Secara umum torsi (torque) merupakan gaya yang digunakan untuk menggerakan
sesuatu dengan jarak dan arah tertentu.Dari penjelasan tersebut, maka rumusan untuk torsi
dapat diturunkan menjadi :
=F.l
dimana: =Torsi (Torque), Newton meter (N.m);
F =Gaya penggerak, Newton (N)
l = jarak, meter (m)
Sedangkan hubungan torsi (Torque) terhadap daya (power) pada sbuah motor adalah :
P=
dimana : = Kecepatan sudut, radian/detik (Rad/s)
P = daya atau power, watt (W)
=2 n / 60
Dari ketiga persamaan diatas dapat dilihat bahwa power yang dibutuhkan oleh motor
sebanding dengan besarnya torsi yang dihasilkan pada kecepatan putaran tertentu.
Pada pemilihan sebuah motor, biasanya terdapat dokumen mengenai karakteristik torsi motor
tersebut yang menunjukan performace motor saat dioperasikan sbb :
Mungkin semua sudah tahu apa itu rangkaian star delta? Dan apa fungsi dari
rangkaian star delta itu sendiri. Untuk yang belum tahu akan saya jelaskan secara singkat.
Rangkaian star delta adalah rangkaian instalasi motor dengan sambungan bintang segitiga
(Y∆), atau lebih dikenal dengan nama koneksi star delta. lalu apa fungsi dari koneksi motor
secara star delta itu? Fungsi dari koneksi star delta adalah untuk menurunkan atau
mengurangi besarnya arus start motor.
Bagaimana teori atau metode koneksi star delta ini bisa menurunkan besarnya arus
starting motor? sebelumnya tentu kita tahu besarnya tegangan dan arus itu berbanding
terbalik. Semakin besar tegangan maka arus akan semakin kecil begitu sebaliknya semakin
kecil tegangan maka arus akan semakin besar. Bagaimana itu terjadi ?untuk menjawab itu
kita harus tahu dulu, hubungan antara daya ( P ), tegangan( V ) , dan arus ( I ).
Dari rumus diatas tentu kita sudah mengerti. Coba anda hitung berapa besarnya arus (
I ), dengan daya (P) yang sama, coba anda bagi dengan tegangan(V) yang berbeda. Tentu saja
hasilnya sudah bisa ditebak, dengan tegangan yang besar maka arus akan kecil, begitu juga
sebaliknya. Lalu apa hubungannya rumus diatas dengan rangkaian star delta?? Pada koneksi
star delta ada perbedaan antara besarnya tegangan pada koneksi star dan besarnya tegangan
pada koneksi delta.
Besarnya tegangan(V) line pada sambungan star/bintang (Y) adalah √3.V fasa, dan besarnya
arus line pada sambungan star/bintang sama dengan besarnya arus fasa.
Sedangkan pada sambungan delta/segitiga(∆) tegangan(V) line = V fasa, dan arus(I) line
= √3.arus(I) fasa.
Contohnya dengan tegangan fasa 220V berapa tegangan line untuk hubung star dan hubung
delta?
Tegangan pada sambungan star --- Vline = akar 3 . V fasa = 1.73 . 220V = 380V
Dari hasil diatas pada hubungan star memiliki tegangan yang lebih besar dibanding tegangan
pada hubungan delta. dan tentu sudah terbukti metode starting motor secara star delta dapat
menurunkan besarnya arus start.
Mungkin semua sudah tahu apa itu star delta beserta fungsi-fungsinya. Namun mungkin
masih banyak yang belum mengerti bagaimanana melakukan instalasi/penyambungan star
delta sesuai standar yang benar. Melakukan instalasi sesuai standar yang benar itu sangat
penting agar kita tidak dirugikan dengan pemasangan instalasi yang salah/ngawur. Contohnya
pada koneksi delta jika pada pemasangannya kita tidak berhati-hati dan tidak sesuai dengan
standar tentu bisa membuat koneksi motor tersebut kehilangan salah satu fasa (phase loss).
