Anda di halaman 1dari 19

PENANGGULANGAN PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI

JAKARTA

KELAS MPKTB - F
KELOMPOK HG - 1
Aldhi Anarta 1506734746
Aleta Violina Purba 1506732646
Annisa Zahra 1506767246
Marcellino Ryan Rinaldi 1506733043
Nisrina Nurfitria 1506766943
Zenshiny Starlin 1506766804

Makalah Akhir bagi


Pemicu Problem Based Learning Bagian Kedua
untuk Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Terintegrasi - B

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
1

ABSTRAK

DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu kota paling maju di Indonesia
dan dapat disebut sebagai sebuah megacity yang mengalami pertumbuhan penduduk serta
pembangunan yang pesat. Beban bangunan beserta isinya, ekstraksi air tanah, maupun faktor alam
telah menimbulkan dampak negatif berupa penurunan permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta
yang terus berlangsung dan memerlukan upaya penanggulangan lebih lanjut. Makalah ini
memaparkan upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan permukaan
tanah di DKI Jakarta, antara lain pembangunan ruang terbuka hijau, rainwater harvesting, injeksi
air tanah, pembangunan sumur resapan, dan penggunaan air PAM.

Kata Kunci: beban bangunan; DKI Jakarta; ekstraksi air tanah; megacity; penurunan permukaan
tanah; upaya penanggulangan.
2

DAFTAR ISI

Abstrak ............................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................. 2

Kata Pengantar ................................................................................................... 3

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................. 4

Bab 2 Analisis Permasalahan ............................................................................. 6

Bab 3 Pembahasan ............................................................................................. 9

Bab 4 Penutup .................................................................................................. 17

Daftar Pustaka .................................................................................................. 18


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penanggulangan
Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta” ini.

Makalah ini diajukan sebagai tugas akhir pembelajaran dengan metode


problem based learning pada Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Terintegrasi - B (Sains) yang diampu oleh Ibu Maria Victoria Juanita Setiawan,
S.S., M.Si. Selama penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik maupun saran demi penyempurnaan makalah ini di masa
mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Depok, 6 Desember 2015

Penulis
4

BAB 1
PENDAHULUAN

Permukaan luar kulit bumi berada dalam bentuk batuan, hasil pelapukan
batuan, atau sedimen lepas. Sebagian daratan merupakan dataran pesisir (coastal
plain) yang berdaya dukung rendah terhadap beban bangunan, seperti Bangkok-
Thailand, Osaka-Jepang, Tianjin-China, Yun-Lin-Taiwan, Hongkong, Antartika,
Bangladesh, California-USA, Jawa Timur-Indonesia, Jakarta-Indonesia, Mexico,
Singapura, Kepulauan Aleutian-Salomon, Utah-USA dan Semarang-Indonesia.
Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan suatu proses gerakan
penurunan muka tanah yang didasarkan atas suatu datum tertentu (kerangka
referensi geodesi) di mana terdapat berbagai macam variabel penyebabnya
(Marfai, 2006). Proses atau gerakan turunnya permukaan tanah telah banyak
terjadi di berbagai wilayah di dunia terutama di kota-kota besar yang berlokasi di
kawasan pantai atau dataran aluvial (endapan lepas yang tertranspor ke tempat
lain atau tidak berada disekitar batuan induk di mana berukuran butiran berupa
pasir dan lempung). Berdasarkan penelitian penurunan muka tanah sebelumnya,
faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah, antara lain:
pengambilan air tanah yang berlebihan (Burbey J.T., 2005), penurunan karena
beban bangunan (Quaxiang, 2001), konsolidasi alamiah lapisan tanah (Wei,Q.,
2006), gaya-gaya tektonik (Chang, C.P., 2005), ekstraksi gas dan minyak bumi
(Odijk, D., 2005), penambangan bawah tanah (Rizos, C., 2007), ekstraksi lumpur
(Deguchi, T., 2007), dan patahan lempeng bumi (Rahtje et al., 2003).
Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang terletak di daerah pesisir
dan pondasi tanahnya merupakan hasil penumpukan sedimen. Namun dalam
kondisi permukaan tanah yang seperti itu, kota Jakarta menjadi kota metropolitan,
di mana pembangunan dan segala aktivitas pemerintahan terpusat. Gedung-
gedung pencakar langit menjadi salah satu ciri khas kota Jakarta. Ditambah
dengan kendaraan-kendaraan yang melintasi jalanan kota Jakarta sepanjang hari
dan populasi penduduk yang beraktivitas baik penduduk asli maupun yang berasal
dari kota-kota lain. Maka dari itu, diperlukan sistem pengaturan dan
5

penanggulangan yang tepat untuk mencegah semakin menurunnya permukaan


tanah dan juga timbulnya bencana lain yang melanda kota Jakarta.
6

BAB 2
ANALISIS PERMASALAHAN

2.1 Pemicu dan Pemaparan Kata Kunci

Penurunan permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta seperti di


kawasan Pademangan, Ancol, Penjaringan, Cengkareng, Tanjung Priok,
Cilincing, dan Pulogadung masih terus berlangsung. Data dari Dinas
Perindustrian dan Energi menunjukkan, di daerah-daerah tersebut telah
terjadi penurunan lebih dari 100 cm. Hal ini merupakan pemicu yang
melatarbelakangi langkah-langkah pembelajaran dengan metode problem
based learning yang selanjutnya dibahas dalam makalah ini.

Kata kunci yang digunakan oleh penulis yaitu DKI Jakarta sebagai
kota megacity, penurunan permukaan tanah, faktor penyebab, beban
bangunan, ekstraksi air tanah, dan upaya penanggulangan. Kata kunci
tersebut merupakan pokok-pokok dari materi yang dibahas dalam makalah
ini sehingga menghasilkan jawaban atas masalah yang dirumuskan.

2.2 Rumusan Masalah

Pada langkah-langkah pembelajaran dengan metode problem based


learning ini, penulis merumuskan suatu masalah yang membatasi cakupan
materi yang dibahas dalam makalah ini, yaitu: Mengapa terjadi penurunan
permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta?

2.3 Analisis Masalah


7

Dari masalah yang telah dirumuskan, dapat diidentifikasi pertanyaan-


pertanyaan sebagai berikut.

2.3.1 Mengapa terjadi penurunan permukaan tanah?


2.3.2 Apa dampak dari penurunan permukaan tanah?
2.3.3 Bagaimana cara mengatasi penurunan permukaan tanah?
2.3.4 Apakah terjadi penurunan permukaan tanah di daerah lain?
2.3.5 Apa ciri daerah yang memiliki potensi penurunan permukaan
tanah?
2.3.6 Faktor terbesar apa yang menyebabkan penurunan permukaan
tanah?
2.3.7 Apa hubungan penurunan permukaan tanah dengan bencana?
2.3.8 Apakah penurunan permukaan tanah akan terus terjadi?

2.4 Hipotesis

Hipotesis atau kesimpulan sementara yang dirumuskan oleh


penulis yaitu: Kerusakan lingkungan akibat eksploitasi ekologi
menyebabkan penurunan permukaan tanah.

2.5 Pengetahuan Baru dan Lama

2.5.1. Pengetahuan Baru yang Perlu Dipelajari

2.5.1.1. Kondisi ekologi di permukaan tanah.


2.5.1.2. Pengaruh pergerakan lempeng bumi.
2.5.1.3. Penyebab penurunan permukaan tanah.
2.5.1.4. Dampak penurunan permukaan tanah.
2.5.1.5. Upaya penanggulangan terhadap penurunan permukaan
tanah.
2.5.1.6. Ciri daerah dengan potensi penurunan permukaan tanah.
8

2.5.1.7. Hubungan penurunan permukaan tanah dengan bencana.


2.5.1.8. Wilayah lain yang memiliki gedung pencakar lain atau
yang mengalami eksploitasi ekologi.

2.5.2. Pengetahuan yang Sudah Dipelajari

2.5.2.1. Penyerapan air tanah.

2.6 Materi Bahasan yang Dipelajari


2.6.1 Pengertian penurunan permukaan tanah.
2.6.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan tanah.
2.6.3 Penurunan permukaaan tanah yang terjadi di DKI Jakarta.
2.6.4 Keterkaitan antara DKI Jakarta sebagai megacity dengan
penurunan permukaan tanah.
2.6.5 Kondisi permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta dan eksploitasi
ekologi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
2.6.6 Upaya penanggulangan penurunan permukaan tanah.
2.6.7 Peran farmasis dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat
penurunan permukaan tanah.
9

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Penurunan Permukaan Tanah

Penurunan muka tanah (land subsidence) adalah suatu proses


gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas suatu data tertentu
(kerangka referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam variabel
penyebabnya (Marfai, 2006). Penurunan muka tanah juga dapat di
definisikan sebagai salah satu fenomena deformasi permukaan bumi secara
vertikal di samping terjadi fenomena uplift.

3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Permukaan Tanah

Berdasarkan Whittaker dan Reddish, 1989 dalam Metasari 2010,


secara umum faktor penyebab penurunan muka tanah antara lain
penurunan tanah alami, penurunan tanah akibat pengambilan air tanah dan
penurunan akibat beban bangunan.

a. Penurunan tanah alami (natural subsidence)


Penurunan tanah alami disebabkan oleh proses-proses
geologi seperti siklus geologi dan sedimentasi daerah
cekungan. Proses penurunan tanah yang disebabkan siklus-
siklus geologi mencakup pelapukan (denuation), pengendapan
(deposition), dan pergerakan kerak bumi (crustal movement).
Proses pelapukan ini terjadi akibat erosi baik secara mekanis
atau kimia dan memiliki hubungan dengan terbentuknya
sedimen. Batuan yang meluruh jika terbawa air hujan akan
10

mengendap diberbagai daerah salah satu nya didaerah


cekungan.
Sedimentasi di daerah cekungan makin lama makin
banyak sehingga menimbulkan beban kerja yang semakin
tinggi. Proses tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah yang diakibatkan beberapa hal seperti gaya
berat dari beban yang ditimbulkan oleh endapan dan juga air
sehingga menyebabkan kelenturan pada lapisan kerak bumi.
Aktivitas internal yang menyebabkan naiknya
temperatur kerak bumi akan mengembang menyebabkan
kenaikan pada permukaan tanah dan deformasi dari lapisan
tanah yang berkaitan dengan berbagai tekanan yang ada.

b. Penurunan tanah akibat pengambilan air tanah


(groundwater extraction)
Pengambilan air tanah secara besar-besaran merupakan
bentuk eksploitasi di luar kemampuan pengambilannya
sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah air tanah pada
suatu lapisan akuifer. Berkurangnya air tanah pada lapisan
akuifer ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori-pori
tanah sehingga tekanan hidrostatis dibawah permukaan tanah
berkurang. Akibatnya terjadi pemampatan lapisan akuifer
bawah tanah yang berdampak pada penurunan lapisan
permukaan tanah dan menurunnya kemampuan tanah untuk
menyimpan cadangan air.

c. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)


Pekerjaan kontruksi diatas tanah membutuhkan pondasi
pendukung bangunan atau bahan kontruksi dari bangunan.
Pondasi adalah elemen untuk menyebarkan beban bangunan
dari elemen struktur ke titik pendukung sehingga
memindahkan beban ke dalam struktur tanah. Apabila
kekuatan tanah lebih kecil dari kekuatan beban bangunan maka
11

tanah memerlukan luas permukaan (A) yang lebih besar untuk


memikul beban (P) yang sama. Luas permukaan tanah yang
diperlukan berbanding lurus dengan beban bangunan dan
berbanding terbalik dengan daya dukung tanah yang diizinkan.
𝑃
𝐴=
𝜌
Keterangan:
A = Luas permukaan tanah
P = Beban bangunan
𝜌 = Daya dukung tanah yang diizinkan
Penambahan beban bangunan ini menyebabkan adanya
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau
udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait
dengan keadaan tanah yang bersangkutan sehingga lapisan
tanah dibawahnya mengalami pemampatan. Proses
pemampatan ini akhirnya menyebabkan penurunan permukaan
tanah. Secara umum penurunan tanah akibat pembebanan ini
dibagi menjadi dua antara lain, penurunan konsolidasi yang
merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh air
sehingga keluarnya air yang menempati pori-pori air tanah dan
penurunan segera yang merupakan akibat dari deformasi
elastik tanah kering, basah dan jenuh air tanpa adanya
perubahan kadar air

