Disusun Oleh:
1901516551
Halaman Sampul
PSYCHOLOGY PROGRAM
PSYCHOLOGY STUDY PROGRAM
FACULTY OF HUMANITIES
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
JAKARTA
2019
PERENCANAAN ON-THE-JOB TRAINING DENGAN METODE
PENDEKATAN COACHING UNTUK PENERAPAN KNOWLEDGE
SHARING PADA KARYAWAN DI PT. ARMOXINDO FARMA
Halaman Judul
Disusun Oleh:
1901516551
PSYCHOLOGY PROGRAM
PSYCHOLOGY STUDY PROGRAM
FACULTY OF HUMANITIES
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
JAKARTA
2019
ii
Universitas Bina Nusantara
INTERNSHIP TRACK
adalah benar hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya
ilmiah, sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain.
iii
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
ENRICHMENT PROGRAM
TRACK INTERNSHIP
Semester Ganjil 2018/2019
ABSTRACT
This final report was made to find out an overview of on-the-job training (OJT)
planning with a coaching approach method for applying knowledge sharing at PT.
Armoxindo Farma. The purpose of applying knowledge sharing is as a support for
the regeneration process of employees at PT. Armoxindo Farma. Many employees
of the baby boomer generation already have an initial term, but still hold high
positions in this company, such a, Director of Pharma Sales and Marketing.
Considering, this company needs to regenerate their employees to find replacement
employees. In here, the author only provides a planning about OJT with a coaching
approach method for the application of knowledge sharing between employees who
are currently occupy this position with second level employees, such as
representatives or assistants. While for the implementation, the author gave all of it
to the PT. Armoxindo Farma.
Keywords: On-The-Job Training, Coaching, Knowledge Sharing.
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan telah memberikan banyak kesempatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Perencanaan On-The-Job Training Dengan
Metode Coaching Untuk Penerapan Knowledge Sharing Pada Karyawan di PT
Armoxindo Farma” dengan baik. Penyusunan laporan ini sebagai bukti bahwa
penulis telah melaksanakan kegiatan magang atau internship di PT. Armoxindo
Farma, dan sebagai tugas akhir semester 7, serta untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan program Enrichment 3+1 di Universitas Bina Nusantara.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM., selaku Rector BINUS University.
2. Ibu Elisa Carolina Marion, S.S., M.Si., selaku Dean Faculty of Humanities.
7. Satpam dan seluruh karyawan PT. Armoxindo Farma yang penulis kenal, yang
telah memberikan senyuman dan sapaan di pagi hari, sehingga lingkungan
v
internal membuat penulis menjadi semangat dalam melakukan kegiatan
magang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan ini dapat diterima dengan
baik, dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
vii
2.4.2.1 Training Need Analysis (TNA) ...................................................... 21
2.4.2.2 On-The-Job Training ...................................................................... 22
2.4.2.3 Coaching ........................................................................................ 24
2.5 Hasil........................................................................................................... 26
2.5.1 Kesimpulan Hasil Wawancara dan Diskusi ....................................... 27
2.5.2 Hasil Proses Training Need Analysis (TNA) ..................................... 30
2.5.3 Kesimpulan Hasil Proses Training Need Analysis (TNA) ................. 34
2.5.4 Kebutuhan Training ........................................................................... 35
BAB III. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .............................................. 41
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 41
3.2 Diskusi ....................................................................................................... 42
3.3 Saran .......................................................................................................... 44
3.4 Pembelajaran Selama Magang .................................................................. 45
REFERENSI ............................................................................................................ 49
LAMPIRAN .............................................................................................................. ix
Lampiran 1. Proposal Penelitian ........................................................................... ix
Lampiran 2. Log Book ............................................................................................ x
Lampiran 3. Learning Plan ................................................................................... xi
Lampiran 4. Alamat Seluruh Kantor PT. Armoxindo Farma ............................... xii
Lampiran 5. Logo Perusahaan & Dokumentasi .................................................. xiii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak dapat beroperasi kembali (Sumber: Company Profile PT. Armoxindo
Farma).
1.1.2.1 Visi
1.1.2.2 Misi
1.1.2.3 Tujuan
2
tablet bersalut gula/selaput, tablet kunyah, kapsul, sirop, dry sirop, tetes mata,
salep, injeksi. Produk-produk ini telah dikenal masyarakat luas melalui resep
dokter, toko obat, maupun penjualan bebas yang dapat
dipertanggungjawabkan (Sumber: Company Profile PT. Armoxindo Farma).
3
Sehingga diperoleh produk yang slid, masuk dalam tempat
penyimpanan, dan siap untuk dipasarkan.
President Director
INDONESIA
Pharma Finance
HR Procurement Manufacturing Director
Sales & Marketing
Manager Manager Plant Director
Director
IT Manager
Marketing Regulatory
& Quality
Compliance
Manager
Sales
R&D
Productions
4
1.1.4.2 Struktur Organisasi Pabrik
5
1.2 Posisi dan Peran Mahasiswa
6
Seperti yang sudah disebutkan bahwa penulis diposisikan menjadi Asisten HR
Manager dan Asisten HR Administration, maka penulis memliki peran untuk
membantu tugas-tugas yang diberikan oleh HR Manager ataupun HR
Administration di PT. Armoxindo Farma, antara lain sebagai berikut:
1. Input data-data absensi karyawan, seperti update status, data kehadiran, cuti,
dan izin karyawan di seluruh cabang PT. Armoxindo Farma.
Penulis memeriksa atau mengurus proses dan input data-data absensi
karyawan PT. Armoxindo Farma dengan membuat rekapitulasi, baik secara
manual maupun software seperti Ms. Excel. Untuk surat permohonan cuti
pada masing-masing karyawan harus diajukan 1 bulan sebelumnya, lalu
kemudian di input manual kedalam buku besar. Awalnya, PT. Armoxindo
Farma masih menggunakan buku besar untuk menginput data-data absensi
karyawan. Namun ketika penulis melakukan magang, penulis diminta untuk
membuat absensi seluruh karyawan dengan menggunakan software dalam
bentuk Ms. Excel agar lebih mudah.
7
4. Penulis melakukan job analysis pada salah satu jabatan di PT. Armoxindo
Farma
Penulis melakukan job analysis pada jabatan HR Administration,
hanya dengan memperbaiki job description dan job specification yang telah
ada sebelumnya. Alasan dilakukan hal tersebut adalah bagian HR
Administration kekurangan kayawan, sehingga terdapat karyawan yang
memiliki double job. Metode yang penulis gunakan adalah wawancara
(interview). Penulis mewawancarai beberapa pihak tertentu saja.
8. Scoring hasil tes CFIT, Cepat Teliti, dan PAPI Kostick karyawan di kantor
pusat (Jakarta).
Penulis diminta untuk scoring hasil tes CFIT, Cepat Teliti, dan PAPI
Kostick yang dilakukan oleh karyawan kantor pusat pada bulan Agustus
2018. Hasil tes PAPI Kostick di scoring langsung kedalam software Ms.
Excel yang sudah tersedia, dan hasil tes CFIT dan Cepat Teliti di scoring
8
secara manual. Untuk hasil tes yang lainnya sudah di scoring terlebih dahulu
oleh karyawan bagian HR di PT. Armoxindo Farma.
9. Diskusi dan interview terkait dengan issues yang ada di PT. Armoxindo
Farma.
Penulis melakukan diskusi dan interview dengan pembimbing
lapangan ataupun HR Administration terkait dengan permasalahan atau
issues yang ada di kantor, seperti butuhnya regenerasi karyawan, turnover
tinggi di tahun 2018, karyawan yang memiliki double job, dan lain-lain.
Penulis juga melakukan diskusi terkait dengan AQ (adversity quotient).
