu itu. (kalimat
majemuk bertingkat)
Dalam kalimat majemuk bertingkat kadang-kadang terdapat cucu kalimat,
yaitu anak dari anak kalimat. Cucu kalimat tersebut terjadi jika bagian kalimat dari
anakkalimat diubah/ diganti menjadi sebuah kalimat yang dapat berdiri sendiri.
Contoh:
Norief menyepak bola. (kalimat tunggal)
Ia menyepak yang disenangi oleh adiknya. (kalimat majemuk bertingkat yang
mempunyai anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita)
Ia menyepak yang disenangi oleh yang memakai baju baru itu. (kalimat majemuk
bertingkat yang mempunyai cucu kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku
pada anak kalimat)

II.5.3 Pengertian Kalimat Majemuk Rapatan


Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang
karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya
disebutkan sekali.
Contoh:
1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)Pekerjaannya hanya makan,
tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

II.5.4 Pengertian Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika
aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).
II.6. Ciri-ciri Kalimat Majemuk

II.6.1. Kalimat Majemuk Setara

Ciri – ciri kalimat majemuk setara


1. Antar klausa memiliki hubungan koordinatif, sehingga bisa berdiri sendiri
meskipun dipisahkan.
2. Klausa yang satu berkedudukan sama dengan klausa lainnya.
3. Konjungsi yang menghubungkan biasanya
berupa, dan, lalu, kemudian, bahkan,ketika, setelah, dan sebelum.

Contoh :
Klausa 1 = Ayah sedang berkebun.
Klausa 2 = Ibu sedang memasak di dapur.
Ayah sedang berkebun dan Ibu sedang memasak di dapur.

II.6.2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Ciri – ciri kalimat majemuk bertingkat


1. Salah satu klausa / anak kalimat tidak tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata
lain, akan tidak memiliki arti jika dipisah.
2. Kata penghubungnya berupa jika, ketika, walaupun, bahwa, bagaikan, sebab,
dan sehingga

Contoh
Klausa 1 / Induk kalimat = Gempa yang sangat dahsyat terjadi di Nepal
Klausa 2 / Anak kalimat = Bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Gempa yang dahsyat mengguncang Nepal sehingga bangunan dan rumah rata
dengan tanah.

II.6.3. Kalimat Majemuk Rapatan

Ciri – ciri majemuk rapatan


1. Bisa dipisahkan menjadi dua buah kaalimat tunggal atau lebih.
2. Dipisahkaan dengan tanda koma, dan konjungsi dan, serta, dan juga.

Contoh:
Ibu memasak ayam goreng.
Ibu memasak ikan goreng.
Ibu memasak nasi goreng untuk makan malam.
Ibu memasak ayam, ikan, dan nasi goreng untuk makan malam.
II.6.4. Kalimat Majemuk Campuran

Ciri – ciri kalimat majemuk campuran


1. Memiliki lebih dari dua buah klausa.
2. Dihubungkan dengan dua buah konjungsi seperti pada kalimat majemuk setara
dan campuran.

Contoh :
Klausa 1= Teman – temanku telah pulang
Klausa 2 = Aku baru sampai.
Klausa 3 = Aku datang tepat waktu
Ketika aku baru sampai, teman – temanku telah pulang padahal aku datang tepat
waktu.

II.7. Pengertian Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa
terikat (Cook, 1971: 38; Elson and Pickett, 1969: 123).

Misalnya:

Saya makan.
Dia minum.
Ibu menjahit.
Adik tidur.

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur inti kalimat
tunggal adalah subjek dan predikat. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk setiap
unsur kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat
tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur manasuka. Seperti keterangan
waktu, tempat, dan alat. Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud
yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang.
1. Ayah bekerja
2. Mereka mahasiswa asing
3. Mahasiswa mendiskusikan soal ujian
4. Ibunya mengirimkan uang itu kepada kami
5. Buruh itu mengambil bahan bangunan di gudang

Kalimat (1), (2), (3) merupakan kalimat tunggal yang terdiri dari unsur-unsur yang
wajib ada atau terdiri atas bagian-bagian inti kalimat. Unsur inti dalam kalimat
(4)adalah ibunya, mengirimkan, uang itu; unsur manasuka dalam kalimat
tersebutkepada kami. Unsur inti dalam kalimat (5) adalah buruh itu, mengambil,
bahan bangunan; unsur manasuka dalam kalimat tersebut adalah di gudang.
II.7.1. Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina

Dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina.
Dua nomina yang disejajarkan akan membentuk kalimat apabila syarat untuk
subjek dan predikatnya tidak terpenuhi, jejeran nomina tersebut tidak akan
pembentuk kalimat melainkan membentuk frasa.
Perhatikan contoh berikut.

1) Novel itu cetakan Bandung (kalimat)


FN FN
S P

2) Novel cetakan Bandung itu (frasa)


FN

II.7.2. Kalimat Tunggal Berpredikat Verba

Kalimat tunggal berpredikat verba dalam bahasa Indonesia lebih bervariasi. Ada
bermacam-macam verba, yaitu verba transitif, verba intransitif, dan verba pasif
yang masing-masing memengaruhi macam kalimat yang menggunakannya.
Dengan demikian, berdasarkan penggolongan verba, kalimat yang berpredikat
verba pun ada bermacam-macam.

Perhatikan contoh berikut.

