Teori Dasar Peledakan Tambang
Teori Dasar Peledakan Tambang
TEORI DASAR
2. 1. Teknik Peledakan
Teknik peledakan merupakan salah satu bagian penting dalam penambangan
suatu bahan galian. Teknik peledakan dilakukan untuk memecah batuan-batuan yang
ukurannya besar dan memiliki kekerasan yang cukup tinggi, sehingga diperlukan
peledakan untuk mengecilkan ukuran batuan sehingga dapat diambil. Teknik
peledakan menggunakan bahan peledak dengan senyawa kimia tunggal dalam bentuk
cair, padat atau gas yang apabila diberi reaksi kimia eksotermis, senyawa tersebut
akan mendapat tekanan tinggi dan akan meledak.
Peledakan batuan diiringi dengan pemboran lapisan batuan dimana pemboran
dilakukan untuk mengisi bahan peledak pada batuan. Peledakan dilakukan untuk
menghasilkan batuan lepas, yang dinyatakan dalam derajat fragmentasi sesuai dengan
tujuan yang akan diinginkan. Sehingga batuan dapat diambil dengan ukuran yang
telah diinginkan. Batuan yang dihasilkan dari peledakan akan berkaitan dengan
produktivitas untuk pertambangan serta biaya produksi
Dalam melakukan kegiatan pemboran dan peledakan pada suatu lapisan
batuan tentunya perlu memerhatikan beberapa hal, seperti sifat-sifat batuan seperti
sebagai berikut:
Kekerasan
Merupakan tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.
Kekerasan digunakanuntuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan.
Abrasiveness
Parameter yang mempengaruhi umur mata bor. Abrasiveness tergantung pada
komposisi batuan. Keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan
tersebut. Biasanya kandungan kuarsa dalam batuan dianggap sebagai petunjuk
yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata bor (drill bit).
Tekstur
Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
porositas, looseness density dan ukuran butir. Tekstur juga mempengaruhi
kecepatan pemboran.
Struktur
Rekahan, patahan, bidang perlapisan schistosity dan jenis batuan, dip, strike.
Breaking characteristic
Menggambarkan sifat batuan apabila dipukul dengan palu. Setiap jenis batuan
mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan dengan
tekstur, komposisi mineral dan strukturnya.
a. Parameter batuan.
b. Parameter bahan peledak.
c. Parameter pengisian.
d. Sasaran produksi.
e. Fragmentasi yang dikehendaki.
f. Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll).
2.1 3. Propelan
Propelan merupakan suatu bahan bakar yang proses pembakarannya tidak
memerlukan udara (oksigen), karena kebutuhan oksigen yang diperlukan
untuk proses pembakaran telah terkandung dalam Propelan itu sendiri.
1. Berdasarkan fasa propelan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Propelan padat terdiri dari : dasar tunggal (single base), dasar ganda
(double base) dan komposisi.
b. Propelan cair dapat dibedakan menjadi monopropelan dan bipropelan.
Monopropelan artinya dalam propelan tersebut telah mengandung
unsur utama dalam tiap molekulnya.Bipropelan berarti bahan bakar
dan oksidator terpisah dan baru akan tercampur di dalam ruang bakar.
2. Berdasarkan sifat campurannya, propelan padat dapat menjadi dua macam,
yaitu:
a) Tipe propelan padat homogen, yaitu propelan padat dengan
nitroselulosa sebagai bahan dasar dalam komposisinya dan bahan lain
yang pada umumnya berupa senyawa organik.
Disebut single base propelan kalau propelan homogen tersebut
dibuat dari nitroselulosa sebagai bahan utama dalam
komposisinya.
Disebut double base propelan bila propelan homogen tersebut
dibuat dengan nitroselulosa dan nitrogliserin sebagai bahan utama
dalam komposisinya.
Disebut triple base propelan bila propelan homogen tersebut dibuat
dengan nitroselulosa, nitrogliserin, dan nitroguanidin sebagai bahan
utama dalam komposisinya.
b) Tipe komposisi propelan padat, yaitu suatu jenis propelan padat yang
dibuat dengan mencampurkan bahan bakar dengan bahan pengikat
lainnya dengan oksidator ditambah berbagai macam additive.
Karakter Explosive
a. TNT berbeda dengan dinamit. TNT adalah senyawa kimia yang spesifik,
sementara dinamit adalah suatu campuran nitrogliserin yang dikompresi
menjadi bentuk silinder dan dibungkus dengan kertas.
b. Setelah ledakan, TNT terurai sebagai berikut:
Reaksi ini eksotermik dengan energi aktivasi yang tinggi. Adanya karbon
pada produk, menyebabkan ledakan TNT memiliki penampilan jelaga.
Dan karena TNT memiliki kelebihan karbon, campuran bahan peledak
yang kaya dengan senyawa oksigen dapat menghasilkan lebih banyak
energi per kilogram dari TNT saja.