9
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
Di era globalisasi seperti saat ini, kemajuan dan perkembangan dunia bisnis di
Indonesia semakin pesat. Hal tersebut mendorong perusahaan-perusahaan di
Indonesia dari berbagai sektor industri untuk terus berpacu mengikuti arus
perkembangan. Salah satu sektor industri yang berkembang pesat seiring dengan
kemajuan dalam perkembangan dunia bisnis ini adalah sektor industri farmasi.
Menurut Sharabati, Jawad, & Bontis (2010), industri farmasi merupakan industri
10
yang intensif melakukan penelitian, industri yang inovatif dan seimbang dalam
penggunaan sumber daya manusia serta teknologi. Sedangkan untuk produk yang
dihasilkan oleh industri tersebut adalah obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan
kimia lainnya.
Salah satu perusahaan farmasi yang terlibat dalam persaingan di dunia bisnis
adalah PT. Armoxindo Farma, tempat dimana penulis melakukan kegiatan magang,
yang berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. PT. Armoxindo Farma adalah salah
satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang farmasi,
dan telah memproduksi obat-obatan selama lebih dari 36 tahun. PT. Armoxindo
Farma telah berhasil mencapai reputasi atas kualitas produknya dan pemberian
pelayanan yang baik, sesuai dengan standar dan spesifikasi dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB). CPOB menurut Pasal 1 dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Tahun 2012, merupakan cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaan (BPOM, 2012). Dalam jumlah data industri
farmasi di Indonesia per-tanggal 30 Mei 2018, perusahaan farmasi yang memiliki
sertifikat CPOB adalah sebanyak 209 perusahaan, dan PT. Armoxindo Farma
menduduki peringkat 10 (BPOM, 2018).
PT. Armoxindo Farma termasuk kedalam salah satu perusahaan yang sudah
berdiri sejak lama. Namun untuk mempertahankan eksistensinya di dunia farmasi
dan agar tetap dapat bersaing, PT. Armoxindo Farma secara tidak langsung dituntut
oleh keadaan persaingan di industri farmasi untuk menciptakan inovasi-inovasi
baru, promosi produk dan sistem pemasaran yang lebih baik, serta kualitas produk
yang lebih optimal. PT. Armoxindo Farma harus memaksimalkan kinerja dan
11
prestasi kerja yang dimiliki oleh karyawannya agar tetap dapat bersaing di dunia
farmasi.
Hanya saja, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu petinggi
di PT. Armoxindo Farma, didapatkan bahwa karyawan di perusahaan tersebut
didominasi oleh karyawan dari generasi baby boomers (lahir sebelum tahun 1964).
Seiring berjalannya waktu, karyawan dari generasi baby boomers ini harus
memasuki masa pensiun. Akibatnya, pendekatan sumber daya manusia yang
digunakan juga sudah mulai usang dikarenakan bergantinya generasi dengan
karakteristik yang berbeda, sehingga para profesional butuh mengembangkan dan
menggunakan pendekatan yang berbeda (Deloitte, 2015)
12
Knowledge sharing (transfer atau berbagi pengetahuan) merupakan bagian
yang penting dan tidak terpisahkan dari knowledge management. Menurut Sanchez
et al. (2013) bahwa knowledge sharing adalah bagian utama dari knowledge
management. Sedangkan Sajeva (2014) mendefinisikan knowledge sharing sebagai,
“transfer, dissemination, and exchange of knowledge, experience, skills, and
valuable information from one individual to other members within an
organization.” Dengan kata lain, knowledge sharing adalah membagikan atau
mentransfer pengetahuan antara satu karyawan dengan karyawan yang lain, saling
bertukar informasi, pengalaman, dan pengetahuan diantara karyawan dapat
meningkatkan kinerja yang berdampak baik bagi perusahaan (Gunawan &
Wardana, 2018)
Menurut (Noe, 2017), OJT adalah salah satu jenis pembelajaran atau
pelatihan informal tertua dan paling banyak digunakan. Pelatihan ini dianggap
informal karena tidak selalu sebagai bagian dari program pelatihan, dan pelatihan
ini berlaku secara langsung serta menggunakan alat dan peralatan yang sebenarnya.
Manajer, rekan kerja, dan mentor berfungsi sebagai trainers (pelatih) pada metode
pelatihan ini.
13
untuk meningkatkan moral karyawan dalam organisasi. Sebagian besar pengusaha
yang disurvei juga mengklaim mengurangi gesekan dengan menggunakan
metodologi training and development. Karyawan juga menghargai pembelajaran
dan pelatihan di tempat kerja, dikarenakan memungkinkan karyawan untuk tetap
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tanpa meninggalkan pekerjaan.
Dalam survei TJinsite juga, on-the-job training dengan para senior telah dipilih
sebagai metode pelatihan yang paling disukai oleh 71% karyawan (Sumber:
www.whatishumanresource.com).
14
2.3 Tinjauan Pustaka
15
6. Mentoring: Pendekatan OJT dimana karyawan senior dalam
sebuah organisasi membimbing orang-orang yang berbakat
(karyawan junior) dalam pengembangan karir.
16
manajer atau rekan kerja mungkin tidak menggunakan proses yang
sama untuk menyelesaikan tugas, mereka mungkin meneruskan
kebiasaan lama, baik kebiasaan yang bermanfaat maupun kebiasaan
buruk sekaligus. OJT yang tidak terstruktur dapat mengakibatkan
karyawan yang kurang terlatih.
2.3.2 Coaching
Coaching termasuk salah satu dari enam jenis metode pelatihan yang
terdapat di on-the-job training (OJT). Menurut Saks dan Haccoun (2016),
coaching adalah pendekatan OJT dimana karyawan yang sudah
berpengalaman mengarahkan karyawan lainnya untuk mengembangkan
pemahaman, motivasi, keterampilan, dan memberikan dukungan melalui
pemberian feedback.
17
pelatihan memungkinkan tidak memiliki kebebasan atau kesempatan untuk
mengekspresikan idenya sendiri.
18
knowledge management sebagai, “the process of creating, sharing, using and
managing the knowledge and information of an organization.”
2.4 Metode
19
(resign) dari perusahaan (Kurniawan, 2016). Oleh karena itu, untuk dapat
mengungkapkan permasalahan secara lebih lanjut dengan mencari kebenaran secara
ilmiah dan memandang objek secara keseluruhan maka metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitaitif.
20
sebelum menentukan teknik yang tepat sebelum perusahaan dapat
melakukannya. Tahapan-tahapan tersebut bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan pelaksanaan training, serta menentukan bentuk dan metode
training yang tepat untuk menerapkan knowledge sharing tersebut.
1. Organizational Analysis
Organizational Analysis (analisis organisasi) melibatkan penentuan
kesesuaian pelatihan, mengingat strategi perusahaan, sumber daya
yang tersedia untuk pelatihan, dan dukungan yang diberikan oleh
manajer dan rekan kerja untuk kegiatan pelatihan. Analisis
organisasi juga melibatkan pengidentifikasian:
a. Apakah pelatihan mendukung arahan strategis perusahaan?
b. Apakah manajer, rekan kerja, dan karyawan lain mendukung
kegiatan pelatihan? Dikarenakan faktor kunci untuk sukses
adalah sikap positif diantara rekan kerja, manajer, dan
karyawan tentang partisipasi dalam kegiatan pelatihan. Jika
sikap dan perilaku rekan kerja dan manajer tidak mendukung,
hal ini memungkinkan karyawan tidak akan menerapkan
konten pelatihan untuk pekerjaan mereka.
c. Apa sumber daya pelatihan yang tersedia? (seperti budget,
waktu, dan ahli professional untuk pelatihan).
21
2. Person Analysis
Person analysis (analisis orang), mengidentifikasikan siapa yang
membutuhkan pelatihan. Analisis orang melibatkan
pengidentifikasian:
a. Apakah kinerja yang kurang dihasilkan dari kurangnya
pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan?
b. Siapa yang membutuhkan pelatihan?
c. Apakah karyawan memiliki kesiapan untuk pelatihan?
