Disusun oleh :
Widiastuti Ledgeriana Mugiri
1162070074
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Kehidupan Awal
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Bob Sadino lahir pada 9 Maret 1939, namun
sebenarnya Sadino lahir pada tanggal 9 Maret 1933. Sadino menganut agama Islam, lahir dari
sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, yaitu
dari seorang ayah yang berprofesi sebagai guru di sekolah Belanda.[6] Sewaktu orang tuanya
meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan
keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob
kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu,
ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di
Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda
itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2
Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang
tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama
tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia
memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.[1]
Pendidikan
SD, Yogyakarta (1947)
SMP, Jakarta (1950)
SMA, Jakarta (1953)
Perjalanan usaha
Pekerjaan pertama yang dilakoni Bob Sadino setelah keluar dari perusahaan adalah
menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun
sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.
Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan
dengan upah harian Rp.100.[2][1]
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita
kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan
sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya,
Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan
keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari
nafkah.” [7]
Suatu hari, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono
Herlambang.[7] Seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam
negeri untuk melawan depresi yang dialaminya. Suatu hari, seorang teman menyarankan Bob
memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresi yang dialaminya.[2][1]
Bob tertarik dan mulai mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di
Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali
memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual telur-telurnya dari
pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang
dagangannya tersebut hanya dibeli oleh ekspatriat-ekspatriatyang tinggal di daerah Kemang,
serta beberapa orang Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri. Namun seiring
berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin
berkembang. Bob kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Selain
memperkenalkan telur ayam negeri, ia juga merupakan orang pertama yang menggunakan
perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.[1]
Ketika temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang
dialaminya. Bob tertarik. Dan saat beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa
berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa. Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya,
setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya
memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris.
Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap
orang asing.[7] Catatan awal tahun 1985 menyebutkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob
menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan sayuran segar 100 ton. [2][1]
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun.
Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun
terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob
yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks.
Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek. Bisnis pasar
swalayan Bob Sadino berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura,
mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia
juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi
kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir
balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani
mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang,
rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah
pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir
untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,”
kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke
lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan
Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi
trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan
bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan
pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan
pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu
ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga
Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan
kekuatan. [7]
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah
dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per
kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis
makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia
tak ingin berkhayal yang macam-macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar
berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri
dan dua anaknya. [7]
Karier
Karyawan Unilever (1954-1955)
Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
Sumber:https://kreditgogo.com/artikel/Karir/Kesuksesan-yang-Dicapai-dari-
Kegoblokan-Bob-Sadino.html.
Motivator
Sumber:https://www.google.co.id/search?q=biografi+bob+sadino&hl=en&source=lnms&tbm=isch&sa=X&v
ed=0ahUKEwiktcaNoZbZAhXIvI8KHUIaA7cQ_AUICigB&biw=1366&bih=662#imgrc=9NZbZjDhn6QB9M:
Kem Trevel
Kemang Nusantara Travel atau Kem Travel adalah bisnis yang menjanjikan yang
dibentuk oleh Bob Sadino dibidang bisnis tour dan travel, baik lokal dan
internasional. Kem Travel ini dipimpin oleh Bapak Sjarman Syarif, seorang yang ahli
dalam biro perjalanan selama lebih dari 20 tahun. Kem Travel memang awalnya
bukan milik om Bob. Namun, beberapa waktu kemudian om Bob menjalin bisnis
dengan Kem travel yang akhirnya sukses. [9]
The Mansion
Memang bisnis ini tidak sepenuhnya dikembangkan oleh Bob Sadino, karena beliau
menggandeng pengembang property Grup Agung Sedayu (GAS). The Mansion,
Apartemen dengan 180 unit kamar ini mempunyai letak yang strategis.
Harga jual tiap unit apartemen yang berukuran 90-an m2 dengan satu kamar tidur
adalah kurang lebih Rp 1,7 miliar. Sedangkan untuk ukuran 150 - 170 m2 dengan dua
kamar tidur bisa mencapai Rp 3 miliar. Untuk apartemen dengan ukuran 272an m2
dengan tiga kamar tidur bisa didapat dengan harga yang fantatis yaitu sekitar Rp 4
miliar. [9]
Kematian
Kondisi kesehatan Bob Sadino merosot setelah istrinya, Soelami Soejoed meninggal
dunia pada Juli 2014.[3][1] Ia sempat dirawat intensif selama dua minggu di Rumah Sakit
Pondok Indah. Dan pada tanggal 19 Januari 2015 ia meningga dunia karena penyakit
komplikasi yang dideritanya. Awalnya cuma flu karena faktor usia jadi sembuhnya lama.
Kemudian merembet ke yang lain, jadinya komplikasi, selain itu ia juga sempat menderita
pernafasan yang kronis, ungkap Saman Syarief, keponakan Bob Sadino.[8][4][5][1]
Referensi
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino.
[2] http://warta.mercubuana.ac.id/2010/12/bob-sadino-pengusaha-berdinas-celana-
pendek/.
abc
"BOB SADINO: Pengusaha Berdinas Celana Pendek". Warta & Berita
Universitas Mercu Buana. 2010-12-12. Diakses tanggal 2013-02-28.
[3] http://www.tempo.co/read/news/2014/11/19/174623127/Bob-Sadino-Sudah-Dirawat-
di-Rumah-Sakit.
Artikel:"Bob Sadino Sudah Dirawat di Rumah Sakit" di tempo.co
[4] http://news.detik.com/read/2015/01/19/183524/2807706/10/bob-sadino-meninggal-
dunia?991101mainnews.
Artikel:"Bob Sadino meninggal Dunia
[5] http://m.liputan6.com/bisnis/read/2163254/pengusaha-nyentrik-bob-sadino-meninggal-
dunia.
Artikel:"Pengusaha Nyentrik Bob Sadino Meninggal Dunia" di liputan6.com
[6] https://tirto.id/m/bob-sadino-
biV?gclid=Cj0KCQiAh_DTBRCTARIsABlT9MZFtPGjPmg5y8OKjN4CCkxuB8dRB
pvshJurcyvlMXf66drrgawCor0aAkyOEALw_wcB
[7] http://bio.or.id/biografi-bob-sadino/
[8] http://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-bob-sadino-tokoh-pengusaha-
nyentrik-asal-indonesia/
[9] https://kreditgogo.com/artikel/Karir/Kesuksesan-yang-Dicapai-dari-Kegoblokan-Bob-
Sadino.html.