Pedoman-Sertifikasi-Dan-Resertifikasi-Kompetensi-Apoteker-Rev-2013-04-13.pdf III PDF
Pedoman-Sertifikasi-Dan-Resertifikasi-Kompetensi-Apoteker-Rev-2013-04-13.pdf III PDF
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
2013
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
E. Definisi 7
IV. PENUTUP 33
LAMPIRAN 35
Petunjuk Teknis Resertifikasi Apoteker Dengan Metoda Satuan Kredit Partisipasi (SKP)
8. 76
Pada Masa Transisi
A. LATAR BELAKANG
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan perubahan nama dari Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia (ISFI) adalah satu-satunya organisasi profesi apoteker di Indonesia.
Perubahan nama ini merupakan konsekuensi logis adanya Peraturan Pemerintah No. 51
tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (yang selanjutnya disebut PP51/2009).
Pada pasal 1 Ketentuan Umum dinyatakan bahwa: Tenaga Kefarmasian adalah tenaga
yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Kemudian dinyatakan juga pada poin berikutnya bahwa :Apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker, sedang Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Artinya bahwa perubahan nama tersebut merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari
dengan segala konsekuensinya. Kehadiran Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian merupakan babak baru perjalanan apoteker Indonesia
sebagai suatu profesi tenaga kesehatan, karena dengan adanya peraturan tersebut
perlahan namun pasti apoteker sebagai suatu profesi mulai terdefinisikan dari mulai
kewenangan, area kerja, kompetensi beserta unjuk kerjanya bahkan instrument untuk
melaksanakan praktek antara lain standar prosedur operasional (SPO). Sudah menjadi
kelayakan bahwa seorang profesi harus mampu membuat dan melaksanakan serta
menevaluasi SPO sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, sehingga bukan hal yang aneh
apabila SPO dari suatu fasilitas kefarmasian akan berbeda dengan fasilitas kefarmasian
yang lain. Namun demikian untuk memudahkan sejawat profesi Apoteker Pemerintah
beserta Ikatan Apoteker Indonesia telah menyusun Good Pharmacy Practice (Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik) yang memebrikan contoh-contoh bagaimana SPO
dibuat. Pada pasal-pasal berikutnya PP51/2009 mewajibkan bahwa setiap tenaga
kefarmasian wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mendokumentasikan seluruh kegiatan yang terkait pekerjaan kefarmasian yang
dilakukan baik oleh Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Pasal 13
Pasal 18
Artinya bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker sebagai aktor utama
tenaga kefarmasian harus selalu menjaga dan meningkatkan kompetensinya sehingga
layanan yang diberikan oleh apoteker semakin berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun ilmiah.
Pasal 37
(2) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh sertifikat
kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi.
(3) Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh sertifikat kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara registrasi profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bahkan pada pasal yang lain ketentuan mengenai sertifikat Kompetensi merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yaitu :
Pasal 40
Sambil menunggu ketentuan lebih lanjut berupa peraturan yang mengatur tentang tata
cara sertifikasi dan Pengembangan Pendidikan Berkelanjutan maka perlu disusun tata
cara melakukan bagaimana menjamin agar kompetensi apoteker selalu terjaga
bahkan meningkat seiring berjalannya waktu.
Oleh karena itulah maka diperlukan antara lain Pedoman pelaksanaan tentang
Pendidikan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) yang
akan menjadi pedoman bagaimana melaksanakan Pendidikan Berkelanjutan sebagai
salah satu instrument reserfitikasi bagi apoteker.
D. DASAR HUKUM
E. DEFINISI
A. PENYELENGGARA
Penyelenggara SKA adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia dan dapat
bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Farmasi yang terakreditasi A dan B.
B. TARGET
Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktik kefarmasian telah memiliki sertifikat
kompetensi apoteker.
C. PESERTA
1. Peserta adalah Apoteker yang belum memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker dan
atau Apoteker yang Sertifikat Kompetensi Apotekernya telah habis masa
berlakunya.
2. Persyaratan peserta:
a. Mendaftarkan diri kepada panitia SKA dan mengisi form pendaftaran
b. Foto kopi identitas diri (KTP/SIM/Pasport/dll) yang masih berlaku.
c. Foto kopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir 1 lembar.
d. Pas foto berwarna 3x4 dan 4x6 masing-masing sebanyak 2 lembar (terbaru)
e. Membayar biaya penyelenggaraan yang besarnya ditentukan oleh masing-
masing penyelenggaran.
f. Pernyataan bersedia mengikuti SKA dengan sungguh-sungguh dan
melaksanakan praktek profesi apoteker sesuai standar profesi.