3. Task Analysis
Task analysis (analisis tugas), mengidentifikasi tugas dan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang perlu ditekankan
dalam pelatihan bagi karyawan untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan mereka.
22
yang berhasil didasarkan pada prinsip-prinsip yang ditekankan oleh
social learning theory. Hal ini termasuk penggunaan pelatih yang
kredibel, manajer atau rekan kerja yang mencontohkan perilaku atau
keterampilan, komunikasi, praktik, feedback, dan reinforcement (Noe,
2017). OJT yang tidak terstruktur dapat mengakibatkan karyawan
yang kurang terlatih. Sehingga ada beberapa prinsip yang digunakan
untuk OJT terstruktur, yaitu (Buckley & Capley, 2010; Rothwell &
Kazanas, 1990; Decker & Nathan, 1985; dalam Noe, 2017):
1. Mempersiapkan Instruksi:
a. Membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah penting.
b. Persiapkan peralatan, bahan, dan persediaan yang diperlukan.
c. Tentukan berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk
OJT dan kapan watu yang diharapkan agar karyawan kompeten
di bidang yang dibutuhkan.
2. Instruksi Aktual:
a. Beri tahu peserta pelatihan tujuan dari tugas tersebut, dan
meminta mereka untuk menyaksikan trainer atau coach ketika
memperagakannya.
b. Perlihatkan pada peserta pelatihan bagaimana melakukan tugas,
tanpa mengatakan suatu hal apapun.
c. Jelaskan poin atau perilaku utama.
d. Perlihatkan kembali kepada peserta pelatihan bagaimana
melakukannya.
e. Meminta peserta pelatihan untuk melakukan satu atau seluruh
tugas, dan pujilah mereka untuk produksi yang benar.
f. Jika terdapat kesalahan, peserta pelatihan diminta untuk
berlatih sampai produksi yang akurat tercapai.
g. Puji peserta pelatihan atas keberhasilan mereka dalam
mempelajari tugas.
3. Transfer Pelatihan:
Berikan bahan pendukung dan alat bantu kerja seperti bagan alur,
daftar periksa, prosedur, atau lainnya. Berikan dukungan kepada
23
peserta pelatihan, dan observasi pekerjaan mereka, terutama untuk
tugas yang sulit atau kompleks.
4. Evaluasi:
Mempersiapkan dan menyediakan waktu untuk tes akhir dan
latihan, serta survei mengenai peserta pelatihan setelah mengikuti
training.
2.4.2.3 Coaching
24
(pelatih) adalah manajer, supervisor, atau rekan kerja yang sudah
berpengalaman.
25
2.5 Hasil
Menurut Noe (2017), ada tiga elemen penting yang harus dianalisis sebelum
melaksanakan pelatihan, yaitu organizational analysis, person analysis, dan task
analysis. Namun sebelum penulis menjelaskan hasil dari ketiga analisis tersebut,
berikut ini adalah waktu pelaksanaan TNA penulis dengan dua orang perwakilan
dari PT. Armoxindo Farma:
Hari/
No Subjek Keterangan
Tanggal
Mengenai lingkungan kerja
Rabu, secara fisik dan non-fisik, serta
Site
1 17 Oktober Diskusi membahas issue (permasalahan)
Supervisor
2018 yang terdapat di PT. Armoxindo
Farma
Mengenai issue (permasalahan)
Selasa, yang terdapat di PT. Armoxindo
Site
2 23 Oktober Diskusi Farma, seperti turnover di
Supervisor
2018 pabrik, lack communication, dan
regenerasi karyawan.
Selasa, Site Wawancara Mengenai issue regenerasi
3
4 Desember Supervisor dan Diskusi karyawan, serta membahas
26
2018 dan usulan yang dapat diterapkan
HR untuk melakukan proses
Manager regenerasi karyawan di PT.
Armoxindo Farma. Mengenai
organizational analysis.
Mengenai struktur organisasi
secara keseluruhan untuk
mengetahui posisi atau jabatan
yang diduduki oleh karyawan
yang seharusnya sudah pensiun,
Site sehingga dapat diketahui jabatan
Rabu,
Supervisor Wawancara yang harus di regenerasi.
4 5 Desember
dan HR dan Diskusi Mengenai second layer atau
2018
Manager karyawan yang jabatannya tepat
dibawah karyawan yang akan di
diganti, yang memiliki peluang
untuk menggantikan jabatan
yang di regenerasi.
Mengenai person analysis.
Mengenai track record
karyawan pengganti, seperti
Site
Kamis, meninjau dari tingkat kehadiran
Supervisor Wawancara
5 6 Desember (absensi), prestasi, nilai KPI (key
dan HR dan Diskusi
2018 performance indicator), dan
Manager
catatan lainnya.
Mengenai task analysis.
27
No. Kesimpulan Hasil Proses TNA
28
pengganti untuk jabatan yang diduduki oleh karyawan dari generasi baby
boomers tersebut. Jika di kemudian hari jabatan tersebut kosong, tentu hal
tersebut dapat mengganggu produktivitas perusahaan dalam mencapai
keberhasilan. Dikarenakan karyawan merupakan sumber daya utama dan
terpenting dalam proses pencapaian visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Selain itu, terdapat hal lain yang membuat perusahaan ini juga
khawatir, yaitu perusahaan ini sedikit tertinggal dari perusahaan farmasi
lainnya jika dilihat dari segi IPTEK sebagai salah satu contohnya. Dengan
alasan karena perkembangan dan kemajuan IPTEK saat kini sangat pesat,
baik dalam hardware dan software sekalipun, serta baik untuk sistem
monitoring, promosi produk, atau manajamen databasenya untuk perusahaan
farmasi. Sedangkan PT. Armoxindo Farma sebagian besar masih
menggunakan manual, terutama untuk bagian human resource disana.
29
organisasi suatu perusahaan, perusahaan dapat mengangkat karyawan
pengganti yang memiliki jabatan atau posisi tepat dibawah karyawan
yang akan digantikan, atau disebut juga dengan second layer, wakil,
atau asisten. Second layer tersebut harus memiliki kemampuan, seperti
pengetahuan atau skill, yang mendekati kemampuan atasannya.
Sehingga apabila atasan tersebut keluar dari jabatannya, maka
karyawan atau second layer tersebut dapat menggantikan posisi jabatan
yang kosong tersebut.
2. Melakukan recruitment.
Pada kondisi tertentu, perusahaan dapat mengalami kesulitan untuk
mencari karyawan penggani dari divisi atau bagian yang bersangkutan.
Contohnya seperti karyawan pengganti kurang (atau tidak) memiliki
kemampuan yang mendekati kemampuan atasannya. Jika seperti ini,
PT. Armoxindo Farma data melakukan recruitment dengan melakukan
mutasi atau rotasi jabatan untuk karyawan internal, dengan melihat
track record karyawan tersebut di perusahaan. Namun, jika kurang
berhasil, perusahaan dapat melakukan recruitment karyawan baru dari
luar perusahaan yang sesuai dengan bidangnya. Hanya saja cara ini
butuh biaya dan waktu yang lebih.
3. Melakukan training.
Jika PT. Armoxindo Farma sudah mendapatkan karyawan pengganti,
baik karyawan internal maupun external, maka untuk memaksimalkan
kemampuan karyawan tersebut, perusahaan dapat memberikan training
atau pelatihan sesuai dengan bidangnya. Pilih metode training yang
sesuai dengan keadaan kerja di perusahaan.
30
mengenai tiga elemen penting yang harus dianalisis sebelum melakukan
pelatihan, yaitu:
1. Organizational Analysis
PT. Armoxindo Farma adalah salah satu perusahaan swasta
nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang farmasi, dan telah
memproduksi obat-obatan selama lebih dari 36 tahun. PT. Armoxindo
Farma telah berhasil mencapai reputasi atas kualitas produknya dan
pemberian pelayanan yang baik, sesuai dengan standar dan spesifikasi dari
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Adapun visi dari PT.
Armoxindo Farma ialah menjadikan PT Armoxindo Farma sebuah
perusahaan yang mampu bersaing, bertumbuh, dan disegani dalam bidang
farmasi. Dengan kepemimpinan yang kuat, terampil, dan kerjasama team
yang kompak, serta strategi yang tepat, dimana mampu menjadikan PT
Armoxindo Farma sebuah perusahaan yang terkemuka dan mempunyai
kontribusi yang besar dalam pertumbuhan kualitas kesehatan bangsa (Mr.
Junger Saputra – President Director). Sedangkan misi dari perusahaan
tersebut sesuai dengan visi diatas, ialah untuk dapat menembus dan
meningkatkan pangsa pasar yang ada sehingga produk-produk PT.
Armoxindo Farma akan senantiasa dekat dengan pelanggan. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut, PT. Armoxindo khususnya lebih
banyak dibantu dengan team Marketing dan Distribution.
31
perkembangan teknologi saat ini, dan beberapa seharusnya sudah
mengakhiri masa jabatannya namun tetap bekerja di perusahaan tersebut.
2. Person Analysis
Beberapa posisi dan jabatan di PT. Armoxindo Farma diduduki
oleh karyawan dari generasi baby boomers yang seharusnya sudah
32
pensiun. Disini penulis mengambil contoh bagian Sales dan Marketing di
PT. Armoxido Farma, dikarenakan bagian ini memiliki peranan penting
untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan ini. Posisi Pharma Sales and
Marketing Director di PT. Armoxindo Farma diduduki oleh karyawan dari
generasi baby boomers yang seharusnya sudah pensiun. Salah satu
alasannya dikarenakan belum menemukan karyawan pengganti yang dapat
menduduki posisi tersebut, serta karyawan yang mempunyai kemampuan
seperti pengetahuan dan skill yang mendekati kemampuan karyawan yang
menjabat Pharma Sales and Marketing Director di PT. Armoxindo Farma.
3. Task Analysis
Struktur organisasi pada perusahaan PT. Armoxindo Farma sudah
dijelaskan dengan baik. Tugas karyawan sudah ditentukan berdasakan
dengan job description sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap divisi
atau bagian bertanggung jawab atas pekerjaan mereka masing-masing.
Namun berdasarkan hasil person analysis diatas, sehingga penulis
berfokus pada jabatan Pharma Sales and Marketing Director di PT.
Armoxindo Farma yang membutuhkan regenerasi karyawan. Berikut ini
merupakan uraian mengenai deskripsi pekerjaan untuk jabatan Pharma
Sales and Marketing Director:
33
a. General Job Description:
Posisi ini ditugaskan untuk mengelola program pemasaran yang
mempromosikan produk ke layanan kesehatan profesional, sekaligus
membantu dengan tujuan penjualan. Posisi ini juga ditugaskan untuk
mengelola vendor dan agen pemasaran eksternal yang terlibat dalam
promosi perusahaan. Branding, komunikasi, dan pengembangan alat
pendukung penjualan juga merupakan tanggung jawab bersama.
Kemudian, posisi ini dapat mengembangkan strategi bisnis, seperti
penetapan harga. Posisi ini juga harus dapat mengidentifikasi dan
menganalisis persaingan, seperti meneliti target pasar baru, serta
memantau dan menganalisis data dan kondisi pasar untuk
mengidentifikasi keunggulan kompetitif.
Berdasarkan seluruh uraian pada sub-bab hasil proses TNA, berikut ini
adalah kesimpulan dari hasi proses training need analysis (TNA) di PT.
Armoxindo Farma, khususnya pada posisi Pharma Sales and Marketing
Director:
34
Actual Performance Expected Performance
1. Karyawan yang menduduki Karyawan pengganti yang
posisi Pharma Sales and diharapkan mampu menggantikan
Marketing Director berasal posisi Pharma Sales and
dari generasi baby boomers Marketing Director, agar posisi
yang seharusnya sudah tersebut tidak kosong ketika
pensiun. karyawan yang saat ini menjabat
2. Sistem yang digunakan belum akan pensiun, serta dapat
mengikuti perkembangan menciptakan inovasi baru dan
IPTEK saat ini. memberikan ide baru sesuai
3. Kurangnya inovasi baru dalam dengan perkembangan IPTEK
dunia pemasaran dan saat ini untuk pemasaran dan
penjualan produk. penjualan produk.
GAP
Training Non-Training
Seputar menambah pengetahuan, Melakukan proses regenerasi
keterampilan, dan kemampuan karyawan pada posisi Pharma
karyawan pengganti yang akan Sales and Marketing Director di
menduduki posisi Pharma Sales PT. Armoxindo Farma.
and Marketing Director sesuai
dengan
2.5.4job Kebutuhan
description atau
Training
kebutuhan lainnya.
35
memberi usulan untuk dilakukannya regenerasi karyawan pada posisi Pharma
Sales and Marketing Director di PT. Armoxindo Farma, atau posisi lainnya
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Alasan dilakukannya regenerasi
karyawan pada posisi tersebut adalah karena karyawan yang menduduki
jabatan tersebut sudah seharusnya memasuki masa pensiun. Oleh karena itu,
agar posisi tersebut tidak mengalami kekosongan, perusahaan harus segera
melakukan pergantian karyawan, atau terlebih dahulu dapat membuat rencana
untuk mempersiapkan karyawan pengganti.
36
memberikan kesimpulan dan usulan kepada pihak PT. Armoxindo Farma,
bahwa OJT merupakan metode pelatihan yang tepat untuk digunakan dalam
penerapan knowledge sharing untuk proses regenerasi karyawan pada posisi
Pharma Sales and Marketing Director.
OJT harus terstruktur atau disusun dengan benar agar dapat berjalan
efektif, karena OJT melibatkan proses pembelajaran dengan mengamati orang
lain (observing others). Hal ini termasuk penggunaan pelatih yang kredibel,
manajer atau rekan kerja yang mencontohkan perilaku atau keterampilan,
komunikasi, praktik, feedback, dan reinforcement (Noe, 2017). Sehingga
dapat dikatakan bahwa karyawan yang saat ini menduduki posisi Pharma
Sales and Marketing Director di PT. Armoxindo Farma, berperan sebagai
pelatih. Oleh karena itu, untuk menyusun metode OJT yang terstruktur,
penulis memberikan usulan mengenai beberapa langkah yang harus dilakukan,
yaitu:
1. Mempersiapkan Instruksi.
Penulis memberi usulan untuk karyawan yang saat ini menduduki posisi
Pharma Sales and Marketing Director di PT. Armoxindo Farma, atau
yang berperan sebagai pelatih, harus membagi pekerjaan yang akan
dilakukan oleh peserta pelatihan atau karyawan second layer,
mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan, menentukan
lamanya waktu yang akan digunakan untuk OJT, serta waktu yang
diharapkan agar karyawan second layer dirasa siap untuk menggantikan
posisi tersebut.
2. Instruksi Aktual.
Pada langkah ini, pelatih harus memberikan informasi mengenai tujuan
dari tugas-tugas yang akan dikerjakan, dan memberikan contoh atau
memperagakan bagaimana menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Setelah
itu, mintalah karyawan second layer tersebut untuk melakukan satu atau
seluruh tugas yang telah ditentukan. Terakhir, atasan harus memuji
karyawan tersebut untuk pekerjaan yang dilakukan dengan benar. Namun
jika terjadi kesalahan, pelatih harus meminta karyawan second layer
tersebut untuk berlatih sampai pekerjaan tersebut dilakukan dengan benar.
37
3. Transfer Pelatihan.
Pelatih memberikan rundown, materi, prosedur, petunjuk pengerjaan, atau
data lainnya untuk dijadikan bahan-bahan pendukung ketika
melaksanakan training. Tidak lupa, pelatih diharuskan memberikan
dukungan kepada karyawan second layer tersebut, serta mengobservasi
pekerjaan mereka, terutama untuk pekerjaan atau tugas yang sulit dan
kompleks.
4. Evaluasi.
Terakhir, pelatih mempersiapkan waktu untuk final test, serta survei
kepada karyawan second layer setelah selesai mengikuti training.
1. Contract
Pada fase ini, pelatih diminta untuk menentukan tujuan, dan mulai
membangun percakapan mengenai hasil-hasil yang ingin dicapai, serta
kebetuhan yang ingin dipenuhi.
2. Listen
Pelatih diharuskan aktif mendengarkan, agar pelatih dapat membantu
karyawan second layer untuk mengembangkan pemahaman mereka
mengenai situasi yang diharapkan.
38
3. Explore
Pelatih harus menghargai perasaan karyawan second layer yang telah
berusaha meninggalkan kondisi sebelumnya, dan bertanya, serta
merefleksikan pemahaman dan kesadaran baru secara bersama-sama.
4. Action
Setelah melakukan eksplorasi terhadap dinamika situasi yang bervariasi
dan mengembangkan berbagai pilihan untuk mengatasinya, pelatih
diminta untuk melakukan ‘latihan singkat’ didalam ruangan tersebut, atau
roleplay.
5. Review
Pelatih meninjau kembali (review) mengenai pekerjaan yang dilakukan
oleh karyawan second layer, memberi feedback mengenai hal positif apa
yang membantu karyawan tersebut selama proses pelatihan, hal apa yang
dirasakan susah, dan apa yang mereka inginkan untuk dilakukan pada sesi
pelatihan yang lain. Dengan disetujuinya review atas hasil proses pelatihan
tersebut dan rencana pelaksanaan training atau coaching selanjutnya,
maka dengan ini sesi pelatihan dapat dinyatakan selesai.
39
oleh peserta pelatihan atau karyawan second layer, yaitu mencari pengetahuan
atau pengalaman kepada pelatih atau atasan.
40
BAB III
3.1 Kesimpulan
Penulis berfokus pada posisi Pharma Sales and Marketing Director di PT.
Armoxindo Farma. Dengan alasan, karena posisi ini merupakan inti dari pemasaran
produk serta penjualan produk PT. Armoxindo Farma. Sehingga, jika posisi tersebut
mengalami kekosongan, tentu saja hal ini menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan dalam mencapai visi, misi, dan tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
41
perusahaan, khususnya pada posisi-posisi yang membutuhkan regenerasi karyawan,
seperti posisi Pharma Sales and Marketing Director. Pemberian usulan tersebut
didasari karena kekhawatiran perusahaan terhadap posisi yang nantinya akan
kosong, namun belum mendapatkan karyawan pengganti.
3.2 Diskusi
42
dengan adanya kegiatan magang seperti ini adalah mampu mempersiapkan penulis
dengan pengalaman kerja nyata, serta dapat membangun etika kerja dan jiwa
disiplin dengan segala aturan yang ada di tempat magang.
OJT harus terstruktur dan disusun dengan benar agar metode ini berhasil dan
dapat berjalan dengan efektif, karena OJT yang tidak terstruktur dapat
mengakibatkan karyawan yang kurang terlatih. Oleh karena itu, penulis juga
memberikan usulan mengenai perencanaan tahapan OJT dengan metode coaching
43
yang dapat digunakan oleh perusahaan, seperti mempersiapkan instruksi,
memberikan instruksi aktual, mentransfer pelatihan, dan mengevaluasi pelatihan.
3.3 Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada PT. Armoxindo Farma adalah agar
perusahaan dapat segera mengimplementasikan usulan yang penulis berikan.
44
Penulis memberikan usulan mengenai perencanaan on-the-job training dengan
metode pendekatan coaching untuk penerapan knowledge sharing di PT.
Armoxindo Farma. Usulan tersebut ditujukan untuk jabatan atau posisi yang
diduduki oleh karyawan dari generasi baby boomers, karena karyawan tersebut
sudah seharusnya mengakhiri masa jabatannya (pensiun). Akan tetapi, karyawan-
karyawan tersebut tetap bekerja di usia mereka yang sudah lebih dari 60 tahun.
Salah satu alasannya, dikarenakan belum mendapat karyawan pengganti yang tepat
untuk mengantikan kedudukan mereka pada jabatan yang bersangkutan. Sehingga,
untuk pemberian training dalam penerapan knowledge sharing tersebut ditujukan
kepada karyawan pengganti atau karyawan second layer, yaitu seperti wakil atau
asisten.
45
1. Input data-data absensi karyawan, seperti update status, data kehadiran, cuti,
dan izin karyawan di seluruh cabang PT. Armoxindo Farma.
4. Penulis melakukan job analysis pada salah satu jabatan di PT. Armoxindo
Farma dengan memperbaiki job description dan job specification yang telah ada
sebelumnya.
6. Menjadi notulen untuk beberapa meeting atau rapat di PT. Armoxindo Farma
Jakarta. Penulis diminta untuk menjadi notulen rapat yang membahas terkait
untuk tahun 2019 mengenai produksi obat, bahan baku obat, company
achievement target untuk penjualan obat, lalu menggabungkan hasil notulen-
notulen rapat tersebut dan dikumpulkan ke pembimbing penulis.
8. Scoring hasil tes CFIT, Cepat Teliti, dan PAPI Kostick karyawan di kantor
pusat (Jakarta). Penulis diminta untuk scoring hasil tes CFIT, Cepat Teliti, dan
PAPI Kostick yang dilakukan oleh karyawan kantor pusat pada bulan Agustus
2018. Hasil tes PAPI Kostick di scoring langsung kedalam software Ms. Excel
yang sudah tersedia, dan hasil tes CFIT dan Cepat Teliti di scoring secara
manual. Untuk hasil tes yang lainnya sudah di scoring terlebih dahulu oleh
karyawan bagian HR di PT. Armoxindo Farma.
9. Diskusi dan interview terkait dengan issues yang ada di PT. Armoxindo Farma.
Penulis melakukan diskusi dan interview dengan pembimbing lapangan ataupun
HR Administration terkait dengan permasalahan atau issues yang ada di kantor,
46
seperti butuhnya regenerasi karyawan, turnover tinggi di tahun 2018, karyawan
yang memiliki double job, dan lain-lain. Penulis juga melakukan diskusi terkait
dengan AQ (adversity quotient).
Kegiatan magang di PT. Armoxido Farma mengasah skill penulis, seperti skill
communication, self-management, team work, dan planning & organizing. Salah
satu penjelasan contoh untuk skill communication, yaitu penulis harus memiliki
kemampuan dalam menyampaikan informasi berupa pesan, ide, atau gagasan, baik
lisan maupun tulisan, dari satu pihak ke pihak lainnya. Situasi yang sangat jelas
terlihat adalah ketika penulis kurang mengerti mengenai tugas yang diberikan,
dimana penulis harus mampu berkomunikasi dengan jelas kepada atasan untuk
menyampaikan apa yang penuis maksud. Kemudian, ketika penulis berdiskusi
dengan atasan penulis untuk membahas tentang permasalahan yang ada di
perusahaan, atau mengenai situasi perusahaan saat ini. Untuk menggali lebih dalam
hal tersebut, penulis harus mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas kepada
atasan, agar penulis mendapatkan informasi lebih mengenai permasalahan yang ada
di PT. Armoxindo Farma. Namun tidak hanya dalam hal tersebut saja, karena
komunikasi sangat penting dalam segala aspek kehidupan, terlebih lagi di dunia
kerja, sehingga sudah pasti penulis terlibat dalam komunikasi dua arah atau lebih
dengan siapapun yang ada di perusahaan. Sedangkan untuk contoh skill self-
management, team work, dan planning & organizing, penulis telah menjelaskan
pada assignment EES bulan 2 di Binusmaya.
47
Kegiatan magang ini membuat penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang
penulis dapatkan di bangku perkuliahan dan mempelajari detail tentang seluk-beluk
standar kerja yang profesional. Akan tetapi, terdapat juga pembelajaran yang tidak
penulis dapatkan dibangku perkuliahan, karena dunia kerja tidak selamanya sama
dengan teori-teori yang dipelajari di bangku perkuliahan. Pembelajaran di bangku
perkuliahan akan semakin lengkap dengan terjun langsung di dunia kerja yang
sesungguhnya, seperti kegiatan magang ini. Oleh karena itu, dengan berbekal
pengetahuan tambahan dan pengalaman kerja di PT. Armoxindo Farma selama 4
bulan, penulis berharap dapat menyempurnakan diri atau mempersiapkan diri lebih
baik lagi, terutama saat terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.
48
REFERENSI
BPOM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik: Guidelines on Good
Manufacturing Practices. Retrieved December 23, 2018, from Badan POM
RI: https://www.pom.go.id/new/files/2018/pedoman/indonesia-gmp-
guideline.pdf
BPOM. (2018). Data Industri Farmasi di Indonesia yang Memiliki Sertifikat CPOB
Terkini. Retrieved January 31, 2019, from Badan POM RI:
https://www.pom.go.id/new/files/2018/industri-farmasi/data-sertifikat-all-
tw2.pdf
Brcic, Z., & Mihelic, K. (2015). Knowledge Sharing Between Different Generations
of Employees: an Example from Slovenia. Economic Research-Ekonomska
Istrazivanja, 28(1), 853-867.
Deloitte. (2015). Managing Talent in the New World of Work. Retrieved January 31,
2019, from www.global.corpgov.deloitte.com
Gunawan, H., & Wardana, A. (2018). Knowledge Sharing sebagai Mediasi Antara
Employee Engagement Terhadap Kinerja Pengemudi Gojek di Yogyakarta.
Jurnal Riset dan Konseptual, 3(4), 424-437.
Half, R. (2018, April 12). 4 On-The-Job Training Methods for Your Next Recruit.
Retrieved February 3, 2019, from http://www.ipmg-online.com/index.php?
modul=profil&cat=PWho
49
Kristina, Anita. (2013). Model Training Needs Analysis Untuk Membentuk
Perilaku Inovatif SDM Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur. Pamator, 6(1).
Memah, L., Pio, R., & Kaparang, S. (n.d.). Pengaruh Knowledge Sharing Terhadap
Kinerja Karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Administrasi dan Bisnis.
Mosca, J., Farrari, A., & Buzza, J. (2010). Coaching to win: A systemic approach to
achieving productivity through coaching. Journal of Business & Economic
Research, 8(5), 115-130.
Noe, R. A. (2017). Employee Training and Development (7th ed.). NY: McGraw-
Hill Education.
PT. Armoxindo Farma. Data Sekunder: Company Profile. Jakarta: PT. Armoxindo
Farma.
Rahmi, H., & Suryalena. (2017). Pengaruh On-The-Job Training dan Off-The-Job
Training Terhadap Kinerja Karyawan. JOM FISIP, 4(2).
Saks, A., & Haccoun, R. (2016). Managing Performance through Training &
Development (7th ed.). Toronto: Nelson Series in Human Resources
Management.
50
Sharabati, A., Jawad, S., & Bontis, N. (2010). Intellectual Capital and Business
Performance in the Pharmaceutical Sector of Jordan. Management Decision,
48(1), 105-301.
51
LAMPIRAN
ix
PERENCANAAN ON-THE-JOB TRAINING DENGAN METODE
PENDEKATAN COACHING UNTUK PENERAPAN KNOWLEDGE
SHARING PADA KARYAWAN DI PT. ARMOXINDO FARMA
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
Rintan Fauziyyah Alya
1901516551
PSYCHOLOGY PROGRAM
PSYCHOLOGY STUDY PROGRAM
FACULTY OF HUMANITIES
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu perusahaan farmasi yang terlibat dalam persaingan di dunia bisnis
adalah PT. Armoxindo Farma, tempat dimana penulis melakukan kegiatan magang,
yang berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. PT. Armoxindo Farma adalah salah
satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang farmasi,
dan telah memproduksi obat-obatan selama lebih dari 36 tahun. PT. Armoxindo
Farma telah berhasil mencapai reputasi atas kualitas produknya dan pemberian
pelayanan yang baik, sesuai dengan standar dan spesifikasi dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB). CPOB menurut Pasal 1 dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Tahun 2012, merupakan cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaan (Sumber: www.pom.go.id.). Dalam jumlah data
industri farmasi di Indonesia per-tanggal 30 Mei 2018, perusahaan farmasi yang
3
memiliki sertifikat CPOB adalah sebanyak 209 perusahaan, dan PT. Armoxindo
Farma menduduki peringkat 10 (Sumber: www.pom.go.id/2018).
PT. Armoxindo Farma termasuk kedalam salah satu perusahaan yang sudah
berdiri sejak lama. Namun untuk mempertahankan eksistensinya di dunia farmasi
dan agar tetap dapat bersaing, PT. Armoxindo Farma secara tidak langsung dituntut
oleh keadaan persaingan di industri farmasi untuk menciptakan inovasi-inovasi
baru, promosi produk dan sistem pemasaran yang lebih baik, serta kualitas produk
yang lebih optimal. PT. Armoxindo Farma harus memaksimalkan kinerja dan
prestasi kerja yang dimiliki oleh karyawannya agar tetap dapat bersaing di dunia
farmasi.
Hanya saja, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu petinggi
di PT. Armoxindo Farma, didapatkan bahwa karyawan di perusahaan tersebut
didominasi oleh karyawan dari generasi baby boomers (lahir sebelum tahun 1964).
Seiring berjalannya waktu, karyawan dari generasi baby boomers ini harus
memasuki masa pensiun. Akibatnya, pendekatan sumber daya manusia yang
digunakan juga sudah mulai usang dikarenakan bergantinya generasi dengan
karakteristik yang berbeda, sehingga para profesional butuh mengembangkan dan
menggunakan pendekatan yang berbeda (Deloitte, 2015).
4
penting bagi seseorang maupun organisasi untuk dapat bersaing di lingkungan yang
semakin kompetitif. Pengelolaan knowledge oleh organisasi dikenal dengan istilah
knowledge management. Girard & Girard (2015) mendefinisikan knowledge
management sebagai, “the process of creating, sharing, using and managing the
knowledge and information of an organization.” Knowledge management yang baik
dapat meningkatkan kinerja karyawan, yaitu dengan adanya knowledge sharing,
sehingga kinerja perusahaan secara tidak langsung akan meningkat dan memiliki
keunggulan bersaing (Fitrianty, 2009; dalam Memah et al, n.d.).
5
Menurut Noe (2017), OJT adalah salah satu jenis pembelajaran atau
pelatihan informal tertua dan paling banyak digunakan. Pelatihan ini dianggap
informal karena tidak selalu sebagai bagian dari program pelatihan, dan pelatihan
ini berlaku secara langsung serta menggunakan alat dan peralatan yang sebenarnya.
Manajer, rekan kerja, dan mentor berfungsi sebagai trainers (pelatih) pada metode
pelatihan ini.
6
boomers) terhadap karyawan junior. Tujuan terbentuknya usulan ini adalah untuk
regenerasi karyawan di PT. Armoxindo Farma, agar ketika karyawan dari generasi
baby boomers mengakhiri masa jabatannya, PT. Armoxindo Farma mempunyai
karyawan pengganti yang akan menduduki jabatan tersebut.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
untuk mengembangkan pemahaman, motivasi, keterampilan, dan
memberikan dukungan melalui pemberian feedback.
6. Mentoring: Pendekatan OJT dimana karyawan senior dalam
sebuah organisasi membimbing orang-orang yang berbakat
(karyawan junior) dalam pengembangan karir.
9
Dibalik semua keunggulannya, terdapat beberapa kelemahan
dari pendekatan OJT yang tidak terstruktur ini (Noe, 2017), seperti
manajer atau rekan kerja mungkin tidak menggunakan proses yang
sama untuk menyelesaikan tugas, mereka mungkin meneruskan
kebiasaan lama, baik kebiasaan yang bermanfaat maupun kebiasaan
buruk sekaligus. OJT yang tidak terstruktur dapat mengakibatkan
karyawan yang kurang terlatih.
2.1.2 Coaching
2.1.2.1 Pengertian Coaching
Coaching termasuk salah satu dari enam jenis metode pelatihan
yang terdapat di on-the-job training (OJT). Menurut Saks dan Haccoun
(2016), coaching adalah pendekatan OJT dimana karyawan yang sudah
berpengalaman mengarahkan karyawan lainnya untuk mengembangkan
pemahaman, motivasi, keterampilan, dan memberikan dukungan melalui
pemberian feedback.
10
Seringkali peserta pelatihan berbagi beberapa tugas dan tanggung jawab
pelatih, dan membebaskan pelatih dari bebannya. Akan tetapi, metode
ini memiliki keterbatasan, yaitu peserta pelatihan memungkinkan tidak
memiliki kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan idenya
sendiri
11
knowledge management sebagai, “the process of creating, sharing, using and
managing the knowledge and information of an organization.”
12
Wardana, 2018). Untuk mendukung penerapan knowledge sharing di PT.
Armoxindo Farma, penulis memberikan usulan mengenai salah satu metode yang
dapat digunakan untuk melakukan penerapan knowledge sharing tersebut. Salah
satunya adalah dengan pelatihan, khususnya metode on-the-job training.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
14
3.2.2 Prosedur Penelitian
Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk penerapan knowledge sharing
sebagai proses regenerasi pada karyawan di PT. Armoxindo Farma.
Knowledge sharing sendiri adalah salah satu metode atau salah satu langkah
dalam knowledge management yang digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi atau
perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman, dan ide
yang mereka miliki kepada anggota lainnya (Subagyo, 2007; dalam Wahyuni
dan Kistyanto, 2013). Menurut Hoof & Ridder (dalam Yesil, 2013), proses
knowledge sharing terdiri dari dua dimensi, yaitu:
1. Memberikan pengetahuan (knowledge donating), yaitu menyalurkan atau
menyebarkan oengetahuan atau modal intelektual kepada orang lain yang
melibatkan komunikasi antar individu.
2. Mengumpulkan pengetahuan (knowledge collecting), yaitu mencari atau
mengumpulkan pengetahuan atau modal intelektual dengan cara
berkonsultasi dengan individu lainnya.
Untuk menerapkan knowledge sharing sebagai proses regenerasi
karyawan di PT. Armoxindo Farma, penulis membutuhkan beberapa tahapan
sebelum menentukan teknik yang tepat sebelum perusahaan dapat
melakukannya. Tahapan-tahapan tersebut bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan pelaksanaan training, serta menentukan bentuk dan metode
training yang tepat untuk menerapkan knowledge sharing tersebut.
15
Menurut Noe (2017), proses TNA melibatkan tiga elemen
penting yang harus dilakukan, yaitu:
1. Organizational Analysis
Organizational Analysis (analisis organisasi) melibatkan penentuan
kesesuaian pelatihan, mengingat strategi perusahaan, sumber daya
yang tersedia untuk pelatihan, dan dukungan yang diberikan oleh
manajer dan rekan kerja untuk kegiatan pelatihan. Analisis
organisasi juga melibatkan pengidentifikasian:
a. Apakah pelatihan mendukung arahan strategis perusahaan?
b. Apakah manajer, rekan kerja, dan karyawan lain mendukung
kegiatan pelatihan? Dikarenakan faktor kunci untuk sukses adalah
sikap positif diantara rekan kerja, manajer, dan karyawan tentang
partisipasi dalam kegiatan pelatihan. Jika sikap dan perilaku rekan
kerja dan manajer tidak mendukung, hal ini memungkinkan
karyawan tidak akan menerapkan konten pelatihan untuk pekerjaan
mereka.
c. Apa sumber daya pelatihan yang tersedia? (seperti budget, waktu,
dan ahli professional untuk pelatihan).
2. Person Analysis
Person analysis (analisis orang), mengidentifikasikan siapa yang
membutuhkan pelatihan. Analisis orang melibatkan
pengidentifikasian:
a. Apakah kinerja yang kurang dihasilkan dari kurangnya pengetahuan,
keterampilan, atau kemampuan?
b. Siapa yang membutuhkan pelatihan?
c. Apakah karyawan memiliki kesiapan untuk pelatihan?
3. Task Analysis
Task analysis (analisis tugas), mengidentifikasi tugas dan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang perlu ditekankan
dalam pelatihan bagi karyawan untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan mereka.
16
3.2.2.2 On-The-Job Training
Setelah mengetahui kebutuhan training, langkah selanjutnya
adalah menentukan metode training yang akan digunakan. Menurut Noe
(2017), metode training tradisional memiliki tiga bentuk, yaitu metode
presentation, hands-on, dan group building. Metode training tradisional
itu sendiri merupakan metode pelatihan yang membutuhkan instruktur
atau fasilitator, dan melibatkan interaksi tatap muka (face-to-face)
dengan peserta pelatihan, serta melibatkan peserta pelatihan untuk aktif.
Seperti contoh, kelas di perkuliahan dapat dilakukan secara langsung
dengan mahasiswa, atau dapat disampaikan melalui virtual. Disini
penulis memilih metode on-the-job training (OJT), dengan alasan
metode ini berguna untuk melatih karyawan yang baru direkrut,
meningkatkan keterampilan dan pengalaman karyawan, melatih
karyawan dalam suatu departemen atau unit kerja, serta mengarahkan
karyawan yang dipindahkan atau dipromosikan ke pekerjaan baru
mereka (Noe, 2017).
Metode OJT harus terstruktur atau disusun dengan benar agar
dapat berjalan dengan efektif, karena OJT melibatkan proses
pembelajaran dengan mengamati orang lain (observing others). OJT
yang berhasil didasarkan pada prinsip-prinsip yang ditekankan oleh
social learning theory. Hal ini termasuk penggunaan pelatih yang
kredibel, manajer atau rekan kerja yang mencontohkan perilaku atau
keterampilan, komunikasi, praktik, feedback, dan reinforcement (Noe,
2017). OJT yang tidak terstruktur dapat mengakibatkan karyawan yang
kurang terlatih. Sehingga ada beberapa prinsip yang digunakan untuk
OJT terstruktur, yaitu (Buckley & Capley, 2010; Rothwell & Kazanas,
1990; Decker & Nathan, 1985; dalam Noe, 2017):
1. Mempersiapkan Instruksi:
a. Membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah penting.
b. Persiapkan peralatan, bahan, dan persediaan yang diperlukan.
c. Tentukan berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk OJT
dan kapan watu yang diharapkan agar karyawan kompeten di
bidang yang dibutuhkan.
17
2. Instruksi Aktual:
a. Beri tahu peserta pelatihan tujuan dari tugas tersebut, dan
meminta mereka untuk menyaksikan trainer atau coach ketika
memperagakannya.
b. Perlihatkan pada peserta pelatihan bagaimana melakukan tugas,
tanpa mengatakan suatu hal apapun.
c. Jelaskan poin atau perilaku utama.
d. Perlihatkan kembali kepada peserta pelatihan bagaimana
melakukannya.
e. Meminta peserta pelatihan untuk melakukan satu atau seluruh
tugas, dan pujilah mereka untuk produksi yang benar.
f. Jika terdapat kesalahan, peserta pelatihan diminta untuk berlatih
sampai produksi yang akurat tercapai.
g. Puji peserta pelatihan atas keberhasilan mereka dalam
mempelajari tugas.
3. Transfer Pelatihan:
Berikan bahan pendukung dan alat bantu kerja seperti bagan alur,
daftar periksa, prosedur, atau lainnya. Berikan dukungan kepada
peserta pelatihan, dan observasi pekerjaan mereka, terutama untuk
tugas yang sulit atau kompleks.
4. Evaluasi:
Mempersiapkan dan menyediakan waktu untuk tes akhir dan latihan,
serta survei mengenai peserta pelatihan setelah mengikuti training.
3.2.2.3 Coaching
Setelah merencakan bagaimana pelaksanaan training
berlangsung, selanjutnya adalah memilih jenis penyampaian training
yang digunakan untuk melaksanakan on-the-job training. Pada bagian
2.3.1.1, OJT memiliki enam jenis metode pelatihan, yaitu (Saks &
Haccoun, 2016):
1. Job instruction training.
2. Performance aids.
3. Job rotation.
18
4. Apprenticeship program.
5. Coaching.
6. Mentoring.
2. Mendengarkan (Listen).
Dengan menggunakan kemampuan mendengar aktif, coach
membantu coachee untuk mengembangkan pemahaman mereka
terhadap situasi dimana coach menginginkan terjadinya perubahan.
3. Mengeksplor (Explore).
Menghargai perasaan coachee di situasi saat ini yang telah berusaha
untuk meninggalkan kondisinya di masa lalu. Dengan bertanya dan
19
refleksi serta menghasilkan pemahaman dan kesadaran baru, coach
bersama coachee membuat pilihan-pilihan berbeda untuk mengatasi
isu yang dibicarakan.
4. Bertindak (Action).
Setelah melakukan eksplorasi, coachee menentukan langkah untuk
maju dan menyetujui langkah pertama yang akan dilakukannya.
Pada poin ini penting untuk dilakukannya ‘latihan singkat’ guna
penetapan langkah pertama di dalam ruangan tersebut.
20
REFERENSI
Antonius, A. (May 30, 2017). Fungsi Coaching Dalam Perusahaan. [Web log post].
Retrieved February 3, 2019, from http://nlpleadershipindonesia.com/ fungsi-
coaching-dalam-perusahaan/
Badan POM RI. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik: Guidelines On
Good Manufacturing Practices. Retrieved December 23, 2018, from
https://www.pom.go.id/new/files/2018/pedoman/indonesia-gmp-guideline
.pdf
Badan POM RI. (2018). Data Industri Farmasi di Indonesia yang Memiliki
Sertifikat CPOB Terkini. Retrieved January 31, 2019, from
https://www.pom.go.id/new/files/2018/industri-farmasi/data-sertifikat-all-
tw2.pdf
Deloitte. (2015). Managing Talent in the New World of Work. Retrieved January 31,
2019, from www.global.corpgov.deloitte.com.
Half, Robbin. (April 12, 2018). 4 On-The-Job Training Methods for Your Next
Recruit. [Web log post]. Retrieved February 3, 2019, from https://www.
roberthalf.com.au/blog/employers/4-job-training-methods-your-next-recruit.
21
Kristina, Anita. (2013). Model Training Needs Analysis Untuk Membentuk
Perilaku Inovatif SDM Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur. Pamator, 6(1),
April 2013.
Memah, L., Pio, R. J., & Kaparang, S. G. (n.d.). Pengaruh Knowledge Sharing
Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Administrasi dan Bisnis.
Mosca, J.B., Farrari, A., & Buzza, J. (2010). Coaching to win: A systemic approach
to achieving productivity through coaching. Journal of Business &
Economic Research, 8(5), 115-130.
Noe, Raymond A. (2017). Employee Training and Development (7th ed.). NY:
McGraw-Hill Education.
PT. Armoxindo Farma. Data Sekunder: Company Profile. Jakarta: PT. Armoxindo
Farma.
Rahmi, H., & Suryalena. (2017). Pengaruh On-The-Job Training dan Off-The-Job
Training Terhadap Kinerja Karyawan. JOM FISIP, 4(2).
Saks, A. M., & Haccoun, R.R. (2016). Managing Performance through Training &
Development (7th Edition). Toronto: Nelson Series in Human Resources
Management.
22
Sanchez, J.H., Sanchez Y.H., Collado-Ruiz D., & Cebrian-Tarrason D. (2013).
Knowledge Creating and Sharing Corporate Culture Framework. Procedia–
Social and Behavioral Sciences. Vol. 74, 388-397.
Sharabati, A., Jawad, S.N, & Bontis, N. (2010). Intellectual Capital and Business
Performance in the Pharmaceutical Sector of Jordan. Management Decision,
48(1), 105-301.
Yesil, S., & Dereli, S.F. (2013). An empirical investigation of the organizational
justice, knowledge sharing and innovation capability. Social and
Behavioural Sciences, 75, 199–208.
23
Lampiran 2. Log Book
x
Lampiran 3. Learning Plan
xi
Lampiran 4. Alamat Seluruh Kantor PT. Armoxindo Farma
JAWA
1 JAKARTA Jl. Arjuna No. 48, Jakarta Barat, 11470
2 BANTEN Jl. Palem Merah IX No. 12, Karawaci, Tangerang, 15810
3 BEKASI Perum. Taman Rafflesia Blok A 27, Jatimulya, Bekasi Timur, 17510
4 BOGOR Jl. Pandu Raya No. 172 (Perum. Indra Prasta II), Bogor, 16152
5 BANDUNG Jl. Kasuari No. 9 (Komplek Dadali Indah), Bandung, 40184
6 CIREBON Komplek Karang Jalak Indah No. 1, Sunyaragi, Cirebon, 45132
7 YOGYAKARTA Jl. Ki Gito Ganti Penen No. 52, Sleman, Yogyakarta
8 SEMARANG Jl. Abdulrahman Saleh 43, Semarang, 50145
9 SOLO Jl. Adisumarmo No. 206, Desa Banyuanyar, Solo, 57137
10 PURWOKERTO Jl. Ringin Tirto No. 59, Bancarkembar, Purwokerto, 53121
11 SURABAYA Jl. Kertajaya Indah Timur I/14, Surabaya, 60116
12 MALANG Jl. Bantaran Barat II No. 37, Malang, 65141
13 KEDIRI Jl. Raya Persada Sayang No. 2, Kediri, 64114
SUMATERA
14 LAMPUNG Jl. Hayam Wuruk Blok CC No. 3, Kedamaian, Bandar Lampung
15 PALEMBANG Jl. Kol. H. Burlian (Ruko Pilar Mas No. 3 G-H), Palembang
16 JAMBI Jl. HOS Cokroaminoto No. 43B, Kel. Selamat, Jambi
17 PADANG Jl. KIS Mangunsarkoro No. 32A, Padang
18 PEKANBARU Jl. Gatot Subroto No. 18-20, Pekanbaru, 28112
19 MEDAN Jl. Murai I Blok H No. 61,63,65 (Perum, Tomang Elok), Medan
20 BATAM Jl. Semangka No. 1A Blok V, Batam, 29441
KALIMANTAN
21 BANJARMASIN Jl. Brigjen Hasan Basri (Ruko 20 Pintu Blok A No. 6), Kayu Tangi,
Banjarmasin, 70124
22 PONTIANAK Jl. Veteran Gg. Berkah No. 2, Pontianak
23 SAMARINDA Jl. A.M.Sangaji No. 38 C-D, Samarinda
SULAWESI
24 MAKASSAR Jl. Jambu No. 1, Makassar
25 PALU Jl. KOL. Soegiono No. 3, Palu
26 BENGKULU Jl. Kenanga No. 35, Ratu Agung, Kota Bengkuli, 38222
IRIAN JAYA
27 JAYAPURA Jl. Argapura No. 4, Jayapura, 99222
BALI
28 DENPASAR Jl. Diponegoro (Komplek Diponegoro Megah Blok A-23), Desnpasar
xii
Lampiran 5. Logo Perusahaan & Dokumentasi
Dokumentasi
xiii
Foto bersama dengan Ibu Maryati, selaku
HR Administration.
xiv
xv