Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TEORI DASAR

2. 1. Teknik Peledakan
Teknik peledakan merupakan salah satu bagian penting dalam penambangan
suatu bahan galian. Teknik peledakan dilakukan untuk memecah batuan-batuan yang
ukurannya besar dan memiliki kekerasan yang cukup tinggi, sehingga diperlukan
peledakan untuk mengecilkan ukuran batuan sehingga dapat diambil. Teknik
peledakan menggunakan bahan peledak dengan senyawa kimia tunggal dalam bentuk
cair, padat atau gas yang apabila diberi reaksi kimia eksotermis, senyawa tersebut
akan mendapat tekanan tinggi dan akan meledak.
Peledakan batuan diiringi dengan pemboran lapisan batuan dimana pemboran
dilakukan untuk mengisi bahan peledak pada batuan. Peledakan dilakukan untuk
menghasilkan batuan lepas, yang dinyatakan dalam derajat fragmentasi sesuai dengan
tujuan yang akan diinginkan. Sehingga batuan dapat diambil dengan ukuran yang
telah diinginkan. Batuan yang dihasilkan dari peledakan akan berkaitan dengan
produktivitas untuk pertambangan serta biaya produksi
Dalam melakukan kegiatan pemboran dan peledakan pada suatu lapisan
batuan tentunya perlu memerhatikan beberapa hal, seperti sifat-sifat batuan seperti
sebagai berikut:
 Kekerasan
Merupakan tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.
Kekerasan digunakanuntuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan.
 Abrasiveness
Parameter yang mempengaruhi umur mata bor. Abrasiveness tergantung pada
komposisi batuan. Keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan
tersebut. Biasanya kandungan kuarsa dalam batuan dianggap sebagai petunjuk
yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata bor (drill bit).
 Tekstur
Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
porositas, looseness density dan ukuran butir. Tekstur juga mempengaruhi
kecepatan pemboran.
 Struktur
Rekahan, patahan, bidang perlapisan schistosity dan jenis batuan, dip, strike.
 Breaking characteristic
Menggambarkan sifat batuan apabila dipukul dengan palu. Setiap jenis batuan
mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan dengan
tekstur, komposisi mineral dan strukturnya.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan


peledakan di suatu daerah penambangan, seperti hal berikut:

a. Parameter batuan.
b. Parameter bahan peledak.
c. Parameter pengisian.
d. Sasaran produksi.
e. Fragmentasi yang dikehendaki.
f. Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll).

Setelah melakukan peledakan, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan


karena sifat-sifat fisik bahan peledak adalah suatu kenampakan nyata dari sifat bahan
peledak ketika menghadapi perubahan kondisi lingkungan sekitarnya, yaitu antara lain
:

1. Densitas yaitu angka yang menyatakan perbandingan berat per volume


2. Sensitifitas adalah sifat yang menunjukan kemudahan inisiasi bahan peledak
atau ukuran minimal booster yang diperlukan
3. Ketahanan terhadap air (water resistence)
4. Kestabilan kimia (chemical stability)
5. Karekteristik gas (fumes characteristic)

2.1 1. Bahan Peledak


Bahan peledak merupakan salah satu bahan yang terbuat dari senyawa
kimia berbentuk senawa tunggal atau campuran yang berbentuk padat, cair,
gas atau campuran lainnya yang dapat mengakibatkan suatu eksplosif atau
ledakan. Suatu bahan peledak kimia yang apabila diberi aksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis
sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Menurut (J. J. Manon, 1978), bahan peledak diklasifikasikan
berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik, kimia, dan
nuklir. Karena pemakaian bahan peledak kimia lebih luas dibandingkan
dengan sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak kimia
lebih intensif diperkenankan. Digunakannya peledak sebagai salah satu alat
dalam memecah batuan dengan bentuk fraksinya karena dengan teknik
peledakan harga relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak
variasi waktu tunda (delay time) dan dibandingkan dengan nuklir bahayanya
lebih rendah.
Macam-macam bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber
energinya sebagai berikut:
 Bahan peledak mekanis yaitu Senyawa dalam bahan peledak mekanis akan
segera bereaksi dan berubah menjadi gas akibat suatu elemen panas yang
dimasukkan ke dalam bahan peledak tersebut. Contohnya adalah cardox,
yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu tabung dengan penutup yang
mudah retak yang berisi CO2 cair.
 Bahan peledak kimia Berdasarkan kecepatan reaksinya bahan peledak ini
dibagi dua, yaitu:
 Bahan peledak kuat. Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi
sangat tinggi, yaitu 5.000–24.000 fps (1-6 mil perdetik). Tekanan yang
dihasilkan juga sangat tinggi 50.000–4.000.000 psi. Sifat reaksinya
adalah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock
wave). Bahan peledak kuat ini dibagi 2 macam lagi, yaitu:
a. Primary explosives, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila
terkena api, benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2,
yaitu untuk bahan isi detonator.
b. Secondary explosives , yaitu bahan peledak yang hanya akan
meledak apabila ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya
ledakan dari sebuah detonator atau primer. Contohnya adalah TNT
(Tri Nitro Toluene) dan PETN.

 Bahan peledak lemah (low explosives). Bahan peledak ini memiliki


kecepatan reaksi rendah (<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan
<50.000 psi. Umumnya dipakai di tambang batubara.

 Bahan peledak nuklir. Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari


plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat
atom aktif.

Sedangkan Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) yaitu :

1. Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dynamite, Gelatine


2. Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid ANFO,
Slurry mixtures
3. Bahan peledak khusus contohnya Seismic, Trimming, Permisible, shaped
Charges, Binary, LOX, Liquid.
4. Pengganti bahan peledak contohnya Compressed air/gas, Expansion
agents, Mechanical methods, Waterjets, Jet piercing

2.1 2. Permissible explosive


Khusus untuk tambang batubara bawah tanah. Untuk menghindari ledakan
dari gas metan (CH4) dan debu akibat aktifitas peledakan.
Ciri-Ciri:
 Temperatur peledakan rendah
 Volume gas sedikit dan tidak beracun
 Penyalaan singkat
Contoh: Nitroglyserin, Straight dynamite, Amonium dynamite

2.1 3. Propelan
Propelan merupakan suatu bahan bakar yang proses pembakarannya tidak
memerlukan udara (oksigen), karena kebutuhan oksigen yang diperlukan
untuk proses pembakaran telah terkandung dalam Propelan itu sendiri.
1. Berdasarkan fasa propelan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Propelan padat terdiri dari : dasar tunggal (single base), dasar ganda
(double base) dan komposisi.
b. Propelan cair dapat dibedakan menjadi monopropelan dan bipropelan.
Monopropelan artinya dalam propelan tersebut telah mengandung
unsur utama dalam tiap molekulnya.Bipropelan berarti bahan bakar
dan oksidator terpisah dan baru akan tercampur di dalam ruang bakar.
2. Berdasarkan sifat campurannya, propelan padat dapat menjadi dua macam,
yaitu:
a) Tipe propelan padat homogen, yaitu propelan padat dengan
nitroselulosa sebagai bahan dasar dalam komposisinya dan bahan lain
yang pada umumnya berupa senyawa organik.
 Disebut single base propelan kalau propelan homogen tersebut
dibuat dari nitroselulosa sebagai bahan utama dalam
komposisinya.
 Disebut double base propelan bila propelan homogen tersebut
dibuat dengan nitroselulosa dan nitrogliserin sebagai bahan utama
dalam komposisinya.
 Disebut triple base propelan bila propelan homogen tersebut dibuat
dengan nitroselulosa, nitrogliserin, dan nitroguanidin sebagai bahan
utama dalam komposisinya.
b) Tipe komposisi propelan padat, yaitu suatu jenis propelan padat yang
dibuat dengan mencampurkan bahan bakar dengan bahan pengikat
lainnya dengan oksidator ditambah berbagai macam additive.