1. Bentuk SKA:
a. Workshop dan pelatihan studi kasus (modul tematik)
b. Ujian Praktik dengan metode OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
1. Materi
Materi Sertifikasi Kompetensi Apoteker mengacu pada bagaimana apoteker dapat
memenuhi kompetensi apoteker sebagaimana Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
dengan menggunakan model yang paling mendekati untuk merepresentasikan
kompetensi apoteker. Mengingat begitu luasnya kompetensi apoteker maka Sertifikasi
Kompetensi Apoteker (SKA) dilakukan dengan menggunakan model tematik yaitu
berdasarkan tema penyakit tertentu misalnya Diabetes Mellitus, Hipertensi, Asma,
Diare, Infeksi saluran Pernapasan (ISPA), reumatioid dan sebagainya
2. Pemateri.
Pemateri adalah orang yang telah memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Pemateri adalah orang yang berpengalaman dalam bidang farmasi atau bidang
pendukung lainnya
i. Telah mengikuti, lulus, dan mendapat sertifikat kompetensi apoteker.
ii. Telah mengikuti, lulus dan mendapat sertifikat penatar SKA
iii. Praktisi pelatihan/penatar > 5 tahun atau praktisi profesi farmasi >10 tahun
b. Penatar yang menguasai / ahli di bidang akademik sesuai topic penataran,
pengajar S2, pengalaman profesi terkait 5 tahun, atau pengajar S3, atau
pengajar Lektor kepala.
c. Pemateri dengan pengalaman organisasi IAI> 10 tahun.
d. Pemateri dari luar (profesi lain yang terkait) yang diakui kepakarannya.
3. Assessor
Assessor adalah orang yang bertugas menilai hasil kerja peserta uji kompetensi
dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Apoteker yang telah memiliki sertifikat kompetensi apoteker melalui SKA
b. Memahami konsep, tujuan setiap tahapan Sertifikasi Kompetensi Apoteker
(SKA)
c. Memiliki pengalaman sebagai penilai/menjalankan tugas sebagai Assessor
d. Bersikap adil, objektif dan jujur
Lembar penilaian
H TH B C K B C K B C K
80 70 60 80 70 60 80 70 60
6. Mekanisme SKA
a. Peserta mendaftarkan diri kepada Panitia SKA Daerah dengan persyaratan dan
waktu yang telah ditentukan.
b. Pelaksanaan SKA adalah 2 hari, hari I peserta menerima materi dan pelatihan
dengan tema tertentu dan mendapatkan penjelasan tentang Sertifikasi
Kompetensi Apoteker dan cara mengisi portofolio.
c. Peserta diwajibkan membuat resume/makalah singkat hasil pelatihan pada hari I
sebagai syarat mengikuti Uji Kompetensi pada hari II, yang dikumpulkan pada
saat daftar ulang Uji Kompetensi di hari II.
d. Uji Kompetensi terdiri dari ujian tertulis dan praktek.
e. Ujian tertulis terdiri dari 15 soal MCQ untuk mengukur kompetensi yang terkait
dengan pengetahuan (knowledge) (Station 1)
E. JADWAL ACARA
F. BIAYA
Biaya SKA terdiri dari biaya sertifikat dan biaya penyelenggaraan. Biaya seertifikat
kompetensi ditentukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia sebesar Rp.
500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per sertifikat. Sedangkan biaya penyelenggaraan
ditentukan oleh masing-masing penyelenggara (Pengurus Daerah IAI) sesuai dengan
tingkat harga di tiap daerah.
G. ALUR SKA
Tanggal………… 2013
Hari Kegiatan Narasumber
Sabtu,………….2013
Ahad,……………2013
TIM
PELATIH PELATIHAN
AN
Tidak
Dikerjakan
PENUGAS
AN
Dikerjakan
TIM
EVALUASI
DOKUMENTASI
Tidak Lulus
SERTIFIKAT
Menilai
STATION MCQ
Mengerjakan 15 Soal Pekerjaan
I (KNOWLEDGE MCQ
)
Peserta
Menilai
STATION
SKRINING MENJAWAB
II Pekerjaan
RESEP, PERTANYAAN ttg
(APLIKASI) SKRINING RESEP Peserta
(APLIKASI)
Pada prinsipnya Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) hanya dilakukan sekali seumur
hidup, akan tetapi karena sertifikat kompetensi apoteker berlaku untuk jangka waktu 5
(lima) tahun maka untuk memperbaharui sertifikat kompetensi seorang apoteker harus
mengikuti proses Resertifikasi Kompetensi Apoteker (RKA) yang selanjutnya disebut
sebagai Resertifikasi Apoteker.
