Anda di halaman 1dari 21

Epidemiologi Acne Vulgaris

Meskipun jerawat merupakan sebuah kondisi yang hampir universal pada orang muda,
epidemiologi yang diketahui tentang jerawat relatif sedikit. Penulis berusaha meninjau
kembali apa yang diketahui tentang distribusi dan penyebab jerawat dengan melakukan
review sistematis terhadap studi epidemiologi yang relevan. Kami mencari melalui Medline
dan Embase hingga akhir November 2011.

Peran Propionibacterium acnes dalam patogenesis tidak jelas: Antibiotik memiliki


antimikroba langsung dan juga efek antiinflamasi.

Jerawat sedang sampai parah mempengaruhi sekitar 20% orang muda dan tingkat
keparahannya berkorelasi dengan kematangan pubertas. Jerawat mungkin muncul di usia
lebih muda karena pubertas dini. Tidak jelas apakah etnisitas benar-benar berhubungan
dengan jerawat. Orang kulit hitam lebih rentan terhadap hiperpigmentasi postinflamasi dan
subtipe tertentu seperti 'pomade acne'. Jerawat berlanjut sampai usia 20an pada 64% individu
dan usia 30an pada 43% individu. Heritabilitas jerawat hampir 80% pada keluarga tingkat
pertama. Jerawat terjadi lebih awal dan lebih parah pada mereka yang memiliki riwayat
keluarga positif. Gagasan bunuh diri lebih sering terjadi pada orang dengan jerawat derajat
berat dibandingkan dengan jerawat ringan. Di AS, biaya jerawat lebih dari 3 miliar dolar per
tahun dalam segi pengobatan dan akibat hilangnya produktivitas. Sebuah tinjauan sistematis
pada tahun 2005 tidak menemukan bukti nyata komponen diet yang meningkatkan risiko
jerawat. Satu penelitian randomized controlled trial menunjukkan bahwa diet indeks glisemik
rendah (GI) dapat menurunkan tingkat keparahan jerawat. Kemungkinan hubungan antara
asupan makanan susu dan jerawat memerlukan pemeriksaan lebih ketat. Sinar matahari alami
atau kebersihan yang buruk tidak berhubungan. Hubungan antara merokok dan jerawat
mungkin memiliki perancu. Intisari dari hasil penelitian yang telah divalidasi diharapkan
dapat membantu sebagai bukti ilmiah yang mendukung pada studi-studi selanjutnya.

Gambaran klinis dan histologi dari akne, sebuah penyakit inflamasi kronik pada folikel
pilosebasea, dapat digambarkan dengan baik.1 Lesi akne biasanya diklasifikasikan menjadi lesi
noninflamatori (komedo terbuka dan tertutup) atau lesi inflamatori (papul dan pustule).
Seborrhea, atau produksi minyak, juga merupakan tanda dari akne.2 Biasanya sering terbentuk
jaringan parut (skar) setelah proses inflamasi3 seperti yang digambarkan pada Gambar 1. Proses
patofisiologi terjadinya akne sudah dipelajari dengan baik. Lesi dimulai ketika keratinosit
melapisi folikel rambut yang mengalami deskuamasi sehingga membentuk mikrokomedo.
Pada saat pubertas, peningkatan produksi sebum menciptakan lingkungan yang sesuai untuk
mempertahankan koloni Propionibakterium acnes. Ketika P. Acnes berproliferasi, mediator
inflamasi dan kemostatik diproduksi, hal ini menyebabkan terjadinya proses inflamasi.4
Meskipun patofisiologi akne sudah dapat dipahami, epidemiologi akne yang tertulis
masih sedikit, meskipun akne merupakan masalah yang sering muncul pada saat remaja.
Epidemiologi tidak hanya menggambarkan beban penyakit dalam hal insidensi, prevalensi dan
variasi berdasarkan umur, jenis kelamin, kelas sosial, kelompok etnik serta geografi, tetapi juga
memiliki potensi untuk mengidentifikasi faktor risiko spesifik yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau perkembangannya, yang mungkin dapat dimanipulasi. Penemuan mengenai
faktor risiko atau faktor-fakrot yang menyebabkan eksaserbasi penyakit dapat memberikan
pertimbangan terhadap usaha preventif primer maupun sekunder serta pengobatan, yang dapat
memberikan manfaat untuk kesehatan dan mengurangi biaya perawatan untuk terapi yang tidak
efektif. Epidemiologi juga menyinggung mengenai riwayat alamiah penyakit serta
perkembangan penyakit.5,6
Artikel ini ditulis untuk memberikan review komprehensif mengenai epidemiologi akne
vulgaris. Epidemiologi bentuk akne lainnya – akne rosacea, akne infantile, dan akne inversa
(hidradenitis supurativa) – tidak dibahas dalam review ini. Kami mulai dengan overview
mengenai gambaran epidemiologi akne vulgaris termasuk insidensi, prevalensi, severitas,
morbiditas, implikasi ekonomi dan sosial, demografi dan riwayat alamiah penyakit. Kami
kemudian berlanjut ke kemungkinan faktor penyebab, yang dapat mengarahkan ke strategi
preventif yang dapat dilakukan.
Gambar 1. Akne inflamatori sedang disertai skar

Metode Pencarian
Kami mencari database Medline (dalam proses dan kutipan nonindexed lainnya dan Ovid
Medline 1946-sekarang) dan Embase dari tahun 1974 sampai akhir November 2011.
Selain itu, bukti NHS, kumpulan sumber daya yang disaring untuk Dinas Kesehatan Nasional
Inggris, juga dicari. Strategi pencarian kami melibatkan beberapa pencarian terpisah untuk
setiap bagian, menggabungkan istilah akne vulgaris dengan: epidemiologi, etiologi,
penyebabm prevalensi, insidensi, biaya, farmakoekonomi, sosioekonomi, sosial, riwayat
alamiah, ras, etnik, morbiditas, kualitas hidup, geografi, jumlah keluarga, severitas, ekskoriasi,
obesitas, overweight, patogenesis, mencuci, keringat, kebersihan, matahari, sinar matahari,
diet, dairy, susu, indeks glikemi (glycaemic index/GI), GI, GI tinggi, coklat, lingkungan,
infeksi, Propionibacterium acnes, stres, picking, klorakne, drugs dan medicine. Fungsi
truncation pada mesin pencari Ovid digunakan untuk memperluas pencarian. Agar pencarian
dapat dilakukan seluas mungkin, batasan tambahan seperti jenis penelitian tidak diterapkan.
Tidak ada kriteria yang ditentikan untuk inklusi atau enklusi penelitian dan tidak ada batasan
waktu untuk penelitian yang termasuk dalam review ini. Artikel tambahan diidentifikasi dari
sitasi yang diambil dari penelusuran bibliografi elektronik. Tujuan kami adalah untuk
memberikan review yang mencakup semua aspek yang dapat dipertimbangkan sebagai
epidemiologi akne dalam satu artikel yang ringkas. Kami tidak memberikan definisi jenis studi
tertentu berdasarkan cakupan review ini. Meskipun kami mengomentari kualitas bukti untuk
studi individual utama, kami tidak melakukan penilaian formal terhadap kualitas bukti
mengingat keragaman jenis penelitian yang besar. Demikian pula, kami tidak mencoba meta
analisis apapun yang memberikan variasi dalam rancangan dan hasil penelitian, walaupun kami
telah berusaha memberikan komentar deskriptif untuk setiap aspek lapangan. Meta-analisis
juga dikompromikan oleh tingkat variabilitas yang tinggi dalam ukuran hasil yang digunakan
oleh penelitian kami yang disertakan, termasuk nilai fotonumerik, jumlah lesi dan skor yang
dinilai pasien, yang banyak di antaranya belum diuji reliabilitas atau validitasnya seperti yang
telah dibahas di tempat lain.10
Seberapa umum jerawat?
Jerawat dengan berbagai derajatnya mempengaruhi hampir semua orang berusia antara
15 dan 17 tahun11-13 dan 15-20% jerawat pada orang muda merupakan jerawat
sedang sampai berat.11,14,15 Tingkat prevalensi jerawat pada usia 16 dan data sensus 1996
memperkirakan bahwa 40-50 juta individu A.S. memiliki jerawat, dengan tingkat prevalensi
85% pada mereka yang berusia 12-24 tahun.17 Sebuah studi oleh Lucky et al.18 menemukan
bahwa tingkat keparahan jerawat pada anak laki-laki berkorelasi dengan tingkat pematangan
pubertas dan 50% anak laki-laki berusia 10 dan 11 tahun memiliki lebih dari 10 komedo.
Studi lain oleh tim yang sama menunjukkan bahwa 78% dari gadis berusia 8 sampai 12 tahun
memiliki jerawat.19 Perlu dicatat, tingkat keparahan jerawat meningkat sehubugan dengan
tingkat kematangan dan gadis prepubertal dengan jerawat parah terutama memiliki kadar
dehidroepiandrosteron sulfat lebih tinggi.18,19 Jerawat secara konsisten mewakili tiga kondisi
kulit paling umum di populasi seperti yang ditemukan pada penelitian besar di Inggris,
Perancis dan A.S.20-22

Berapa lama jerawat itu bertahan?

Jerawat dimulai pada awal remaja dengan onset produksi minyak wajah dan komedo wajah
diikuti oleh lesi inflamasi.14,23 Jerawat bisa terjadi pada anak prasekolah tapi ini biasanya
bersifat noninflammatory karena anak belum mulai produksi sebum, yang merupakan
lingkungan yang cocok untuk P. acnes.24 Sekitar 20% neonatus memiliki erupsi acneiform
tapi ini biasanya sembuh setelah 3 bulan.25 Satu penelitian di Denmark menunjukkan bahwa
usia rata-rata saat onset pubertas pada anak laki-laki telah turun dari 11Æ92 menjadi 11Æ66
tahun pada periode 15 tahun.26 Friedlander dkk.24 mendalilkan bahwa usia pubertas lebih
muda adalah alasan pasien muda berusia antara 8 dan 11 tahun dating dengan jerawat ke
klinik mereka. Jerawat adalah penyakit kronis dan dapat bertahan, dalam beberapa kasus,
sampai dewasa, 27-29 untuk alasan yang tidak jelas.30 Sebuah studi populasi Jerman
menemukan 64% dari mereka yang berusia 20-29 tahun dan 43% dari mereka yang berusia
antara 30 dan 39 tahun memiliki jerawat31 dan studi lain dari 2000 orang dewasa di antaranya
usia 40 dan 49 tahun, bahwa 3% pria dan 5% wanita masih memiliki berbagai tingkat
jerawat.32 Penelitian prevalensi berurutan menunjukkan jerawat yang menurun seiring
bertambahnya usia namun hasil ini tidak sekuat hasil dari studi kohort yang
mendokumentasikan perkembangan jerawat secara alami dari waktu ke waktu pada individu
yang sama. Penelitian jerawat yang dilaporkan sendiri tidak dapat diandalkan.33 Kami
menemukan beberapa studi kohort berkualitas tinggi mengenai jerawat, yang mungkin studi
tentang hal ini seringkali sulit dilakukan terutama karena tersedianya ketersediaan terapi
jerawat yang luas. Selain itu, definisi jerawat dan keparahannya sudah bervariasi. Perlu
begitu banyak waktu sehingga sulit untuk membandingkan dan menyusun hasil penelitian
yang berbeda. Hasil yang divalidasi dan memiliki ukuran universal perlu dilakukan untuk
penelitian masa depan.10 Prediktor tingkat keparahan jerawat termasuk anggota keluarga yang
memiliki jerawat dan awal terbentuknya jerawat komedo.14,34 Studi longitudinal tentang
perkembangan alami terbentuknya jerawat diperlukan, khususnya untuk mengidentifikasi
faktor risiko dari yang berderajat berat.Tidak diketahui apakah prepubertal treatment dapat
mengubah kolonisasi P.acnes sehingga dapat meringankan peradangan yang terjadi
setelahnya. Acne vulgaris dan hubungannya dengan kesadaran diri, kecemasan dalam
interaksi sosial, ketidakpuasan dengan penampilan dan kualitas hidup yang terganggu secara
keseluruhan telah dilaporkan dengan baik.11,35,36 Tinjauan baru-baru ini terhadap studi oleh
Dunn dkk.37 menyimpulkan bahwa jerawat dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup,
harga diri dan mood, dan meningkatkan risiko kecemasan, depresi dan keinginan bunuh diri.
Subjek wanita lebih buruk dari laki-laki menurut Dermatologi Life Quality Index and acne
quality of life self-assessment score, dan dampak terhadap kualitas hidup dikaitkan dengan
durasi jerawat yang lebih lama.38-40 Depresi dan kecemasan sering terjadi dan terlihat lebih
banyak pada subyek wanita.40-43 Gambaran media tentang kulit tanpa cela sebagai gambaran
ideal merupakan sebagian penyebab morbiditas psikologis pada wanita.44 Halvorsen et al.45
dalam sebuah penelitian survei cross-sectional berbasis kuesioner yang dilakukan dengan
baik menemukan ide bunuh diri memiliki peningkatan tiga kali lipat dibandingkan dengan
jerawat ringan pada subjek pria. Magin dkk.46 di sisi lain, dalam penelitian kohort prospektif
di 244 subjek, tidak menemukan korelasi antara jerawat dan tingkat keparahan jerawat dan
psikologis atau morbiditas kejiwaan, meskipun penelitiannya akan lebih bermanfaat jika
dilakukan follow up yang lebih lama. Hubungan dengan rendahnya relasi dengan teman dan
juga tidak berkembang di sekolah telah dicatat.45 Kualitas hidup tidak selalu berkorelasi
dengannya tingkat keparahan jerawat, 47,48 meskipun beberapa survei mencatat ada
korelasinya.49,50 Kehadiran jerawat menurunkan persepsi kesehatan secara keseluruhan, 51
dan bullying dan intimidasi juga merupakan penyebab yang signifikan terhadap tingkat
morbiditas.52

Dampak Sosial Ekonomi


Sebuah studi kohort besar di Kanada menemukan bahwa latar belakang sosio-ekonomi yang
rendah dirujuk lebih sedikit ke ahli dermatologi daripada mereka dengan latar belakang
sosioekonomi yang lebih tinggi dan, selain itu, mereka bertempat tinggal di daerah pedesaan
dirujuk lebih sedikit daripada yang bertempat tinggal di perkotaan.53 Menariknya, sebuah studi
cross-sectional dari Arab Saudi menemukan bahwa jerawat menjadi lebih umum terjadi di
kelas sosioekonomi yang tinggi.54 Sebuah penelitian Texas terhadap remaja dengan latar
belakang sosial ekonomi rendah menemukan orang-orang dengan jerawat melaporkan harga
diri yang rendah.55 Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan jerawat memiliki
tingkat pengangguran yang lebih tinggi daripada kontrol yang sesuai.56 Di AS, lebih dari 3
miliar dolar per tahun hilang untuk biaya langsung dan tidak langsung pengobatan dan
hilangnya produktivitas.57 Adanya jerawat dilaporkan memiliki efek negatif pada pekerjaan /
kinerja sekolah.58 Tingkat pengangguran dibandingkan pada 625 pasien dengan jerawat dan
625 kontrol dan lebih tinggi pada kelompok pasien dengan jerawat, meskipun status sosial dan
latar belakang pendidikan tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini.56 Kemarahan juga dapat
dikaitkan dengan kualitas hidup yang terkait dengan kulit59 sebagaimana kesulitan emosional
dan perilaku.60 Efek psikososial semacam itu harus dipertimbangkan oleh profesional
kesehatan yang merawat pasien dengan jerawat. Meskipun tidak ada studi definitif tentang
sosio-ekonomi dan jerawat, kemungkinan, mengingat data dalam literatur sejauh ini, jerawat
tersebut memiliki dampak signifikan terhadap potensi sosio-ekonomi populasi.
Genetika
Faktor risiko dan gen yang terkait dengan prognosis jerawat tetap tidak jelas.61 Sebuah studi
besar yang dilakukan oleh sarjana China menemukan bahwa jerawat memiliki heritabilitas 78%
pada hubungan pedigree tingkat pertama15 dan penelitian berbasis populasi lainnya telah
disetujui.34 Jerawat terjadi lebih awal dan lebih parah pada mereka dengan riwayat keluarga
yang positif.34,61 Beberapa penelitian kembar retrospektif telah menemukan kemungkinan
dasar genetik dengan pengelompokan keluarga.62-66 Baru-baru ini, sebuah studi kembar
prospektif yang membandingkan kembar monozigotik dan dizigotik menemukan bahwa
tingkat keparahan jerawat adalah ditentukan oleh genetic secara pasti, walaupun rendahnya
kekuatan penelitian ini tidak dapat mengesampingkan pengaruh faktor lingkungan.67 Studi
kembar pada jerawat dirangkum dalam Tabel 1 dan menyoroti kebutuhan akan studi prospektif
berbasis kembar yang lebih besar dan berlanjut selanjutny dan analisis genetik molekuler.
Tabel1 Penelitian kembar pada Acne Vulgaris

Penelitian Desain Partisipan Ukuran sampel Temuan utama Keterbatasan

Niermann66 Analisis kasus 115 sepasang kembar. 6 pasangan kembar Terdapat komponen genetik pada Acne Pelaporan tidak lengkap Tidak jelas
retrospektif Perbandingan laki-laki dan memiliki acne, 2 dimana kesimpulan berasal dari hasil
perempuan tidak jelas monozigot dan 4
dizigot

Friedman63 Analisis kasus 63% kembar 930 sepasang kembar: 19% kembar telah didiagnosis acne. Rasio Pelaporan tidak lengkap dan diskusi
retrospektif perempuan, 37% laki- 342 monozigot, 345 yang diharapkan : 4 laki-laki monozigot, yang terbatas. Retrospektif
laki dizigot, 243 zigot tdk 2Æ3 laki-laki dizigot, 4Æ2 perempuan
diketahui monozigot, 1Æ7 perempuan dizigot

Walton Pengukuran Kembar identik: 5 laki- 40 sepasang Kejadian acne pada kelompok kembar Tidak disebutkan terapi antiacne.
ekskresi laki, 15 perempuan. kembar: 20 identik dan non identik adalah serupa - Ukuran sampel kecil. Penilaian
dkk. 64
serum dan Kembar non identik JK identik, 20 16 ⁄ 20 pada setiap kelompok. Kembar yang tidak dibutakan. Pelaporan
derajat sama: 12 laki-laki, 8 nonidentik identik memiliki laju ekskresi sebum metode terbatas. Misinterpretasi
acne perempuan. Usia 12–18 (?mono dan yang sama namun derajat keparahan hasil
acne nya berbeda, kembar non identik
tahun dizigotik)
memiliki perbedaan laju ekskresi sebum
dan derajat acne. Penulis mengusulkan
ekskresi sebum dibawah kontrol genetik
dan perkembangan lesi klinis dapat
dimodifikasi oleh lingkungan
Penelitian Sampel acak 347 200 pasang, Penilaian tidak dibutakan. Tidak
Sobral- Konkordansi : 98% monozigot and 55%
Prospektif kelahiran kembar monozigot and menilai faktor lingkungan
Filho dizigot. Turunan 95%.a Prevalensi
melintang didaftarkan pada RS dizigot (termasuk diet atau terapi) yang
riwayat keluarga dihubungkan dengan
kandungan yang dipilih. kemungkinan akan dibagi oleh
dkk.65 keparahan acne
200 pasang dipilih secara anak kembar pada usia tersebut
acak : 52% perempuan,
60% monozigot, 40%
dizigot. Usia 14–26 tahun

Batail Belah lintang Semua wanita. 458 kembar 81% variasi dihubungkan dengan faktor Desain retrospektif
le Dengan dan tanpa monozigot, genetik
dkk.62 acne vulgaris 1099 kembar
dizigot

Evans dkk.67 Prospektif ⁄ Laki-laki dan perempuan. 778 sepasang Faktor genetik menjelaskan proporsi Faktor lingkungan seperti
Tidak jelas apakah kembar. Tidak varian acne yang signifikan pengobatan antiacne tidak
longitudinal mereka memiliki jerawat jelas proporsi berkontribusi 31-97% tampilan diperhitungk
yang sudah ada monozigot dan fenotipik
sebelumnya dizigot
Etnis
Frekuensi pada kelompok etnis yang berbeda
Pada tahun 1908, Fox68 melaporkan bahwa 7-4% (163/2200) pasien Kaukasia dan 4-6%
(101/2200) pasien kulit hitam mengalami acne vulgaris. Hazen69 pada tahun 1914 menemukan
frekuensi jerawat yang serupa pada tahun 2000 kunjungan pasien rawat jalan pasien kulit hitam
bila dibandingkan dengan 2000 pasien Kaukasia (8-4% dan 9%, masing masing). Studi
berbasis klinik semacam itu bukanlah metode yang baik untuk membuat kesimpulan tentang
karakteristik populasi karena perkiraan tersebut dapat mencerminkan bias seleksi pada mereka
yang hadir atau perbedaan persepsi diagnostik.
Sebaliknya, Cheng dkk.70 menemukan bahwa pada skala 'tidak pernah', 'jarang',
'kadang-kadang', 'sering' dan 'selalu', individu kulit putih memiliki peningkatan risiko
berkembangnya frekuensi jerawat dibandingkan dengan orang kulit tidak putih, terutama orang
kulit hitam. (n = 1214). Mengingat ini adalah studi berbasis kuesioner yang juga rentan
terhadap bias seleksi. Ada banyak penelitian serupa lainnya, beberapa menemukan jerawat
antara orang kulit hitam dan kulit putih serupa pada prevalensi / kejadian dan lainnya
menemukan sedikit perbedaan. Ada perbandingan survei komparatif yang relatif sedikit antara
kelompok etnis, studi dalam literatur yang cenderung menyimpulkan bahwa jerawat adalah
salah satu kondisi kulit yang paling umum pada kelompok etnis yang ditinjau.71,72 Freyre dkk.73
melakukan penelitian cross-sectional di Peru pada 2214 subyek berusia antara 12 dan 18 tahun
yang merupakan Mestizo, India atau kulit putih. Mereka menemukan prevalensi jerawat di
India secara signifikan rendah (27-97%) dibandingkan di Mestizos (43-48%) atau kulit putih
(44-47%). Sekali lagi, ada unsur bias seleksi dalam penelitian ini karena sekolah yang direkrut
dipilih berdasarkan ukuran besar dan, di samping itu, hanya ada satu penilai tunggal. Baru-baru
ini, sebuah survei cross-sectional berbasis populasi, dilaporkan sendiri, sebanyak 2895 orang
menemukan bahwa prevalensi jerawat menjadi lebih besar pada orang Afrika-Amerika dan
Hispanik daripada pada orang kaukasia, orang Asia dan India kontinental.74 Batasan perekrutan
hanya untuk perempuan saja dan ke empat kota membuat interpretasi hasil ini sulit.
Bagaimanapun, jerawat dipandang sebagai diagnosis dermatologis yang paling umum pada
subjek kulit hitam dan putih, 75,76 dan konsensus saat ini berkaitan dengan manajemen adalah
bahwa tidak ada perbedaan di antara keduanya.77
Patofisiologi pada kelompok etnis yang berbeda
Tidak jelas apakah, jika beberapa kelompok etnis terdapat perbedaan, hal tersebut dapat
dijelaskan perbedaannya dalam patofisiologi.
Serangkaian kasus kecil terdiri dari 60 wanita ditemukan kepadatan P. acnes yang lebih besar
pada individu berkulit hitam.78 Penelitian terhadap ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea antara
subyek berkulit hitam dan putih terlalu kecil untuk diambil kesimpulannya dan beberapa
penelitian telah bertentangan terhadap hasil kesimpulan tersebut.79-81 Produksi sebum
meningkat selama masa puber dan onset pubertas pada orang kulit hitam terjadi lebih awal.
18,82
Sebagian besar penelitian sampai saat ini berfokus pada jenis kulit Kaukasia dan kulit
hitam dan tidak ada penelitian semacam itu untuk pengetahuan kami pada pasien Asia atau
Hispanik untuk perbandingan.

Masalah khusus terkait dengan kelompok etnis tertentu


Hiperpigmentasi setelah inflamasi atau makula hiperpigmentasi adalah temuan umum pada
jenis kulit yang lebih gelap, yang mungkin karena adanya infiltrat sel polimorfonuklear bahkan
pada lesi non inflamasi, misalnya, komedo.84,85
Jaringan parut keloid terlihat lebih jarang daripada hiperpigmentasi namun tetap merupakan
konsekuensi serius dari jerawat pada jenis kulit yang lebih gelap.77 Insiden jerawat nodulokistik
mungkin lebih rendah pada orang Afrika-Amerika dibandingkan dengan orang Kaukasia dan
Hispanik.77
Ada subtipe jerawat yang spesifik yang telah dijelaskan dalam literatur, misalnya acne
pomade yang terlihat pada orang Afrika-Amerika. Acne pomade terjadi pada garis rambut yang
sekunder akibat penggunaan pomade (mengandung hidrokarbon meleleh tinggi) dan produk
rambut lainnya dan terdiri dari komedo dan papula kecil. Demikian pula, Acne steroid dapat
disebabkan oleh beberapa agen pencerah kulit yang mengandung kortikosteroid topikal
potensial yang digunakan untuk mencerahkan kulit atau memperbaiki hiperpigmentasi.77,83,86
Diet
Secara historis, saran diet biasa dijadikan sebagai bagian dari terapi acne. Karena penelitian
lebih awal menandakan bahwa penderita acne memiliki gangguan toleransi glukosa dan
perubahan metabolisme karbohidrat, pasien disarankan untuk menghindari karbohidrat yang
dan makanan bergula yang berlebihan.87,88
Pada tahun 1971 Anderson meneliti 27 siswa yang mengonsumsi makanan tinggi
karbohidrat dan mendapati tidak ada flare pada acne selama masa studi. Kurangnya kelompok
kontrol dan ukuran sampel yang kecil menjadi keterbatasan interpretasi hasil penelitian.89
Meskipun demikian, temuan ini, bersama dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa
90
asupan coklat yang tinggi tidak memperburuk acne, mengakibatkan anggapan bahwa diet
terlibat dalam patogenesis acne dan akibatnya dikeluarkan dari buku teks utama waktu itu.
Sebuah tinjauan sistematis yang ringkas oleh Magin et al.91 pada tahun 2005 dari tujuh
penelitian, termasuk satu percobaan terkontrol secara acak, menyimpulkan bahwa tidak ada
bukti positif dan jelas bahwa komponen diet meningkatkan risiko acne.
Peran yodium, vitamin A, antioksidan, asam lemak omega-3 dan serat tidak jelas. Dari
catatan, ada beberapa bukti manfaat dengan dosis zink oral yang tinggi pada doubleblind, uji
coba terkontrol secara acak.92,93
Perhatian harus dilakukan untuk memisahkan penelitian yang mengevaluasi makanan
sebagai kemungkinan penyebab timbulnya acne dibandingkan dengan makanan yang dapat
mempengaruhi tingkat keparahan atau flare penyakit acne, karena mungkin tidak selalu sama.
Penting juga untuk tidak membuang hipotesis diet pada acne berdasarkan bukti yang tidak ada
atau lemah. Tiga faktor diet, coklat, diet tinggi GI dan produk susu layak untuk didiskusikan
lebih lanjut.

Indeks glikemik

Indeks glikemik mengukur efek karbohidrat pada kadar glukosa darah dan dihitung dengan
kurva respons glukosa darah 2 jam setelah mengkonsumsi karbohidrat 50 g pada 10 subjek.
Beban glikemik adalah fungsi indeks glikemik dan ukuran porsi yang berkaitan dengan
karbohidrat. Tidak adanya jerawat pada orang-orang asli di Papua Nugini dan Paraguay telah
menyebabkan usulan bahwa beban glikemik tinggi dalam makanan dapat berperan dalam
jerawat. Sebaliknya, kuesioner dan studi biokimia tidak menemukan perbedaan yang
signifikan. dalam glukosa serum, insulin, leptin, indeks glikemik atau beban glikemik antara
pasien dengan jerawat dan kontrol. Dalam uji randomisasi single blind terhadap 43 pria di mana
jumlah dan tingkat keparahan jerawat dinilai setiap bulan selama periode 12 minggu, total
jumlah lesi menurun lebih banyak pada mereka dengan diet rendah glikemik dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang mengkonsumsi makanan padat karbohidrat. Faktor terkait
seperti penurunan berat badan peserta dan lemak dan protein yang dikonsumsi memerlukan
penggambaran lebih lanjut untuk menentukan faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan
jumlah lesi, atau jika itu adalah kombinasi dari berbagai faktor. Karena sebum distimulasi oleh
androgen, kemungkinan mekanisme untuk hubungan antara diet indeks glikemik yang tinggi
dan jerawat adalah bahwa keadaan hiperinsulinemia menyebabkan peningkatan androgen
seiring dengan Insulin-like Growth Factor (IGF) -1 dan mengubah sinyal retinoid. Ini adalah
area yang layak untuk percobaan lebih lanjut.

Susu

Robinson pertama kali menggambarkan kemungkinan peran produk susu dalam memburuknya
jerawat setelah dia mempelajari catatan harian makanan 1925 pasien. Pada tahun 2005
Adebamowo et al., dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan yang divalidasi lebih
dari 47.000 wanita, menemukan hubungan positif antara riwayat jerawat dan asupan susu skim.
Namun, studi ini cacat karena risiko biasnya yang tinggi berdasarkan ingatan dan karena faktor
pembaur tidak sepenuhnya dipertimbangkan. Kelompok yang sama kemudian melakukan studi
prospektif 3 tahun terhadap lebih dari 6000 anak perempuan berusia antara 9 dan 15 tahun.
Studi ini menemukan hubungan positif antara prevalensi jerawat dan konsumsi susu full-fat,
skimmed dan low-fat dan tidak ada hubungan dengan makanan susu nonmilk, coklat, pizza dan
kentang goring, Sulit untuk memastikan apakah susu dikaitkan dengan terjadinya jerawat atau
apakah itu terkait dengan meningkatnya tingkat keparahan jerawat. Studi serupa pada anak
laki-laki hanya menemukan hubungan yang lemah dengan susu skim dan tidak ada hubungan
dengan susu kandungan lemak yang lebih tinggi. Sekali lagi, onset jerawat tidak diketahui.
Semua penelitian oleh Adebamowo dkk. terbatas karena kejadian jerawat didasarkan pada
kuesioner daripada pengukuran uji blind. Selain itu, GI (ukuran karbohidrat pada glukosa darah
dari waktu ke waktu) susu skim atau nonfat adalah 4 dan susu full fat adalah 3. yaitu mungkin
karena asosiasi dapat dijelaskan dengan muatan glikemik daripada kandungan lemak atau susu.
sendiri. Kemungkinan lain adalah bahwa hormon seperti steroid 5-a-reduced, a-lactalbumin,
prekursor testosteron dan IGF-1 (yang merangsang sintesis androgen) mungkin masih ada
setelah susu diproses dan lemaknya hilang sehingga terjadi pada berkontribusi pada
patogenesis jerawat. IGF-1 berkorelasi positif dengan jerawat. Bukti yang menunjukkan
adanya hubungan antara asupan makanan susu dan jerawat saat ini lemah dan perlu diuji coba
secara eksperimental
Masalah khusus terkait dengan kelompok etnis tertentu
Hiperpigmentasi setelah inflamasi atau makula hiperpigmentasi adalah temuan umum pada
jenis kulit yang lebih gelap, yang mungkin karena adanya infiltrat sel polimorfonuklear bahkan
pada lesi non inflamasi, misalnya, komedo.84,85
Jaringan parut keloid terlihat lebih jarang daripada hiperpigmentasi namun tetap merupakan
konsekuensi serius dari jerawat pada jenis kulit yang lebih gelap.77 Insiden jerawat nodulokistik
mungkin lebih rendah pada orang Afrika-Amerika dibandingkan dengan orang Kaukasia dan
Hispanik.77
Ada subtipe jerawat yang spesifik yang telah dijelaskan dalam literatur, misalnya acne
pomade yang terlihat pada orang Afrika-Amerika. Acne pomade terjadi pada garis rambut yang
sekunder akibat penggunaan pomade (mengandung hidrokarbon meleleh tinggi) dan produk
rambut lainnya dan terdiri dari komedo dan papula kecil. Demikian pula, Acne steroid dapat
disebabkan oleh beberapa agen pencerah kulit yang mengandung kortikosteroid topikal
potensial yang digunakan untuk mencerahkan kulit atau memperbaiki hiperpigmentasi.77,83,86
Diet
Secara historis, saran diet biasa dijadikan sebagai bagian dari terapi acne. Karena penelitian
lebih awal menandakan bahwa penderita acne memiliki gangguan toleransi glukosa dan
perubahan metabolisme karbohidrat, pasien disarankan untuk menghindari karbohidrat yang
dan makanan bergula yang berlebihan.87,88
Pada tahun 1971 Anderson meneliti 27 siswa yang mengonsumsi makanan tinggi
karbohidrat dan mendapati tidak ada flare pada acne selama masa studi. Kurangnya kelompok
kontrol dan ukuran sampel yang kecil menjadi keterbatasan interpretasi hasil penelitian.89
Meskipun demikian, temuan ini, bersama dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa
90
asupan coklat yang tinggi tidak memperburuk acne, mengakibatkan anggapan bahwa diet
terlibat dalam patogenesis acne dan akibatnya dikeluarkan dari buku teks utama waktu itu.
Sebuah tinjauan sistematis yang ringkas oleh Magin et al.91 pada tahun 2005 dari tujuh
penelitian, termasuk satu percobaan terkontrol secara acak, menyimpulkan bahwa tidak ada
bukti positif dan jelas bahwa komponen diet meningkatkan risiko acne.
Peran yodium, vitamin A, antioksidan, asam lemak omega-3 dan serat tidak jelas. Dari
catatan, ada beberapa bukti manfaat dengan dosis zink oral yang tinggi pada doubleblind, uji
coba terkontrol secara acak.92,93
Perhatian harus dilakukan untuk memisahkan penelitian yang mengevaluasi makanan
sebagai kemungkinan penyebab timbulnya acne dibandingkan dengan makanan yang dapat
mempengaruhi tingkat keparahan atau flare penyakit acne, karena mungkin tidak selalu sama.
Penting juga untuk tidak membuang hipotesis diet pada acne berdasarkan bukti yang tidak ada
atau lemah. Tiga faktor diet, coklat, diet tinggi GI dan produk susu layak untuk didiskusikan
lebih lanjut.

Coklat
Terdapat kepercayaan bahwa cokelat menyebabkan atau memperparah jerawat, terutama di
kalangan remaja.110,111 Bukti yang mendukung pernyataan tersebut ada namun terbatas. Dua
penelitian kecil sebelumnya memiliki kekurangan metodologis sehingga sulit ditarik
kesimpulan.89,112 (Tabel 2). Di tahun 1975, percobaan crossover single-blind, dengan kontrol
placebo, terhadap 65 tahanan laki-laki ditemukan tidak ada perbedaan tingkat keparahan
jerawat antara kelompok yang makan coklat dan tidak makan coklat. Studi ini juga memiliki
kelemahan metodologis: metode pengacakan tidak dijelaskan dan blinding hanya dijelaskan
sebagian, serta terdapat risiko bias yang tinggi karena tidak dilakukan analisis intention-to-
treat.89 Baru-baru ini, sebuah studi kecil yang nonrandomized, tanpa kontrol, terhadap 10 orang
menemukan adanya peningkatan lesi acneiform yang signifikan pada konsumsi coklat yang
terbuat dari 100% kakao.113 Lantas apakah cokelat memperburuk jerawat, pertanyaan tersebut
masih belum terjawab serta masih banyak kontroversi dan spekulasi terutama di kalangan
remaja yang sering meminta saran kepada dokter. Kurangnya bukti tersebut menggarisbawahi
kebutuhan terhadap sebuah percobaan provokasi yang dirancang dengan baik, blind, dan acak.
Tabel 2. Studi intervensi mengenai coklat dan efeknya terhadap jerawat
Sinar Matahari
Beberapa penulis memperdebatkan apakah radiasi ultraviolet atau cahaya yang terlihat dapat
memburuk, memperbaiki atau tidak berpengaruh pada acne vulgaris. Sebuah tinjauan
sistematis terhadap tujuh penelitian tidak menemukan bukti meyakinkan bahwa sinar matahari
dapat memperbaiki jerawat.91 Manipulasi dari spektrum elektromagnetik menjadi keuntungan
terapeutik, bagaimanapun juga, telah membanjiri literatur. Sebuah tinjauan sistematis
Cochrane terhadap uji klinis terapi cahaya yang diterbitkan hingga tahun 2008 menemukan
bukti untuk beberapa manfaat terapi cahaya, setidaknya dalam jangka pendek, dan terapi
dengan warna biru, biru /merah atau infrared lebih bermanfaat daripada cahaya kuning, merah
atau hijau. Ukuran sampel seringkali kecil dan dengan variabel kualitas.114 Peningkatan
penggunaan terapi photodynamic juga dilaporkan dalam uji coba, dengan variabel kualitas
juga, dan sementara efek jangka pendeknya baik, dibatasi oleh efek samping yang mungkin
terjadi.115 Bukti mengenai sinar matahari dan efeknya terhadap jerawat masih terbatas mungkin
karena beberapa studi yang sulit untuk dilakukan. Penggunaan terapi berbasis cahaya mungkin
menandakan bahwa sinar matahari bermanfaat bagi penderita jerawat, tapi rsiko kanker kulit
harus dipikirkan dan oleh karena itu perawatan harus diberikan dalam terapi paparan sinar
matahari.116

Higienitas
Terdapat persepsi umum bahwa tingkat kebersihan yang buruk menyebabkan perkembangan
atau eksaserbasi acne vulgaris.117,118 Suatu tinjauan sistematis komprehensif terhadap 11 studi
pada tahun 2005 menyimpulkan bahwa tidak cukup bukti bahwa jerawat disebabkan,
disembuhkan atau diperburuk dengan mencuci,91 dan Tidak ada penelitian yang
membandingkan tidak mencuci dengan mencuci pada pasien jerawat. Sebelumnya pengamatan
kemungkinan efek sabun comedogenic pada telinga kelinci tidak direplikasi pada manusia.119
Percobaan acak terkontrol dari 120 pasien jerawat melaporkan lesi inflamasi yang kurang pada
mereka yang menggunakan sabun asam daripada yang menggunakan sabun alkali sabun.120
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa obat cuci dapat membantu jerawat, namun
buktinya lemah: satu, penelitian yang tanpa kontrol terhadap 10 pasien dan uji coba crossover
lainnya terhadap 41 pasien yang tidak melaporkan metode pengacakan atau penilaian.121,122
Baru-baru ini, uji terkontrol acak single-blind yang membandingkan mencuci muka dengan
pembersih ringan sekali sehari, dua kali sehari dan empat kali sehari menemukan adanya
peningkatan jumlah lesi yang signifikan secara statistik dalam kelompok dua kali sehari dengan
tanpa pemburukan pada kelompok empat kali sehari.123 Beberapa orang berpendapat bahwa
keringat dapat memicu atau memperparah jerawat;41 Namun demikian, sebuah studi acak
single-blind menemukan tidak ada hubungan antara keringat yang diinduksi olahraga dengan
jerawat truncal.124 Bukti tidak memberikan saran yang jelas untuk menentang pencucian
(washing) sebagai upaya untuk membantu jerawat, dan tidak ada bukti kuat bahwa jerawat
disebabkan atau diduukung oleh kurangnya kebersihan.

MEROKOK

Apakah akne disebabkan oleh, diperburuk, membaik, sembuh, atau tidak berhubungan
dengan merokok masih diperdebatkan. 31.125-130 Sebuah seri kasus sebelumnya memberi kesan
adanya hubungan terbalik antara akne dan merokok, menunjukkan efek anti peradangan dari
komponen yang ditemukan pada rokok.125 Kemudian, pada tahun 2001, analisis cross-sectional
yang lebih besar dari 896 orang muda menemukan korelasi yang signifikan secara statistik
antara prevalensi akne dan jumlah rokok yang dihisap per hari dan hubungan ketergantungan
dosis antara konsumsi dan keparahan (tidak terpengaruh oleh usia, jenis kelamin atau kelas
.31
sosial) Sebuah skala besar, studi kuesioner terhadap 27.083 militer laki-laki antara tahun
1983 dan 2003 ditemukan prevalensi akne menjadi lebih rendah pada perokok aktif, dengan
hubungan terbalik yang bergantung dosis antara prevalensi akne yang berat dan konsumsi
rokok dari 21 batang rokok per hari dan lebih tinggi.131 Meskipun memungkinkan bahwa
merokok bisa menyembuhkan akne, penelitian eksperimental lebih lanjut di bidang ini tidak
etis karena dampak buruk dari merokok. Penelitian observasional lebih lanjut cenderung
mengabadikan masalah sebelumnya dalam melaporkan bias dan perancu. Dokter dianjurkan
untuk memberi saran agar tidak merokok walaupun beberapa bukti menunjukkan bahwa hal
itu bermanfaat berkaitan dengan akne.

OBESITAS

Relatif sedikit penelitian yang telah mengevaluasi hubungan yang mungkin terjadi
antara obesitas dan akne vulgaris. Satu penelitian terhadap 3000 pasien dengan usia antara 6
dan 11 tahun ditemukan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) pasien dengan akne menjadi
sedikit lebih tinggi (19Æ5) dibandingkan dengan individu tanpa akne (18Æ2), meskipun
makna secara klinis dari hal tersebut kecil namun secara statistik masih dipertanyakan.132 Pada
jurnal ini telah dilakukan percobaan terkontrol secara acak (RCT) dari diet indeks glikemik
tinggi vs diet indeks glikemik rendah, ditemukan bahwa pada peserta diet indeks glikemik
rendah akne membaik. Faktor perancu adalah terkait penurunan berat badan, yang perlu
dipelajari lebih lanjut. Akne dan obesitas sering terlihat bersamaan dalam sindroma ovarium
polikistik (PCOS), dan penelitian menunjukkan akne lebih sedikit pada pasien obesitas dengan
PCOS dibandingkan pasien yang tidak obesitas dengan PCOS.133,134

STRES DAN KEBIASAAN MEMENCET JERAWAT

Stres dianggap sebagai faktor pemicu utama dalam memperburuk akne vulgaris dan hal
ini telah didukung oleh retrospektif studi sebelumnya.28,135,136 Sebuah studi intervensi dalam
pelatihan biofeedback, latihan relaksasi dan teknik pengurangan stres menemukan bahwa
pasien dengan akne mengalami peningkatan keparahan dibandingkan dengan kontrol mereka,
dan saat teknik relaksasi dihentikan, komedo terbuka dan tertutup timbul kembali.137 Penelitian
cross-sectional dari desain suara oleh Halvorsen et al.138 menemukan adanya peningkatan
tekanan mental dengan tingkat keparahan akne, dan kegiatan yang penuh ketegangan seperti
ujian universitas telah ditemukan berkorelasi dengan meningkatnya tingkat keparahan akne
dalam sebuah studi prospektif dari 22 pasien, meski menyesuaikan faktor perancu seperti
karena kurang tidur maupun perubahan dalam pola makan.139 Penelitian terbaru dari studi
kuesioner korea menemukan bahwa 82% pasien percaya bahwa keadaan yang menegangkan
memperburuk akne.140 Penelitian lain pada pokoknya yang menggunakan kuesioner memiliki
temuan yang serupa.15,34,41,141,142 Studi lain juga menemukan tingkat keparahan akne lebih besar
dalam situasi pemeriksaan stres menggunakan liburan musim panas sebagai kontrol,
menemukan bahwa tidak ada perbedaan produksi sebum selama stres.143 Stres menginduksi
ekspresi lokal dari neuropeptida yang bisa menimbulkan langkah patogen pada akne yang
parah atau disebabkan oleh stres.144 Asosiasi antara masalah kesehatan mental akibat akne telah
dibahas di tempat lain. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah relatif sudah lebih sedikit
penelitian yang meneliti stres sebagai sesuatu yang mungkin menyebabkan akne atau akne
yang sedang eksaserbasi; lebih banyak penelitian terfokus pada stres dan masalah kesehatan
mental yang terjadi sebagai akibat dari akne.
Sebuah penelitian observasional yang sangat kecil menunjukkan bahwa memencet
pada lesi akne memperburuk peradangan dan pustula.145
Penelitian lebih lanjut dengan kelompok yang sama dari 56 pasien dengan akne menemukan
bahwa memencet lebih berkaitan dengan perfeksionis dan sifat kepribadian kompulsif daripada
tingkat keparahan akne.146 Kemungkinan besar memencet akne pada akhirnya akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan meningkatkan kemungkinan adanya jaringan parut.
Infeksi

Peran bakteri seperti P. acnes dalam patogenesis Akne vulgaris dianggap memiliki banyak
spekulasi. Propionibacterium acnes pertama kali disebut terlibat dalam patogenesis jerawat
pada tahun 1896 saat mikroorganisme yang ditemukan di lesi jerawat dianggap sebagai
penyebab utama jerawat; Hal ini didukung oleh penelitian lain pada tahun 1909.147.148
Meskipun demikian, penelitian laboratorium menunjukkan bahwa jumlah P. acnes di kulit
penderita jerawat dan kelompok kontrol tanpa jerawat sama dan tidak ada kenaikan jumlah P.
acnes di jerawat derajat berat vs derajat ringan, sehingga mendorong pernyataan bahwa P.
acnes adalah koloni sekunder di lingkungan anaerob dibandingkan sebagai patogen utama149-
151
Uji coba RCT membandingkan lima rejimen antimikroba dan mencatat bahwa efikasi klinis
antibiotik oral kurang bermanfaat terhadap strain resistan, ini menunjukkan bahwa antibiotik
dapat bekerja sebagai antimikroba langsung seperti efek anti inflamasi. Ini adalah sebuah
konsep bahwa sebagian besar studi eksperimental telah mendukung, meskipun tidak
semuanya.152-155 Resistensi bakteri serupa telah dimuat di penelitian lainnya, 156.157
dan
percobaan in vitro telah menunjukkan bahwa resistensi mungkin disebabkan oleh pembentukan
biofilm.158 Ada beberapa dalil lainnya di mana P. acnes terlibat langsung dalam patogenesis
jerawat, misalnya, interaksi P. acnes dan sejenis reseptor yang terlibat dalam pemberian sinyal
bawaan dan adaptif respon imun dan selanjutnya produksi proinflamasi sitokin; namun
mekanisme pastinya belum dikonfirmasi. Target dari pathway telah digunakan untuk
eksperimen pengembangan vaksin.159,160 Sebaliknya, penulis literatur baru-baru ini meninjau
ulang bukti tentang P. acnes dan hubungannya dengan patogenesis jerawat dan menyimpulkan
bahwa P. acnes tidak mungkin memiliki peran aktif dalam pengembangan lesi jerawat
inflamasi / noninflamsi.161 Bagaimana dan jika P. acnes mempengaruhi perkembangan dan
membuat lesi jerawat menetap masih belum jelas pada tahap ini. Menariknya, jerawat tidak
dijelaskan pada hewan lain selain jerawat komedo pada kucing dan anjing.162,163 Mengingat
bahwa hewan mengembangkan komedo dan bahwa unit pilosebase mereka berada di bawah
kendali testosteron, sangat menarik untuk bertanya-tanya mengapa manusia itu unik dalam
kecenderungan mereka untuk mengembangkan jerawat - mungkin P. acnes memainkan lebih
banyak peran daripada penonton yang tidak bersalah.

Kesimpulan

Meskipun banyak usaha untuk menyelidiki epidemiologi jerawat, beberapa penelitian telah
memberikan jawaban yang jelas. Studi observasional berguna dalam menghasilkan
hipotesis,secara umum dibatasi oleh kelemahan tradisional seperti informasi yang

bias, membingungkan, membalikkan sebab akibat dan kekurangan kontrol. Studi observasional
masa depan perlu dibedakan antara faktor - faktor yang mungkin terkait dengan

penampilan pertama jerawat dan efek yang bergantung pada tingkat keparahan,

yang karenanya akan mempengaruhi pengobatan. Bukti dari faktor diet di kasus jerawat
membutuhkan penelitian kohort dan studi eksperimental dan pengembangan sistem grading
universal diperlukan untuk memfasilitasi studi meta-analitis di semua aspek kerja epidemiologi
jerawat. Selain itu, ada sedikit studi longitudinal yang melihat ke dalam sejarah alami jerawat
dan berbagai proses yang menyebabkan kolonisasi P. acnes. Studi semacam itu bisa
mengidentifikasi manfaat potensial dalam pengobatan jerawat secara prasangka dengan
anggapan untuk mengubah sejarah alam kolonisasi P. acnes yang diikuti peradangan jerawat.
Apa yang sudah diketahui tentang topik ini?

• Jerawat adalah penyakit umum yang mempengaruhi semua orang sampai tingkat tertentu,

bermanifestasi di masa remaja memiliki konsekuensi psikososial dan sosial ekonomi.

Apa nilai tambah dari pelajaran ini?

• Tinjauan ini menjelaskan faktor risiko perkembangan akne vulgaris dan tingkat keparahan
akne vulgaris yang mengarah kepemahaman yang lebih baik

• Kami menyoroti kebutuhan akan ukuran hasil universal dan area penting seperti sejarah alami
jerawat dan hubungan antara bahan makanan dan jerawat dimana studi yang lebih berkualitas
akan sangat bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai