Enzim Dan BTP
Enzim Dan BTP
“ HIDROKOLOID “
Disusun Oleh
Kelempok 1 :
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang lebih tinggi, mencapai 18,6% dengan bahan kulit ikan tuna (Peranginangin et al,
2006).
Menurut Hellebust dan Cragie (1978), karagenan terdapat dalam dinding sel rumput
laut atau matriks intraselulernya dan karagenan merupakan bagian penyusun yang besar
dari berat kering rumput laut merah dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan
posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida Rhodophyceae, seperti yang
tercantum dalam Federal Register, polisakarida tersebut harus mengandung 20 % sulfat
berdasarkan berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karagenan. Berat molekul
karagenan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100 – 800 ribu kDa (Deman, 1989).
Karagenan adalah kelompok polisakarida linear bersulfat yang dapat dihasilkan dari
alga merah (Rhodophyceae). Karagenan mempunyai kemampuan yang unik yaitu dapat
membentuk berbagai variasi gel pada temperatur ruang (kaku atau elastic dan keras atau
lembut) dengan titik leleh yang tinggi atau rendah. Berdasarkan sifatnya, karagenan
digunakan sebagai pengemulsi, penstabil, pengental (thickener) dan bahan pembentuk gel
(Food Chemical Codex 1981). Karagenan sebagai penstabil dapat mempertahankan
konsistensi larutan yang memisah seperti lipida dan air. Kemampuan inilah yang kemudian
bisa digunakan sebagai bahan untuk mempertahankan daya awet larutan yang diakibatkan
oksidasi.
Agar-agar merupakan polisakarida yang linear dan merupakan molekul galaktan
yang diekstrak dari rumput laut merah. Agar-agar banyak dimanfaatkan dalam berbagai
bidang sebagai bahan pengental, pengemulsi, penstabil, dan berbagai fungsi lain di bidang
pangan. Salah satunya adalahsebagai pengental yang digunakan pada produk jelly, selai,
marmalade, sirup dan makanan lainnya (FAO 2003).
Agarophyte adalah kelompok rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan agar-agar. Sedangkan Agaroidophyte merupakan kelompok ganggang merah
yang mempunyai sifat seperti agar-agar, tetapi dengan gaya gelasi dan viskositas yang berb
eda (Winarno 2008). Agar-agar adalah senyawa poligalaktosa yang diperoleh dari
pengolahan rumput laut kelas Agarophyte. Sedangkan Badan Standardisasi Nasional
(1995) mendefinisikan aga-agar tepung sebagai produk berupa tepung yang diperoleh dari
ekstraksi rumput laut agarophyte,dengan atau tanpa bahan tambahan yang diizinkan,
bersifat koloid bila dilarutkan dalam air panas. Molekul agar-agar terdiri dari rantai linier
galaktan yang merupakan polimer dari galaktosa. Jenis rumput laut yang banyak digunakan
sebagai bahan baku untuk pengolahan agar-agar tepung adalah Gelidium sp., Gracillaria
sp., Hypnea sp., Plerodadia sp., Acanthopelus sp., dan Ceramium sp.
2
1.2 Tujuan
3
BAB II
METODOLOGI
4
2.3. Skema kerja
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
* sangat mudah
** mudah
*** sulit
**** sangat sulit
7
daripada genus Gelidium yang mempunyai perbandingan 1:5. Oleh karena itu umumnya
gel agar-agar dari Gracilaria lebih kuat dan kokoh (Winarno 1996).
Agar-agar dengan kemurnian tinggi pada suhu 25°C tidak larut dalam air dingin
tetapi larut dalam air panas, etanol amida dan formida. Pada suhu 32-39°C agar-agar
berbentuk padatan yang tidak mencair lagi pada suhu lebih rendah dari 80°C. Agar-agar
yang dilarutkan pada suhu 35-50°C sudah cukup untuk membuat gel yang kuat dengan titik
cair 80-100°C. Larutan 1 % dan 1,5 % agar-agar pada suhu 45°C, serta keadaan kering
bersifat sangat stabil (Imeson 2010).
Hal yang terpenting dari agar-agar adalah sifat gelling agentnya dan aplikasinya
dalam range suhu yang cukup luas. Agarosa memiliki kekuatan gel lebih tinggi
dibandingkan agaropektin. Agarose memiliki struktur double helix, struktur tersebut
beragregasi membentuk rangka tiga dimensi, yang berikatan dengan molekul air sehingga
menghasilkan gel yang thermoreversible (Venugopal 2009).
Selama ini bahan pengental yang banyak digunakan adalah gum arab, gelatin, pektin
komersil, agar-agar dan karagenan. Semua bahan pengental ini berperan sebagai
hidrokoloid yang masing-masing memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Gum arab,
memiliki kemampuan pembentukan gel yang optimum pada konsentrasi tinggi yaitu 40-
50% sehingga kurang efisien untuk diaplikasikan (Fardiaz 1989). Gelatin dalam
pembentukan gel sangat baik tetapi kekuatan gelnya menurun secara nyata pada pH kurang
dari 4, dan sedikit menurun pada pH diatas 8 sedangkan pH selai pada umumnya adalah
dibawah 4 sehingga jika gelatin digunakan akan kurang optimal. Pektin komersil walaupun
kemampuan gelnya optimum pada konsentrasi 0,75-1,5% tetapi kurang stabil terhadap
suhu tinggi dan bersifat labil setelah suhu diturunkan. Derajat keasaman untuk pektin
adalah 2-4 dan menurun drastis diluarpH optimumnya tersebut (Suryani et al.2004).
8
gum yang sangat optimum dalam proses pembentukan
gel, dengan
Acceptable
daily intake
(ADI) sebesar 0-75 mg/kg bw
(SCF 2003, WHO 2008). Namun karagenan memiliki
kandungan ester su
lfat yang cukup tinggi yaitu 20-50%
(Winarno 1996) yang akan mempengaruhi
tingkat viskositasnya, serta bersifat
sineresis dan mudah terdegradasi pada pH asam.
Secara umum selai memiliki pH
yang asam. Selain itu karegenan memben
tuk gel yang optimum jika terdapat ion
monovalen yaitu K
+
, NH4
+
, Rb
-
, dan Cs
-
.
Karagenan memiliki kemampuan yang unik untuk
memben
tuk variasi gel
yang hampir tidak terbatas pada suhu ruang. Proses
pembentukan gel tidak
memerlukan pendinginan dan gel dapat dibuat stabil
melalui siklus
freezing-
9
thawing
yang berulang. Larutan karagenan dapat mengentalk
an, mengikat dan
menstabilkan partikel-partikel sebaik dispersi kolo
id dan emulsi air atau minyak
(Anonim 2006
b
). Karagenan merupakan salah satu hidrokoloid yang
dapat
digunakan sebagai bahan penstabil dan pengental ala
mi menggantikan bahan
pengental sintetik golongan
alkanolamide
(Winarno 1996).
Karagenan diberi nama berdasarkan persentase
kandun
gan ester sulfatnya,
kappa: 25-30 %, iota: 28-35 %, dan lambda: 32-38 %.
Kappa dan iota larut dalam
air panas (70
o
C), sedangkan lambda bisa larut dalam air dingin.
Karagenan bisa
larut dalam susu dan larutan gula sehingga sering d
igunakan sebagai
pengental/penstabil pada berbagai minuman dan
makan
an. Dapat membentuk gel
dengan baik, sehingga banyak digunakan sebagai
gelling-agent
dan pengental
10
(Suptijah 2002).
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13