Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN MODAL KERJA

Disusun oleh

KELOMPOK 1

AINUN NUFUS AMRULLAH (02220200253)

ANDI SYAHRANI (02220200262)

ANDINI (02220200009)

FITRI MADINAH (02220200200)

FITRIANI (02220200149)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Batasan Penelitian............................................................................................................................4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Konsep Modal Kerja........................................................................................................................5
B. Konsep Modal Kerja W. B. Taylor..................................................................................................6
C. Komponen Modal Kerja..................................................................................................................8
D. Sumber Modal Kerja........................................................................................................................9
E. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup...........................................................................................10
F. Perputaran Modal Kerja.................................................................................................................10
G. Penentuan Jumlah Modal Kerja.....................................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kekeliruan
dalam mengelola modal kerja dapat menyebabkan kegiatan usaha menjadi terhambat. Sehingga
adanya analisis modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi
modal kerja saat ini dan dihubungkan dengan dengan situsasi keuangan yang akan dihadapi di
masa depan, sehingga dari informasi tersebut dapat ditentukan kebijakan apa yang akan diambil
perusahaan untuk mengatasi permasalahan keuangan perusahaan. Di dalam perusahaan
diperlukan adanya manajemen modal kerja yang tepat karena manajemen modal kerja akan
berpengaruh pada kegiatan operasional perusahaan (Munawir, 2010). Kegiatan operasional ini
akan berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Pendapatan tersebut akan
dikurangi dengan beban pokok penjualan dan beban operasional atau beban lainnya sampai
diperoleh laba atau rugi. Pengelolaan modal kerja ini berpengaruh pada kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas). Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat
profitabilitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan
perusahaan tersebut. Kenyataan ini menjadikan pentingnya pengelolaan modal kerja dalam
upaya peningkatan profitabilitas perusahaan (Kasmir, 2012).
Setiap perusahaan yang menginginkan agar dapat terus hidup dan berkembang akan selalu
membutuhkan dana baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk
mebiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
operasional tersebut dinamakan modal kerja (working capital). Modal kerja yang telah
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat menghasilkan
keuntungan pada perusahaan dalam jangka waktu dekat melalui hasil penjualan barang/hasil
produksinya. Keberadaan modal kerja sangat penting bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan
perusahaan. Pengelolaan modal kerja secara efisien dan efektif maka diharapkan perusahaan
dapat meningkatkan laba usaha/profitabilitas. Hal ini disebabkan karena semakin cepat
perputaran modal kerja maka semakin cepat pula modal kerja tersebut kembali menjadi kas
perusahaan. (Muslich, 2003). Modal kerja menjadi masalah penting yang seringkali dihadapi
oleh perusahaan, karena sebagian besar perhatian manajer keuangan ditujukan untuk mengelola
modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari total aktiva
perusahaan. Pengelolaan modal kerja meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat
memperhitungkan tingkat modal kerja dengan baik maka perusahaan kemungkinan mengalami
insolvency (tidak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan mungkin terpaksa harus
dilikuidasi. Pengelolaan modal
Modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau pimpinan perusahaan. Selain
manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja
perusahaan agar mereka mengetahui kepastian kapan hutang perusahaan akan segera dibayarkan
(Munawir, 2010). Elemen modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan harus
dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja dapat membawa dampak negatif
bagi perusahaan. Pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja,
yaitu kas, piutang dan persediaan. Semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Semakin
cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dikatakan
efisien, tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam
perusahaan kurang efisien (Sutrisno, 2009). Analisis terhadap elemen modal kerja akan
memberikan dampak terhadap upaya perusahaan dalam pengendalian profitabilitas perusahaan.
Kebijakan mengenai elemen modal kerja dalam hal ini adalah kas akan memberikan dukungan
terhadap upaya perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar yang dimiliki sehingga jaminan
likuiditas dapat terwujud dan hal tersebut mendukung proses pencapaian profit secara maksimal.
Elemen modal kerja selanjutnya yaitu mengenai piutang, melalui pengelolaan piutang secara
tepat maka perusahaan dapat terhindar dari terjadinya kredit macet yang dapat terjadi, dimana hal
tersebut dapat menghambat proses pencapaian profit yang ditargetkan oleh perusahaan. Elemen
yang terakhir yaitu mengenai persediaan, dimana persediaan memberikan dukungan dalam
proses kelancaran aktivitas operasional perusahaan, dimana kelancaran atau ketersediaan
persediaan maka aktivitas produksi dapat berjalan sesuai dengan harapan dan pada akhirnya
mendukung proses pencapaian profit yang ditetapkan. Kenyataan tersebut dapat membuktikan
terdapat keterkaitan antara pengelolaan elemen modal kerja dengan pencapaian profit perusahaan
(Riyanto, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep modal kerja dan sumber modal kerja dalam bidang keuangan?
2. Bagaimana pentingnya modal kerja yang cukup dalam bidang keuangan?
3. Bagaimana menentukan jumlah modal kerja?

C. Batasan Penelitian
Terdapat dua konsep atas analisa sumber dan penggunaan dana, yaitu dana dalam arti kas
dan dana dalam arti sebagai modal kerja. Menghindari pembahasan yang tidak terarah dan
mengakibatkan tidak tepatnya tujuan penelitian, maka pembatasan masalah yang dibahas yaitu
analisis sumber dan penggunaan dana dalam arti modal kerja pada keuangan perusahaan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis sumber dan penggunaan modal kerja.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Emiten
Dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan keuangan dan juga dapat memberikan
input yang bermanfaat untuk pengelolaan dan pengembangan perusahaan yang ada.
b. Bagi Investor
Dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil sebuah
keputusan oleh para investor sebelum melakukan investasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Modal Kerja


Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk
menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Riyanto (2015: 57-59) dapat dikemukakan
adanya beberapa konsep, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva
lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula
atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang
pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva
lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working
capital).
2. Konsep Kualitatif
Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah
aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan
besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka
sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansiil yang harus
segera dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut
konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva
lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto
(net working capital).
3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income).
Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting
tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current
income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak
seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current income”. Sebagian dari dana itu
dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode- periode berikutnya (future
income). Dalam hubungan ini dapatlah dikemukakan nama Wilford J. Eitman – J. N. Holtz
(1963: 209), yang memberikan definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode
accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan “current income” (sebagai lawan dari future
income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut.
Berdasarkan definisi itu maka pengertian “non working capital” adalah dana yang tidak
menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current income adalah tidak sesuai
dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Misalnya suatu perusahaan dagang
tekstil yang menanamkan sebagian dananya dalam surat obligasi pemerintah. Dana yang
ditanamkan dalam obligasi tersebut menghasilkan current income yaitu dalam bentuknya bunga
obligasi (coupon). Tetapi karena perusahaan ini didirikan dengan maksud utama untuk berusaha
di bidang perdagangan tekstil, bukan untuk berusaha di bidang investasi dalam surat-surat
berharga seperti halnya bank, maka dana yang tertanam dalam efek tersebut nantinya dapat
diuangkan dengan mudah dan selanjutnya dapat diinvestasikan dalam tekstil, maka dana tersebut
digolongkan sebagai modal kerja potensial (potential working capital). Kas dan inventory adalah
nyata-nyata modal kerja. Piutang terdiri dari sebagian yang dapat dimasukkan dalam modal kerja
dan sebagian lain yang termasuk dalam “potential working capital”. Suatu perusahaan yang
menjual produknya secara kredit akan mempunyai piutang dagang sebesar hasil penjualannya,
yang ini terdiri dari dana yang menjelma menjadi biaya dan bagian yang merupakan keuntungan.
Bagian dari piutang yang terdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk yang terjual itu
menurut konsep ini digolongkan sebagai modal kerja, sedang bagian yang merupakan
keuntungan digolongkan sebagai modal kerja potensiil. Misalkan suatu perusahaan menjual
produknya secara kredit dengan profit margin sebesar 40%. Apabila perusahaan itu mempunyai
piutang dagang sebesar Rp. 150.000,00 maka ini berarti bahwa bagian dari piutang yang
termasuk modal kerja sebesar Rp. 90.000,00 (60% x Rp. 150.000,00) sedangkan sisanya sebesar
Rp. 60.000,00 (40% x Rp. 150.000,00) dimasukkan sebagai “potential working capital”. Adapun
dana yang sebagian merupakan modal kerja dan sebagian merupakan bukan modal kerja (non
working capital) adalah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap. Misalnya dana yang
diinvestasikan dalam mesin sebesar Rp. 240.000,00 dengan life time 8 tahun. Pengeluaran dana
sebesar itu mengandung dua tujuan yaitu sebagian atau Rp. 30.000,00 yang berfungsi untuk turut
menghasilkan current income bagi tahun yang bersangkutan, sedangkan sisanya dimaksudkan
untuk menghasilkan pendapatan (income) untuk tahun-tahun berikutnya (future income). Dengan
demikian maka bagian dari aktiva tetap yang dimasukkan sebagai modal kerja adalah sebesar
depresiasi tahun yang bersangkutan yaitu sebesar Rp. 30.000,00 sedangkan sisanya pada akhir
tahun pertama sebesar Rp. 210.000,00 merupakan “non working capital”.

B. Konsep Modal Kerja W. B. Taylor


Mengenai jenis-jenis modal kerja, menurut W. B. Taylor (1956: 309) menggolongkannya
dalam:

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)


Modal kerja permanen (permanent working capital) adalah modal kerja yang harus tetap ada
pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang
secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat
dibedakan dalam:

(1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)


Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang
harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

(2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)


Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian “normal” di sini adalah
dalam artian yang dinamis. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-
rata per bulannya mempunyai produksi 1.000 unit maka dapat dikatakan luas produksi
normalnya adalah 1.000 unit. Apabila kemudian ternyata bahwa selama 4 atau 5 bulan
berikutnya luas produksi rata-rata per bulannya 2.000 unit, maka luas produksi normalnya
di sini pun berubah menjadi 2.000 unit.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


Modal kerja variabel (variable working capital) adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:

(3) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)


Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

(4) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)


Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-
ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

(5) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)


Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya
adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Macam-macam modal kerja itu dapat digambarkan seperti nampak di bawah ini.
C. Komponen Modal Kerja
Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai
berikut:

1. Aktiva Lancar
a. Munawir (2004:14) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai berikut: Aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan
menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Yang termasuk aktiva lancar
adalah:
b. Kas (Cash). Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari uang logam, uang
kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa
dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan, karena sifat
likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan yang paling rendah.
c. Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment). Obligasi pemerintah, obligasi perusahaan
indusri, dan surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual
kembali dikenal sebagai investasi jangka pendek. Surat-surat berharga yang dibeli sebagai
investasi jangka pendek dari dana-dana yang sementara belum digunakan, dan bila surat-
surat berharga tersebut dapat segera dijual, maka dapat dianggap sebagai aktiva lancar.
Surat-surat berharga tersebut dimiliki untuk jangka pendek dengan maksud untuk
diperjualbelikan (trading securities). Jenis dari investasi jangka pendek ini adalah efek
(marketable securities).
d. Wesel Tagih (Notes Receivable). Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk membayar
sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau suatu
perusahaan yang tercantum dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang
memegang surat tersebut).
e. Piutang Dagang (Accounts Receivable). Piutang dagang meliputi keseluruhan tagihan atas
langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara
kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk  memperluas pasar dan
memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan kredit ini juga akan
menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan
mungkin seluruh dari piutang tersebut.
f. Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable). Penghasilan yang sudah
menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain, tetapi
pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
g. Persediaan Barang (Inventories). Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang
masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang
mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni persediaan
bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
h. Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense). Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari
pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain yang
belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan. Contohnya yaitu biaya
sewa yang dibayar di muka dan biaya iklan yang dibayar di muka.
2. Hutang Lancar
a. Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang
lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak
tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang
lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam
jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus
akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
b. Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk
membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang
yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan
meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
c. Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang  timbul
karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan
dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang
normal).
d. Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima terlebih
dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak perusahaan. Pihak
lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan
menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya).
Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah
selesai.
e. Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan
yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum dibayarkan ketika
neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan
pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi (Accrual Payables) 
Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka
waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa,
pensiun dan lain-lain.

D. Sumber Modal Kerja


Modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh perusahaan atau para
pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi
pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar
jaminan bagi kreditur jangka pendek. Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya
modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

a. Hasil Operasi Perusahaan adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan
jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
b. Keuntungan Dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat berharga
yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang
segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya
penjualan surat-surat berharga ini mengakibatkan perubahan dalam unsur modal kerja yaitu
dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
c. Penjualan Aktiva Tidak Lancar.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang
tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang
menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah penjualan tersebut.
d. Penjualan Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang diperlukan,
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan
obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal
kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus
membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi
harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

E. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup


Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan
untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Misalnya dapat
menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan
perusahaan. Menurut Munawir (2004:116) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup
adalah sebagai berikut :

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya
kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat
mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak
dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani
permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada
pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan
dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam posisi resesi atau depresi.

F. Perputaran Modal Kerja


Salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja menurut
Kasmir (2013: 224-226) adalah diukur dari perputaran modal kerjanya atau working capital
turnover-nya. Dengan diketahuinya perputaran modal kerja dalam satu periode, maka akan
diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa perputaran
modal kerja atau working capital turnover, merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau
menilai keefektifannya modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya, seberapa
banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam beberapa periode.
Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah dengan cara membandingkan antara
penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Penjualan yang akan
dibandingkan adalah penjualan bersih (net sales) dalam suatu periode. Sedangkan
pembandingnya adalah modal kerja dalam arti seluruh total aktiva lancar (current assets) atau
dapat pula digunakan model kerja rata-rata. Pengukuran ini sebaiknya menggunakan dua periode
atau lebih sebagai data pembanding, sehingga memudahkan kita untuk menilainya. Rumus yang
digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut:

Perputaran modal kerja = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎
atau

Perputaran modal kerja = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
Sebagai contoh dapat dilihat dari data di bawah ini:

Contoh 1.

Komponen Laporan Keuangan 2007 2008


Penjualan bersih (net sales) 3.850 4.150
Total aktiva lancar (current assets) 865 800

Untuk tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut:

Perputaran modal kerja = 3.850 = 4,45 kali dibulatkan (4,5 kali)


865

Artinya, perputaran modal kerja tahun 2007 sebanyak 4,5 kali di mana penggunaan setiap Rp.
1,00 modal kerja dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 4,5.

Perputaran modal kerja = 4.150 = 5,18 kali dibulatkan (5,2 kali)


800

Perputaran modal kerja tahun 2008 sebanyak 5,2 kali artinya setiap Rp. 1,00 modal kerja dapat
menghasilkan Rp. 5,2,00 penjualan.

Dari penilaian terhadap kedua rasio ini terlihat bahwa ada kenaikan rasio perputaran modal
kerja dari tahun 2007 ke tahun 2008, hal ini dapat diartikan atau menunjukkan ada kemajuan
yang diperoleh manajemen. Namun untuk data pembanding apakah manajemen telah berhasil
atau sebaliknya, maka kita menggunakan rata-rata industri. Apabila rata-rata industri untuk
perputaran modal kerja adalah 5 kali maka keadaan perusahaan kurang baik untuk tahun 2007,
namun tahun 2008 baik karena di atas rata-rata industri.

G. Penentuan Jumlah Modal Kerja


Besar kebutuhan modal kerja untuk suatu periode perlu dihitung oleh manajer keuangan.
Tujuannya agar jangan sampai terjadi kekurangan atau kelebihan modal kerja yang tidak perlu.
Lebih dari itu dengan diketahuinya besarnya kebutuhan modal kerja memudahkan manajer
keuangan untuk menjalankan kegiatannya, meskipun dalam praktiknya sering kali perhitungan
yang dilakukan tidak tepat mengingat berubahnya berbagai kondisi dan situasi baik di dalam
maupun di luar perusahaan. Salah satu yang menyebabkan perubahan tersebut adalah adanya
perubahan penjualan. Sebagai contoh apabila penjualan meningkat maka akan memperbesar
modal kerja, tetapi besarnya tergantung pada keterikatan dalam tiap pos aktiva lancar sesuai
kebijakan yang telah ditentukan, demikian pula sebaliknya.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan harus dihitung secara cermat, sehingga
mencerminkan kebutuhan yang sesungguhnya. Dalam praktiknya besar kecilnya kebutuhan
modal kerja suatu perusahaan sangat tergantung dari dua hal, yaitu:

(1) Besar kecilnya operasi pokok/penjualan, artinya makin besar operasi pokok atau penjualan,
maka kebutuhan modal juga makin besar, demikian pula sebaliknya apabila operasi pokok
kecil, maka modal kerja juga besar.
(2) Kecepatan perputaran modal kerja, artinya makin cepat berputar modal kerja maka
kebutuhan modal kerja juga relatif besar, demikian pula sebaliknya makin lambat
perputaran modal kerja maka kebutuhan modal kerja juga relatif kecil.
Untuk mengetahui besarnya kebutuhan modal kerja menurut Kasmir (2013: 226-228), dapat
dihitung dengan beberapa cara atau metode. Penggunaan metode mana yang akan digunakan
tergantung dari pimpinan perusahaan. Berikut ini metode yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan modal kerja dapat digunakan dengan dua cara, yaitu:

a. Metode saldo rata-rata


b. Metode unsur-unsur biaya
Kebutuhan modal kerja dihitung dengan cara metode saldo rata-rata adalah dengan
membandingkan antara penjualan bersih dengan perputaran modal kerja. Berikut ini rumus yang
digunakan sebagai berikut:

Besarnya modal kerja = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎


Sedangkan metode unsur-unsur biaya merupakan metode yang menggunakan unsur- unsur
biaya yang dibutuhkan dalam suatu periode tertentu.

BAB III

PENUTUP

SARAN
Dengan adanya penyusunan
makalah ini yang membahas
tentang Manajemen Modal Kerja
semoga memberikan manfaat,
edukasi serta bertambahnya ilmu
pengetahuan bagi para pembaca
dan
kami sebagai penulis sangat
mengharapkan para pembaca dapat
memahami isi dari makalah yang
kami
susun serta mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca,
guna penulisan
makalah berikutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Riris Eka. 2020. Manajemen
Modal Kerja (Working Capital
Manajemen).UM Sida diakses
pada tanggal 4
November 2022 melalui,
http://eprints.umsida.ac.id/6767/1/
Riris%20Eka
%20Widayanti_Working
%20Capital%20Manage
ment.pdf
Tika Ulfianinda. 2022. Manajemen
Modal Kerja: Tujuan, Konsep dan
Cara Menghitungnya.Jakarta Utara
diakses pada tanggal 4 November
2022 melalui,
https://www.mas-software.com/
blog/manajemen-modal-kerja
Lina Ismaw. 2012. Manajemen
Modal Kerja.E-library.Bandung
diakses pada tanggal 4 November
2022
melalui,
https://elib.unikom.ac.id/download
.php?id=50979
Nurchayati. Modal Kerja. Udinus.
Semarang diakses pada 4
November 2022 melalui,
http://eprints.dinus.ac.id/7224/1/M
ODAL_KERJA.pdf

odal Kerja merupakan sebuah


strategi dalam akuntansi yang
berfokus pada pemeliharaan
keseimbangan current asset dan
liabilities pada perusahaan yang
bertujuan mengelola aset lancar
dan
utang lancar, jadi bisa
mendapatkan modal kerja neto
yang bagus dan bisa menjamin
tingkat likuiditas
bisnis. Modal Kerja mempunyai
komponen yang terdiri dari Aktiva
Lancar dan Hutang Lancar.
Umumnya,
jumlah kebutuhan modal kerja
suatu bisnis tergantung dari dua
hal, yaitu: Jumlah operasi pokok
atau
penjualan dan Perputaran modal
kerja. Jumlah operasi pokok
atau penjualan, artinya semakin
besar
operasi pokok atau penjualan,
maka kebutuhan modal bisnisnya
juga makin besar, demikian pula
sebaliknya sedangkan Perputaran
modal kerja, artinya modal kerja
yang berputar semakin cepat maka
modal kerja yang dibutuhkan juga
relatif besar. Sebaliknya, kalau
perputaran modalnya lambat,
modalnya
pun akan sedikit.
Besar kecilnya kebutuhan modal
kerja tergantung kepada Periode
perputaran atau terikatnya
modal kerja dan pengeluaran kas
rata-rata setiap harinya. Dengan
jumlah pengeluaran setiap hari
yang
tetap, tetapi dengan makin
lamanya perputarannya, maka
jumlah modal kerja yang
dibutuhkan semakin
besar. Modal Kerja juga bisa
mengalami perubahan yang
disebabkan oleh salah satunya
yaitu adanya
kenaikan sektor modal baik
yang berasal dari laba maupun
adanya pengeluaran modal
saham atau
tambahan investasi dari pemilik
perusahaan dimana modal kerja
akan bertambah.
A. Kesimpulan
Modal Kerja merupakan sebuah strategi dalam akuntansi yang berfokus pada
pemeliharaan keseimbangan current asset dan liabilities pada perusahaan yang bertujuan
mengelola aset lancar dan utang lancar, jadi bisa mendapatkan modal kerja neto yang bagus dan
bisa menjamin tingkat likuiditas bisnis. Modal Kerja mempunyai komponen yang terdiri dari
Aktiva Lancar dan Hutang Lancar. Umumnya, jumlah kebutuhan modal kerja suatu bisnis
tergantung dari dua hal, yaitu: Jumlah operasi pokok atau penjualan dan Perputaran modal
kerja. Jumlah operasi pokok atau penjualan, artinya semakin besar operasi pokok atau
penjualan, maka kebutuhan modal bisnisnya juga makin besar, demikian pula sebaliknya
sedangkan Perputaran modal kerja, artinya modal kerja yang berputar semakin cepat maka
modal kerja yang dibutuhkan juga relatif besar. Sebaliknya, kalau perputaran modalnya lambat,
modalnya pun akan sedikit. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada
Periode perputaran atau terikatnya modal kerja dan pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Dengan jumlah pengeluaran setiap hari yang tetap, tetapi dengan makin lamanya perputarannya,
maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin besar. Modal Kerja juga bisa mengalami
perubahan yang disebabkan oleh salah satunya yaitu adanya kenaikan sektor modal baik
yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi
dari pemilik perusahaan dimana modal kerja akan bertambah.

B. Saran
Dengan adanya penyusunan makalah ini yang membahas tentang Manajemen Modal
Kerja semoga memberikan manfaat, edukasi serta bertambahnya ilmu pengetahuan bagi para
pembaca dan kami sebagai penulis sangat mengharapkan para pembaca dapat memahami isi dari
makalah yang kami susun serta mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca, guna penulisan makalah berikutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Riris Eka. 2020. Manajemen Modal Kerja (Working Capital Manajemen).UM Sida diakses pada
tanggal 4
November 2022 melalui,
http://eprints.umsida.ac.id/6767/1/Riris%20Eka%20Widayanti_Working%20Capital
%20Manage
ment.pdf
Tika Ulfianinda. 2022. Manajemen Modal Kerja: Tujuan, Konsep dan Cara
Menghitungnya.Jakarta Utara
diakses pada tanggal 4 November 2022 melalui,
https://www.mas-software.com/blog/manajemen-modal-kerja
Lina Ismaw. 2012. Manajemen Modal Kerja.E-library.Bandung diakses pada tanggal 4
November 2022
melalui,
https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=50979
Nurchayati. Modal Kerja. Udinus. Semarang diakses pada 4 November 2022 melalui,
http://eprints.dinus.ac.id/7224/1/MODAL_KERJA.pdf

SARAN
Dengan adanya penyusunan
makalah ini yang membahas
tentang Manajemen Modal Kerja
semoga memberikan manfaat,
edukasi serta bertambahnya ilmu
pengetahuan bagi para pembaca
dan
kami sebagai penulis sangat
mengharapkan para pembaca dapat
memahami isi dari makalah yang
kami
susun serta mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca,
guna penulisan
makalah berikutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Riris Eka. 2020. Manajemen
Modal Kerja (Working Capital
Manajemen).UM Sida diakses
pada tanggal 4
November 2022 melalui,
http://eprints.umsida.ac.id/6767/1/
Riris%20Eka
%20Widayanti_Working
%20Capital%20Manage
ment.pdf
Tika Ulfianinda. 2022. Manajemen
Modal Kerja: Tujuan, Konsep dan
Cara Menghitungnya.Jakarta Utara
diakses pada tanggal 4 November
2022 melalui,
https://www.mas-software.com/
blog/manajemen-modal-kerja
Lina Ismaw. 2012. Manajemen
Modal Kerja.E-library.Bandung
diakses pada tanggal 4 November
2022
melalui,
https://elib.unikom.ac.id/download
.php?id=50979
Nurchayati. Modal Kerja. Udinus.
Semarang diakses pada 4
November 2022 melalui,
http://eprints.dinus.ac.id/7224/1/M
ODAL_KERJA.pdf

Anda mungkin juga menyukai