Satuan Kredit Profesi (SKP) IAI merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam
program Resertifikasi Apoteker. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian, syarat
perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 150 SKP untuk lima tahun yang
terdistribusi dalam berbagai ranah kegiatan.
Untuk mengajukan proses resertifikasi setiap apoteker wajib melaksanakan praktik profesi
minimal kumulatif 2000 jam untuk 5 (lima) tahun yang terdistribusi secara proporsional yang
setara dengan 30 SKP
1. Lokal/daerah;
2. Nasional
3. Internasional.
Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri misalnya sebagai pembicara
/peserta/moderator di suatu kursus atau simposium di luar negeri akan disesuaikan
dengan nilai yang berlaku di Indonesia. Demikian pula nilai kredit yang diperoleh dari
kegiatan yang tidak mendapatkan SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia, misalnya mengikuti
kegiatan workshop yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau organisasi
profesi atau pemerintah akan dikonversi ke dalam SKP IAI. Sepanjang materinya terkait
dengan peningkatan kompetensi apoteker
Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga
kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian
secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang
berkualitas.
Kegiatan yang dapat diberi kredit dikelompokkan menjadi 5 (lima) domain yaitu :
Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga
kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian
secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang
berkualitas.
Oleh karena itu Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan
oleh pihak eksternal dan tidak mendapatkan SKP dari IAI) dengan tema yang
berhubungan dengan kompetensi apoteker akan dikonversi berdasarkan tingkat
Sedangkan kegiatan eksternal yang telah memperoleh SKP dari IAI atau kegiatan yang
dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang jelas peruntukannya
bagi apoteker tidak perlu dikonversi lagi. Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang
dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan
bagi apoteker bekerja sama dengan Tim Sertifikasi Apoteker PD IAI atau mendapatkan
pengakuan dari SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia.
Untuk keperluan penjaminan mutu, maka kegiatan tersebut perlu pengesahan bukti,
dokumen bukti pendukung harus disertakan sebagai lampiran dari borang Paktek Profesi.
Daftar kegiatan di bawah ini (tabel) hanya merupakan contoh dan sangat mungkin untuk
dikembangkan dengan kegiatan lain yang mempunyai nilai pendidikan professional.
Nilai SKP untuk suatu pengetahuan atau keterampilan juga berbeda berdasarkan
tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker demikian pula urgensi
pengetahuan dan keterampilan bagi seorang apoteker.
Tabel 2. Konstanta Konversi SKP dari Kegiatan yang dilakukan tanpa SKP dari IAI
Nilai SKP Praktik Profesi harus ada dan dan tergantung dari oleh jumlah kasus yang
ditangani, tetapi ada batas minimal yaitu 12 SKP dan batas maksimal yaitu 15 SKP,
karena jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajaran tidaklah linear
demikian juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan nilai SKP pada
kinerja pelayanan pasien juga dimaksudkan untuk mendorong apoteker melakukan
kegiatan lain dalam Praktik Profesi apoteker yang berperan dalam memperbaiki mutu
layanan professional apoteker. Jadi dalam satu tahun apoteker sekurang-
kurangnya harus memperoleh sekurang-kurangnya 12 SKP dari kinerja
pelayanan pasien.
2) KINERJA PEMBELAJARAN
Selama ini sarana belajar yang popular adalah menghadiri seminar/symposium atau
mengikuti pelatihan atau workshop, padahal itu hanya salah satu kegiatan eksternal
pembelajaran yang belakangan diragukan dampaknya terhadap praktek apoteker.
Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri atau berlangsung ketika seorang apoteker
menjalankan tugasnya atau berpraktek di apotek. SKP untuk kinerja pembelajaran
ini per tahun nilainya antara maksimal 12 SKP (atau dalam 5 tahun 60 SKP)
4) KINERJA PUBLIKASI
Tidak semua apoteker memiliki kinerja publikasi namun kinerja publikasi harus
dihargai karena merupakan kegiatan yang terkait dengan peningkatan pengetahuan
dan atau ketrampilan apoteker. Nilai SKP setiap tahunnya antara 0 sampai dengan
3 SKP. (Selama lima tahun maksimal 5 SKP)
Untuk mekanisme manual, setiap apoteker harus mengisi BUKU LOG RESERTIFIKASI
APOTEKER secara rutin kemudian melaporkan kepada tim Sertifikasi Apoteker Pengurus
Daerah Ikatan Apoteker Indonesia melalui pengurus cabang IAI setempat secara berkala
lengkap dengan dokumen pendukungnya.
