Anda di halaman 1dari 35

1

LAPORAN PRAKTIKUM
EKONOMI PERUSAHAAN
“AYAM PEDAGING DI GUNUNG PATI”

Disusunoleh :

KELOMPOK IVA

Kevita Widya 23010115120003


Faris Darujatun 23010115120029
Dewi Agustina 23010115120037
Sri Lestari 23010115120041
Wike Winarti 23010115120044

PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : LAPORAN PRAKTIKUM EKONOMI PERUSAHAAN

PETERNAKAN

Kelompok : IV (EMPAT)A

Program Studi : S-1 PETERNAKAN

TanggalPengesahan : OKTOBER 2016

Mengetahui,

Asisten Pembimbing
Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan

Aditya Kurnia Sari


NIM. 23040114130049

Menyetujui,

Koordinator
Praktikum Ekonomi Perusahaan

Dr., Ir., M.Sc. Tititk Ekowati


NIP. 19600719 198902 2 001
3

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi

untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan dan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

disebut perusahaan. Ekonomi perusahaan adalah ilmu yang mempelajari gejala-

gejala ekonomi di dalam perusahaan atau bagian dari ilmu ekonomi mikro yang

mempelajari gejala-gejala perusahaan. Komoditas yang dipilih dalam praktikum

ini yaitu ayam pedaging karena pada saat sekarang ini ayam pedaging sangat

popular dan diminati oleh para peternak sebagai salah satu jenis usaha yang baik

untuk dikembangkan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan makanan sehari-hari. Tujuan mempelajari ekonomi perusahaan untuk

mengetahui kegiatan-kegiatan dalam perekonomian yang dilakukan oleh suatu

perusahaan peternakan, mengetahui tentang bagaimana suatu perusahaan

peternakan dalam memanajemen dan mengatur neraca keuangannya. Manfaat dari

praktikum ekonomi perusahaan adalah agar mahasiswa memahami kegiatan-

kegiatan dalam perekonomian yang dilakukan perusahaan, memperoleh

pengetahuan dan menambah wawasan tentang bagaimana suatu perusahaan dalam

memanajemen dan mengatur neraca keuangannya yaitu peternakan ayam

pedaging CV Ciongmas.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perusahaan Peternakan

Perusahaan peternakan merupakan suatu usaha yang dijalankan secara

sistematis dan berlangsung secara terus menerus pada suatu daerah yang bertujuan

meningkatkan produksi dan nilai tambah secara efisien sehingga mempunyai daya

saing tinggi (Yusmichad dan Nyak, 2006). Untuk mencapai tujuan pembangunan

peternakan memerlukan strategi dan kebijakan dalam usaha memperkuat bisnis

daerah ternak lokal dan bagaimana meraih peluang baik di dalam negeri maupun

di luar negeri. Bentuk perusahaan peternakan anatara lain ialah peternakan rakyat

dan peternakan komersil. Bentuk perusahaan berdasarakan sub sektor peternakan dapat

memudahkan dalam pemusatan dan mekanisasi kerja seluruh perusahaan peternakan (Agustina,

2011). Usaha peternakan rakyat atau small farmers adalah usaha peternakan yang

melaksanakan biosekuriti secara terbatas, karena masalah biaya namun

perkandangan terbuka dan menggunakan teknologi sederhana, sedangkan usaha

peternakan komersil adalah usaha yang benar-benar telah menerapkan prinsip-

prinsip ekonomi,antara lain usaha dengan tujuan untuk profit maksimal (Yuwanta,

2004).

2.2. Investasi

Investasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

ketika belum menghasilkan produk (Tandelilin, 2001). Terdapat dua bentuk


5

investasi yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung

merupakan aktiva keuangan yang dapat diperjual belikan di pasar dengan tingkat

resiko yang kecil, jatuh tempo pendek, mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi,

biasanya bersifat jangka panjang seperti saham, tabungan, giro dan deposito,

sedangkan investasi tidak langsung merupakan pembelian obligasi pada

perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan menjual sahamnya ke publik

(Jogiyanto, 2008).

2.3. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan sebagian dari keseluruhan faktor produksi yang

dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk (Bambang

dan Widyaningsih, 2007). Biaya produksi dihitung berdasarkan jumlah produk

yang siap dijual. Perusahaan perlu mengetahui biaya produksi yang diperlukan

sebagai strategi usaha untuk mencapai laba maksimum, pengelolaan sumber daya

yang lebih efektif dan efisien serta gambaran kondisi usaha di masa yang akan

datang (Agustina, 2011). Berdasarkan komponen penyusunnya, unsur-unsur biaya

produksi meliputi bahan baku, bahan-bahan pembantu, upah tenaga kerja,

penyusutan peralatan produksi, bunga modal, sewa, biaya pemasaran dan pajak

perusahaan (Bambang dan Widyaningsih, 2007). Biaya produksi terbagi menjadi

dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya

tidak berubah-ubah totalnya dengan berubahnya produk yang meliputi tanah,

bangunan, mesin, gaji karyawan tetap dan sebagainya, sedangkan biaya variabel

adalah biaya yang totalnya berubah-ubah dengan perubahan produknya. Biaya

variabel meliputi biaya saprodi dan sebagainya (Blocher et al., 2012).


6

2.4. Pendapatan

Pendapatan merupakan segala sesuatu yang kita peroleh dalam melakukan

transaksi penjualan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit dengan

kata lain pembayaran yang secara kredit akan menjadi pendapatan yang

merupakan hak perusahaan (Sugiarto, 2007). Terdapat 2 hal macam pendapatan

yaitu pendapatan diterima dimuka adalah pendapatan yang sudah diterima tetapi

sebenranya digunakan untuk pendapatan periode berikutnya dan piutang

pendapatan adalah pendapatan yang sebenarnya menjadi hak bagi perusahaan

tetapi belum dicatat (Purwanti dan Nugraheni, 2001).

2.5. Neraca Keuangan

Neraca adalah laporan tentang apa yang dimiliki perusahaan dan apa yang

menjadi utang perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca keuangan ini akan

memberikan gambaran posisi keuangan suatu perusahaan secara garis besar pada

suatu tanggal tertentu yang biasanya akan rutin dikeluarkan tiap bulan oleh

perusahaan tertentu. Angka-angka dalam neraca akan dijelaskan secara lebih rinci

pada catatan-catatan yang ada pada neraca perusahaan tersebut (Setiaji, 2002).

Neraca keuangan memuat semua informasi mengenai semua sumber dana dan

equity yang menyangkut keuangan perusahaan (misalnya, bunga dari kreditor

pemilik). Neraca keuangan akan mencerminkan semua transaksi yang dibuat oleh

perushaan-perusahaan yang dikeluarkan pada tanggal tertentu untuk menganalisis

keuangan perusahaan tersebut. Tujuan dari analisis keuangan ini adalah untuk

mengetahui keadaan dan posisi keuangan pada periode tertentu, yang pada

umumnya dikeluarkan setiap bulan (Rangkuti, 2006).


7

2.5.1. Aktiva

Aktiva (assets) adalah harta kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan,

harta kekayaan ini harus dapat diukur dengan jelas dengan satu satuan uang dan

diurutkan berdasarkan kecepatan perubahannya kembali menjadi uang kas. Aktiva

berarti sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Manfaat ekonomi

yang terwujud dan aktiva adalah potensinya baik secara langsung maupun tidak

langsung, berbentuk produktif dan merupakna bagian dan aktivitas operasi

perusahaan atau kemampuan mengurangi pengeluaran kas (Shatu, 2016). Aktiva

merupakan sumber daya ekonomi yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan

atau pemiliknya, Aset berupa materi berharga yang dimiliki atau disewa seperti

peralatan, uang tunai, tanah, bangunan, persediaan, investasi-investasi, hak paten

dan hak cipta (Soegoto, 2009).

2.5.2. Pasiva

Pasiva adalah utang perusahaan atau pemilik kepada krediturnya, seperti

bank-bank dan para penyalur (Soegoto, 2009). Pengelolaan ativa pasiva

perusahaan terutama diarahkan untuk menjaga tingkat kesehatan perusahaan

dengan mampu melakukan antisipasi yang tepat terhadap terjadinya perubahan-

perubahan variable dari eksternal perusahaan guna memperoleh net income yang

optimal bagi perusahaan (Leon dan Ericson, 2007)


8

2.5.3. Pajak Perusahaan

Pajak perusahaan merupakan biaya operasional yang dibebankan pada

penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya, meliputi biaya

pajak bumi dan bangunan, listrik, air dan lainya (Zain, 2008). Pajak perusahan

untuk Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1994 tentang Pajak

yaitu sebesar 10% untuk penghasilan sampai Rp 25 juta, 15% untuk penghasilan

di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta dan 30% untuk penghasilan di atas

Rp 50 juta (Manurung, 2006).

2.6. Likuiditas dan Solvabilitas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi hutang

jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas mempunyai

pengaruh terhadap kualitas laba karena jika suatu perusahaan memiliki kemam-

puan dalam membayar hutang jangka pendeknya berarti perusahaan memiliki

kinerja keuangan yang baik dalam pemenuhan hutang lancar sehingga perusahaan

tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba. Jadi likuiditas berpengaruh positif

terhadap kualitas laba (Irawati, 2012). Perusahaan yang memiliki tingkat

likuiditas tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan

dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya (Istiqomah, 2010)

Solvabilitas adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban

terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas

(Setiawa, 2013). Jika perusahaan memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi,hal ini
9

berarti perusahaan memiliki resiko keuangan yang tinggi. Resiko Keuangan yang

tinggi ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan

yang merupakan sinyal buruk untuk investor (Cahyanti et al., 2016)

2.7. Rentabilitas

Rentabilitasadalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu dengan total aktiva atau modal yang digunakan dalam

operasi perusahaan (Fitrianto dan Mawardi, 2006). Profit margin yang tinggi

menandakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi pada

tingkat penjualan tertentu, sedangkan profit margin yang rendah menandakan

penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu

tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut

(Istiqomah, 2010).

2.8. Break Event Point (BEP)

Break Even point dan analisa hubungan antara biaya-volume-laba

merupakan teknik perecanaan laba dalam jangka pendek dengan mendasarkan

analisanya pada variabilitas penghasilan penjualan maupun biaya terhadap

volume kegiatan sehingga teknik-teknik tersebut akan dapat digunakan dengan

baik sebagai alat perencanaan laba dalam jangka pendek. Break Even point

adalah: “Volume penjualan yang tidak menimbulkan laba atau rugi” (Letricia,

1999). Break Even point adalah: “Suatu keadaan di mana dalam operasi

perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan)”

(Mulyadi, 1997). Break Even Point atau titik impas merupakan suatu titik yang
10

menunjukkan bahwa pendapatan total yang dihasilkan perusahaan sama dengan

jumlah biaya yang dikeluarkan, sehingga perusahaan tidak memperoleh laba dan

tidak mengalami kerugian. Break Even Point dapat diartikan suatu keadaan

dimana dalam operasi, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita

rugi (penghasilan = total biaya) (Munawir, 2007). Analisis Break Even Point

sangat bermanfaat untuk merencanakan laba operasi dan volume penjualan suatu

perusahaan. Setelah mengetahui informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai,

maka industri dapat melakukan kebijakan, yaitu menentukan berapa jumlah

produk yang harus dijual (budget sales), harga jualnya (sales price) apabila indutri

menginginkan laba tertentu dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi.

Metode Perhitungan Break Even Point

1) Metode Grafik

Menggambarkan suatu titik impas dalam grafik perlu digambarkan adanya garis

penjualan. Penjualan ini merupakan hasil perkalian antara volume

produksi/penjualan (dalam unit) dengan

harga jual per unit.

2) Metode Matematis BEP


11

3) Break Even Point dihitung dengan metode Marjin Kontribusi Marjin Kontribusi

(contribution margin) adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah dikurangi

dengan biaya variabel Mencari nilai titik impas dengan metode marjin kontribusi

yaitu, jumlah biaya tetap harus dibagi dengan marjin kontribusi yang dihasilkan

oleh setiap unit yang terjual.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Break Even Point

1) Perubahan Biaya Variabel

Meningkatnya variable cost per unit akan meninggikan tingkat Break Even Point,

sedangkan penurunan variable cost per unit akan mempunyai pengaruh yang

sebaliknya.

2) Perubahan Biaya Tetap

Suatu perusahaan apabila meningkatkan fixed operating cost, maka tingkat Break

Even Point akan meningkat pula, demikian juga halnya bila fixed operating cost

diturunkan, maka tingkat Break Even Point pun akan bergerak turun ke titik yang

lebih rendah.

3) Perubahan Harga Jual

Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan tingkat Break Even Point dan

sebaliknya menurunan tingkat harga jual per unit akan membawa pengaruh

terhadap menurunnya Break Even Point (Syamsuddin, 2011)


12

2.9. ROI, Payback Period dan B/C Ratio

Roi adalah pengembalian atas investasi dimana pemasukan dibagi dengan

dana investasi yang memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi dengan

rumus ( soeharto, 2002) :

Payback period adalah masa pengambilan modal, atau lama periode waktu

untuk mengembalikan modal investasi. Cepat lambatnya sangat tergantung pada

sifat aliran kas yang masuk. Jika aliran kas masuk lebih besar maka proses

pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi modal yang digunakan tetep

atau tidak ada penambahan modal selama umur proyek (Sofyan, 2003). Rumus

yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah (Jafar, 2004):

Benefit cost ratio (b/c ratio) merupakan metode yang dilakukan untuk

melihat beberapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah

pengeluaran proyek (Sofyan, 2003). Net b/c ratio adalah suatu rasio yang

membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya

yang dikeluarkan untuk menganalisa rencana pendirian dan pengoprasian usaha

tersebut. Perhitungan dengan rumus (Gray et al., 1997) :


13
14

BAB III

METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum ekonomi perusahaan peternakan dilaksanakan pada hari Rabu,

5 Oktober 2016 pukul 15.00-16.30 bertempat di peternakan ayam pedaging CV

Ciongmas yang terletak di dusun Pilahan desa Kalisidi kecamatan Ungaran Barat

kabupaten Semarang provinsi Jawa Tengah.

3.2. Metode Praktikum


Metode praktikum yang dilakukan dalam praktikum ekonomi perusahaan

adalah wawancara dan mendatangi langsung ke perusahaan peternakan pemilik

perusahaan. Wawancara dilaksanakan dengan menyusun quisoner terlebih dahulu

yang akan diberikan kepada pemilik perusahaan. Kemudian melakukan

wawancara kepada pemilik peternakan bapak Sugiono, yang kemudian

dilanjutkan dengan terjun langsung ke lapangan atau ke peternakan yang dikelola.

3.3. Metode Analisis Data

Metode analisis data yaitu rumus yang dibutuhkan antara lain rumus

penyusutan, biaya produksi, pendapatan, penentuan HPP, BEP, return of

investment, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan payback period.


15

Penyusutan : Jumlah Investasi x total penyusutan akhir (%).................1

(Munawie, 2002)

Biaya Produksi : Pendapatan - Penerimaan………………………………..2

(Lasena,2013)

Pendapatan : Pd = TR – TC
TR = Y. Py
TC = FC + VC………………………....……………..….3
(Supratama et al, 2013)

Penentuan HPP : Total biaya produksi / jumlah produksi ………………....4

(Gilarso, 2003)

BEP : Total fixed cost / (harga per unit – variabel cost perunit...5
(Rakhmawati, 2008)

Return of investment (ROI) : Laba bersih setelah pajak / total aktiva x 100%….6

(Reni et al, 2014)

Liquiditas : Current Ratio …………………………………………….7

(Arifin, 2006)

Solvabilitas : Solvabilitas (debt ratio) …………………………..……..8

(Widoatmojo et al, 2010)

Rentabilitas : Rentabilitas x 100% …………………………………….9

(Widyanto, 2010)

Payback Period (PP) : Payback period x 1 tahun ………………………….…..10

(Hendarti et al, 2011)


16

Keterangan :
HPP : Rp 27.424
Aktiva lancar : Modal sendiri
Hutang lancar : - (tidak memiliki hutang)
17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. KeadaanUmum Perusahaan

BAGAIMANA CARA KERJA PERUSAHAAN

PERUSAHAAN BAIK/TIDAK CARA KERJANYA

1 paragraf max 2 sitasi

4.2. Investasi

INTRO............................................
Tabel 1.Investasi
Jenis Investasi Jumlah Harga Umur Nilai Awal (Rp)
Bangunan 1 150.000.000 5 tahun 150.000.000
Tempat minum 40 62.000 10 tahun 2.480.000
Tempat makan 80 22.500 3 tahun 1.800.000
Kipas Wall Fan 2 1.050.000 10 tahun 2.100.000
Timbangan 1 1.300.000 10 tahun 1.300.000

Jumlah 152.434.500 157.680.000


Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan 2016
DIJELASKAN APA YANG ADA DI DALAM TABEL.
18

4.3 Penyusutan

.................INTRO
Tabel 2.Penyusutan
Jenis Investasi Nilai Akhir Jumlah Penyusutan Penyusutan
(Rp) (unit)
Bangunan 0 1 15.000.000 30.000.000
Tempat minum 0 40 2.583 248.000
Tempat makan 0 80 1.875 600.000
Kipas Wall Fan 0 1 210.000
Timbangan 1 130.000
Jumlah 0 15.004.458 31.188.000
Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan 2016

4.4. Biaya Produksi

...............INTRO
Tabel 3.Biaya produksi

Macam Biaya Jumlah Harga (Rp) Jumlah (Rp)


A. Biaya Tetap
1. Gaji Karyawan 1 2.000.000 2.000.000
2. Penyusutan 31.188.000
Total Biaya Tetap 33.188.000
B. Biaya Variabel
1. DOC 4.000 3.700 14.800.000
2. Vaksin 3 30.000 90.000
3. Obat 2 60.000 120.000
4. Sekam 10 7.000 70.000
5. Listrik 1 200.000 200.000
6. pakan 250 242.000 60.500.000
Total Biaya Variabel 75.780.000
C. Total Biaya
Produksi per satu kali
108.968.000
produksi
Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan 2016
19

4.5. Pendapatan

INTRO
Tabel 4.Pendapatan
Keterangan Jumlah Harga (Rp) Total Harga/ tahun
Ayam @ 1,75 kg 4000 30.000 120.000.000
Karung 250 2.000 460.000
Pupuk 80 18.000 1.440.000
Jumlah 121.900.000
Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan 2016

Pendapatan kotor
Pendapatan bersih
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa pendapatan yang

diperoleh Perusahaan peternakan ayam potong sebesar Rp 121.900.000/tahun.

Jumlah ini didapatkan dari hasil pengurangan penerimaan per tahun dengan total

biaya yang dikeluarkan per tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Chariri dan

Ghozali (2001) yang menyataakan bahwa pendapatan adalah sesuatu yang

dihasilkan oleh potensi jasa (cost) yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini

didukung oleh Sugiarto (2007) bahwa pendapatan merupakan segala sesuatu yang

kita peroleh dalam melakukan transaksi penjualan. Pembayaran dapat dilakukan

secara tunai dan kredit dengan kata lain pembayaran yang secara kredit akan

menjadi pendapatan yang merupakan hak perusahaan.

4.6. Penentuan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan hasil perhitungan Penentuan Harga Pokok Produksi pada

perusahaan peternak ayam pedaging didapatkan hasil sebesar Rp. 27.242 dan

selisih harga jual dengan harga pokok produksi sebesar Rp. 2.758. Himayati
20

(2008) menyatakan harga pokok produksi yaitu harga yang terbentuk dari

akumulasi harga pokok barang-barang penyusunnya, kecuali barang itu tidak

pernah di produksi, melainkan dari transaksi pembelian atau saldo awal

persediaan, maka harga saldo awal persediaan akan dijadikan dasar perhitungan.

Diperkuat oleh Suryani et al, (2006) menyatakan bahwa harga pokok penjualan

dapat disebut juga sebagai harga pokok produksi, yaitu total biaya yang

dikeluarkan produsen untuk memproduksi suatu produk.

4.7. Neraca Keuangan Perusahaan


intro
Tabel 6.NeracaKeuangan Perusahaan

Aktiva Pasiva

Aktiva Lancar Modal sendiri Rp 122.557.010


Kas Rp 0
Total Aktiva
Rp 0
Lancar

Aktiva Tetap
Lahan Rp 0
Bangunan Rp 150.000.000
Tempat minum Rp 2.170.010

Tempat makan Rp 1.575.000

Penyusutan Rp 31.188.000

Total Aktiva
Rp 122.557.010
Tetap

Total Aktiva Rp 122.557.010 Total Pasiva Rp 122.557.010


Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan 2016
21

Berdasarkan hasil perhitungan neraca keuangan perusahaan pada


perusahaan peternak ayam pedaging didapatkan hasil sebesar Rp 122.557.010.
Pramono (2007) menyatakan bahwa laporan neraca adalah neraca, timbangan
yang menjelaskan seberapa besar aset utang dan modal perusahaan. Neraca
keuangan perusahaan menunjukan posisi kekayaan selaligus kemiskinan
perusahaan pada waktu tertentu. Diperkuat oleh Rahardjo (2006) menyatakan
bahwa neraca keuangan secara garis besar menjelaskan posisi nilai jumlah aset,
jumlah utang dan jumlah modal suatu perusahaan. Laporan ini mencerminkan
posisi nilai kekayaan suatu perusahan, apakah nilai asetnya terlalu banyak
dibanding kewajiban atau modalnya, begitu juga sebaliknya.

4.8. Return On Investment

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Investmen (ROI) pada

peternakan ayam pedaging didapatkan hasil sebesar 0,19 % dan perusahaan

peternakan ini layak untuk dilakukan karena sudah mampu menghasilkan

keuntungan yang maksimal. Hasil tersebut diperoleh dari keuntungan setelah

pajak dibagi dengan investasi dikali dengan seratus persen. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kasmir (2008) yang menyatakan bahwa Return On Investmen (ROI)

merupakan suatu metode untuk mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh

dari penanaman investasi, tanpa memperhatikan nilai waktu uang. Return On

Investmen (ROI) dihitung dengan membandingkan antara rata-rata keuntungan

bersih dengan investasi. Suryani (2002) menambahkan bahwa hasil perhitungan

Return On Investement (ROI) dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi

penggunaan modal yang telah digunakan oleh perusahaan.


22

4.9. Likuiditas, Solvabilitas, danRentabilitas Perusahaan

4.10 Payback Period (PP) Perusahaan dan B/C Ratio


23

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press, Malang.

Bambang, W dan A. Widyaningsih. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Citra


Praya, Bandung.

Blocher, Stout dan Cokins. 2012. Manajemen Biaya. Salemba Empat, Jakarta.

Cahyanti, D. N., N. Sudjana dan D. F. Azizah. 2016. Pengaruh ukuran


perusahaan, profitabilitas dan solvabilitas terhadap audit delay. J.
Administrasi Bisnis. 38 (1) : 68 – 73

Fitrianto, H. dan W. Mawardi. 2006. Analisis pengaruh kualitas aset, likuiditas,


rentabilitas dan efisiensi terhadap rasio kecukupan modal perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. J. Studi Manajemen & Organisasi. 3 (1) : 1
– 11

Himayati. 2008. Eksplorasi Zahir Accounting. Elex Media Komputindo. Jakarta

Irawati, D. E. 2012. Pengaruh struktur modal, pertumbuhan laba, ukuran


perusahaan dan likuiditas terhadap kualitas laba. Accounting Analysis
Journal. 1 (2) : 1 – 6

Istiqomah, D. F. 2010. Analisis Pengaruh Profit Abilitas, Solvabilitas, Likuiditas


dan Kepemilikian Publik Terhadap Keterlambatan Publikasi Laporan
Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
(SKRIPSI)

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.

Leon, B dan S. Ericson. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Indonesia.


Grasindo, Jakarta

Manurung, A. H. 2006. Cara Menilai Perusahaan. Elex Media Komputindo,


Jakarta

Pramono, P.R. 2007. Membuat Laporan Keuangan Perusahaan Segampang Milik


Warung Sebelah. Elex Media Komputindo, Jakarta

Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Elex Media Komputindo,


Jakarta

Rangkuti, F. 2005. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta
24

Setawan, H. 2013. Pengaruh Ukuran Peusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit,


Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay. Fakultas Ekonomi
dan Bisnia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah. (SKRIPSI)

Setiaji, A. B. 2002. Solusi Praktis Bagi Manajer. Kanisius, Yogyakarta.

Shatu, Y. P. 2016. Kuasai Detai Akuntansi Perkantoran Sistem Cepat Kebut


Semalam Otodidak dan Tanpa Guru. Pustaka Ilmu Semesta, Jakarta

Soegoto, E. S. 2009. Entrepreneurship Menjadi Pembisnis Ulung. Elex Media


Komputindo, Jakarta

Suryani, A. 2002. Membuat Aneka Nata. Penebar Swadaya, Bandung

Suryani, A., E. Hidayat., D. Sadyaningsih dan E. Hambali. 2006. Bisnis Kue


Kering. Penebar Swadaya, Bogor

Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama.


BPFE, Yogyakarta.

Yusmichad, Y dan N. Ilham. 2006. Arah kebijakan pembangunan peternakan


rakyat. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 4 (1) : 18 - 38.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Zain, M. 2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat, Jakarta


25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Investasi dan Penyusutan

Jenis Investasi Jumlah Harga Umur Nilai Awal (Rp)


Bangunan 1 150.000.000 5 tahun 150.000.000
Tempat minum 40 62.000 10 tahun 2.480.000
Tempat makan 80 22.500 3 tahun 1.800.000
Kipas Wall Fan 2 1.050.000 10 tahun 2.100.000
Timbangan 1 1.300.000 10 tahun 1.300.000

Jumlah 152.434.500 157.680.000

Jenis Investasi Nilai Akhir Jumlah Penyusutan Penyusutan


(Rp) (unit)
Bangunan 0 1 15.000.000 30.000.000
Tempat minum 0 40 2.583 248.000
Tempat makan 0 80 1.875 600.000
Kipas Wall Fan 0 1 210.000
Timbangan 1 130.000
Jumlah 0
15.004.458 31.188.000

Nilai awal-Nilai akhir


Rumus Penyusutan =
lama masa penyusutan
Jumlah Investasi = 157.680.000
Jumlah Penyusutan = Jumlah Investasi − Total penyusutan akhir
= 157.680.000 - 31.188.000
= 126.492.000
26

Lampiran 2. Perhitungan Biaya Produksi

Macam Biaya Jumlah Harga (Rp) Jumlah (Rp)

A. Biaya Tetap
1. Gaji Karyawan 1 2.000.000 2.000.000
2. Penyusutan 31.188.000
Total Biaya Tetap 33.188.000
B. Biaya Variabel
7. DOC 4.000 3.700 14.800.000
8. Vaksin 3 30.000 90.000
9. Obat 2 60.000 120.000
10. Sekam 10 7.000 70.000
11. Listrik 1 200.000 200.000
12. pakan 250 242.000 60.500.000

Total Biaya Variabel 75.780.000

C. Total Biaya
Produksi per satu kali
108.968.000
produksi

Total Biaya Produksi per satu kali produksi = Rp 108.968.000

Keterangan:
1. Gaji Karyawan
Total Gaji Karyawan = Gaji Karyawan x Jumlah Karyawan
= 2.000.000 x 1
= 2.000.000
27

Lampiran 3. Perhitungan Pendapatan

Keterangan Jumlah Harga (Rp) Total Harga/ tahun


Ayam @ 1,75 kg 4000 30.000 120.000.000
Karung 250 2.000 460.000
Pupuk 80 18.000 1.440.000
Jumlah 121.900.000

Pendapatan = Penerimaan − Biaya Produksi


= 121.900.000 - 108.968.000
= 12.932.000
28

Lampiran 4. Penentuan Harga Pokok Produksi

Total Biaya Produksi


Harga Pokok Produksi =
Jumlah Produksi
Rp 108.968.000
= 4000
= Rp 27.242

Selisih Harga = Harga Jual − Harga Pokok Produksi


= Rp 30.000 – Rp 27.242
=Rp 2.758
29

Lampiran 5. Neraca Keuangan

Aktiva Pasiva
Aktiva Lancar Modal sendiri Rp 122.557.010
Kas Rp 0

Total Aktiva
Rp 0
Lancar

Aktiva Tetap
Lahan Rp 0
Bangunan Rp 150.000.000
Tempat minum Rp 2.170.010

Tempat makan Rp 1.575.000

Penyusutan Rp 31.188.000

Total Aktiva
Rp 122.557.010
Tetap

Total Aktiva Rp 122.557.010 Total Pasiva Rp 122.557.010

Modal = Total Aktiva − Total Hutang


= Rp 122.557.010 – 0
= Rp 122.557.010

Earning Before Interest Tax (EBIT) = Rp 30.000


Pajak (0%) = Rp 0
(UUD No. 36 tahun 2008)
Earning After Tax (EAT) = Rp 30.000
30

Lampiran 6. Perhitungan Return on Investment (ROI)

EAT
Return on Investment (ROI) = x 100%
Investasi
30.000
= x 100%
157.680.000
= 0,19%

Kesimpulan:
Jadi setiap Rp 100,- investasi yang dikeluarkan akan menghasilkan ROI 0,19%
31

Lampiran 7. Perhitungan Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas

Likuiditas
Rp 108.968.000
Current ratio =
0
=~

Kesimpulan:
Jadi, perusahaan dikatan likuid karena tidak memiliki hutang.

Solvabilitas
Rp 122.557.010
Solvabilitas =
0
= ~
Kesimpulan:
Jadi, perusahaan dikatakan solvabel karena tidak memiliki hutang.

Rentabilitas
EAT
Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) = × 100%
MS

Rp 30.000
= ×100%
Rp 30.000
= 100 %

Kesimpulan:
Jadi setiap Rp 100,- modal sendiri yang dikeluarkan menghasilkan EAT sebesar
Rp 30.000
32

Lampiran 8. Perhitungan Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) Unit

Biaya Tetap
BEP (Q) =
Harga Jual (per unit) - Biaya Variabel (per unit)
Rp 33.188.000
=
Rp 30.000 - Rp 18.945
= Rp 3.002

Kesimpulan:
Jadi perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual 18.470 unit

Break Event Point (BEP) Harga

Biaya Tetap
BEP (P) = Biaya Variabel (per unit)
1 - Harga Jual (per unit)

Rp 33.188.000
= Rp 18.945
1-
Rp 30.000

Rp 33.188.000
=
0,3685
= Rp 90.062.415

Kesimpulan:
Jadi, perusahaan mencapai BEP setelah menjual produk dengan harga Rp 22.515
33

Lampiran 9. Perhitungan B/C Ratio dan Payback Period (PP)

B/C Ratio

Total Pendapatan (per produksi)


B/C Ratio =
Total Biaya (per produksi)
Rp 12.932.000
=
Rp 33.188.000

= Rp 0,39

Kesimpulan:
Jadi, setiap Rp 1,- total biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tital
pendapatan sebesar Rp. 0,39

Payback Period (PP)

investasi
Payback Period = × 1tahun
cashflow

157.680.000
= ×1tahun
31.218.000
= 5,05 tahun
Keterangan:
Cashflow Modal Sendiri = EAT + Penyusutan
= Rp 30.000 + Rp 31.188.000
= Rp 31.218.000
Kesimpulan:
Jadi, perusahaan balik modal setelah perusahaan berjalan selama 5,05 tahun
34

Lampiran 10. Dokumentasi


35

Lampiran 10 (lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai