Anda di halaman 1dari 5

BUDIDAYA TANAMAN WIJEN (Semamum indicum)

Wijen merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sudah dikenal di
duniadengan kandungan minyak sebesar 35- 37%. Ada beberapa alasan mengapa minyak wijen
sangat popular antara lain:
 Mengandung anti oksidan, sesamin, dll
 Asam jenuh rendah
 Asam tidak jenuh tinggi (> 84%)
 Mengandung asam tidak jenuh seperti asam oleat dan linoleat yang diperlukan dalam
fungsi dan pertumbuhan jaringan, serta baik bagi kesehatan.
Wijen dikenal sabagai lambang kesuburan yang dapat meningkatkan vitalitas,dan ketika masa
yunani kuno sering disebut sikecil yang memiliki kekuatan ajaib . sekarang ini wijen memiliki
julukan sebagai The queen of the oilseed crop.
Wijen didugaberasal dari Afrika ( daerah kering) karena merupakan tanaman lahan
kering dan juga sebagain sumber protein di wilayah kering. Pada era Perang Dunia, Indonesia
merupakan negara pengekspor. Namun pada tahun 70-an, produksi wijen di Indonesia terus
menurun dan sejak tahun 1988 Indonesia bahkan menjadi negara pengimpor yang setiap tahun
terus bertambah.
Wijen memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu dengan harga pasar dalam negeri
berkisar Rp 9000 – Rp 12.000/ kg. Dan harga di luar negeri $1,5/ kg. wijen ditanam hamper di
seluruh dunia, namun ada 3 negara utama penghasil wijen yaitu:
 Myanmar (772.900 ton)
 India ( 623.000 ton, dan)
 China ( 587.947ton)
Pemanfaatan wijen sebagai bahan industry makanan dan minyak nabati sudah meluas di
dunia, bahkan menurut data FAO ada 20 negara pengimpor terbesar di dunia. Yaitu:
 China ( 353.717 ton)
 Jepang ( 161.433 ton), dan
 Negara Uni Eropa ( 106.490 ton)
Sedangkan untuk Indonesia sendiri menurut data yang didapat pada tahun 2004 Indonesia
mengimpor yang berupa biji sebesar 2.113,738 ton dan minyak sebesar 423,020 ton. Namun dari
jumlah tersebut, Indonesia me re- ekspor sebesar 174,664 ton biji dan 14,895 ton minyak. Dari
data tersebut diketahui bahwa kebutuhan wijen yang perlu di impor sekitar 1.939 ton biji dan
309,125 ton minyak. Selain itu pada tahun 2005 produksi wijen Indonesia mencapai 853 ton
yaitu sekitar 0,06% dari produksi dunia.
Sebenarnya peluang peningkatan produksi terbuka karena wijen dapat tumbuh di lahan
kering dan luas dangan 75% adalah lahan pertanian. wijen juga dapat tumbuh subur di lahan
subur maupun kurus. Hasil panenpun (biji) dapat dikemas dengan mudah baik menjadi minyak
maupun bahan tambahan makanan. Selain itu peluang pasar tanaman ini masih terbuka, baik
dalam negeri maupun ekspor.
Saat ini jumlah impor semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah impor, hal ini
berarti meningkatnya kebutuhan dalam negeri yang tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi nasional.
Upaya peningkatan produksi wijen dapat ditempuh dalam dua cara, yaitu:
1. Ekstensifikasi dilahan non-irigasi mencapai 3,16 juta ha dan lahan beririgasi mencapai 4,0
juta ha.
2. Intensifikasi yaitu melalui penggunaan varietas unggul, penerapan teknik budidaya yang
tepat.
Saat ini ada beberapa varietas yang sudah dilepasa ke pasaran antara lain Sbr 1, Sbr 2, Sbr 3, Sbr
4, Winas 1 dan Winas 2.
Sebenarnya sejak 1997 sudah dilakukan pengembangan wijen di lahan sawah sesudah
padi mulai berkembang ( MK.1 dan MK,2) pada musim kemarau di sampang ( Madura),
Nganjuk (Jatim), dan Sukolarjo (Jateng). Namun perbeadaan agroekologi lahan kering dan lahan
sawah menyebabkan kebutuhan varietas unggul dan teknologi budidaya yang dibutuhkan
berbeda sehingga teknologi budidaya yang sudah ada perlu dievaluasi agar sesuai untuk lahan
sawah sesudah padi.

TEKNOLOGI BUDIDAYA WIJEN


1. Varietas dan Benih Bermutu
 Pengembangan wijen perlu menggunakan varietas dan benih bermutu.
 Penggunaan varietas disesuaikan dg daerah pengembangan
 Benih harus bersertifikat/berlabel
2. Pola Tanam
 Dapat secara monokultur
 Dapat ditumpangsarikan, ditumpangsisipkan, campuran dg palawija atau tanaman lain
Hal ini dilakukan untuk:
 Menghindari resiko kegagalan panen
 Meningkatan pendapatan petani
 Tumpangsari dg jagung, kacang hijau, jarak, dll
3. Waktu Tanam
Wijen merupakan tanaman tahan kering yang berumur 2,5 – 5 bulan dangan curah
hujan 400 – 600 mm. waktu penanaman harus disesuaikan dengan suhu udara dan ketersediaan
air.apabila wijen ditanam pada awal musim hujan dengan hujan yang cukup dan dipanen saat
musim kemarau, maka pertumbuhan dan hasil panen optimal.
4. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang perlu dilakukan sama dengan persiapan lahan untuk tanaman
jagung, gandum dan sorgum. Persiapan lahan diperlukan untuk mempermudah penanaman,
sehingga biji mudah berkecambah dan tumbuh. Juga untuk menekan dan mengendalikan gulma,
sejak tanam sampai 6 minggu masa kritis terhadap gulma.
5. Jarak Tanam
Populasi maksimal agar memperoleh hasil yang maksimal, maka diperlukan jarak tanam
yang sesuai. Pada musim hujan digunakan jarak tanam 60 x 25 cm dengan 2 tanaman per lubang
( Sbr 1), yang tidak bercabang 40 x 25 cm ( Sbr 2). Sedangkan wijen yang ditanam dilahan
sawah biasanya menggunakan jarak tanam 60 x 25 cm. Namun apabila menggunakan jarak
tanam ini, masih terlihat adanya ruang kosong yang tidak terpakai. Maka dari itu perlu dicari
jarak tanam yang tepat yaitu 40 x 25cm, 50 x 25cm dengan dua tanaman per lubang. Selain jarak
tanam diatas, juga perlu disesuaikan jarak tanam yang sesuai dengan varietas, tipe percabangan,
iklim, musim tanam, ketersediaan air.
6. Pemupukan
Pada lahan kering produksi relatif rendah. Hal ini dipengaruhi tingkat kesuburan tanah.
Kebanyakan petani lahan kering memiliki kebiasaan jarang memupuk lahan pertanian, hanya
petani maju saja yang terbiasa memupuk lahan pertanian.
7. Penyiangan dan pembumbunan.
Pada awl pertumbuhan tanaman wijen/ periode kritis, perlu penanggulangan . namun
setelah melewati periode kritis tersebut, pertumbuhan wijen sangat cepat dan mampu menekan
gulma dengan sendirinya sehingga tidak perlu lagi dilakukan penyiangan.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Penyakit utama
Penyakit yang menyerang antara lain Busuk pangkal batang (Phytophora sp.) dan Busuk
daun (Fusarium sp)
Cara pengendaliannya antara lain:
 Pencegahan pertahanan pertama dan utama
 Varietas tahan, unsur hara terpenuhi, pengejaan tanah baik, irigasi dan drainase baik,
kebersihan kebun dll.
b. Hama Wijen
Hama yang menyerang biasanya pada musim kemarau yaitu Tungau
Polyphagotarsonemus latus L. (kecil sekali) yang dapat menurunkan hasil hingga 75%. Untuk
hama ini, dalam situasi yang darurat digunakan akarisida/ peskabel.

PANEN DAN PASCA PANEN

1. Waktu Panen
Tanaman wijen dapat dipanen apabila warna polong berwarna kehijauan dan daun sudah
mulai rontok dan dipanen dengan memotong 15 – 20 dibawah polong. Untuk hasil panennya,
batang dibendel dengan garis tengah 5- 20cm, dijemur dengan disandarkan dengan para – para.
2. Lama penjemuran
Apabila cuaca panas, penjemuran dapat dilakukan selama 7 hari hingga polong membuka
dan dapat dibalik dan dipukul- pukul dengan kayu agar biji keluar. Apabila masih ada biji yang
tertinggal, polong wijen dapat dijemur kembali dan dipukul sampai biji habis. Setelah biji
dikeluarkan semua, biji siap ditampi dan dijemur sampai kering sekitar 2 hari.

Anda mungkin juga menyukai