3.3 Penurunan Permukaan Tanah di Wilayah DKI Jakarta

3.3.1 Hubungan DKI Jakarta sebagai Megacity dengan


Penurunan Permukaan Tanah
12

Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan


salah satu kota paling maju di Indonesia dan dapat disebut
sebagai sebuah megacity. Kota Jakarta memiliki banyak
bangunan serta infrastruktur yang dibangun diatasnya untuk
menunjang fungsinya sebagai ibukota negara. Namun,
bangunan-bangunan besar yang berdiri tegak diatas tanah
Jakarta memberikan efek negatif bagi keadaan tanah di Jakarta.
Bangunan megacity yang berukuran besar harus dibangun
dengan fondasi yang kuat untuk menopang struktur diatasnya,
sehingga harus diadakan penanaman tiang pancang atau paku
bumi. Penanaman tiang-tiang besar tersebut memberikan
tekanan besar bagi tanah Jakarta. Ketika daya topang yang
dimiliki tanah tidak sebanding dengan tekanan dari beban
bangunan, tanah di Jakarta dapat mengalami penurunan
ketinggian atau land subsidence.

Lebih lanjut, Jakarta sebagai sebuah kota besar


tentunya memiliki jumlah penduduk yang besar pula.
Tingginya jumlah penduduk berbanding lurus dengan
tingginya kebutuhan air dalam kehidupan warganya. Air
tersebut ada yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari
seperti mandi, mencuci, minum, dan lain sebagainya, namun
ada pula yang dimanfaatkan untuk kebutuhan industri. Data
pengambilan air tanah, khususnya air tanah dalam (deep
groundwater) dari sumur bor yang terdaftar menunjukkan
kecenderungan yang terus meningkat. Pada 1985 dengan
jumlah pengambilan air tanah sekitar 30 juta m3/tahun. Pada
1991 meningkat menjadi 31 juta m3/tahun dari sejumlah 2640
sumur. Pada 1993 pengambilannya tercatat 32,6 juta m3/tahun
dari sekitar 2800 sumur. Pada 1994 pengambilan air tanah
telah mencapai 33,8 juta m3. Jumlah pengambilan air tanah
yang sebenarnya dapat berjumlah jauh lebih besar dari angka-
angka tersebut, karena masih banyaknya sumur-sumur
13

produksi yang belum terdaftar. Pengambilan air secara besar-


besaran membuat air tanah yang seharusnya menjadi penopang
rongga dalam tanah menjadi kosong, menyebabkan tanah
menurun untuk memenuhi rongga yang kosong tersebut.

3.3.2 Kondisi Permukaan Tanah di Wilayah DKI Jakarta dan


Eksploitasi Ekologi yang Terjadi

Penurunan tanah di wilayah DKI Jakarta terbesar


didominasi oleh wilayah Jakarta bagian utara. Setiap tahunnya
terjadi penurunan hingga 10 cm, akibatnya 40% dari Jakarta
berada di bawah permukaan laut.

Gambar 1. Prediksi Tenggelamnya Jakarta pada Tahun 2050


(sumber: http://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/12/26/hampir-
separuh-wilayah-jakarta-bakal-tenggelam-di-2050)

Data yang diperoleh dari pengamatan sipat datar teliti


dan GPS menunjukkan bahwa turunnya permukaan tanah di
satu wilayah bervariasi secara spasial dan temporal. Dari data
tersebut, pada tahun 1982–1991 penurunan permukaan tanah
terbesar terjadi di Cengkareng dengan laju penurunan 8,5
cm/tahun, tahun 1991–1997 terjadi di Kwitang dengan laju
penurunan 14,8 cm/tahun, tahun 1997–1999 terjadi di Daan
Mogot dengan laju penurunan 31,9 cm/tahun. Dari data hasil
14

pengamatan GPS pada Desember 1997–Juni 1999, penurunan


terbesar terjadi di Pantai Indah Kapuk dengan laju penurunan
11,5 cm/tahun, Juni 1999–Juni 2000, masih di Pantai Indah
Kapuk dengan laju penurunan 10,4 cm/tahun, Juni 2000–Juni
2001 terjadi di Daan Mogot dengan laju penurunan 34,2
cm/tahun, dan pada Juni 2001–Oktober 2001 terjadi di
Rukindo-Ancol dengan laju penurunan 23,7 cm/tahun.

Penurunan permukaan tanah di Jakarta merupakan yang


tertinggi di dunia. Rata-rata permukaan tanah di Jakarta
menurun hingga 10,8 cm setiap tahun. Para ahli memprediksi
bahwa pada tahun 2050 wilayah Jakarta akan ditutupi lautan.
Dengan asumsi penurunan muka tanah dan kenaikan muka laut
rata-rata 6 milimeter per tahun, ada 12,1 persen wilayah DKI
Jakarta berada di bawah permukaan laut tahun 2012. Luas
wilayah yang turun hingga lebih rendah daripada muka laut
akan bertambah menjadi 20,5 persen tahun 2025 dan 32,5
persen tahun 2050. Tanpa langkah revolusioner, prediksi itu
tinggal menunggu waktu. Kondisi itu terjadi karena Jakarta
Utara memang merupakan delta yang berada di muara sungai.
Selain itu, aktivitas tektonik ikut berpengaruh. Tetapi, yang
paling besar pengaruhnya adalahnya eksploitasi air tanah.

Gambar 2. Laju Penyedotan Air Tanah di Jakarta pada Tahun 1879-2007


(sumber:http://lipsus.kompas.com/indocomtech2013/read/2010/09/30/09483791/
desalinasi.alternatif.solusi.untuk.jakarta)
15

3.4 Upaya Penanggulangan Penurunan Permukaan Tanah

Salah satu penyebab dari penurunan permukaan tanah adalah


eksploitasi air tanah berlebihan oleh manusia sehingga tanah mengalami
penurunan. Oleh karena itu, diperlukan penanggulangan untuk mengatasi
hal tersebut. Berikut merupakan beberapa cara untuk menanggulangi
penurunan permukaan tanah.

a. Ruang terbuka hijau


Ruang terbuka hijau merupakan area hijau yang
penggunaannya terbuka dan tempat tumbuhnya tumbuhan baik
yang tumbuh secara alami maupun ditanam. Fungsi dari ruang
terbuka hijau salah satunya adalah dengan membantu tanah
agar menyerap air sehingga air tanah tidak hilang dan tidak
menimbulkan penurunan permukaan tanah.

b. Rainwater harvesting
Rainwater harvesting merupakan metode menghemat
air dengan cara mengumpulkan, menampung lalu menyimpan
air hujan di sebuah bak. Air hujan tersebut akan digunakan
untuk penggunaan sehari-hari seperti mencuci dan menyiram
tanaman.

c. Pembangunan sumur resapan


Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada
permukaan tanah yang digunakan untuk menyerap air hujan
atau aliran permukaan agar meresap ke dalam tanah.
Pembuatan sumur resapan ini juga dapat menanggulangi
banjir. Sumur resapan ini akan meresap air dan
menyebarkannya ke dalam tanah agar tanah tidak turun dan air
tanah tidak habis.
16

d. Penggunaan air PAM


Air PAM juga merupakan proses pengambilan air baku
yang diolah menjadi air layak pakai agar air tanah tidak di
eksploitasi secara berlebihan untuk penggunaan rumah tangga
dan industri. Proses pengambilan dari dam atau tanggul
melalui pipa yang besar untuk disebar ke masyarakat
.
e. Injeksi air tanah
Injeksi air tanah juga merupakan cara agar air tanah
tidak habis yaitu dengan menginjeksi atau memasukkan air ke
dalam tanah agar tanah tidak turun. Injeksi air tanah atau
articial aquifer creation yaitu air yang diperoleh dimasukkan
ke dalam tanah melalui akuifer buatan.

3.5 Peran Farmasis dalam Mengatasi Permasalahan Penurunan


Permukaan Tanah

Dalam mengatasi atau mencegah permasalahan yang timbul akibat


penurunan permukaan tanah, seorang farmasis dapat turut berkontribusi
yaitu dengan cara mengembangkan obat-obatan herbal di samping
mengembangkan obat-obatan hasil sintesis bahan kimia. Dengan
mengembangkan obat-obatan herbal, farmasis berarti mendorong
penghijauan lahan, yaitu dengan menanam berbagai macam tanaman obat
sehingga tanah menjadi subur. Tanah yang subur dan diperkokoh dengan
perakaran tanaman yang tumbuh di atasnya dapat menyimpan air lebih
banyak sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah.
Selain dengan mengembangkan obat-obatan herbal, farmasis juga dapat
menyediakan pasokan obat-obatan ketika terjadi bencana seperti banjir dan
menyiapkan cara-cara agar masyarakat terhindar dari waterborne disease.
17

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta disebabkan oleh


faktor-faktor di antaranya beban bangunan dan ekstraksi air tanah yang
berlebihan. Untuk menanggulangi penurunan permukaan tanah tersebut,
dapat dilakukan upaya-upaya seperti pembangunan ruang terbuka hijau,
rainwater harvesting, pembangunan sumur resapan, injeksi air tanah, dan
penggunaan air PAM untuk mencegah eksploitasi air tanah secara
berlebihan. Oleh karena itu, hipotesis dapat diterima.

4.2 Saran untuk Pemerintah

Sebaiknya pemerintah segera menetapkan kebijakan mengenai


pengelolaan air tanah, meliputi penetapan harga, sosialisasi kepada pihak
swasta maupun masyarakat luas untuk melakukan penghematan air tanah,
hingga penghentian pemompaan air tanah yang berlebihan demi mencegah
eksploitasi yang memicu penurunan permukaan tanah. Selain itu,
pemerintah perlu membangun daerah resapan air, tanggul, serta
menyiapkan simulasi agar masyarakat khususnya di wilayah DKI Jakarta
dapat terhindar dari dampak negatif akibat penurunan permukaan tanah.
18

DAFTAR PUSTAKA

Bimantara, A.Y. “Bab 2: Wilayah Jakarta dan Karakteristiknya.” Pemetaan


Dampak Akibat Penurunan Muka Tanah di Wilayah Jakarta.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-arditoyoga-22693-3-
2012ta-2.pdf (6 Desember 2015)
Hendrayana, H. “Dampak Pemanfaatan Air Tanah.”
http://heruhendrayana.staff.ugm.ac.id/web/down/dampakabt.pdf (6 Desember
2015)
Manik, J.M. dan Marasabessy, M.D. (2010). Tenggelamnya Jakarta dalam
Hubungannya dengan Konstruksi Bangunan Beban Megacity. Makara Vol.
14 No. 1, 69–74.
Maulana, S. dan Marfai, M.A. (2012). Pemodelan Spasial untuk Prediksi Luas
Genangan Banjir Pasang Laut di Wilayah Kepesisiran Kota Jakarta. Jurnal
Bumi Indonesia Vol. 1 No. 3.
Prasetyo, Y. dan Subiyanto, S. (2014). Studi Penurunan Muka Tanah (Land
Subsidence) Menggunakan Metode Permanent Scatterer Interferometric
Synthetic Aperture Radar (PS-INSAR). Teknik Vol. 35 No. 2, 78–85.
Sophian, R.I. “Penurunan Muka Tanah di Kota Besar Pesisir Pantai Utara Jawa.”
http://blogs.unpad.ac.id/irvansophian/files/2011/03/5-Irvan-Sophian-41-
60.pdf (6 Desember 2015)
Waskito, L.B. dan Sutopo. (2011). Analisis Injeksi CO2 Ke Dalam Reservoir Gas
dan Aquifer untuk Meningkatkan Faktor Perolehan Gas. JTM Vol. 18 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai