Genom plasmid pada sekitar 200 spesies dari tumbuhan tuingkat tinggi dan
kebanyakan alga telah teridentifikasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi, cpDNAs (DNAs of
chloroplasts) berukuran sekitar 120 s/d 160 kb. Pada alga, ukuran genom kloroplas lebih
besar yaitu 85 s/d 292 kb. Dalam lingkup mitokondrial DNAs, kloroplas sering mengandung
banyak salinan cpDNA. Seluruh genom kloroplas yang dianalisis, mengandung set gen dasar
yang sama, tetapi gen ini tersusun secara berbeda pada cpDNAs. Gen yang berada cpdnas
dibagi ke dalam dua grup besar, yaitu 1) gen yang mengkode komponen aparatur biosintesis
protein kloroplas dan 2) komponen spesifik pada mesin fotosintesis.
Genom kloroplas pada tumbuhan tingkat tinggi memiliki ukuran 1 : 20 atau 1 : 30 dari
ukuran genom organisme prokariotik. Kloroplas telah kehilangan banyak informasi genetik
dari nenek moyangnya dan menjadi gen nuklear tergantung pada sel host untuk beberapa
komponen esensial. Genom kloroplas memberikan evolusi yang berbeda yang
keseluruhannya mengandung gen yang sama, tetapi gen tersebut berada pada susunan yang
berbeda pada molekul cpDNA. Dalam kasus lain, delesi dan insersi DNA ditemukan terjadi
dalan wilayah intergenic dan dengan intron gen. Fotosintesis terjadi pada kloroplas berfungsi
untuk memberikan sumber energi untuk pertahanan hidup bagi seluruh organisme hidup di
bumi.
Paramecia dan organisme bersilia lainnya memiliki dua jenis nuklei yaitu nuklei
vegetatif yang besar disebut makronukleus dan mikronukleus yang berukuran kecil.
Mikronuklei juga memberikan perkembangan pada makronukleus yang dibedakan dalam
pembagian sel aseksual. Hal ini memungkinkan terjadinya persilangan seksual melalui
neklear DNA. Proses fertilisasi sendiri disebut autogami. Mengikuti proses meiosis, sel
merupakan haploid, namun dengan adanya autogami mereka menjafi homozigot diploid.
Suatu substansi toksik (paramecin), dihasilakn oleh bakteri pembunuh yang berdifusi
melalui medium cair. Ketika bekteri pembunuh tertinggal dalam medium untuk beberapa
waktu, dan kemudian digantikan oleh sel yang sensitif, maka sel sensitif tersebut akan
terbunuh. Paramecin, tidak mamiliki efek pembunuh ketika diasosiaikan dengan pertikel
baik pada kappa yang mana terjadi dalam 20 persen populasu kappa. Bakteri kappa memiliki
protein refraktil yang mengandung badan "R" dan disebut sebagai "brights", karena mereka
terinfeksi virus yang mengontrol sintesis protein penting. Virus ini bersifat toksik pada sel
Paramaecium yang sensitif, namun tidak toksik pada bakteri "nonbright". Bakteri kappa
hanya mengenali organisme yang membawa alel dominan nuklear K, yang diperlukan oleh
lingkungan untuk reproduksi bakteria.
Contoh lain dari turunan sitoplasmik dikaitkan dengan jatuhnya serbuk sari. Hal ini terjadi
pada kabanyakan tumbuhan berbunga dan menghasilkan jantan yang steril.
Varietas jantan steril hanya memproduksi keturunan jantan steril, ketika melakukan
fertilisasi dengan polen dari tanaman jangung normal. Induk tanaman biji berupa jantan steril
yang kemudian melakukan persilangan kembali dengan pollen yang fertil sampai semua
kromosom dari jantan steril telah berubah menjadi jantan fertil. Sejumlah kecil polen telah
diperoleh dari jantan yang steril, yang membuat memungkinkannya persilangan timbal balik.
Bagaimanapun efek sitoplasmik bukan merupakan satu-satunya efrk yang mempengaruhi
jantan steril.
Bahaya Keseragaman
Mutan baru dari jamur Helminthosporium maydis menjadi pathogen virulen tertentu pada
jagung hibrid. Keseragaman berbahaya bagi plasma nutfah pada skala yang tinggi.
Efek Induk
Predeterminasi oleh gen induk, dari pada keturunannya disebut dengan efek induk.