Oleh Rainhard
Bila membaca atau mendengar kata paradoks seringkali kita mengacu pada
makna yang menunjukan pertentangan sebuah pernyataan semisal, A adalah
putih sekaligus hitam atau A itu satu sekaligus banyak. Namun sebelum jauh,
ada baiknya melihat makna paradoks yang disusun secara resmi oleh kamus
resmi bahasa. Hal ini harus dilakukan agar pemahaman kita terhadap
paradoks tidak melenceng jauh dari yang ingin penulis sampaikan.
1 http://arti-definisi-pengertian.info/arti-paradoks/
Dalam bahasa arab, tasykik artinya ragu atau curiga yang kata dasarnya
adalah syak sehingga terdapat satu istilah yang disematkan pada seseorang
karena keragu-raguannya atas berbagai proposisi filosofis hingga mendapat
julukan imam Musyakkikin atau bapak keraguan. Oleh sebab itu, pengertian
tersebut bersifat linguistik atau lughawi.
Namun demikian, dua jenis universal di atas termasuk dalam kategori logis,
sebab ia tidak mengacu pada sisi instrinsik ontologis. Sedangkan jika kita
mengacu pada sisi intrisik ontologis, sudah barang tentu akan mendapatkan
aspek-aspek yang tidak keluar dari kewujudan segala sesuatu. Selain itu
tasykik yang baru saja dijelaskan termasuk tasykik ‘am (gradasi khusus).
3 Selain dibagi menjadi dzaty dan ‘aradhi’, universal juga dibagi menjadi gradatif dan
seragam. Lihat Misbah Yazdi, Philosophical Instructions, hal 258.
4 Lihat Jamaludin Hasan bin Yusuf al-Hilliy, al-Jauhar al-Nadidh; Syarah Mantiq al-Tajrid
(Intisarat Bidar; Qum, 1435 H) hal 27.
2
Dua Jenis Aspek Pluralitas (haitsiyyah fi al-katsrah)
Telah disinggung sedikit bahwa tasykik adalah gradasi. Akan tetapi, gradasi
yang ingin diungkap di sini adalah gradasi eksistensi yang kerap disebut
sebagai gradasi khusus (tasykik khas). Gradasi jenis ini berbeda dari gradasi
yang mengacu pada warna, panjang, kualitas atau hal-hal lainnya sebagai
fenomena yang muncul dari kuiditas.
Adapun yang diinginkan oleh para filsuf Shadrian adalah gradasi yang secara
langsung mengacu pada realitas eksistensi sebagai sturktur dasar realitas itu
sendiri.
7 Keberagaman dalam konteks ini diacu kembali pada keberagaman kuiditatif, sebagaimana
di bahas dalam kitab-kitab filsafat yang kerap memperbandingkan kesatuan konsep
eksistensi dengan perbedaan berbagai esensi kuiditas.
4
pada predikasi konsep eksistensi terhadap seluruh entitas yang bereksisten
(maujud). Namun demikian, bagaimana pikiran mendapatakan konsep
ketunggalan eksistensi sehingga menjadi konsep yang univok?
من الدليل عليه أنا نقسم الوجود إلى أقسامه المختلفة كتقسيمه إلى وجود الواجب ووجود الممكن وتقسيم وجود
الممكن إلى وجود الجوهر ووجود العرض ثم وجود الجوهر إلى أقسامه ووجود العرض إلى أقسامه ومن
.المعلوم أن التقسيم يتوقف في صحته على وحدة المقسم ووجوده في القسام
و صدقه عليهّا –كما نببهّناك عليه,شمول حقيقة الوجود لل شياء ا لموجودة ليس كشمول معنى الكلي للجزئيات
. بل شموله ضرب آخر من شمول,ضا إذ كلايا طبيعيباا —من ابن حقيقة الوجود ليست جناسا و ل نواعا ول عر ا
الحق أنها حقيقة واحدة في عين أنها كثيرة لنا نننتزع مننن جميننع مراتبهنا ومصنناديقها مفهنوم الوجننود العنام
.الواحد البديهي ومن الممتنع انتزاع مفهوم واحد من مصاديق كثيرة بما هي كثيرة غير راجعة إلى وحدة ما
Ya, dari keberagaman itulah mengapa eksistensi masuk dalam konsep yang
bergradatif (musyakkik) yang aplikasinya tidak bisa sama, sebab realitas in
concreto terisi oleh berbagai entitas yang mengandung eksistensi qua
potensi, eksistensi qua aktual, eksistensi qua agen (fa’il), eksistensi qua
reseptif (qabil), dan berbagai eksistensi lainnya. Namun, dari seluruh entitas
yang bereksisten tersebut adalah realitas eksistensi yang tunggal
sebagaimana dijelaskan dalam argumentasi di atas.
6
Dari hal demikianlah mengapa eksistensi adalah ketunggalan dalam realisasi
keberadaan sekaligus modus-modus yang menampakan perbedaan efek
(atsar) yang mana efek-efek itu bukanlah tambahan aksidental melainkan
seperti apa yang digambarkan oleh para ahli filosofico-theologico sebagai
‘ainiyyinat al-dzat wa al-shifat.’
وأما أن حقيقته مشككة فلما يظهّر من الكمالت الحقيقية المختلفة التي هحي صحفات متفاضححلة غيححر خارجححة عحن
الحقيقة الواحدة كالشدة والضعف والتقدم والتأخر والقوة والفعل وغير ذلك فهّي حقيقة واحححدة متكححثرة فحي ذاتهّححا
.يرجع فيهّا كل ما به المتياز إلى ما به الشتراك وبالعكس وهذا هو التشكيك
Dikotomi pembahasan
Satu hal penting yang harus digaris bawahi ialah sebuah dikotomi
pembahasan tentang eksistensi yang menjadi aspek konseptual dan aspek
realitas. Para filsuf Sadrian telah mewanti-wanti hal ini, sebab jika pengkaji
filsafat eksistensi gagal memahami dikotomi pembahasan aspek-aspek
tersebut, maka tidak akan terjadi kerancuan di seputar “keseragaman” dan
“berderajat” dalam konsep dan acuan-acuannya.
7
ini.9 Kemudian, Izutsu melanjutkan bahwa, gagasan tentang eksistensi yang
memiliki pengertian pra-konseptual atas makna mengenai kata itu, yakni
kesadaran langsung dan paling mendasar mengenai apa yang dimaksud
dengan kata tersebut.10
Di samping itu, kita juga tahu bahwa predikasi eksistensial pada berbagai
macam kuiditas mengadung makna yang sama, adapun eksistensi di realitas
in concreto tidaklah sama. Namun, jika kita memandang realitas in concreto
tanpa embel-embel sifat eksistensi seperti prioritas-posterioritas, sebab-
akibat, dan lain sebagainya, maka realisasi keberadaan dari secuil debu
sampai martabat intelek akan sama sebagai realitas yang sama-sama eksisten.
9 Toshihiko Izutsu, The Concept and Reality of Existence, (Keio University; Tokyo) hal 68.