Islam Vs Kemalasan
Islam Vs Kemalasan
Islam Vs Kemalasan
Mengusir Malas
Kalau begitu bagaimana cara mengusir malas? Secara teori baik
dalam tinjauan psikologis dan motivasi banyak cara. Tetapi, coba
deh resep yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alayhi Wasallam.
Pertama, memahami konsep waktu. “Jika kamu berada di sore hari
jangan tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hari jangan
tunggu sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk (persiapan saat)
sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Imam Bukhari).
Pahami benar pentingnya waktu. Kalau ada hal paling misteri di
muka bumi ini, itulah waktu. Mengapa kita tidak boleh menunda
apalagi malas, karena waktu tak ada yang bisa jamin. Dan, boleh
jadi saat kita menunda suatu pekerjaan pada suatu waktu, eh
ternyata kala waktu itu tiba, datang kesibukan lainnya. Akhirnya
apa? Ya ujung-ujungnya, semua gak ada yang terlaksana. Jatuh deh
kredibilitas diri kita.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami konsep waktu
ini dengan baik. Sebab waktu tak akan pernah bisa kembali. Itulah
mengapa Imam Ghazali mengatakan yang terjauh dari hidup kita itu
adalah waktu.
Kedua, milikilah mental bersegera dalam kebaikan dan ampunan-
Nya. Setelah memahami pentingnya waktu, ikutilah perintah Allah
Ta’ala untuk kita bersegera dalam kebaikan dan ampunan Allah
Ta’ala. Ya, kalau dengar adzan, berjuanglah untuk bisa sholat tepat
waktu, syukur berjama’ah ke masjid.
Ketiga, berdoalah kepada Allah Ta’ala. Trik dan tips apapun tidak
akan benar-benar menyelamatkan diri kita dari malas jika tanpa
pertolongan Allah kepada kita.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam
mengajarkan kita sebuah doa agar dilindungi dari sifat malas.
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari
lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat
pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan
hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud). Wallahu a’lam.
Para suami hendaknya menjadikan kisah nyata ini sebagai rujukan.
Mulailah dengan mengubah paradigma bahwa bekerja adalah salah
satu ibadah. Hukumnya wajib untuk memenuhi nafkah bagi istri
dan anak-anak. Di tahap ini, urusan seorang laki-laki hanya
berusaha sebagai wujud ibadah. Tak lebih dari itu.
Dalam ayat ini jelas disebutkan jika kewajiban memberi nafkah ada
di pundak laki-laki. Seorang suami harus berusaha sekuat
kemampuannya untuk memberi nafkah kepada istrinya. Meski
kondisi sedang sulit, kewajiban ini tidak lantas gugur dengan
sendirinya. Bahkan, jika ia sengaja tidak bekerja maka beberapa
ulama menggolongkan perbuatannya masuk dosa besar.
Di sisi lain baik seorang laki-laki itu bekerja atau tidak, ia tetap
pemimpin dari istrinya. Artinya meski memiliki penghasilan,
seorang wanita tidak boleh merendahkan atau menolak taat kepada
suaminya. Sepanjang perintah sang suami tidak dalam bentuk
kemaksiatan.
Status Penghasilan Istri
Harta yang dihasilkan dari pekerjaan istri sepenuhnya milik istri.
Jika ia menggunakannya untuk menafkahi keluarga maka itu
termasuk sedekah dan kemuliaan.
Juga kisah Asma’ binti Abu Bakar biasa membantu suaminya, Zubair
bin Awwam, mengurus kuda, menumbuk biji-bijian untuk dimasak,
kadang ia memanggulnya di atas kepala dari kebun yang jauh dari
Madinah.
"Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandinginya" Islam dan
kekuatan serta kekuasaannya tidaklah dapat dipisahkan, ketika
umat Islam menjadi minoritas ia selalu ditindas akan tetapi ketika
umat Islam mayoritas ALLAH melarangnya untuk menindas,
kekuatan pers Islam seharusnya rahmat bagi seluruh alam karena
ALLAH memerintahkan untuk adil dan senantiasa mengatakan yang
haq walaupun pahit rasanya serta melarang umat Islam mengolok-
olok, dalam berdakwah ALLAH menjelaskan dimana tidak ada
paksaan untuk beragama Islam, sesungguhnya telah jelas yang hak
& yang batil, dalam perdagangan secara jelas tidak ada agama lain
yang mengharamkan riba dengan tegas kecuali Islam, begitupun
pada sektor lainnya.
8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.
9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-
Mumtahanah)
Kekuatan Islam bagi diri sendiri, bagi sesama muslim, bagi seluruh
alam. Kasih sayang & rahmat bagi diri sendiri, sesama muslim, bagi
seluruh alam. Jihad bagi diri sendiri, bagi sesama muslim, bagi
seluruh alam. Berjihad dalam aqidah, dalam sholat berjama'ah,
dalam menegakkan sunnah, dalam zakat & menafkahkan hartanya,
dalam kebenaran & kesabaran, dalam meninggalkan mudharat,
dalam menjalankan kewajiban, dalam berakhlaq mulia, dalam
berkasih sayang sesama muslim, dalam mempelajari Al-Qur'an,
dalam berbuat kebaikan, dalam ber-Islam secara kaffah, dalam
berpolitik yang benar, dalam menjadi pemimpin yang benar, dalam
menjadi aparat yang benar, dalam menjadi rakyat yang benar,
dalam menjadi ayah, ibu, anak, kakak, nenek, kakek, cucu, saudara
& Muslim yang benar, dalam menjadi pembeli & pedagang yang
benar, dalam meraih berkah, dalam menahan diri dari perbuatan
zhalim, dalam menegakkan nilai-nilai Islam bahkan dalam
berperang sekalipun dengan menghasilkan wujud nyata rahmat
bagi seluruh alam serta dalam segala aspek kehidupan semata-mata
meraih ridho demi perjuangan di jalan ALLAH subhaanahu wa
ta'aala...
WAllahu a'lam