2.1 4. Trinitrotoluena (TNT)


Trinitrotoluena meruapakan senyawa hidrokarbon yang memiliki bau sangat
menyengat dan berwarna kuning, yakni merupakan salah satu bahan peledak
yang akan dicampurkan dngan senyawa lain guna menghasilkan suatu peledak
untuk kebutuhan tambang. Adapun preparasi dilakukan dalam membuat TNT,
yakni:
 Dalam industri, TNT disintesis dalam tiga langkah. Pertama, toluena
dinitrasi dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan
mono-nitrotoluene atau MNT. MNT dipisahkan dan kemudian direnitrasi
membentuk dinitrotoluene atau DNT. Pada tahap akhir, DNT dinitrasi
membentuk Trinitrotoluena atau TNT menggunakan campuran asam nitrat
anhidrat dan oleum.
 Asam nitrat habis dikonsumsi untuk proses industri, tapi asam sulfat encer
dapat digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT distabilkan dengan proses
yang disebut sulphitation, di mana crude TNT diperlakukan dengan larutan
sulfit dan larutan natrium untuk menghilangkan isomer TNT dan produk
reaksi yang tidak diinginkan.
 Air bilasan dari sulphitation dikenal sebagai red water dan merupakan
polutan yang signifikan dan merupakan produk limbah dari pembuatan
TNT.

Karakter Explosive

a. TNT berbeda dengan dinamit. TNT adalah senyawa kimia yang spesifik,
sementara dinamit adalah suatu campuran nitrogliserin yang dikompresi
menjadi bentuk silinder dan dibungkus dengan kertas.
b. Setelah ledakan, TNT terurai sebagai berikut:

2C7H5N3O6 → 3N2 + 5H2O + 7CO + 7C

Reaksi ini eksotermik dengan energi aktivasi yang tinggi. Adanya karbon
pada produk, menyebabkan ledakan TNT memiliki penampilan jelaga.
Dan karena TNT memiliki kelebihan karbon, campuran bahan peledak
yang kaya dengan senyawa oksigen dapat menghasilkan lebih banyak
energi per kilogram dari TNT saja.

Aplikasi TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri
aplikasi militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap shock dan
gesekan, yang mengurangi risiko ledakan disengaja. TNT meleleh pada 80°C
(176°F), jauh di bawah suhu di mana ia akan meledak secara spontan,
sehingga aman bila dikombinasikan dengan bahan peledak lain. TNT tidak
menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara
efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, cukup stabil bila dibandingkan
bahan peledak tinggi lainnya.

Meskipun TNT tersedia dalam berbagai ukuran (misalnya 250 g, 500 g,


1.000 g), namun lebih sering ditemui dalam campuran dengan bahan peledak
lain/ditambah bahan lainnya.

2.1 5. Nitrogliserin (NG)


Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin,
nitoglikol, nitrocotton dan material selulosa.Kadang-kadang ditambah juga
ammonium atau sodiumnitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia berbentuk
cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat
beresiko tinggi.
Alfred Nobel yang pertama kali menemukan kiieselguhr sebagai
penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan
peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk
memberikan energi yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya.
Bahan peledak ini mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti
lempung atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan
ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada
lubang ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas
mengandung polyethylene untuk mencegah penyerapan air dari udara bebas.

Adapun kelemahan bahan peledak jenis ini :

o Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik


maupun pengangkutan.
o Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangatberbahaya apabila tertabrak atau
tergilas olehkendaraan.
o Membuat kepala pusing.
o Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur tinggi.
o Biaya pembuatan tinggi.

2.1 6. ANFO
Merupakan singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida dan
fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik
berbentuk serbuk maupuncair, dapat digunakan sebagai pencampur
dengansegala keuntungan dan kerugiannya. Pada tahun1950-an di Amerika
masih menggunakan serbukbatubara sebagai bahan bakar dan sekarangsudah
diganti dengan bahan bakar minyak,khususnya solar.
Di Indonesia perusahan bahan peledakyang sudah memproduksi ANFO
(bukanhanya AN) adalah PT. Dahana denganmerk dagang “Danfo” dan PT.
Pindaddengan merk dagang “Panfo”.

Kondisi ANFO adalah:


1) Medium to Low VoD 4000 – 4500 m/s (bervariasi terhadap ukuran
lubang, jenis bahan bakar, kandungan air, densiti dan primer)
2) Densiti 0.8 – 0.82 g/cc
3) Diameter kritis
4) Energi angkat tinggi, energi shock rendah dibandingkan dengan BP
komersil lainnya
5) Highly hygroscopic
6) Densiti dan energi dan dimodifikasi dengan pencampuran high
energetic materials (Al).

Keuntungan ANFO
 Mudah untuk dibuat
 Cost effective
 Sederhana dan banyak digunakan

Kerugian ANFO

 Tidak tahan air


2.1 7. Penta Erythritol Tetranitrate (PETN)
Pentaeritritol tetranitrate (PETN) sangat terkenal sebagai bahan
peledak. Karena PETN merupakan salah satu bahan peledak tinggi yang
paling kuat dan dikenal dengan faktor efektivitasrelatif dari 1,66. PETN
praktis tidak larut dalam air (0,01 g/100 ml pada suhu 50 ° C), lemah larut
dalam nonpolar umum pelarut seperti hidrokarbon alifatik (seperti bensin) atau
tetrachloromethane , tetapi larut dalam beberapa pelarut organik lainnya,
terutama dalam aseton.
Di lingkungan, PETN mengalami biodegradasi . Beberapa bakteri
denitrate PETN untuk trinitrat dan kemudian dinitrate, yang kemudian lebih
lanjut terdegradasi. PETN memiliki rendahvolatilitas dan kelarutan rendah
dalam air, dan karena itu memiliki rendah bioavailabilitas untuk sebagian
besar organisme. Toksisitas relatif rendah, dan yang transdermal penyerapan
jugatampaknya menjadi rendah. Ini merupakan ancaman bagi air organisme .
Hal ini dapat terdegradasike pentaeritritol oleh besi logam. Senyawa ini
dihasilkan oleh reaksi pentaetritiol dengankonsentrasi asam nitrat. Dalam
reaksi ini, membentuk endapan. Mentah dapat direkristalisasi dariaseton untuk
memberikan kristal processable.

C (CH2OH)4 + 4 HNO3 → C (CH2ONO2)4 + 4 H2O

PETN diproduksi oleh berbagai produsen sebagai bedak tentang


konsistensi garam popcorn halus,atau bersama-sama dengan nitroselulosa dan
plasticizer sebagai lembar plasticized tipis (misalnya primasheet 1000 atau
detasheet). Residu PETN mudah terdeteksi di rambut orang
menanganinya..Retensi residu tertinggi adalah pada rambut hitam;. beberapa
residu tetap ada bahkan setelah dicuci.

2.1 8. Metode Peledakan


Dalam melakukan kegiatan peledakan terdapat dua metode yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Peledakan cara non-listrik, yang terdiri dari:
 Sumbu api (Safety fuse)
 Sumbu ledak (detonating fuse)
 Nonel
Nonel adalah Tube plastik yang mempunyai diameter luar 3 mm, di
dalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan
gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan ca. 2000 meter atau
setara dengan 2 km/s. Shock wave mempunyai energi yang dapat
meledakkan “primary explosive” atau delay element dalam detonator.
Adapun macam-macam jenis detonator nonel, yaitu:
a) Nonel standard
b) Nonel GT-HD dan Nonel Unidet-HD
c) Nonel GT-OD dan Nonel Unidet-OD
d) Nonel GT-HT dan Nonel Unidet HT

Macam-macam perlengkapan Nonel:

 Nonel UB 0 connector, bekerja sebagai relay; gelombang kejut


yang diterima dari nonel tube diperkuat dan didistribu-sikan ke
sejumlah nonel tube penerima.
 Nonel starter sama dengan UB 0, tersedia dalam 50 atau 100 m
coil/reel (gulungan).
 Nonel bunch connector dipakai kebanyakan dalam terowongan
 Multiclip adalah penyambung plastik yg dipakai untuk
menyambung nonel tube dengan sumbu ledak.

Geometri peledakan adalah jarak lubang tembak yang di buat pada saat sebuah
area pertambangan akan diledakkan.
Keterangan:

 B : Burden
  : Diameter lubang tembak
 L : Tinggi jenjang
 H : Kedalaman lubang tembak
 J : Sub-driling
 T : Stemming
 S : Spacing

b. Peledakan cara listrik


Terdapat tiga elemen dasar dalam rangkaian peledakan dengan cara
listrik untuk memecah mineral batuan yang akan ditambang, yakni sebagai
berikut:
 Detonator listrik (electric detonator)
 Kawat rangkaian (circuit wiring), yang terdiri dari:
a) Leg wire, yaitu dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik,
yang salah satu ujungnya dihubungkan dengan bridge wire yang
terdapat dalam detonator. Isolasi legwire pada ujung yang lain terkupas
dan kedua kawat diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi
plastik shunt. Panjangnya bervariasi tergantung kebutuhan.
b) Connecting wire, yaitu kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk
meng-hubungkan legwire dengan firing line. Connecting wire terdiri
dari kawat tunggal (solid wire) tembaga dengan isolasi yang tahan
terhadap air yaitu 20 AWG atau yang lebih besar
c) Firing line, kawat yang dipergunakan untuk menghubungkan sumber
tenaga listrik dengan rangkaian detonator yaitu 14 AWG atau yang
lebih besar
d) Buswire, Kawat perpanjangan dari firing line dimana masing-masing
detonator (paralel circuit) atau masing-masing detonator dalam
seri (paralel series circuit) dihubungkan. Buswire memiliki ukuran
(gauge) yang sama dengan semua firing line
 Sumber tenaga (power source), yaitu blasting machine dan AC-power
line.

Adapun terdapat jenis detonator, yaitu :

1. Instantneous detonator
2. Delay detonator

Kelas Detonator:

 Instantneous detonator
 Milli-second detonator, Milli-second Di dalamnya terdapat milli second
delay element, berfungsi untuk menunda detonasi sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Waktu tunda (delay interval) antara setiap interval
seri tidak boleh melibihi 100 ms (0.1 detik).
 Half-second detonator, yaitu terdapat half second delay element. Waktu
tunda (delay interval) adalah 500 ms (0.5 detik).

Beberapa istilah dalam peledakan tambang

1) Ledakan (eksplosif) yaitu ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek
mekanis yang merusak. Kriteria daripada ledakan tersebut adalah:
 Tidak melibatkan reaksi kimia
 Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
 Disertai panas dan bunyi
2) Deflagrasi yaitu merupakan suatu proses kimia eksotermis di mana
transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas thermal,
yakni merupakan fenomena reaksi permukaan di mana reaksinya
meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu antara 300-
1000 m/s, atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Deflagrasi terjadi
pada reaksi peledakan Low explosives (black powder):
 20NaNO3 + 30C + 10S  6Na2CO3 + Na2SO4+ 3Na2S
+14CO2 +10CO + 10N2
 20KNO3 + 30C + 10S  6K2CO3 + K2SO4+ 3K2S +14CO2 +10CO +
10N2

3) Detonasi merupakan proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan


reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat
besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula.
Kecepatan reaksi yang sangat cepat dan diawali dengan panas tersebut
menghasilkan gelombang tekanan kejut (shock compression wave) dan
membebaskan energi dengan mempertahankan shock wave serta berakhir
dengan ekspansi hasil reaksinya.
Contoh:
TNT meledak : C7H5N3O6  1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
ANFO meledak : 3NH4NO3 + CH2  CO2 + 7H2O + 3N2
NG meledak : C3H5N3O9  3CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
NG + AN meledak : 2C3H5N3O9 + NH4NO3  6CO2 + 7H2O + 4N4 + O2

Kriteria:
 Melibatkan reaksi kimia
 Oksigen utk reaksi terdapat dalam bahan itu sendiri (tanpa oksigen dari
udara)
 Handak dapat digunakan dalam lubang ledak
 Reaksi ledakan tidak dapat dipadamkan
 Reaksi sangat cepat (> Kecepatan suara » supersonic); contoh
VoDANFO = 4500 m/s
 Shock compression: mempunyai daya dorong sangat tinggi, merobek
retakan yang sudah ada sebelumnya
 Shock wave: bahaya symphatetic detonation, menentukan safety
distance
 Ada ledakan (gerakan massa, bunyi dan panas)

Bahan dan Komposisi Bahan Peledak Kimia

Hampir semua bahan peledak komersial adalah campuran dari


senyawa-senyawa yang mengandung 4 unsur dasar, yaitu karbon, hidrogen,
oksigen, dan nitrogen. Ke dalam senyawa dasar ditambahkan unsur-unsur
seperti sodium (Na), aluminium (Al), kalsium (Ca), dan sebagainya, yang
dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu, misalnya untuk menambah
tenaga peledakan. Suatu bahan peledak tidak harus selalu mengandung
senyawa-senyawa eksplosive seperti nitrogliserin, nitrostarch, TNT, dan lain-
lain, melainkan kecocokan daripada sifat bahan yang cocok pada suatu
campuran.

2. 2. Keselamatan tambang

Keselamatan kerja daripada karyawan dalam melakukan operasi kegiatan


penambangan merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan perusahaan,
seiring dengan kondisi di pertambangan yang penuh dengan resiko yang tinggi
terhadap keselamatan, yang berkaitan dengan lingkungan kondisi alam, kondisi
pertambangan, alat transportasi tambang, hingga tingkat kewaspadaan dari pekerja
tambang. Pentingnya keselamatan kerja di lapangan merupakan salah satu hal yang
dapat menghindari karyawan dari bahaya atau resiko lainnya, serta melindungi
perusahaan dari terhambatnya produksi dan mengalami kerugian akibat adanya
insiden.

Manajemen Resiko Pertambangan merupakan suatu proses interaksi yang


digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan
menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti
kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang
ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara
benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di
tempat kerja.
2. 2. 1. Faktor Resiko Perusahaan Pertambangan
Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan
adalah sebagai berikut :
 Ledakan
 Longsor
 Kebakaran
 Kecelakaan
 Faktor alam (gempa bumi, dan sebagainya)
 Alat-alat berat
2. 2. 2. Metode Pengelolaan Resiko Pada Perusahaan Pertambangan
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh
pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada
peraturan sebagai berikut:
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
3. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
4. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas
Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
5. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
6. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan risiko
manajemen risiko adalah sebagai berikut :
a) Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi
menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang
tidak diinginkan’).
b) Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari
peristiwa yang tidak diinginkan.
c) Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi
atau mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
d) Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan
memastikan mereka efektif.
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi
bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti
sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan
membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa
dilakukanlah observasi dan inspeksi.

2. 2. 3. Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan Pertambangan


Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan
adalah sebagai berikut :
 Menimalkan kerugian yang lebih besar
 Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada
perusahaan
 Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

2. 2. 4. Teknik Pencegahan Ledakan


Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah:
1. Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:
 Gas-gas yang mudah terbakar/meledak
 Karakteristik gas
 Sumber pemicu kebakaran/ledakan

2. Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:


 Pengukuran konsentrasi gas
 Pengontrolan sistem ventilasi tambang
 Pengaliran gas (gas drainage)
 Penggunaan alat ukur gas
 Penyiraman air (sprinkling water)
 Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan
ledakan

3. Teknik pencegahan ledakan tambang


 Penyiraman air (water sprinkling)
 Penaburan debu batu (rock dusting)
 Pemakaian alat-alat pencegahan standar.

4. Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:


 Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan
 Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan
 Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan

5. Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:


 Pemisahan rute (jalur) ventilasi
 Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan
penyelamatansecara tim.

2. 2. 5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Dunia kerja pastinya tak lepas dari resiko terjadinya kecelakaan
meskipun resiko yang terjadi bisa saja berbeda antara tempat yang satu
dengan yang lain, seperti halnya kerja bangunan memiliki resiko tinggi
dibandingkan yang hanya kerja duduk di kantoran. Namun, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan itu, berbagai hal tetap harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan sehingga tidak terjadinya kerugian baik kerugian bagi
pekerja maupun juga harta, dan material.
Salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan pekerja adalah dengan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Alat Pelindung Diri adalah suatu
alat yang memiliki kemampuan untuk meindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Kelengkapan Alat Pelindung


Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang
pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :
a) Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
b) Sabuk Keselamatan (safety belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
c) Sepatu Karet (sepatu boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja
di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan
metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas,
cairan kimia, dsb.
d) Sepatu pelindung (safety shoes, Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit
dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk
mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda
tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
e) Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja
di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan
bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
f) Tali Pengaman (Safety Harness), Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja
di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari
1,8 meter.
g) Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff). Berfungsi sebagai pelindung
telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
h) Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai pelindung mata
ketika bekerja (misalnya mengelas).
i) Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun,
dsb).
j) Pelindung wajah (Face Shield). Berfungsi sebagai pelindung wajah dari
percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
k) Jas Hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air saat
bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).
BAB III
PEMBAHASAN

Didalam suatu kegiatan operasi pertambangan diperlukan adanya suatu peraturan atau
tingkat keselamatan kerja yang menjadi pedoman penting keselamatan bagi seluruh pekerja
yang berada di areal tambang. Keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam suatu
lingkungan kerja untuk menciptakan suatu lingkungan kerja yang efisien, kondusif dan baik.
Areal pertambangan merupakan salah satu tempat yang memiliki resiko kerja tinggi, baik dari
faktor alat, faktor manusia, maupun faktor alam. Untuk itu diperlukan adanya kajian dan
analisis yang akan menjadi acuan bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan keselamatan
kerja, serta diperlukan adanya hokum dan peraturan yang berlaku untuk mengatur suatu
lingkungan kerja agar terhindar dari resiko bahaya dan kecelakaan.

Pada tahun 1984, tercatat bahwa terdapat 80 kejadian kecelakaan tambang akibat
peledakan. Hingga pada tahun 2016 terdapat kecelakaan yang terjadi di China akibat ledakan
yang menewaskan 32 orang. Hal ini tentunya menjadi salah satu sorotan publik dan tentunya
mendatangkan kerugian bagi karyawan dan perusahaan.

Penyebab Jumlah Kejadian Persentase

Peledakan (blasting) 80 23,2

Swabakar (spontaneous 22 6,4


combustion)
103 29,9
Peralatan listrik (Electricity)
100 29,1
Nyala api (naked flame)
15 4,4
Gesekan (friction)
24 7,0
Tidak diketahui (unknown)

Total 344 100,0

Tabel . Statistik Kecelakaan Ledakan Tambang Berdasarkan Penyebabnya


Aktivitas peledakan merupakan salah satu kegiatan tambang yang memiliki resiko tinggi, dan
termasuk bagian produksi tambang yang sangat berbahaya, karena melibatkan unsur kimia
reaktif dan mudah meledak apabila diberi suatu reaksi. Peledakan yang dilakukan pada suatu
tambang memerlukan suatu tingkat keamanan yang ketat agar terhindar dari kecelakaan.

Kecelakaan yang terjadi akibat peledakan dapat berasal dari alat dan bahan peledakan
itu sendiri, misalnya misfire atau bahan peledak yang tidak meledak, runtuhan batuan akibat
ledakan, jarak ledakan yang kurang optimal. Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti
dari US Mine Safety and Health Administration pada tahun 2001 menunjukkan bahwa
terdapat empat kategori utama kecelakaan kerja yang berhubungan dengan peledakan, yaitu
(1) keselematan dan keamanan lokasi peledakan;
(2) batu terbang atau flyrock,
(3) peledakan premature (premature blasting) dan
(4) misfire (peledakan mangkir).

Hal ini merupakan salah satu contoh perlunya pengetahuan yang lebih mendalam
dalam hal blasting management system (system pengaturan atau pengontrolan peledakan)
terhadap semua yang terlibat di dalam kegiatan peledakan. Dalam suatu peledakan terdapat
banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil peledakan sesuai dengan
yang diinginkan oleh tambang yang bersangkutan.
Kegiatan peledakan di tambang merupakan salah satu kegiatan yang dianggap
mempunya resiko cukup tinggi. Tapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat dikontrol.
Proses pemgontrolan kegiatan ini dapat dimulai dari proses pencampuran ramuan bahan
peledak, proses pengisin bahan peledak ke lubang ledak, proses perangakain dan proses
penembakan. Dalam kasus ini yang memegang peranan penting adalah kontrol terhadap
proses penembakan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut :
a) Desain peledakan. Bagian ini memegang peranan penting dalam mengurangi
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan aktivitas peledakan. Rancangan
peledakan yang memadai akan mengidentifikasi jarak aman; jumlah isian
bahan peledak per lubang atau dalam setiap peledakan; waktu tunda (delay
period) yang diperlukan untuk setiap lubang ledak atau waktu tunda untuk
setiap baris peledakan; serta arah peledakan yang dikehendaki. Jika arah
peledakan sudah dirancang sedemikian rupa, juru ledak dan blasting
engineer harus berkordinasi untuk menentukan titik dimana akan dilakukan
penembakan (firing) dan radius jarak aman yang diperlukan. Ini perlu
dilakukan supaya juru ledak memahami potensi bahaya yang berhubungan
dengan broken rock hasil peledakan and batu terbang (flyrock) yang mungkin
terjadi.
b) Training kepada juru ledak. Hal ini sangat penting dilakukan, karena sumber
daya ini memegang peranan penting untuk menerjemahkan keinginan insinyur
tambang yang membuat rancangan peledakan. Hal ini sudah diatur dalam
Keputusan Menteri yang mengharuskan setiap juru ledak harus mendapatkan
training yang memadai dan hanya petugas yang ditunjuk oleh Kepala Teknik
Tambang yang bersangkutan yang dapat melakukan peledakan. Juru ledak dari
tambang tertentu tidak diperbolehkan untuk melakukan peledakan di tambang
yang lain karena karakterisktik suatu tambang yang berbeda-beda.
c) Prosedur kerja yang memadai. Prosedur kerja atau biasa disebut SOP (Safe
Operating Procedure) ini memegang peranan penting untuk memastikan
semua kegiatan yang berhubungan dengan peledakan dilakukan dengan aman
dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah
maupun peraturan di tambang yang bersangkutan. Prosedur ini biasanya dibuat
berdasarkan pengujian resiko (risk assessment) yang dilakukan oleh tambang
tersebut sebelum suatu proses kerja dilakukan. Prosedur ini mencakup
keamanan bahan peledak, proses pengisian bahan peledak curah, proses
perangakaian bahan peledak , proses penembakan (firing) termasuk jarak
aman dan clearing daerah disekitar lokasi peledakan.
d) Jarak aman peledakan, hal ini merupakan penting bagi semua orang yang
berada di dekat tempat peledakan. Harus ditetapkan parameter yang tidak
boleh dilanggar bila dilakukan aktivitas peledakan. Di PT. Holcim misalnya,
terdapat jarak aman dalam melakukan kegiatan peledakan yakni berjarak 200
m dari tempat peledakan. Sehingga dalam melakukan kegiatan peledakan akan
meningkatkan keselamatan para kerja.
e) Alat Pelindung Diri, merupakan tolak ukur yang sangat penting dan termasuk
dalam SOP perusahaan. Alat pelindung diri setidaknya dapat meminimalisir
suatu bahaya yang apabila terjadi pada saat aktivitas peledakan. APD yang
dibutuhkan antara lain baju khusus tahan api, sarung tangan, kacamata goggle,
sepatu safety dan lain-lain.
BAB IV
KESIMPULAN

Aktivitas peledakan yang dapat memicu kecelakaan tambang dapat diminimalisir


dengan mempertimbangkan faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan, dampak yang
mungkin terjadi, pencegahan yang dapat dilakukan serta parameter yang perlu dilakukan
untuk menghindari adanya kecelakaan. Faktor-faktor yang mungkin terjadi akibat aktivitas
peledakan antara lain adanya fly rock, misfire, premature blasting, hingga faktor
ketidakamanan oleh manusia.
Adapun dampak yang mungkin terjadi, seperti luka, cacat, hingga kematian serta
kerugian perusahaan akibat terhentinya produksi dan kehilangan karyawan. Untuk itu,
diperlukan adanya beberapa pencegahan dengan memberlakukan suatu system standar
operasional procedure dari perusahaan, peraturan pemerintah yang mengatur jalannya suatu
aktivitas pertambangan terutama peledakan, hingga adanya penyuluhan tentang keselamatan
kerja untuk karyawan yang dapat meningkatkan kesadaran bagi pekerja agar selalu siap siaga
terhadap keselamatan karena keselamatan kerja merupakan hal paling penting dalam suatu
operasi pertambangan. Sehingga kecelakaan tambang akibat aktivitas peledakan akan
terminimalisir.
Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/ipungji/dasar-dasar-peledakan-untuk-tambang-umum

http://www.docs-engine.com/pdf/1/jurnal-teknik-peledakan.html

http://aceh.tribunnews.com/2016/12/04/32-orang-tewas-akibat-ledakan-di-tambang-batubara-
di-china

Sianturi, Chrystian Afiko Irlando. 2012. Aktivitas Blasting.

Winana. 2013. Teknik Peledakan: Perencanaan Peledakan

Anda mungkin juga menyukai