1. PENILAIAN DIRI
3. HASIL PENILAIAN
Hasil penilaian dapat dibedakan menjadi 2 kategori di bawah ini. Hasil akan
disampaikan secara tertulis langsung kepada yang bersangkutan.
a. DISETUJUI Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi : memenuhi SKP minimal
b. DITOLAK : Tidak memenuhi SKP minimal, maka harus mengikuti UJI
KOMPETENSI
4. PENDANAAN
Sumber dana untuk kegiatan PPAB ditanggung oleh apoteker yang bersangkutan
yang meliputi :
a. Biaya CPD
b. Biaya Resertifikasi (termasuk biaya verifikasi SKP)
1. Borang Pendaftaran
2. Berbagai borang penilaian diri
3. Dokumen bukti pendukung
a. BORANG PENDAFTARAN
Borang pendaftaran (lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota
yang akan menjalani program Resertifikasi Apoteker. Berdasarkan data yang
tercantum dalam borang, Tim Sertifikasi apoteker mengkatifkan mekanisme
pencatatan seorang apoteker di system online Resertifikasi Apoteker untuk
selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi bagi yang bersangkutan.
Setelah seorang apoteker terdaftar, yang bersangkutan akan menerima
pemberitahuan berikut nama/nomor diri untuk akses ke system online. Apoteker
yang menggunakan mekanisme online dapat memanfaatkan nama/nomor diri ini
kapan saja untuk memperbaharui (up date) data Resertifikasi-nya. Sedangkan
apoteker yang menggunakan mekanisme manual memperbaharui data Resertifikasi
nya kepada PD IAI melalui Pengurus Cabang IAI untuk diteruskan ke KOMITE
SERTIFIKASI PP IAI.
3. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah )
kepada PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat guna keperluan
verifikasi data dan isian self assesment
10. PP-IAI mengirimkan blanko Sertifikat Kompetensi Apoteker dan BUKU LOG
RESERTIFIKASI APOTEKER kepada PD-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak permohonan diterima.
PENUTUP
Salah satu factor yang mendasar untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, apoteker
harus terus melakukan upaya menjaga dan meningkatkan kompetensi seiring dengan
perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dan system pelayanan kesehatan.
Harus disadari bahwa kompetensi seorang apoteker akan menurun seiring dengan
berjalannya waktu, apalagi tuntutan dari pengguna layanan apoteker semakin tinggi
sehingga mau tidak mau, suka tidak suka upaya untuk menjaga dan meningkatkan
kompetensi apoteker harus terus dilakukan secara sadar, sengaja dan sistematis dan
berkelanjutan.
Oleh karena itu, Ikatan Apoteker Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi
apoteker harus beruipaya keras untuk melakukannya dengan berbagai cara dari mulai hal
yang sederhana. Sehingga kita tidak kehilangan momentum untuk melakukan dan
mengawal perubahan m,enuju praktek apoteker yang sesungguhnya. Upaya tersebut
antara lain dengan mendorong dan memfasilitasi apoteker untuk melakukan praktek
profesi yang sesungguhnya.
Salah satu upaya untuk menjaga kompetensi tersebut dengan melakukan sertifikasi dan
resertifikasi yang dilalui dengan Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A)
dan Program Pendidikan Apotekr Berkelanjutan (CPD) yang diharapkan menjadi
pegangan bagi apoteker dalam menjaga kompetensinya melalui berbagai kegiatan yang
mungkin mendapatkan pengakuan.
Terlepas dari segala kesalahan, kekurangan dari pedoman ini, semoga bermanfaat bagi
semuanya. Semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu membimbing langkah-langkah kita
apoteker Indonesia untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia dan Kemanusiaan.
PENDAHULUAN
Bahwa seorang apoteker dalam menjalankan tugas profesinya serta dalam mengamalkan
keahliannya harus senantiasa berpegang teguh kepada Sumpah/Janji Apoteker dan Kode
Etik Apoteker Indonesia
Oleh karena itu Ikatan apoteker Indonesia memandang sangat penting dan mendesak
untuk menetapkan Pedoman Akreditasi dan sertifikasi Kegiatan Ilmiah Ikatan Apoteker
Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari sisten Sertifikasi dan Resertifikasi apoteker
sebagai suatu pedoman untukmengukur kegiatan pendidikan berkelanjutan dan sebagai
upaya pembakuan terhadap pelaksanaan pendidikan berkelanjutan bagi Apoteker
Indonesia.
Pedoman akreditasi dan sertifikasi kegiatan ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan
pedoman penilaian dan pengakuan kegiatan ilmiah yang berlaku bagi seluruh anggota
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
BAB II
JENIS KEGIATAN ILMIAH
Pasal 2
1. Kegiatan ilmiah yang dapat dinilai dan diakui di lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia
meliputi :
3. Yang dimaksud dengan kegiatan imiah tertulis adalah kegiatan ilmiah yang dapat
dilakukan secara perseorangan atau berkelompok tidak lebih dari lima orang yang hasil
karya tulisnya dipublikasikan dan disebarluaskan, baik dalam bentuk buku, monograf
maupun laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal
ilmiah yang terakreditasi
5. Yang dimaksud dengan kegiatan ilmiah uji mandiri adalah kegiatan pengisian jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan dalam uji mandiri yang pelaksanaannya diatur dalam suatu
ketetapan tersendiri dan dikoordinasikan langsung oleh PP IAI atau lembaga lain di
tingkat nasional yang ditunjuk oleh PP IAI.
BAB II
SATUAN KREDIT PROFESI
Pasal 3
1. Pengakuan dan Penilaian akreditasi diberikan dalam bentuk Satua Kredit Partisipasi
2. 1 (satu) Satuan Kredit Partisipasi adalahukuran kegiatan ilmiah yang merupakan
standar atau acuan bagi setiap kegiatan ilmiah yang diakreditasi yang setara dengan
mengikuti kegiatan ilmiah lisan sebagai peserta aktis selama 3-4 jam atau mengikuti
kegiatan ilmiah laboratories atau lapangan selama 3-4 jam.
3. Nilai SKP merupakan ukuran kegiatan pendidikan berkelanjutan profesi yang dilakukan
dan diperlukan antara lain sebagai salah satu persyaratan dalam mengajukan
resertifikasi apoteker serta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan legalitas
kewenangan sebagai apoteker
BAB III
PENGAKUAN DAN PENILAIAN
Pasal 4
Kegiatan Ilmiah Lisan
6. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan
penilaian 2 SKP.
7. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan
penilaian 1 SKP.
8. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan
penilaian 1 SKP
10. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan
penilaian 2 SKP.
11. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan
penilaian 1 SKP.
12. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan
penilaian 1 SKP
13. Peserta kegiatan ilmiah lisan memperoleh pengakuan dan penilaian sejumlah SKP
sesuai dengan jumlah partisipasinya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) di
atas
Pasal 5
Kegiatan Ilmiah Tertulis
1. Tulisan ilmiah memperoleh pengakuan dan penilaian yang dilakukan oleh suatu tim
atau lembaga yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI)
dengan acuan sebagai berikut :
2. Apabila tulisan ilmiah dilakukan oleh kelompok, maka penulis yang dapat diberikan
pengakuan skp tidak boleh lebih dari 5 orang (1 orang penulis utama dan 4 orang
penulis pembantu)
Pasal 6
Kegiatan Ilmiah Peningkatan Keterampilan
3. Bilamana pada awal dan akhir kegiatan dilakukan pra dan pasca test, dapat
memperoleh tambahan pengakuan dan penilaian sejumlah 2 SKP. Dalam hal ini dapat
diperolehnya hasil pelatihan/ magang yang sangat signifikan, nilai kredit dapat ditambah
dengan 5 SKP.
Pasal 7
Kegiatan Ilmiah Uji Mandiri
Jawaban dalam paket uji mandiri diberikan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk oleh
PP IAI serta diberikan pengakuan dan penilaian maksimum 3 SKP sesuai dengan yang
tercantum dalam paket yang bersangkutan, yang dikukuhkan dengan sertifikat yang
diberikan oleh PP IAI.
Pasal 9
1. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat internasional, regional dan
nasional dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.
2. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat cabang dan daerah
dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PD IAI.
Pasal 10
Pengakuan dan penilaian kegiatan ilmiah tertulis, termasuk karya tulis berupa buku ilmiah,
monograf, laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal
ilmiah yang terakreditasi maupun tulisan bermuatan kefarmasian dalam majalah ilmiah
populer, surat kabar dan sejenisnya, dipusatkan pada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi
PP IAI.
Pasal 11
Pengakuan dan penilaian paket uji mandiri yang dapat dilakukan melalui pos ataupun
internet serta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan berkala dipusatkan pada Komite
Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PP IAI.
3. Nomor Surat Keputusan dan Nilai SKP dicantumkan dalam piagam penghargaan atau
sertifkat yang dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta
maupun penyelenggara.
4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan
acara yang dimaksud.
5. Surat Keputusan akreditasi yang dibuat oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI
harus dikirimkan tembusannya kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan kegiatan. Tembusan Surat
Keputusan ini sangat penting sebagai bahan pemantauan tentang sah tidaknya
akreditasi yang diperoleh seseorang apoteker dalam rangka menghimpun jumlah SKP
yang dipersyaratkan dalam kegiatan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan.
6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah lisan tetapi
sertifikatnya belum/ tidak diberi SKP dapat meminta akreditasi susulan dari Komite atau
Tim Sertifikasi dan Resertifikasi sesuai tingkatannya dengan melampirkan informasi
tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana dan fotokopi sertifikat
disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya kegiatan tersebut.
Pasal 13
Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah Tertulis
Berupa Buku atau Monograf
Pasal 14
Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah
Berupa Tulisan Dalam Majalah Ilmiah
1. Dewan redaksi majalah ilmiah dapat mengajukan surat permohonan kepada Komite
Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan mencantumkan susunan dewan redaksi dan
menyerahkan 1 (satu) kopi contoh majalah edisi terakhir untuk meminta akreditasi bagi
majalahnya.
2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengkaji dan menilai apakah kategori
dan majalah/jurnal tersebut termasuk ilmiah/ semi ilmiah/ ilmiah populer/ non ilmiah dan
kemudian menetapkan nilai skp yang diakui untuk setiap jenis tulisan yang dimuat/ akan
dimuat dalam majalah/jurnal tersebut.
4. Pengajuan akreditasi bagi majalah IAI dan Himpunan Seminat Apoteker IAI tidak
dikenakan biaya administrasi, demikian juga majalah ilmiah yang diterbitkan oleh badan
regulasi (pemerintah).
5. Setelah mendapat surat keputusan akreditasi dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi
PP IAI, dewan redaksi dapat mengeluarkan sertifikat akreditasi bagi setiap tulisan yang
dimuat dalam majalah/jurnal yang dikelolanya dan ikut ditandatangani oleh Komite
Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.
Pasal 15
Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah
Pelatihan peningkatan keterampilan
a. Penyelenggara kegiatan
b. Susunan panitia pelaksana
c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/topik, narasumber, moderator
dan pembicara
d. Jenis kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan lamanya
kegiatan
e. Target yang akan dicapai
f. Metoda evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelatihan termasuk
pra dan pasca test.
4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan
acara yang dimaksud.
Pasal 16
Biaya pengajuan SKP
BAB VI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 14
1. Semua SKP yang telah diterbitkan baik oleh pengurus daerah IAI maupun Pengurus
Pusat ISFI serta pengurus daerah ISFI sebelum diterbitkannya surat keputusan ini tetap
berlaku.
Pasal 15
1. Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian dalam keputusan
tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI
2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan bilamana terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur kemudian dalam ketetapan
tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI.
Periode RPD :
I 1.
2.
3.
dst
II 1.
2.
3.
dst
III 1.
2.
3.
dst
IV 1.
2.
3.
dst
V 1.
2.
dst
(%)
1. Kinerja Profesional
2. Kinerja Pembelajaran
3. Kinerja Pengabdian
Masyarakat/Profesi
FORMULIR REGISTRASI
RESERTIFIKASI APOTEKER
Kepada Yth.
Tempat
Bersama ini saya mengajukan permohonan Resertifikasi dengan data sebagai berikut :
No.KTP :
No.KTA :
No.Handphone :
Alamat email :
3. ......................................................................................
7) Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker akan atau habis masa berlakunya
10) Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka,
Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam
Konferensi/Konggres Ilmiah.
.........................................., ....................................
Pemohon,
..........................................................................
Nama lengkap & tanda tangan
RESERTIFIKASI APOTEKER
A. DATA SERTIFIKAT KOMPETENSI
...............................................................................................
...............................................................................................
C.
D. BIDANG PEKERJAAN KEFARMASIAN (pilih salah satu)
B. Distribusi Kefarmasian
11. Tanggal
Nama Kegiatan SKP Penerbit Sertifikat
Kegiatan
TOTAL SKP :
........................................., ....................................
Pemohon,
..........................................................................
Nama lengkap & tanda tangan
F. HASIL VERIFIKASI
.........................................., ....................................
..........................................................................
B. Dokumen Legal
1. Nomor STRA, tanggal berakhir
Nomor Rekomendasi IAI, tanggal
2.
berakhir
3. Nomor SIPA/SIKA, tanggal berakhir
Kegiatan yang
dapat menambah
wawasan
keilmuan/keterampi
lan : Seminar,
Pelatihan,
8.
Workshop,
Penelitian, dll
Kegiatan sosial
atau pengabdian
profesi dan
keorganisasian :
kepanitiaan,
membimbing
9. mahasiswa, dosen
penguji, bakti sosial
dll
TOTAL SKP =
Jum’at
Sabtu
Minggu
TOTAL :
Lembar Portofolio
RESERTIFIKASI APOTEKER
Nama : …………………..
No Anggota : ……………………..
Nama : __________________________________________
Agama : __________________________________________
Pengalaman Akademis
Riwayat Pekerjaan
Topik yang Sumber Rencana Rencana untuk Waktu aktual Lembar aktivitas
ingin Pembelajaran untuk mulai mengakhiri realisasi setiap CPD
dipelajari digunakan melakukan
Tanggal pelaksanaan :
Topik :
Stimulus :
Sumber Pembelajaran :
Sumber apa yang akan Anda gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran?
□ Belajar mandiri
□ Membaca artikel/ jurnal
□ Berdiskusi dengan rekan sejawat/ profesi kesehatan lain
□ Lokakarya, pelatihan, seminar, konferensi
□ Penelusuran pustaka
□ Lainnya : ….
Pertanyaan refleksi :
Tahap persiapan :
Gunakan tabel berikut ini untuk membantu mengidentifikasi tingkat kepentingan topik tersebut!!
Pengembangan
diri
Kepentingan
pelanggan
dalam layanan
Kemajuan
rekan sejawat
Kemajuan
institusi tempat
kerja
3. Pilihan pembelajaran apa yang akan Anda usahakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut?
Misalnya: belajar mandiri, mengikuti konferensi, mengikuti pelatihan. Anda dapat menggunakan
lebih dari 1 metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Gunakan tabel
berikut untuk membantu menganalisa metode pembelajaran yang Anda pilih.
5.
Ketrampilan/ ilmu pengetahuan apa yang telah Anda dapatkan selama proses pembelajaran
tersebut?
Tahap evaluasi :
1. Apakah tujuan pembelajaran yang Anda dapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan?
□ ya □ tidak
3. Jika ya, berikan beberapa contoh tindakan yang akan Anda aplikasikan di tempat kerja.
4. Jika ya, keuntungan apa yang akan Anda berikan pada tempat kerja?
7. Jika tidak dan sebagian tercapai, apa yang akan Anda lakukan berikutnya?
b. Mereview kembali proses yang sudah saya lakukan dan mencari penyebab kegagalan
Tanggal Jenis Aktivitas Nama Jumlah jam Tujuan pembelajaran Tindakan yang
Penyelenggara yang terpenuhi akan
diperlukan direncanakan
(ya/ tidak)
A. KETENTUAN UMUM
Bahwa untuk memberikan apresiasi bagi anggota yang telah menjalankan praktik
profesinya serta aktif dalam peningkatan kompetensi profesinya melalui berbagai kegiatan
seperti Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka,
Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam
Konferensi/Konggres Ilmiah maka perlu dibuat pedoman khusus resertifikasi bagi anggota
tersebut.
Dengan begitu bagi anggota yang telah menjalankan praktik profesinya serta aktif
dalam peningkatan kompetensi profesinya mendapat perlakuan khusus dalam pengurusan
perpanjangan Sertifikat Kompetensi Apoteker yang akan atau habis masa berlakunya.
B. PERSYARATAN PEMOHON
Pemohon yang dapat menempuh metoda sertifikasi ini adalah Apoteker yang sudah
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
2. Telah memiliki Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa
berlakunya
3. Telah memiliki poin Satuan Kredit Partisipasi (SKP) minimal 50 SKP selama 5 (lima)
tahun yang diperoleh dari Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar,
Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta
publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah dan dari kegiatan pengabdian masyarakat.
C. TATA CARA
2. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah )
kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat guna keperluan verifikasi data dan
isian self assesment
3. Pemohon membayar biaya resertifikasi sebesar Rp. 500.000,00 ( lima ratus ribu
rupiah ) kepada PP-IAI melalui PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat
Resertifikasi Apoteker Industri dilakukan setiap lima tahun, terhitung dari bulan di mana SERTIFIKAT
APOTEKER terakhir diperoleh.
Resertifikasi dilakukan dengan mengumpulkan SKP (Satuan Kredit Partisipasi) yang didapatkan
melalui kegiatan-kegiatan sebagai PROFESIONAL, PEMBELAJARAN, PENGABDIAN MASYARAKAT,
PUBLIKASI ILMIAH, PENGEMBANGAN ILMU.
Untuk bisa mendapatkan resertifikasi, sekurang-kurangnya dalam LIMA TAHUN terkumpul 150 SKP.
Idealnya setahun terkumpul sekurang kurangnya 30 SKP.
Pendahuluan
Harapannya Rumusan kompetensi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan sertifikasi
dan resertifikasi Apoteker Yang akan Bekerja di bidang distribusi Farmasi. Disadari
adanya variabilitas infrastruktur yang sanagt besar diantara PBF yang ada Di Indonesia
maka mungkin belum semua kompetensi dapat dijalankan dengan sempurna
Seorang Apoteker yang bekerja di distribusi Sediaan Farmasi harus mengetahui dan bisa
melakukan :
Selalu bersikap dan menganggap kesehatan Mampu menggunakan pengetahuan kefarmasiaannya untuk
pasien/konsumen sebagai prioritas mencegah adanya pasokan dan distribusi sediaan farmasi yang
utamanya. akan dapat merugikan kesehatan pasien dan konsumen,
terutama jika ada indikasi penyalahgunaan obat dan pemalsuan
obat
Bersikap Profesional dan menjunjung a) Mampu menjelaskan dan memahami Kode Etik apoteker
integritas dengan mematuhi prinsip-prinsip yang mandasari praktek kefarmasian di distribusi
etis dalam pendistribusian sediaan Farmasi
yang dipandu oleh Kode Etik Apoteker b) Mampu mengenali dan menghindari/mengatasi kondisi kerja
yang mengganggu pelaksanaan praktek kefarmasian yang
etis di distribusi.
Mengerti prinsip-prinsip yang mendasari Mampu menjelaskan dasar-dasar pemilihan dalam pembelian
pemilihan sediaan farmasi yang akan dibeli, sediaan farmasi melalui evaluasi yang sistematis berdasarkan
sehingga menjamin kualitas produk dan kriteria yang ada, misal :
pasokan produknya
- “safety profile”
- “reliability of Source”
- dan lain-lain
Mengerti proses pengelolaan persediaan Mampu memperkirakan dan menentukan tingkat jumlah
(stocks) yang cukup dan memadai persediaan yang cukup dan memadai untuk kelancaran distribusi
Mengerti pentingnya perawatan peralatan Mampu menjelaskan prosedur dan kebijakan dalam pemeliharan
yang digunakan untuk penyimpanan peralatan yang berhubungan dengan penyimpanan sediaan
sediaan farmasi (misal : refrigerators dan farmasi
freezers)
Mengerti prosedur kerja yang harus Mampu menyusun dan menjelaskan rencana kerja yang harus
dilakukan jika terjadi masalah / kegagalan di dilakukan jika terjadi permasalahan pada peralatan
peralatan penyimpanan penyimpanan, misal : refrigerator rusak atau listrik mati
Mengerti peraturan tentang tata cara Mampu menjelaskan peratururn/UU yang khusus mengatur tata-
penyimpanan khusus untuk sediaan farmasi cara penyimpanan yang spesifik untuk sediaan farmasi tertentu
tertentu, misal : Prekusor, Narkoba dsb. (misal : prekusor, narkoba dsb)
Mengidentifikasi resiko buruk yang mungkin Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan resiko
Memahami ketentuan hukum / peraturan Mampu u menjelaskan persyaratan hukum / peraturan untuk
dalam pendistribusian sediaan farmasi pendistribusian sediaan farmasi kepada yang
kepada pemesan/pengguna memesan/pengguna(Punya Buku Peraturan/perundangan Yang
up to date)
Mengenali dan dapat mengetahui proses Mampu menggambarkan apa saja penanganan dan transportasi
penanganan dan transportasi sediaan sediaan farmasi yang tidak memadai , dan mampu menjelaskan
farmasi yang kurang memadai yang dapat konsekuensi / akibat dari penanganan / tranportasi yang kurang
menyebabkan kegagalan pengobatan dan benar tersebut .(misal : titik-titik kritis dari cold chain untuk
kerusakan produk. vaksin)
Memahami isu-isu keamanan (security)
yang berkaitan dengan distribusi sediaan Mampu mengiidentifikasi dan menggambarkan kejadian-kejadian
farmasi untuk mencegah penyelewengan atau situasi yang dapat mengakibatkan terjadinya
pendistribusian (diversion). penyelewengan distribusi (diversion)
Menilai besarnya dampak/akibat dari penarikan- Mampu untuk menilai besarnya dampak akibat
kembali suatu produk “penarikan-kembali” suatu produk .
Mengelola informasi penting untuk disebarkan Mampu menjelaskan dan menyebar-luaskan informasi
kepada semua pihak yang terkait (misalnya penting kepada pihak-pihak yang terkait sehubungan
pelanggan,prinsipal, regulator atau tenaga kesehatan dengan penarikan-kembali suatu produk
yang lain) sehubungan dengan “penarikan-kembali”
produk