Dan apa akibatnya bila motor 3 fasa dioperasikan dengan kehilangan salah satu fasa?, tentu
saja lilitan motor akan terbakar dalam waktu singkat atau jika anda beruntung mungkin akan
membuat breaker atau protector(overload relay) cuma trip. Tetapi itu dengan catatan jika
anda memasang atau mensetting breaker dan protector dengan standar yang benar. Tentu kita
tidak ingin kedua hal tersebut terjadi dan merugikan kita. Karena itulah standarisasi SPL
(single point lesson) begitu penting dan selalu terapkan di semua perusahaan. Berikut ini
gambaran kesalahan pada koneksi star delta yang sering terjadi pada rangkaian dayanya.
Mungkin anda bertanya-tanya apa yang salah dengan rangkaian daya diatas? Dari Kedua
rangkaian daya diatas memang tidak ada yang salah dari koneksi starnya, namun ada
beberapa kesalahan di dalam koneksi deltanya. Memang dalam instalasi motor dengan sistem
starting secara star delta ini, kebanyakan kesalahan terdapat dalam pemasangan pada koneksi
delta. hal ini disebabkan karena pemasangan untuk hubung delta bisa dikatakan lebih rumit
daripada hubung star. Pada gambar 1 rangkaian daya diatas jelas terlihat tegangan fasa R
(kabel berwarna merah) dihubungkan pada terminal motor dengan label U1 dan U2, hal ini
berarti tegangan fasa R hanya dihubungkan pada 1 belitan/lilitan pada motor. hal yang sama
juga terlihat pada tegangan fasa S dan T. Apa yang salah dengan itu? Tentu saja sangat
salah/ngawur. Sebelumnya tentu anda tahu kenapa koneksi pada motor disebut star dan
delta?hal itu karena pada koneksi motor tersebut bisa dibentuk/terlihat seperti bintang
ataupun segitiga. Coba anda ubah gambar 1 dan gambar 2 rangkaian daya diatas menjadi
koneksi star delta secara terpisah dan sederhana tanpa memperhatikan kontaktor dan
protector. Lalu lihat dengan seksama apakah gambar diatas mirip dengan rangkaian delta?
jawabannya tentu saja tidak. Untuk memperjelas pemahaman anda tentang koneksi star dan
koneksi delta secara benar coba anda lihat gambar dibawah berikut ini.
Gambar diatas bisa menjadi patokan bagaimana melihat koneksi star delta yang benar dan
salah. Contohnya secara sederhana begini, jika anda perhatikan gambar pada sebuah
rangkaian daya star delta anda bisa melihat pada koneksi starnya apakah mirip dengan
star/bintang, dan pada koneksi deltanya apakah mirip delta/segitiga seperti gambar koneksi
star delta diatas. Jika itu mirip atau sama bisa dipastikan rangkaian daya itu benar. Dan juga
perlu diingat jika anda ingin membalik putaran motor pada rangkaian star delta dengan
membalik salah satu tegangan maka anda juga harus membalik salah satu tegangan pada satu
sisi yang lain.
Motor listrik adalah suatu perangkat elektromagnetik yang digunakan untuk mengkonversi
atau mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Hasil konversi ini atau energi mekanik
ini bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti digunakan untuk memompa suatu
cairan dari satu tempat ke tempat yang lain pada mesin pompa, untuk meniup udara pada
blower, digunakan sebagai kipas angin, dan keperluan – keperluan yang lain. Berdasarkan
jenis dan karakteristik arus listrik yang masuk dan mekanisme operasinya motor listrik
dibedakan menjadi 2, yaitu motor AC, dan motor DC. Namun pada artikel kali ini kita akan
membahas sedikit tentang motor AC, beserta cara menghitung arus, daya, dan kecepatan pada
motor tersebut.
