Analisis Struktur Statik Dinamis
Analisis Struktur Statik Dinamis
BAB IX
ANALISIS STRUKTUR STATIK DAN DINAMIS
IX.1. Pendahuluan
Apabila tidak ditinjau interaksi tanah-struktur, untuk analisis struktur bagian atas,
struktur tersebut dapat dianggap terjepit pada taraf penjepitan lateral, yaitu pada
taraf lantai dasar jika ada basemant, pada taraf bidang di atas pur tiang pondasi
dan pada bidang telapak pada pondasi langsung jika tidak ada basement.
Berdasarkan denah struktur yang dihadapi, harus ditetapkan arah gempa yang
mnetukan, yaitu searah dengan bidang kerja subsistem struktur penahan beban
gempa (portal terbuka, dinding geser) yang dominan. Biasanya, arah ini adalah
arah yang paling cocok untuk dijadikan arah salah satu sumbu koordinat (sumbu
x atau y) dalam sistem koordinat global yang dipakai dalam analisis struktur.
Pada denah struktur gedung yang sangat tidak beraturan, arah gempa yang
menentukan harus dicari dengan sebaik-baiknya (trial error). Arah pembebanan
gempa dalam kenyataannya adalah sembarang, sehingga pada umumnya selalu
terdapat 2 komponen beban gempa dalam arah masing-masing sumbu koordinat
ortogonal yang bekerja bersamaan pada struktur gedung. Pembebanan gempa
tidak penuh tetapi biaksialdapat menimbulkan pengaruh yang lebih rumit
terhadap struktur gedung ketimbang pembebanan gempa penuh tetapi uniaksial.
Kondisi ini disimulasikan dengan meninjau pembebanan gempa gempa dalam
suatu arah sumbu koordinat yang ditinjau 100%, yang bekerja bersamaan
dengan pembebanan gempa dalam arah tegak lurus tetapi ditinjau 30%.
Apabila untuk suatu arah sumbu koordinat nilai R untuk sistem struktur yang
dihadapi belum diketahui, maka nilainya harus dihitung sebagai nilai rata-rata
berbobot dari nilai R semua subsistem struktur yang ada dalam arah itu, dengan
gaya geser dasar akibat beban gempa yang dipikul masing-masing subsistem Vs
dipakai sebagai besaran pembobotnya. Dalam hal ini, tentunya nilai R dari
masing-masing subsistem tersebut harus diketahui, misalnya untuk portal
terbuka R = 8.5 dan untuk dinding geser kantilever R = 5.3, yaitu nilai-nilai
maksimumnya menurut standar SNI 03-1726-2003. Untuk arah sumbu x,
perhitungan nilai R rata-rata berbobot dapat ditulis sebagai :
Rx
V xs
Vx0
………………………… (IX-1)
V R xs xs Vxs Rxs
Ry
V ys
V y0
………………………… (IX-2)
V R ys ys V ys R ys
Untuk dapat menerapkan persamaan IX-1 dan IX-2, untuk masing-masing arah
sumbu koordinat harus dilakukan analisis struktur pendahuluan terhadap beban
gempa statik ekuivalen untuk mengetahui VS. Strukturnya harus dalam keadaan
tidak berotasi (2D) dengan beban gempa statik ekuivalen yang dapat diambil
sembarang, tetapi dapat juga akibat penuh Gempa Rencana (artinya dengan I=1
dan R = 1). Nilai terfaktor reduksi gempa yang representatif untuk struktur
gedung 3D secara keselkuruhan R, kemudian dihitung sebagai nilai rata-rata
0
berbobot dari nilai Rx dan Ry, dengan gaya geser dasar V x dan V y0 diapakai
V x0 V y0
R ………………………… (IX-3)
V x0 R x V y0 R y
Nilai R, menurut persamaan IX-3 merupakan nilai maksimum yang boleh dipakai,
sehingga dapat dipakai nilai yang lebih rendah bila dikehendaki, sesuai dengan
nilai yang dipilih.
W d i i
2
T1 2 i 1
n
………………………… (IX-4)
g Fi d i
i 1
dimana :
Wi : Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
Fi : Beban-beban gempa nominal statik ekuivalen yang menangkap pada pusat
massa lantai tingkat ke-i
di : Simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dari hasil suatu analisis satatik
g : Percepatan gravitasi
Faktor ini adalah untuk menyesuaikan periode ulang gempa, apakah lebih
panjang atau lebih pendek dari periode ulang Gempa Rencana 500 tahun (I>1)
harus ditinjau, bila dihadapi 2 hal berikut :
1. Probabilistik terjadinya gempa yang merusak dalam kurun waktu umur
gedung 50 tahun harus lebih rendah dari 10 % (misalnya rumah sakit),
sehingga periode ulangnya menjadi lebih panjang dari 500 tahun.
2. Umur gedung yang dihadapi adalah jauh lebih panjang dari 50 tahun (misal
monumen atau gedung yang sangat tinggi), sehingga dengan probabilistik
10% terjadinya gempa yang merusak dalam kurun waktu umur gedung,
periode ulangnya menjadi lebih panjang dari dari 500 tahun.
Periode ulang yang lebih pendek dari 500 tahun (I<1) dapat ditinjau, pada
umumnya bila umur gedung lebih pendek dari 50 tahun (misal gedung rendah),
sehingga probabilitas 10% terjadinya gempa yang merusak dalam kurun waktu
umur gedung, periode ulangnya menjadi lebih pendek dari 500 tahun. Untuk
selanjutnya, setiap pengaruh Gempa Rencana harus dikalikan dengan faktor
keutamaan I. Bila yang ditinjau adalah taraf pembebanan nominal, maka
pengaruh gempa rencana harus dikalikan I/R.
kecuali bila perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur
dalam arah perpindahan tersebut.
9. Sistem struktur bangunan gedung memiliki lantai tingkat yang menerus,
tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai
tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu,
jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
Dengan asumsi di atas pengaruh Gempa Rencana dalam arah sumbu utama
struktur beraturan, tampil sebagai suatu pembebanan gempa statik ekuivalen
menurut dua ketentuan berikut :
- Beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang terjadi di tingkat dasar
akibat pengaruh gempa rencana adalah :
C1 I
V Wt ………………………… (IX-6)
R
dimana :
dimana :
Wi : Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
zi : Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
n : Nomor lantai tingkat paling atas
Jadi, pada struktur beraturan tiadak diperlukan analisis dinamik sama sekali.
Juga untuk mengetahui waktu getar alami fundamental T 1 tidak diperlukan
analisis vibrasi bebas, melainkan dapat digunakan rumus Rayleigh yang berlaku
untuk struktur 2D (persamaan IX-4). Analisis statik ini dapat dilakukan dengan
beban-beban gempa statik ekuivalen Fi berdasarkan nilai V sembarang.
Gaya geser dasar nominal V1 merupakan besaran pembanding bagi gaya geser
dasar nominal total Vt yang diperoleh dari hasil analisis respons dinamik
spektrum, dimana spektrum responsnya adalah spektrum respons Gempa
Rencana menurut Gambar VIII.10 (Bab VIII) yang ordinatnya dikalikan
(diperbesar) dengan I/R, dimana persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
Vt≥ 0.8 V1 ………………………… (IX-8)
Dari uraian di atas terlihat, bahwa analisis respons dinamik spektrum hanya
dilakukan untuk mendapatkan gaya geser tingkat, kemudian beban-beban
gempa statik ekuivalen. Dengan melakukan analisis statik 3D akibat beban-
beban gempa statik ini diperoleh kepastian mengenai tanda (arah kerja) gaya-
gaya internal di dalam unsur-unsur struktur gedung.
IX.4. Istilah-istilah
Analisis beban dorong statik pada struktur bangunan gedung
Suatu cara analisis statik dua atau tiga dimensi linier dan non-linier, dimana
pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap
sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing
lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampui
pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di
dalam struktur bangunan gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih
lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai
kondisi plastik
Analisis beban gempa statik ekivalen pada struktur bangunan gedung tidak
beraturan
Suatu cara analisis statik tiga dimensi linier dengan meninjau beban-beban
gempa statik ekuivalen yang telah dijabarkan dari pembagian gaya geser tingkat
maksimum dinamik sepanjang tinggi struktur bangunan gedung yang telah
diperoleh dari hasil analisis respons dinamik elastik linier tiga dimensi