1) Dia berjalan
P
V int

2) Nilai Ebtanas Murni menentukan nasib para siswa


P
V-tran

3) Dia sedang mencarikan adiknya pekerjaan


P
VDtran
4) Adiknya kejatuhan atap.
P
V-pasif

5) Dia dipukul kakaknya


P
V- pasif

II.7.3. Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva

Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berpredikat adjektiva. Seperti pada
contoh berikut.

1) Gadis itu sangat cantik


P
FA

2) Perkataan orang itu benar


P
A
3) Ayahnya sakit
P
A

II.7.4. Kalimat Tunggal Berpredikat Frasa Preposisional dan Frasa Numeralia


Kalimat bahasa Indonesia dapat berpredikat frasa preposisional dan frasa
numeralia.

Perhatikan contoh berikut.

1) Tinggalnya di Jakarta
P
Fprep

2) Foto itu dari adiknya


P
Fprep

3) Anaknya tiga orang


P
Fprep

II.8. Ciri-Ciri Kalimat Tunggal

Berdasarkan penjelasan mengenai kalimat tunggal di atas , maka suatu kalimat


disebut dengan kalimat tunggal jika memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut ini:

II.8.1. Kalimat tunggal hanya memiliki satu peristiwa pokok. Dengan kata lain,
kalimat tunggal hanya menjelaskan atau menyampaikan satu peristiwa di dalamnya.

contoh:
Adik makan. (Kalimat tunggal)
Adik makan dan minum. (Kalimat majemuk)

II.8.2. Kalimat tunggak hanya memiliki satu struktur penyusun kalimat saja.
Apakah itu, S P, S P O, atau S P O K, dengan kata lain tidak ada dua unsur yang
sama di dalam kalimat.

Contoh:
Budi pergi ke sekolah. (Kalimat tunggal)
S P K
Budi pergi ke sekolah sedangkan Andi ke pasar. (Kalimat majemuk)
S P K C. S K

II.8.3. Kalimat tunggal tidak pernah menggunakan kata konjungsi atau tanda baca
koma di dalamnya.

Contoh:
Andi anak yang pintar. (Kalimat tunggal)
Andi anak yang pintar dan rajin. (Kalimat majemuk)
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan

III.1.1. Kalimat Efektif


1. Kalimat efektif adalah kalimat yang di susun menurut pola struktur yang benar
sesuai dengan situasi yang menyertainya. Perhatikan contoh kalimat berikut :
a. Mereka menyelesaikan dengan meyakinkan dan baik serta dengan sangat
memuaskan semua soal-soal ujian dalam waktu Sembilan puluh menit.
Kalimat di atas berubah menjadi :
b. Mereka menyelesaikan dengan baik semua soal-soal ujian dengan waktu
Sembilan puluh menit.
2. Sebuah kalimat efektif haruslah di susun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang di inginkan oleh penulis terhadap pembacanya.
3. Persyaratan-persyaratan yang perlu di perhatikan dalam membuat kalimat efektif
yaitu :
a. Kesepadanan dan kesatuan.
b. Kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang di pakai.
c. Penekanan untuk mengemukakan ide pokok.
d. Kehematan dalam menggunakan kata.
e. Kevariasian dalam struktur kalimat.

III.1.2. Kalimat Majemuk


Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat
Majemuk terdiri dari 4 macam, yaitu:
1. Pengertian Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang terdidri atas beberapa
kalimat yang setara atau sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat
berdiri sendri.
2. Pengertian Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat
tunggal yang kedudukanya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian
yang lain.
3. Pengertian Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena
subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan
sekali.
4. Pengertian Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat.

II.1.3. Kalimat Tunggal

1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Hal itu berarti, bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan
predikat, tetap merupakan satu kesatuan.

2. Pola pembentukan kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi lima bagian,


yaitu kalimat (1) kalimat yang predikatnya nominal/benda (KB+KK), kalimat
(2) kalimat yang predikatnya verbal/kerja (KB+KK), kalimat (3) kalimat yang
predikatnya adjektival/sifat (KB+KS),kalimat (4) kalimat yang predikatnya
numeral/bilangan (KB+Kbil), dan kalimat yang predikatnya preposisi/kata depan
(KB+Kdep).
Kalimat yang predikatnya verbal/kerja dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
verba transitif, verba ekatransitif, dan verba dwitransitif.

3. Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan mengembangkan subjek inti


dan predikat inti kalimat. Subjek inti kalimat dapat diperluas
dengan atributif (keterangan) dan aposisi (keterangan pengganti).

III.2. Saran
Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kalimat efektif,
ternyata tidak mudah untuk memilih pilihan kata yang tepat, sehingga membuat
kalimat yang kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan
syarat syarat untuk membuat kalimat efektif seperti gramatikal, pilihan kata,
penalaran, dan keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan untuk
menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui kalimat mana yang
lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang membahas tentang
kalimat efektif ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pembaca.
Sehingga pembaca dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk
membentuk suatu kalimat efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal, Tasai Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:


Akademika Pressido.
Depertemen Pendidikan dan kebudayaan. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Putrayasa Bagus Ida. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika
Aditama.

http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/kalimat-efektif-pengertian-ciri-dan.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}
http://just-drop-by.blogspot.com/2007/03/membuat-kalimat-efektif.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}
http://irfanjunianto.blogspot.com/2011/07/kalimat-inti-dan-kalimat-turunan.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}
http://chacaatmika.blogspot.com/2011/10/diksi-kalimat-efektif-dan-kalimat.html
{30 April 2016, 13.00 WIB}

Anda mungkin juga menyukai