Aplikasi TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri
aplikasi militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap shock dan
gesekan, yang mengurangi risiko ledakan disengaja. TNT meleleh pada 80°C
(176°F), jauh di bawah suhu di mana ia akan meledak secara spontan,
sehingga aman bila dikombinasikan dengan bahan peledak lain. TNT tidak
menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara
efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, cukup stabil bila dibandingkan
bahan peledak tinggi lainnya.
2.1 6. ANFO
Merupakan singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida dan
fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik
berbentuk serbuk maupuncair, dapat digunakan sebagai pencampur
dengansegala keuntungan dan kerugiannya. Pada tahun1950-an di Amerika
masih menggunakan serbukbatubara sebagai bahan bakar dan sekarangsudah
diganti dengan bahan bakar minyak,khususnya solar.
Di Indonesia perusahan bahan peledakyang sudah memproduksi ANFO
(bukanhanya AN) adalah PT. Dahana denganmerk dagang “Danfo” dan PT.
Pindaddengan merk dagang “Panfo”.
Keuntungan ANFO
Mudah untuk dibuat
Cost effective
Sederhana dan banyak digunakan
Kerugian ANFO
Geometri peledakan adalah jarak lubang tembak yang di buat pada saat sebuah
area pertambangan akan diledakkan.
Keterangan:
B : Burden
: Diameter lubang tembak
L : Tinggi jenjang
H : Kedalaman lubang tembak
J : Sub-driling
T : Stemming
S : Spacing
1. Instantneous detonator
2. Delay detonator
Kelas Detonator:
Instantneous detonator
Milli-second detonator, Milli-second Di dalamnya terdapat milli second
delay element, berfungsi untuk menunda detonasi sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Waktu tunda (delay interval) antara setiap interval
seri tidak boleh melibihi 100 ms (0.1 detik).
Half-second detonator, yaitu terdapat half second delay element. Waktu
tunda (delay interval) adalah 500 ms (0.5 detik).
1) Ledakan (eksplosif) yaitu ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek
mekanis yang merusak. Kriteria daripada ledakan tersebut adalah:
Tidak melibatkan reaksi kimia
Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
Disertai panas dan bunyi
2) Deflagrasi yaitu merupakan suatu proses kimia eksotermis di mana
transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas thermal,
yakni merupakan fenomena reaksi permukaan di mana reaksinya
meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu antara 300-
1000 m/s, atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Deflagrasi terjadi
pada reaksi peledakan Low explosives (black powder):
20NaNO3 + 30C + 10S 6Na2CO3 + Na2SO4+ 3Na2S
+14CO2 +10CO + 10N2
20KNO3 + 30C + 10S 6K2CO3 + K2SO4+ 3K2S +14CO2 +10CO +
10N2
Kriteria:
Melibatkan reaksi kimia
Oksigen utk reaksi terdapat dalam bahan itu sendiri (tanpa oksigen dari
udara)
Handak dapat digunakan dalam lubang ledak
Reaksi ledakan tidak dapat dipadamkan
Reaksi sangat cepat (> Kecepatan suara » supersonic); contoh
VoDANFO = 4500 m/s
Shock compression: mempunyai daya dorong sangat tinggi, merobek
retakan yang sudah ada sebelumnya
Shock wave: bahaya symphatetic detonation, menentukan safety
distance
Ada ledakan (gerakan massa, bunyi dan panas)
2. 2. Keselamatan tambang
Didalam suatu kegiatan operasi pertambangan diperlukan adanya suatu peraturan atau
tingkat keselamatan kerja yang menjadi pedoman penting keselamatan bagi seluruh pekerja
yang berada di areal tambang. Keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam suatu
lingkungan kerja untuk menciptakan suatu lingkungan kerja yang efisien, kondusif dan baik.
Areal pertambangan merupakan salah satu tempat yang memiliki resiko kerja tinggi, baik dari
faktor alat, faktor manusia, maupun faktor alam. Untuk itu diperlukan adanya kajian dan
analisis yang akan menjadi acuan bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan keselamatan
kerja, serta diperlukan adanya hokum dan peraturan yang berlaku untuk mengatur suatu
lingkungan kerja agar terhindar dari resiko bahaya dan kecelakaan.
Pada tahun 1984, tercatat bahwa terdapat 80 kejadian kecelakaan tambang akibat
peledakan. Hingga pada tahun 2016 terdapat kecelakaan yang terjadi di China akibat ledakan
yang menewaskan 32 orang. Hal ini tentunya menjadi salah satu sorotan publik dan tentunya
mendatangkan kerugian bagi karyawan dan perusahaan.
Kecelakaan yang terjadi akibat peledakan dapat berasal dari alat dan bahan peledakan
itu sendiri, misalnya misfire atau bahan peledak yang tidak meledak, runtuhan batuan akibat
ledakan, jarak ledakan yang kurang optimal. Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti
dari US Mine Safety and Health Administration pada tahun 2001 menunjukkan bahwa
terdapat empat kategori utama kecelakaan kerja yang berhubungan dengan peledakan, yaitu
(1) keselematan dan keamanan lokasi peledakan;
(2) batu terbang atau flyrock,
(3) peledakan premature (premature blasting) dan
(4) misfire (peledakan mangkir).
Hal ini merupakan salah satu contoh perlunya pengetahuan yang lebih mendalam
dalam hal blasting management system (system pengaturan atau pengontrolan peledakan)
terhadap semua yang terlibat di dalam kegiatan peledakan. Dalam suatu peledakan terdapat
banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil peledakan sesuai dengan
yang diinginkan oleh tambang yang bersangkutan.
Kegiatan peledakan di tambang merupakan salah satu kegiatan yang dianggap
mempunya resiko cukup tinggi. Tapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat dikontrol.
Proses pemgontrolan kegiatan ini dapat dimulai dari proses pencampuran ramuan bahan
peledak, proses pengisin bahan peledak ke lubang ledak, proses perangakain dan proses
penembakan. Dalam kasus ini yang memegang peranan penting adalah kontrol terhadap
proses penembakan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut :
a) Desain peledakan. Bagian ini memegang peranan penting dalam mengurangi
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan aktivitas peledakan. Rancangan
peledakan yang memadai akan mengidentifikasi jarak aman; jumlah isian
bahan peledak per lubang atau dalam setiap peledakan; waktu tunda (delay
period) yang diperlukan untuk setiap lubang ledak atau waktu tunda untuk
setiap baris peledakan; serta arah peledakan yang dikehendaki. Jika arah
peledakan sudah dirancang sedemikian rupa, juru ledak dan blasting
engineer harus berkordinasi untuk menentukan titik dimana akan dilakukan
penembakan (firing) dan radius jarak aman yang diperlukan. Ini perlu
dilakukan supaya juru ledak memahami potensi bahaya yang berhubungan
dengan broken rock hasil peledakan and batu terbang (flyrock) yang mungkin
terjadi.
b) Training kepada juru ledak. Hal ini sangat penting dilakukan, karena sumber
daya ini memegang peranan penting untuk menerjemahkan keinginan insinyur
tambang yang membuat rancangan peledakan. Hal ini sudah diatur dalam
Keputusan Menteri yang mengharuskan setiap juru ledak harus mendapatkan
training yang memadai dan hanya petugas yang ditunjuk oleh Kepala Teknik
Tambang yang bersangkutan yang dapat melakukan peledakan. Juru ledak dari
tambang tertentu tidak diperbolehkan untuk melakukan peledakan di tambang
yang lain karena karakterisktik suatu tambang yang berbeda-beda.
c) Prosedur kerja yang memadai. Prosedur kerja atau biasa disebut SOP (Safe
Operating Procedure) ini memegang peranan penting untuk memastikan
semua kegiatan yang berhubungan dengan peledakan dilakukan dengan aman
dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah
maupun peraturan di tambang yang bersangkutan. Prosedur ini biasanya dibuat
berdasarkan pengujian resiko (risk assessment) yang dilakukan oleh tambang
tersebut sebelum suatu proses kerja dilakukan. Prosedur ini mencakup
keamanan bahan peledak, proses pengisian bahan peledak curah, proses
perangakaian bahan peledak , proses penembakan (firing) termasuk jarak
aman dan clearing daerah disekitar lokasi peledakan.
d) Jarak aman peledakan, hal ini merupakan penting bagi semua orang yang
berada di dekat tempat peledakan. Harus ditetapkan parameter yang tidak
boleh dilanggar bila dilakukan aktivitas peledakan. Di PT. Holcim misalnya,
terdapat jarak aman dalam melakukan kegiatan peledakan yakni berjarak 200
m dari tempat peledakan. Sehingga dalam melakukan kegiatan peledakan akan
meningkatkan keselamatan para kerja.
e) Alat Pelindung Diri, merupakan tolak ukur yang sangat penting dan termasuk
dalam SOP perusahaan. Alat pelindung diri setidaknya dapat meminimalisir
suatu bahaya yang apabila terjadi pada saat aktivitas peledakan. APD yang
dibutuhkan antara lain baju khusus tahan api, sarung tangan, kacamata goggle,
sepatu safety dan lain-lain.
BAB IV
KESIMPULAN
http://www.docs-engine.com/pdf/1/jurnal-teknik-peledakan.html
http://aceh.tribunnews.com/2016/12/04/32-orang-tewas-akibat-ledakan-di-tambang-batubara-
di-china