Ada 2 jenis motor pada motor AC, yaitu :
1. Motor sinkron, yaitu motor AC (arus bolak-balik) yang bekerja pada kecepatan tetap atau
konstan pada frekuensi tertentu. Kecepatan putaran motor sinkron tidak akan berkurang(tidak
slip) meskipun beban bertambah, namun kekurangan motor ini adalah tidak dapat menstart
sendiri. Motor ini membutuhkan arus searah (DC) yang dihubungkan ke rotor untuk
menghasilkan medan magnet rotor. Motor ini disebut motor sinkron karena kutup medan
rotor mendapat tarikan dari kutup medan putar stator hingga turut berputar dengan kecepatan
yang sama (sinkron).
2. Motor induksi, yaitu motor AC yang paling umum digunakan di industri – industri. Pada
motor DC arus listrik dihubungkan secara langsung ke rotor melalui sikat-sikat(brushes) dan
komutator(commutator). Jadi kita bisa mengatakan motor DC adalah motor konduksi.
Sedangkan pada motor AC, rotor tidak menerima sumber listrik secara konduksi tapi dengan
induksi. Oleh karena itu motor AC jenis ini disebut juga sebagai motor induksi.
Mungkin sudah cukup penjelasan dan pengertian singkat tentang motor listrik. Dan
selanjutnya akan dijelaskan sedikit tentang rumus-rumus dasar perhitungan pada motor.
seperti menghitung arus/ampere motor, menghitung kecepatan motor, menghitung
daya/beban motor, dan lain-lain.
Rumus menghitung kecepatan sinkron, jika yang diketahui frekuensi dan jumlah kutup
pada motor AC.
Contoh : hitung kecepatan putar motor 4 poles/kutup jika motor dioperasikan dengan
frekuensi 50 hz.
ns = (120. F)/ P = (120 . 50)/ 4 = 1500 rpm
Contoh : hitung slip motor jika diketahui kecepatan motor 1420 rpm. Dengan kecepatan
sinkron yang sama dengan hasil diatas.
% slip = ((ns - n)/ ns) x 100 = ((1500 - 1420)/ 1500)x 100 = 5 %
Menghitung daya motor 3 phasa ketika diketahui arus, tegangan, dan faktor daya.
Contoh. Hitung daya motor induksi 3 phasa yang memiliki arus 9,5 A dengan tegangan 380V
dan faktor daya/ cos φ 0,88.
P = √3 .V. I . cos φ = 1,73 . 380 . 9,5 . 0,88 = 5495 watt atau dibulatkan jadi 5,5 KW.
Contoh. Dengan daya input motor 5 KW dan daya output 4,5 KW. Hitung efisiensi daya pada
motor tersebut.
ᶯ = (Pout / P)x 100% = (4500/5000)x 100% = 90 %
Menghitung torsi motor jika diketahui daya motor dan kecepatan motor.
Hubungan antara horse power, torsi dan kecepatan.
Contoh. Hitung berapa torsi motor 10 HP. Dengan kecepatan 1500 rpm.
T = (5250 . HP)/n = (5250 . 10)/ 1500 = 35 lb ft = 45,6 Nm
2. T=F.D
Dimana :
T = torsi motor (Nm)
F = gaya (Newton)
D = jarak (meter)
Torsi Mesin
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi.
Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung energi yang
dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya. Adapun perumusan dari torsi adalah
sebagai berikut. Apabila suatu benda berputar dan mempunyai besar gaya sentrifugal sebesar
F, benda berputar pada porosnya dengan jari-jari sebesar b, dengan data tersebut torsinya
adalah:
T = F x d (N.m)
dimana:
T = Torsi benda berputar (N.m)
F = adalah gaya sentrifugal dari benda yang berputar (N)
d= adalah jarak benda ke pusat rotasi (m)
Karena adanya torsi inilah yang menyebabkan benda berputar terhadap porosnya, dan benda
akan berhenti apabila ada usaha melawan torsi dengan besar sama dengan arah yang
berlawanan.
Pada motor bakar untuk mengetahui daya poros harus diketahui dulu torsinya. Pengukuran
torsi pada poros motor bakar menggunakan alat yang dinamakan Dinamometer. Prinsip kerja
dari alat ini adalah dengan memberi beban yang berlawanan terhadap arah putaran sampai
putaran mendekati 0 rpm, Beban ini nilainya adalah sama dengan torsi poros. Dapat dilihat
dari gambar diatas adalah prinsip dasar dari dinamometer. Dari gambar diatas dapat dilihat
pengukuran torsi pada poros ( rotor) dengan prinsip pengereman dengan stator yang dikenai
beban sebesar w. Mesin dinyalakan kemudian pada poros disambungkan dengan
dinamometer. Untuk megukur torsi mesin pada poros
mesin diberi rem yang disambungkan dengan w pengereman atau pembebanan. Pembebanan
diteruskan sampai poros mesin hampir berhenti berputar. Beban maksimum yang terbaca
adalah gaya pengereman yang besarnya sama dengan gaya putar poros mesin F. Dari definisi
disebutkan bahwa perkalian antara gaya dengan jaraknnya adalah sebuah torsi, dengan
difinisi tersebut Tosi pada poros dapat diketahui dengan rumus:
T = w x d (Nm)
dengan :
T = adalah torsi mesin (Nm)
w = adalah beban (N)
d= adalah jarak pembebanan dengan pusat perputaran (m)
Ingat w (beban/berat) disini kita bedakan dengan massa (m), kalau massa satuan kg, adapun
beban disini adalah gaya berat dengan satuan N yang diturunkan dari W=mg
Pada mesin sebenarnya pembebanan adalah komponen-komponen mesin sendiri yaitu
asesoris mesin ( pompa air, pompa pelumas, kipas radiator), generator listrik (pengisian aki,
listrik penerangan, penyalan busi ), gesekan mesin dan komponen lainnya.
Dari perhitungan torsi diatas dapat diketahui jumlah energi yang dihasikan mesin pada poros.
Jumlah energi yang dihasikan mesin setiap waktunya adalah yang disebut dengan daya
mesin. Kalau energi yang diukur pada poros mesin dayanya disebut daya poros.
Daya Mesin (Power)
Sedangkan power yang dihitung dengan satuan Kw (Kilo watts) atau Horse Power (HP)
mempunyai hubungan erat dengan torque. Power dirumuskan sbb :
N = N − N + N ( HP)
dengan
Ne = adalah daya efektif atau daya poros ( HP)
Ni = adalah daya indikator ( HP)
Ng = adalah kerugian daya gesek ( HP)
Na = adalah kerugian daya asesoris ( HP)
Pada motor pembakaran dalam (internal combustion engine), gas hasil pembakaran
akan menekan piston yang terhubung dengan poros engkol (cranksaft) dengan setang piston
(connecting rod). Gaya tekan gas tersebut menghasilkan torsi pada poros engkol dan
membuat poros engkol berputar.
P=τxω
P=τxωx2 / 60.000
Contoh kalkulasi:
Torsi = τ = 145 Nm
Pada internal combustion engine, torsi maximum tidak diperoleh pada putaran yang
sama dimana diperoleh daya maximum.
Pada kendaraan yang digunakan untuk menarik beban berat seperti truck, maka daya
maximum yang dihasilkan engine berada pada RPM rendah sehingga torsi maximum juga
pada RPM rendah.
Pada kendaraan yang digunakan untuk kecepatan tinggi dengan beban ringan seperti
sedan dan sepeda motor, maka daya maximum yang dihasilkan engine berada pada RPM
tinggi, sehingga torsi maximum juga pada RPM yang tinggi.
P=τxωx2 / 33.000