Anda di halaman 1dari 50

TATA LAKSANA OPERASI DAN PERAWATAN PASCA

OPERASI LUKA ROBEK (VULNUS LACERATUM) PADA ANAK


SINGA AFRIKA (Panthera leo) DI BALI ZOO

SHELDA ISWARA ARFIANTI

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
3

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN


PRAKTIK KERJA LAPANGAN I DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan praktik kerja lapangan berjudul
Tata Laksana Operasi dan Perawatan Pasca Operasi Luka Robek (Vulnus Laceratum)
pada Anak Singa Africa (Panthera leo) di Bali Zoo adalah benar karya saya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua data dan sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir laporan praktik kerja lapangan ini.

Bogor, Agustus 2017

Shelda Iswara Arfianti


NIM J3P115016
ABSTRAK
RINGKASAN

SHELDA ISWARA ARFIANTI. Tata Laksana Operasi dan Perawatan Pasca Operasi
Luka Robek (Vulnus Laceratum) pada Anak Singa Africa (Panthera leo) di Bali Zoo.
Dibimbing oleh AGUS WIJAYA.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan 1 ini bertujuan untuk mendapatkan
penjelasan tentang tata cara penangan dan perawatan pasca operasi luka pada anak
singa Panthera leo yang memiliki luka robek di Bali Zoo. Kegiatan PKL 1 ini
berlangsung dari tanggal 18 Juli sampai 18 Agustus 2017 di Bali Zoo. Penangan dan
perawatan luka robek pada anak singa ini cukup penting karena menginat singa adalah
hewan yang sering bertarung dan pasti ada luka yang didapat dari perkelahian tersebut.
Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari pelaksaan operasi
dan tahapan perawatan yang dilakukan pada seekor anak singa. Data sekunder
mencakup studi literatur dan diskusi dengan dokter hewan. Luka robek yang dimiliki
anak singa tersebut berbentuk segitiga dengan tepi tidak beraturan. Luka tersebut
termasuk luka terbuka dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak. Cedera jaringan
lunak disertai kerusakan/terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa
disertai jaringan di bawah kulit
Obat-obat yang digunakan saat perawatan luka robek tersebut adala povidone
iodine, alamycin dan amoxicillin serbuk. Penggunaan iodine tidak lagi diberikan
setelah luka tersebut mengalami nekrosis, Alfa kehilangan jaringan kulitnya kemudian
diobati dengan amoxicillin dan alamycin sebagai antibakteri dan anti ektoparasit.
Penggunaan amoxicillin diberikan sekali 2 kali secara topical dan menutupi luka
tersebut pada minngu ke 4 saat PKL penggunaan amoxicillin dikurangi dan diberikan
alamycin.

Kata kunci : Luka robek, Panthera leo, perawatan


TATA LAKSANA OPERASI DAN PERAWATAN PASCA
OPERASI LUKA ROBEK (VULNUS LACERATUM) PADA ANAK
SINGA AFRIKA (Panthera leo) DI BALI ZOO

SHELDA ISWARA ARFIANTI

Laporan Praktik Kerja Lapangan I


Sebagai salah satu syarat mengikuti seminar laporan PKL I
Program Keahlian Paramedik Veteriner

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul :Tata Laksana Operasi dan Perawatan Pasca Operasi Luka Robek
(Vulnus Laceratum) pada Anak Singa Africa (Panthera leo) di Bali Zoo
Nama : Shelda Iswara Arfianti
NIM : J3P115016

Diketahui oleh Disetujui oleh

Dr.Drh. Gunanti, MS Drh. Agus Wijaya, Msc, PhD


Koordinator Program Keahlian Pembimbing
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan sehingga laporan praktik kerja
lapangan ini berhasil diselesaikan. Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan padatanggal
18 Juli – 18 Agustus 2017 dengan judul Tata Laksana Operasi dan Perawatan Pasca
Operasi Luka Robek (Vulnus Laceratum) pada Anak Singa Africa (Panthera leo) di
Bali Zoo. Penyelesaian laporan praktik kerja lapangan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu penulis ucapkan
terima kasih kepada :
1. Drh. Agus Wijaya, MSc, PhD selaku dosen pembimbing.
2. Drh I Made Sugiartha dan Gusti Ketut Ratna selaku pembimbing lapang
3. Staf karyawan di Bali Zoo yang telah memberikan banyak bantuan selama
pengambilan data.
4. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, ayahanda
Warto dan ibunda Dwi Arfianti, telah memberikan doa, dukungan dan
semangat untuk terus menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan ini.
5. Terimakasih juga kepada teman-teman PKL di Bali Zoo
6. Teman-teman dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan Universitas
Udayana Bali atas kerjasamanya saat PKL berlangsung.
7. Untuk Wilda Febrianti dan Indah Elsa Khairunissa teman satu bimbingan.
8. Terakhir penulis juga ucapkan terimakasih kepada teman-teman Paramedik
Veteriner 52 yang telah menemani selama kurang lebih 3 tahun ini, suka duka
dilewati bersama.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja lapangan ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan untuk
menambah ilmu pengetahuan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat untuk pembaca
dan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2017

Shelda Iswara Arfianti


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2 METODE KAJIAN 1
2.1 Lokasi dan Waktu 1
2.2 Metode Bidang Kajian 1
2.2.1 Teknik Pengumpulan Data 1
2.2.2 Analisis Data 2
2.3 Tinjauan Pustaka 2
2.3.3 Luka 3
2.3.4 Tipe-Tipe Jahitan 5
3 KEADAAN UMUM
3.1 Sejarah Tempat Praktik Kerja Lapangan
3.2 Struktur Organisasi
4 KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN I 9
4.1 Signalement dan Anamnese 9
4.3 Teknik Operasi 11
4.4 Post Operasi 12
4.4 Perawatan luka robek post operasi 12
5 SIMPULAN DAN SARAN 14
5.1 Simpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN Error! Bookmark not defined.
5 SIMPULAN DAN SARAN 14
5.1 Simpulan 14
5.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN Error! Bookmark not defined.
16

DAFTAR GAMBAR

1 Singa Afrika
2 Tipe-Tipe Jahitan
3 Struktur Organisasi Bali Zoo
4 Luka Robek pada Alfa
5Peralatan Bedah saat Operasi
6 Bahan yang Digunakan saat Operasi
7 Proses Penjahitan Luka
8 Perkembangan Luka Alfa

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal Harian Praktik Kerja Lapangan 1


2 Jurnal Periodik Praktik Kerja Lapangan 1
3 Jurnal Harian/Kasus Praktik Kerja Lapangan 1
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyebaran Singa (Panthera leo) meliputi seluruh Afrika, Eropa, anak benua
India dan Timur Tengah, saat ini singa hanya bisa ditemukan di Afrika dan sebagian
kecil India ini disebabkan karena perburuan liar. Singa termasuk mamalia pemakan
daging (Karnivora) anggota Famili/keluarga Felidae.
Luka robek pada anak singa dapat terjadi akibat perkelahian sesama anak
singa atau diserang oleh singa dewasa karena anak singa masih belum dapat
memberikan perlawanan jadi resiko anak singa terluka parah cukup besar. Luka
yang dimaksud adalah luka karena putusnya jaringan subcutis dari otot sehingga
menyebabkan terlihatnya otot dan sedikit jaringan lemak. Penanganan luka robek
sangat penting dilakukan karena untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada luka,
karena anak singa ini terdapat di kebun binatang Bali tentunya menjadi tanggung
jawab pihak kesehatan hewan disana, maka dilakukanlah operasi untuk menjahit
kembali jaringan subcutis yang terputus dengan harapan anak singa tersebut dapat
kembali ke keadaan yang normal. Penanganan luka dan perawatan pasca operasi
yang tepat juga dapat mempengaruhi kecepatan tingkat kesembuhan pada luka
tersebut. Pengkajian tata laksana operasi dan perawatan pasca operasi luka robek
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan luka robek pada anak
singa dan obat apa saja yang digunakan saat perawatan pasca operasi di Bali Zoo.

Tujuan

Tujuan laporan praktik kerja lapangan 1 adalah untuk mendapatkan


penjelasan tentang tata laksana operasi dan perawatan pasca operasi luka robek
(vulnus laceratum).
2 METODE KAJIAN

2.1 Lokasi dan Waktu

Praktik kerja lapangan Mahasiswa Program Keahlian Paramedik Veteriner


Program Diploma Institut Pertanian Bogor dilakukan di Bali Zoo yang beralamat
di Jalan Raya Singapadu, Sukawati, Gianyar, Bali, Indonesia. Praktik Kerja Lapang
dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada tanggal 18 Juli-18 Agustus 2017 pada
jam dan hari kerja yang telah ditetapkan oleh Bali Zoo.

2.2 Metode Bidang Kajian

2.2.1 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama PKL yaitu teknik
pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang
2

diperoleh dari pengamatan secara langsung pada seekor anak harimau yang
diidentifikasi berdasarkan lesio makroskopis dan tata perawatan pemberian obat-
obatan pada anak singa, serta data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan
cara mengumpulkan data dari studi literatur dan diskusi dengan dokter hewan.

2.2.2 Analisis Data


Data hasil pengamatan dibahas secara deskriptif yang didasari dengan sumber
referensi yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, diskusi, dan studi
pustaka.
2.3 Tinjauan Pustaka

2.3.1 Klasifikasi
Singa Afrika merupakan famili dari felidae atau kucing yang berukuran besar,
perbedaan antara singa jantan dan betina terletak pada surai yang terdapat pada
leher, singa jantan memiliki surai yang lebat sedangkan singa betina sama sekali
tidak memiliki surai. Surai ini berfungsi sebagai pelindung daerah leher saat singa
jantan berkelahi. Surai pada individu jantan biasanya berwarna kuning, coklat, atau
coklat kemerahan pada singa muda namun cenderung menjadi lebih gelap
mengikuti umur dan bahkan dapat berwarna hitam (Nowak 2005).

Singa Afrika dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Linnaeus 1758)


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Famili : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera leo

2.3.2 Morfologi dan Karakteristik

Gambar 1 Panthera leo


Tubuh singa jantan berukuran lebih besar dari singa betina dengan berat
badan singa jantan berkisar antara 150-250 kg dan singa betina berkisar antara 120-
180 kg. Panjang tubuh singa jantan adalah 170-190 cm dengan panjang ekor 90-
105 cm, sedangkan untuk singa betina panjang tubuh berkisar 140-175 cm dengan
panjang ekor 70-100 cm (Grzimek 1970). Singa hidup dalam kelompok yang
disebut pride, sebuah pride yang khas terdiri atas empat sampai duabelas ekor singa
3

betina, anak-anak mereka, serta enam ekor singa jantan dewasa. Singa betina
bersaudara, tetapi tidak seekor pun yang bersaudara dengan pejantan dewasa dalam
pride tersebut (Morgan 2006). Singa memiliki habitat di padang rumput atau bisa
disebut savannah, savannah dapat ditemukan di Hongaria, Rusia Selatan, Asia
Tengah, Amerika Selatan dan Australia. Curah hujan relatif rendah, turun secara
tidak teratur.

2.3.3 Pengendalian Satwa Liar


Pengendalian satwa liar khususnya singa menggunakan pengendalian kimia
(chemical restraint). Tantangan pertama bila akan menggunakan bahan kimia untuk
imobilisasi dan pengendalian hewan adalah menempatkan bahan tersebut pada
tempat yang dapat mengabsorpsinya. Teknik yang paling memuaskan bervariasi
dari spesies ke spesies dan dari hewan ke hewan tergantung pada ukuran, jarak dari
operator, kemampuan untuk menguasai hewan, serta keefektifan peralatan yang
tersedia (Fowler, 1978). Cyclohexamines (ketamine dan tiletamine) adalah obat
utama yang digunakan sebagai imobilisasi dari berbagai macam karnivora (Morris,
2001). Penggunaan obat bius untuk singa dapat pula menggunakan kombinasi
xylazine, diazepam dan midazolam dengan ketamine (Vesal, 2007) karena singa
masih memiliki hubungan dengan kucing maka obat bius yang digunakan pun dapat
serupa, dengan dosis yang disesuaikan dengan bobot tubuh masing-masing hewan.
Perkelahian antar singa sudah sering terjadi di alam liar, ada beberapa hal yang
dapat memicu perkelahian antar singa yaitu memperebutkan pakan,
memperebutkan wilayah kekuasaan, menentukan siapa yang lebih kuat dan
melindungi anak atau kawanannya.

2.3.3 Luka
Menurut Dorland (2006), luka dibagi 2 jenis, luka tertutup merupakan luka
dimana kulit korban tetap utuh dan tidak ada kontak antara jaringan yang ada di
bawah dengan dunia luar, kerusakannya diakibatkan oleh trauma benda tumpul.
Luka tertutup umumnya dikenal sebagai luka memar yang dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu, kontusio dan hematoma. Kontusio adalah kerusakan jaringan
di bawah kulit yang mana dari luar hanya tampak sebagai benjolan dan hematoma
adalah kerusakan jaringan di bawah kulit disertai pendarahan sehingga dari luar
tampak kebiruan.
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan di bawahnya mengalami
kerusakan. Penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan benda keras
dan lain-lain. Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet (ekskoriasi),
luka gigitan (vulnus marsum), luka iris/sayat (vulnus scisum), luka bacok (vulnus
caesum), luka robek (vulnus traumaticum), luka tembak (vulnus sclopetinum), luka
hancur (vulnus lacerum) dan luka bakar.
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka
itu dan menunjukan derajat luka (Taylor, 1997).
Berdasarkan derajat kontaminasi terdapat Luka bersih adalah luka yang tidak
terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka sayat selektif dan steril dimana
luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,
traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius, dengan demikian kondisi luka
4

tetap dalam keadaan bersih kemungkinan terjadi infeksi luka keadaan bersih.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol.
Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukan tanda
infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3%-11%.
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi infeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi.
Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka
laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10%-
17%.
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan
mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai
akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi
visera, abses dan trauma lama.
Berdasarkan penyebab terjadinya luka adalah Vulnus ekskoriasi atau luka
lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan
benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian
traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul.
Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang ditandai dengan tepi berupa
garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-
hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam (seng,kaca) dimana bentuk
luka teratur.
Vulnus laseratum atau luka robek adalah lulka dengan tepi yang tidak
beraturan atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda
tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana
bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan
mukosa hingga lapisan otot.
Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing
yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya, misalnya tusukan pisau
yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainya.
Kesemuanya menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak
begitu lebar.
Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan
memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit,
dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut.
Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau caian panas
maupun sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak
beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam.
5

Luka robek tersebut dapat disebut juga sebagai Vulnus laseratum. Luka
adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan (Agustina, 2009).
Vulnus (Luka) adalah terputusnya kontinuetas jaringan tubuh dan terganggunya
integrasi normal dari kulit serta jaringan dibawahnya yang biasanya dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, trauma termal, kimiawi, ledakan,
sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ada beberapa jenis luka yaitu ekskoriasi,
vulnus scissum vulnus punctum, vulnus morsum, serta vulnus Laseratum
(Wulandari et al. 2013)
Luka adalah kerusakan hubungan antar jaringan-jaringan pada kulit,
mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Agung, 2005), selain itu
menurut Koiner dan Taylan (2001), luka adalah terganggunya integritas normal dari
kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup
atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Vulnus laceratum merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan
tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot (Mansjoer, 2006)
sedangkan menurut Price (2006) vulnus laceratum terjadi akibat kekerasan benda
tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Vulnus
laceratum biasanya adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan. Luka yang terjadi
pada anak singa Alfa ini termasuk luka yang disebut simple karena hanya
melibatkan kulit saja.

2.3.4 Tipe-Tipe Jahitan


Jahitan Terputus Sederhana (Simple Interrupted Suture) Terbanyak digunakan
karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada
kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena
tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan
situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan.
Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka,
dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan
tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
Jahitan Matras Horisontal jahitan dengan melakukan penusukan seperti
simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari
tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan Matras Vertikal
jahitan menjahit tepi-tepi luka secara mendalam di bawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka, biasanya menghasilkan penyembuhan
luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi oleh jahitan ini.
Jahitan Matras Modifikasi adalah jahitan modifikasi dari matras horizontal
tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.
Jahitan Kontinyu, simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua
simpul bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya.
Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit.
Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over) jahitan ini sangat
sederhana, sama dengan kita menjelujur baju biasanya menghasilkan hasil kosmetik
yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture) Jahitan kontinyu dengan
mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan
peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
6

Jahitan Intradermal memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa
satu garis saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah
dermis.

A B C D

E G
F

Gambar 2. Tipe-Tipe Jahitan


Keterangan : (A) Jahitan Terputus Sederhana (Simple Interrupted Suture),
(B) Jahitan Horisontal, (C) Jahitan Matras Vertikal, (D)
Jahitan Matras Modifikasi, (E) Jahitan Jelujur Sederhana
(Continous Over and Over). (F) Jahitan Jelujur Feston
(Interlocking Suture), (G) Jahitan Intradermal

2.3.5 Operasi
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2010)
7

3 KEADAAN UMUM

3.1 Sejarah Tempat Praktik Kerja Lapangan

Kebun binatang bali lahir karena kecintaan bapak Anak Agung Gde Putra
terhadap binatang, keinginannya untuk melestarikan dan melindungi berbagai fauna
Indonesia termasuk teman langka dan terancam punah seperti Gajah Sumatera,
Harimau Sumatera, Orangutan, Beruang Sun, Binturong dan masih banyak lagi
sambil tetap berbagi pengalaman indah dengan semua orang.
Bali Zoo berada di kawasan seluas 3,5 hektar dan dibangun di atas seluas
30.000 meter2 dengan pohon-pohon yang menjulang, rerumputan yang tinggi dan
tanaman yang lebat, penciptaan ulang dari habitat alami binatang tersebut. Bali Zoo
dipromosikan sebagai cara efektif untuk belajar tentang suaka margasatwa
khususnya anak-anak, juga sebagai wahana untuk memperkenalkan kembali satwa
yang hampir punah. Mamalia yang ditampilkan di Bali Zoo bervariasi mulai
primata, rusa, unta, walabi dan harimau sumatra. Burung tropis yang terkenal
seperti burung kasuari, merak, kakatua, bali starling dan berbagai jenis burung asia.
Tampilan lainnya meliputi reptil, diantaranya iguana, ular hijau dan phyton. Sejak
beroperasi pada September 2002, kebun binatange2sz ini telah mengoleksi kurang
lebih 350 ekor satwa langka yang terdiri dari 60% aves (burung) diantaranya jalak
bali, merak, kasuari, elang dan sebagainya dan dari 30% jenis mamalia seperti
harimau sumatra, singa afrika, singa, rusa, unta dan kangguru.
Bali Zoo berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas satwa-satwa langka
yang telah ada untuk mewujudkan versi sebagai kebun binatang bertaraf
internasional. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mendatangkan gajah
sumatra sebagai satwa baru di kebun binatang. Selain dapat berkeliling dengan
gajah (elephant ride) yang sudah jinak, pengunjung juga lebih dekat dengan
binantang bertubuh besar yaitu dengan disediakannya feeding area sebagai sarana
agar pengunjung dapat memberikan makan dan berfoto bersama para gajah.
Setelah perjalanan yang menyenangkan mengitari kebun binatang,
pengunjung dapat bersantai di restoran yang berkapasitas 300 tempat duduk dan
memilih dari pilihan menu seafood, masakan bali atau menu vegetarian. Pada acara
khusus, restoran ini menampilkan tarian Bali seperti legong, kecak dan jogged
bumbung. Selain itu, Bali Zoo juga menampilkan beberapa atraksi dari satwa
(animal and birds show) yang sangat menarik dan menyenangkan.
Taman zoologi pertama di Bali adalah tempat yang menakjubkan dimana
Anda dapat mempelajari perilaku lebih dari 450 hewan langka dan eksotis di
lingkungan tropis yang rimbun. Sebuah taman tempat Anda dapat berpartisipasi
dalam kegiatan petualangan hewan yang menakjubkan, beberapa di antaranya
merupakan pengalaman unik dari jenisnya di Indonesia. Entah itu pertemuan dekat
dan perjumpaan pribadi dengan harimau Bengal; Safari gajah di atas pachyderms
Sumatra yang ramah, makan hanya beberapa meter dari raja hutan dan harga
dirinya, atau ikut serta dalam merek dagang Bali Zoo Mahout for a Day.
8

Kebun Binatang Bali diciptakan terutama karena cinta ayah pendiri kami terhadap
binatang, keinginan untuk melestarikan dan sarana untuk membaginya dengan
dunia, karena hasrat bersama sama dengan kebahagiaan sejati.
Tampilan baru kami adalah perayaan sejarah, visi, dan semangat kami.
Identitas ini berasal dari sejarah Kebun Binatang Bali sendiri. Itu
diciptakan oleh Direktur kami Bapak Anak Agung Gde Putra, berdasarkan cintanya
pada hewan. Dia memiliki keinginan untuk melestarikan dan melindungi berbagai
fauna Indonesia termasuk teman langka dan terancam punah seperti Gajah
Sumatera, Harimau Sumatera, Orangutan, Beruang Sun, Binturong dan masih
banyak lagi sambil tetap berbagi pengalaman indah dengan semua orang.
Ketiga hewan yang digambarkan dalam identitas merek, seekor rusa, seekor
kasuari dan orangutan adalah binatang pertama yang dimiliki Anak Anak Gde Putra
pada awal Kebun Binatang Bali. Warna cerah dipilih untuk mewakili momen yang
penuh warna dan indah, para tamu akan mengalami di Kebun Binatang Bali.
Turquoise melambangkan perasaan menyegarkan dan ramah, tamu akan
merasakannya saat terikat dengan hewan dan alam. Oranye melambangkan energi,
petualangan, kebahagiaan, daya tarik dan antusiasme pengalaman di Kebun
Binatang Bali. Hijau dipilih untuk memuji abu-abu yang kekar, menambahkan
kesegaran dan suasana alam pada identitas

3.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah tatanan pembagian kerja di dalam suatu organisasi.


Struktur organisasi yang baik akan menentukan pembagian tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara lebih jelas dan terinci. Dengan adanya struktur organisasi,
maka penjelasan mengenai pekerjaan setiap sumberdaya manusia akan lebih jelas
terlihat. Secara struktural sistem organisasi Bali Zoo dapat dilihat pada gambar.

Gambar 3. Struktur organisasi Bali Zoo


9

3.3 Tujuan Lembaga

Bali Zoo memiliki visi yaitu menjadikan Bali Zoo sebagai kebun binatang
bertaraf internasional serta misi sebagai lembaga konservasi ex situ yang bertujuan
membantu program pemerintah dalam upaya melestarikan satwa langka yang
dilindungi, sebagai media pendidikan dan hiburan bagi wisatawan lokal, domestik
dan asing serta menciptakan objek wisata alternative sehingga mampu menambah
kemajemukan objek wisata yang telah ada di Bali dan menciptakan lapangan kerja
bagi penduduk sekitar dan menambah pendapatan daerah.

4 KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

4.1 Signalement dan Anamnese

Anak singa afrika (Panthera leo) jantan yang datang ke klinik hewan Bali
Zoo ini bernama Alfa, ia lahir tanggal 21 Mei 2017 di Bali Zoo, Alfa memiliki berat
badan 7840 gram. Luka ini disebabkan karena Alfa diserang induk singa lain yang
berada di samping kandang Alfa. Luka tersebut berbentuk segitiga dan banyak
dipenuhi jerami, rambut dan kotoran lainnya. Alfa dibawa ke klinik hewan di Bali
Zoo tanggal 22 Juli 2017 pukul 08.15 ada beberapa luka robek yang Alfa miliki
tetapi luka yang paling luas ada di bagian paha atas kaki kanan Alfa (Gambar 3).
Luka Alfa termasuk ke dalam luka terbuka yaitu luka di mana terjadi hubungan
antara luka dengan dunia luar.

Gambar 4. Luka robek pada Alfa

4.2. Persiapan Operasi


Peralatan yang digunakan untuk operasi penanganan luka ini adalah
peralatan bedah minor sederhana, yang sebelumnya telah dicuci bersih. Sterilisasi
menggunakan autoklaf sangat disarankan untuk dilakukan, instrumen disterilkan
dengan uap air bertekan tinggi waktu dan suhu yang ditetapkan dalam penggunaan
autoklaf adalah 5 menit 132oC (270oF) atau 15 menit 135oC (275oF). perendaman
dengan alcohol dengan kadar tinggi juga dapat dilakukan apabila sterilisasi
menggunakan alat tidak memungkinkan, cukup rendam peralatan bedah dengan
alcohol selama 30 menit.
10

Sterilisasi yang dilakukan pada operasi penjahitan luka robek Alfa di Bali zoo
hanya menyemprotkan alcohol pada peralatan bedah, dan langsung digunakan
untuk operasi penjahitan. Kombinasi ketamine dan xylazine juga digunakan sebagai
obat bius/anestetikum, untuk ketamine menggunakan sediaan 10% atau 100 mg/ml
dengan dosis 10 mg/kg sedangkan xylazine dengan sediaan 2% atau 20 mg/ml dan
dosis 1 mg/kg dengan perhitungan dosis yaitu :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠


𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

= 7.84 kg x 1 mg/kg = 0.392 ml = 0.4 ml xylazine (dibulatkan)


20 mg/ ml

= 7.84 kg x 10 mg/kg = 0.784 ml = 0.7 ml ketamine


100 mg/ ml

A B C D E

Gambar 5. Peralatan bedah yang digunakan saat operasi

Keterangan : (A) Needle Holder, (B) Guntung Lurus Runcing-Tumpul, (C) Pinset
Sirurgis, (D) Scalpel dan Blade, (E) Pinset Anatomis

Penggunaan bahan-bahan ini juga dapat mempengaruhi kelancaran saat operasi


penjahitan berlangsung, rivanol digunakan sebagai antiseptic karena sifatnya yang
tidak mengiritasi jaringan, nacl digunakan saat debridement karena nacl memiliki
konsentrasi yang sama dengan cairan tubuh, povidone iodine juga digunakan
sebagai antimikroba. Jarum jahit yang digunakan berukuran 1/2 dan 1/4 circle.
Benang yang digunakan adalah silk.
11

A B C D

E F

Gambar 6. Bahan yang digunakan saat operasi


Keterangan : (A) Nacl, (B) Rivanol, (C) Povidone Iodine, (D) Benang ukuran 4-0
(E) Benang ukuran 4-0 dan Jarum jahit ukuran 1/2 , (F) Benang dan
jarum jahit ukuran 1/4

4.3 Teknik Operasi


Penanganan yang pertama kali dilakukan adalah menjahit luka Alfa, operasi
penjahitan luka anak singa Alfa ini dilakukan pada tanggal 22 juli 2017 di klinik
hewan Bali Zoo, pada pukul 09.53 Alfa yang berumur 3 bulan dan memiliki berat
badan 7840 gram diinjeksi dengan campuran ketamine 0,7 ml dan xylazine 0,4 ml.
Pukul 10.01 Alfa mulai tertidur (terbius), setelah terbius Alfa di posisikan lateral
recumbency, pada bagian paha atas sebelah kanan yang disemprot dengan nacl
dilakukan debridement, yaitu tindakan pembersihan luka dari semua benda asing,
ini dilakukan sampai semua benda asing benar-benar hilang. Luka terbesar yang
Alfa miliki berbentuk segitiga dengan tepi yang tidak beraturan, sebelum proses
penjahitan dilakukan pencukuran terhadap rambut-rambut yang terdapat di tepi-tepi
luka tersebut dan disemprot menggunakan iodine. Tipe jahitan yang digunakan
adalah jahitan sederhana. Tanggal 24 dan 26 Juli dilakukan penjahitan ulang karena
jahitan Alfa terlepas.

Gambar 7. Proses penjahitan luka


12

4.4 Post Operasi


Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
(Uliyah & Hidayat, 2008). Pukul 12.03 operasi penjahitan luka Alfa selesai,
pemberian obat dexamethasone dan antibiotic secara injeksi juga dilakukan, setiap
ml dexamethasone mengandung Dexamethasone Sodium Phosphate yang berguna
untuk mengobati reaksi alergi yang parah agar tidak terjadi peradangan atau
inflamasi sedangkan antibiotik bertujuan untuk menghambat terjadinya infeksi.
Penyuntikkan riverzine dilakukan dan bertujuan sebagai antidote yang bertujuan
agar Alfa cepat tersadar.

4.4 Perawatan luka robek post operasi

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal artinya,
tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan
benda asing dan perkembangan awal proses penyembuhan meskipun demikian,
terdapat beberapa perawatan yang dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan luka seperti melindungi area yang luka terbebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan untuk membantu meningkatkan penyembuhan jaringan
(Maryunani, 2013). Faktor yang mempengaruhi tingkat penyembuhan cukup
banyak, salah satunya adalah perawatan luka. Teknik perawatan luka secara tepat
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Pemilihan antiseptik
yang sesuai dan tepat dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
Pemilihan antiseptik sangatlah penting dalam penyembuhan luka yang optimal
adapun antiseptic yang digunakan untuk mencuci luka dan mengobati luka
misalnya rivanol, povidone iodine, alkohol, yodium, asam borat, derivate fenol, dan
lainnya. Rivanol digunakan saat operasi karena bersifat tidak mengiritasi, cocok
digunakan pada luka terbuka, sedangkan alkohol kurang cocok untuk diterapkan
pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar. Rivanol (etakridin) adalah
etakridin laktat yang mempunyai sifat yang sama seperti derivate akridin lainnya
yaitu, bersifat bacterostatic terhadap banyak kuman gram-positif tetapi kurang
efektif terhadap kuman gram-negatif,dan tidak efektif terhadap spora. Perawatan
luka jahitan hanya menggunakan povidone iodine yang disemptorkan pada jahitan
Alfa, penggunaan iodine saat merawat luka yang telah dijahit dipilih karena
povidone iodine merupakan agen antimikroba paten yang digunakan secara luas
dan terbukti efektif dalam menangani infeksi dan pembersihan kulit pada praoperasi
maupun pascaoperasi, untuk penatalaksanaan luka traumatic yang kotor, menurut
hasil penelitian Wulandari et al. 2013 tentang “efektifitas kesembuhan luka pada
penggunaan rivanol dengan povidone iodine terhadap vulnus laseratum” proses
penyembuhan vulnus laseratum dari 10 Responden dengan menggunakan rivanol
tidak ada yang sembuh sempurna dan 35 responden dengan munggunkan povidone
iodine di dapat 13 responden yang sembuh sempurna serta terdapat perbedaan
proses penyembuhan luka yang signifikan antara pasien vulnus laseratum yang
diberi perawatan rivanol dan povidone iodine, sehingga penggunaan povidone
iodine dinilai cukup baik untuk membantu kesembuhan luka.
13

Tanggal 25 juli luka Alfa mengalami abses, benda asing seperti pasir atau
mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda
tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit
(sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan
nanah (“Pus”). Penyembuhan luka sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali
jaringan tubuh yang utuh. Beberapa faktor yang berperan dalam mempercepat
penyembuhan, yaitu faktor internal (dari dalam tubuh) dan faktor eksternal (dari
luar tubuh). Faktor eksternal yang dapat mempercepat penyembuhan luka yaitu
dengan cara irigasi luka menggunakan larutan fisiologis (NaCl 0,9%) serta
penggunaan obat-obatan sintetik dan alami (Adam dan Alexander, 2008). Tanggal
27 Juli kulit pada luka Alfa mengalami nekrosis dan mengakibatkan terlepasnya
kulit Alfa, nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang
hidup, karena kurangnya suplai darah pada jaringan tersebut, setelah mengalami
nekrosis perawatan yang diberikan pada luka Alfa hanya memberikan serbuk
amoxicillin yang diberikan secara topical menutupi luka Alfa dan menyemprot
dengan alamycin,sedangkan untuk penggunaan povidone iodine di hentikan.

A B C D

E F G H

I J K

Gambar 8. Perkembangan Luka Alfa


Keterangan : (A) luka abses tanggal 22 Juli, (B) sebagian kulit terlepas luka tanggal
26 Juli, (C) sudah terlepas semua luka tanggal 28 Juli, (D) luka tanggal
1 Agustus, (E) luka tanggal 3 Agustus, (F) luka tanggal 4 Agustus, (G)
luka tanggal 9 Agustus, (H) luka tanggal 11 Agustus, (I) luka tanggal
14

12 Agustus, (J) luka tanggal 15 Agustus, (K) luka mulai mengecil


tanggal 18 Agustus

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Jahitan pada jaringan longgar akan berdampak pada sulitnya jahitan


tersebut tetap terjaga utuh, luka Alfa dapat sembuh sekitar 2 bulan. Perawatan
difokuskan pada regenerasi kulit secara alami dengan tetap menjaga luka tetap
terjaga atau tetap bersih dari bakteri dan ektoparasit seperti lalat dengan cara selalu
diberi antibiotic yaitu amoxicillin dan alamycin secara terus-menerus.

5.2 Saran
Luka Alfa harus dirawat secara intensif untuk menghindari benda atau
mikroorganisme apapun menempel atau masuk pada lukanya dan sebisa mungkin
makanan harus selalu tersuplai untuk membantu mempercepat regenerasi kulit.
Dilakukan juga monitoring kesehatan Alfa secara detail agar mengetahui
perkembangan kesehatan Alfa.

DAFTAR PUSTAKA

Adam J. S. and Alexander B. D. 2008, Current Management of Acute Cutaneous


Wound. N Engl J Med.
Agustina, Tri. 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Mellitus di Poli Penyakit
Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang
Konsultasi Gizi.Surakarta : Karya Tulis Ilmiah.
Agung, M. & Hendri, W. (2005). Pengaruh kadar albumin serum terhadap
lamanya penyembuhan luka operasi. DEXA MEDIA 1. (8). Dorland,
W., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Grzimek B. 1970. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia Vol. 12: Mammals
III.New York: Van Nonstrand Reinhold.
Mansjoer, A. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Jilid 2. Medika
Auskulapius FKUI Price, S. A.dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik. (2013). Perawatan Luka (Modern Woundcare) Terlengkap dan
Terkini. Jakarta : In Media.
Morris PJ. Chemical immobilization of felids, ursids, and small ungulates. Vet
Clin North Am Exot Anim Pract 2001; 4:267-98.
Nowak RM. 2005. Walker’s Carnivores of the World. Baltimore: John Hopkins
Univ Press.
Wulandari A, Azis A, Aryanti N. 2013. Efektifitas Kesembuhan Luka Pada
Penggunaan Rivanol Dengan Povidone Iodine Terhadap Vulnus
Laseratum. Jambi (ID): Universitas Jambi.
15

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC
Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat.2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Macdonald E, Scheinin M, Scheinin H (1988): Behavioural and neurochemical
effects of medetomidine, a novel veterinary sedative. Eur. J. Pharmacol.
158: 119-127. Vainio O (1989): Introduction to the clinical pharmacology
of medetomidine. Act. Vet. Scan. Supp. 85: 85-88.
Virtanen J, Savola JM, Saano V, Nyman L (1988): Characterization of the
selectivity, specifity and potency of medetomidine as an α2-adrenoceptor
agonist. Act. Vet.Scand. 85: 29-37.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Harian Parktik Kerja Lapangan I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DAN


KEBUDAYAAN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende Jl.Kumbang No 14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

JURNAL HARIAN PKL


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama Mahasiswa : Shelda Iswara Arfianti


NIM : J3P115016
Nama Perusahaan/Instansi : Bali Zoo
Alamat : Jl. Raya Singapadu Sukawati Gianyar Bali

Hari Tanggal Waktu Kegiatan

Selasa 18 Juli 2017 08.00 Membersihkan Klinik

Pemberian vitamin pada ruminansia


08.30
dan primata

11.30 Istirahat

14.00 Pemeriksaan Feses Primata

16.00 Menggerus Amoxicillin

Rabu 19 Juli 2017 08.00 Membersihkan Klinik

08.30 Menggerus obat (Fitkom)

11.30 Istirahat

09.52 Grooming anak harimau


19

10.58 Pemberian pakan anak harimau

11.30 Pemberian pakan orang utan

Pemberian air madu pada orang utan


13.15
Septo

15.20 Pemberian pakan anak harimau

Kamis 20 Juli 2017 08.10 Membersihkan klinik

09.45 Koleksi caplak pada ular

10.00 Grooming anak harimau

10.15 Pengamatan siamang kerdil

11.09 Pemberian pakan anak harimau

11.30 Istirahat

08.00 Pemberian vitamin pada ruminansia


Jum’at 21 Juli 2017
primate dan unta

Ikut memindahkan bayi nuri bayan ke


09.45
klinik

11.00 Pengamatan orang utan “Jacky”

11.30 Istirahat.

Pemberian amoxicillin pada luka anak


13.30
harimau “Gita”
20

08.00
Sabtu 22 Juli 2017 Membersihkan klinik.

Pemberian vitamin pada ruminansia,


08.30
primate dan unta

Ikut membantu proses penjahitan luka


10.37
sobek pada anak singa

11.30 Istirahat

Senin 24 Juli 2017 07.00-07.20 Pemberian pakan primata

07.30-08.00 Pembuatan pakan primata

Membantu keeper memberi pakan


08.00-09.00
kaktua

09.00-10.00 Sanitasi kandang primata

10.00-10.30 Peracikan suplemen hati untuk primata

10.30-10.45 Pemberian suplemen hati untuk primata

11.00-12.00 Melatih motorik bayi siamang

12.00-13.00 Ishoma

13.00-13.30 Pemberian pakan primata

13.30-14.00 Pembuatan pakan primata

14.00-14.30 Sanitasi kandang primata

14.30-15.00 Pemberian pakan harimau

15.00-15.30 Pemberian pakan primata

Selasa 27 Juli 2017 07.00-07.30 Pemberian pakan primata

07.30-08.00 Pembuatan pakan primata

08.00-09.00 Pemberian pakan kakatua


21

09.00-10.00 Sanitasi kandang primata

Membantu keeper mensortir buah dan


10.00-11.00
sayur

11.00-12.00 Melatih sistem motorik bayi siamang

12.00-13.00 Ishoma

13.00-13.30 Pemberian pakan primata

13.30-14.00 Pembuatan pakan primata

14.00-14.30 Sanitasi kandang primata

15.15-15.40 Pemberian pakan primata

Rabu 26 Juli 2017 06.00-06.40 Membuat pakan primata dan kasuari

07.00-07.20 Pemberian pakan primata

Membantu dokter hewan membuat


08.00-08.30
persediaan obat untuk elang

Membantu dokter hewan memberikan


08.30-09.00 vitamin B12 pada elang jawa dan elang
ular bido

09.00-09.30 Diskusi judul PKL

Observasi kandang kasuari gelambir


09.40-10.30
ganda dan buaya muara

10.40-11.00 Membuat pakan primata

Membantu dokter hewan mengukur


11.00-11.50
badan bayi siamang

12.00-13.00 Istirahat

Membuat pakan primata dan pemberian


13.00-13.40
pakan primata

13.40-14.10 Sanitasi kandang primata


22

Observasi obat-obatan dan peralatan


14.50-15.20
kesehatan di klinik

15.30-15.40 Pemberian pakan pada primata

Kamis 27 Juli 2017 01.00-01.10 Memberikan susu pada bayi siamang

06.00-07.30 Menjaga dan merawat bayi siamang

07.30-07.50 Memberi pakan primata

08.00-08.20 Membuat pakan primata

08.30-09.00 Menjaga dan merawat bayi siamang

09.00-09.30 Pengambilan data laporan pkl

09.30-10.00 Sanitasi kandang primata

10.00-10.30 Observasi tingkah laku beberapa satwa

Diskusi dengan dokter pembimbing


10.30-11.00
lapangan

Membuat preparat ulas natif feses bayi


11.20-12.00
siamang

12.00-13.00 Istirahat

Membuat pakan primate dan pemberian


13.10-13.50
pakan primata

13.50-14.00 Pemberian pakan elang

Memberikan obat secara oral melalui


14.00-14.15
pakan pada primata

15.00-15.20 Pemberiam pakan primata

Jum’at 28 Juli 2017 07.00-07.30 Pemberian pakan primata

07.30-08.15 Pemberian pakan kakatua

08.30-09.00 Pembuatan pakan primata

09.00-10.00 Sanitasi kandang primata


23

Kunjungan dosen supervisi dan


10.00-11.15
observasi lapangan

Membantu dokter hewan melatih


11.20.12.00
motorik bayi siamang

12.00-13.00 Ishoma

13.00-13.30 Pemberian pakan primata

13.30-14.00 Pemberian pakan pada elang

14.00-14.15 Pembuatan pakan primata

Diskusi dengan dosen pembimbing


14.15-15.00
lapangan

15.15-15.45 Pemberian pakan primata

Sabtu 29 Juli 2017 07.00-07.30 Pemerian pakan primata

07.30-08.00 Merawat bayi siamang

08.00-08.30 Pembuatan pakan primata

08.30-09.00 Merawat bayi siamang

09.00-10.00 Sanitasi kandang primata

Senin 31 Juli 2017 07.00-07.30 Pemberian kandang primata

Pemberian pakan dan sanitasi kandang


08.00-08.30
kakatua

09.00-10.00 Sanitasi kandang primata

10.00-12.00 Diskusi dengan pembimbing lapangan

12.00-13.00 Istirahat

13.00-14.30 Membersihkan ruang pakan

15.00-15.15 Memberi pakan pada primata

Selasa 1 Agustus 2017 07.00-07.30 Memberi pakan pada primata


24

Sanitasi dan pemberian pakan pada


07.30-08.00
kakatua

09.00-10.00 Sanitasi kandang primata

10.00-11.00 Pengamatan elang

11.00-12.00 Observasi kandang satwa

13.00-13.15 Pembuatan pakan primata

13.15-13.20 Memberi pakan kukang

Handling dan pemeriksaan fisik pada


13.20-14.00
Elang Jawa

14.00-14.30 Pembuatan preparat swab

Pemeriksaan preparat swab pada


14.30-15.00
mikroskop

Memberi pakan nuri bayan, nuri kelam,


Rabu 2 Agustus 2017 07.30-07.40
dan perkici pelangi.

07.40-08.10 Memberi pakan kakatua dan merak

Pembuatan preparat ulas natif pada


08.20-09.20
feses primata

09.35-09.45 Pengambilan data laporan PKL

Membantu dokter hewan menangani


09.50-11.50
elang berontok hipotermia

12.00-13.00 Istirahat

Memberi pakan primata dan kakatua,


13.00-13.40
dan elang

13.45-14.00 Pembuatan pakan primata

15.00-15.40 Memberi pakan harimau dan primata

Sanitasi kandang dan pemberian pakan


Kamis 3 Agustus 2017 07.10-08.00
kakatua dan merak
25

09.30-09.40 Sanitasi kandang primata

10.00-10.25 Memberikan vitamin pada primata

11.00-11.25 Diskusi dengan pembimbing lapangan

12.00-13.00 Istirahat

15.00-15.15 Memberikan vitamin pada harimau

Jumat 4 Agustus 2017 07.20-08.00 Memberi pakan pada burung kakatua

08.20-09.00 Sanitasi kandang primata

09.10-09.50 Merawat bayi siamang

12.00-13.00 Istirahat

13.30-15.00 Membuat enrichment untuk harimau

15.35-15.40 Memberikan vitamin pada harimau

Sabtu 5 Agustus 2017 07.00-07.15 Merawat bayi siamang

07.15-08.00 Memberi pakan nuri dan kakatua

09.00-09.15 Membersihkan kandang primata

11.20-12.00 Melatih motorik bayi siamang

Senin 7 Agustus 2017 07.30-08.00 Memberi pakan primata

Sanitasi kandang kaktua dan pemberian


08.00-08.30
pakan pad merak

09.00-09.30 Sanitasi kandang harimau

10.00-10.30 Observasi kandang satwa

10.30-10.40 Pemberian obat pada primata

10.40-11.00 Melatih motorik bayi siamang

11.00-11.30 Diskusi dengan pembimbing lapangan

11.30-12.00 Observasi kandang satwa


26

12.00-13.00 Istirahat

13.00-13.15 Pemberian pakan primata

13.15-13.40 Pembuatan pakan primata

Memberi vitamin dan pakan pada


13.40-13.55
harimau

14.15-15.40 Nekropsi burung kakatua

Memberi pakan pada primata, kakatua,


Selasa 8 Agustus 2017 07.25-08.00 dan merak, serta sanitasi kandang
kakatua

Membantu keeper meracik pakan


08.00-08.15
primata

09.00-09.30 Observasi kandang satwa

09.30-10.00 Sampling caplak pada trenggiling

Membantu keeper memberi pakan pada


13.00-13.15
kaktua dan bayan

Menyiapkan kandang baru untuk


14.00-15.00
trenggling dan memindahkannya

15.00-15.20 Memberi pakan pada harimau

Rabu 9 Agustus 2017 07.00-07.15 Memberi pakan primata

Sanitasi kandang dan pemberian pakan


07.30-08.00
kakatua

08.00-08.15 Memberi pakan merak

09.00-10.00 Observasi kandang satwa

Menghitung dosis obat dan persiapan


10.00-10.30
pembiusan pada siamang

Membantu dokter hewan menangani


11.25-13.00
kasus abses pada siamang Boy

13.00-13.20 Istirahat
27

Melihat cara handling kakatua dan


14.00-14.30
pemotonngan paruh

Membantu keeper memberi pakan pada


15.00-15.30
primata

Sanitasi kandang kaktua dan pemberian


Kamis 10 Agustus 2017 07.00-08.00
pakan kakatua dan bayan

08.00-08.30 Observasi kandang satwa

09.00-10.00 Meracik vitamin elang dan primata

10.30-11.00 Memberi vitamin pada primata

12.00-13.00 Istirahat

Memberi pakan nuri bayan, nuri kelam,


13.00-13.15
dan perkici pelangi

13.15-13.45 Memberi pakan buaya

14.30-15.45 Nekropsi burung elang brontok

Jumat 11 Agustus 2011 07.30-07.45 Memberi pakan primata

Sanitasi dan pemberian pakan kakatua,


08.00-08.30 nuri bayan, nuri kelam, perkici pelangi,
dan merak

09.00-09.30 Sanitasi kandang harimau

10.00-10.30 Observasi kandang satwa

11.00-12.00 Mengerjakan laporan PKL

12.00-13.00 Istirahat

Memberi pakan primata, elang, dan


13.00-13.30
observasi kandang

14.00-15.00 Mengerjakan laporan PKL

15.00-15.30 Memberi pakan pada harimau


28

Sabtu 12 Agustus 07.00-07.30 Merawat bayi siamang

Memberi pakan kakatua dan merak


07.30-08.00
serta sanitasi kandang kaktua

Merawat bayi siamang (memberi pakan


08.00-09.00
bubur)

09.00-09.10 Memberi obat antibiotik pada siamang

10.00-10.30 Observasi kandang satwa

11.00-12.00 Mengerjakan Laporan PKL

Pemberian pakan primata, kakatua,


Senin 14 Agustus 2017 07.30-08.00 bayan, nuri kelam, perkici pelangi, dan
merak

08.30-08.45 Memberi obat antibiotik pada siamang

09.00-09.30 Sanitasi kandang primata dan harimau

10.00-10.30 Observasi kandang satwa

10.30-12.00 Mengerjakan laporan PKL

12.00-13.00 Istirahat

Memberi pakan pada primata dan


13.00-13.30
elang, dan kasuari.

14.00-15.00 Mengerjakan laporan PKL

Memberi pakan pada primata dan


15.00-15.30
harimau

Selasa 15 Agustus 2017 07.00-08.00 Merawat bayi siamang

08.00-08.10 Memberi antibiotik pada siamang

09.00-09.30 Observasi kandang satwa

Diskusi dengan pembimbing lapangan


10.00-12.00
dan mengerjakan laporan PKL

12.00-13.00 Istirahat
29

13.00-15.00 Mengerjakan laporan PKL

15.10-15.30 Memberi pakan primata

Rabu 16 Agustus 2017 07.00-08.30 Merawat bayi siamang

Memberi antibiotik memalui pakan


08.30-08.40
pada siamang

09.00-12.00 Membuat laporan PKL

12.00-13.00 Istirahat

13.00-14.00 Membuat laporan PKL

14.00-15.10 Merawat bayi siamang

15.10-15.30 Memberi pakan harimau

Memberi pakan primata dan observasi


Kamis 17 Agustus 2017 13.00-13.30
kandang

Pengoreksian data laporan PKL dengan


14.00-15.00
pembimbing lapangan

Pemberian obat antibiotik pada


15.00-15.15
siamang

Jumat 18 Agustus 2017 w08.00-08.10 Memberi obat antibiotik pada siamang

Menulis jurnal harian dan laporan


09.00-11.30
periodik PKL

11.30-12.30 Istirahat

Memberi pakan elang, kasuari, dan


13.00-13.45
kukang.

14.00- selesai Diskusi akhir dan perpisahan


30

Lampiran 2. Laporan Periodik Praktik Kerja Lapangan 1

FRM/DPD/PKL/010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kapus IPB Cilibende, Jl.Kumbang No.14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

LAPORAN PERIODIK PKL


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Periode La poran : Minggu ke-1 s/d Minggu ke-4


Nama Mahasiswa : Siti Sarah Hasanah
NIM : J3P115010
Nama Perusahaan / Instansi : Animal Sanctuary Trust Indonesia
Alamat : Jl. Cikopo Selatan No.14, Sukamanah-Megamendung,
Bogor-Jawa Barat 16770

INFORMASI YANG MASALAH


TANGGAL
DIPEROLEH /KENDALA
 Cara handling burung elang ular
bido
 Cara pembuatan pakan primata
 Cara pemberian pakan pada
primata
 Cara sanitasi kandang primata
 Membantu dokter hewan
18 Juli – 22 Juli 2017 merawat bayi siamang
 Membantu melatih syaraf
motorik pada bayi siamang
 Cara memberikan obat oral pada
elang
 Cara memberikan obat oral pada
primata

 Cara pemberian pakan burung


24 Juli – 29 Juli 2017
kakatua
31

 Cara pemberian pakan merak


 Cara membuat membagi obat
secara manual
 Cara membuat pakan kasuari
 Mengukur tubuh bayi siamang
 Membuat preparat natif feses
siamang
 Cara pemberian pakan elang
 Cara mengambil darah pada
elang
 Cara memberi vitamin dengan
injeksi pada elang
 Cara pemberian pakan nuri
 Memberi cairan infus intra oseus
31 Juli – 5 Agustus 2017
 Cara menghandle elang
 Sanitasi kandang burung kakatua
 Cara pemberian vitamin pada
harimau
 Membuat enrichtment untuk
harimau
 Sampling ektoparasit pada
trenggiling
 Cara pemberian pakan burung
nuri
 Enrichtment untuk trenggiling
 Cara membius siamang
 Cara penanganan abses pada
siamang
7 Agustus – 12 Agustus
 Cara menghandle burung kakatua
2017
 Beak trimming pada burung
kakatua yang mengalami
overgrown beak
 Membuat pakan harimau, elang,
dan buaya
 Pengambilan luka kering karena
bumble foot pada elang jawa
 Cara pemberian pakan buaya
32

 Nekropsi burung elang


14 Agustus – 18 Agustus  Cara pemberian obat antibiotik
2017 pada siamang

Lampiran 3. Jurnal Kasus Praktik Kerja Lapangan I.

JURNAL KASUS PKL


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama : Siti Sarah Hasanah


Nim : J3P115010
Lokasi PKL : Animal Sanctuary Trust Indonesia. Jl. Cikopo Selatan No.14,
Sukamanah-Megamendung, Bogor-Jawa Barat 16770.

HARI TANGGAL KASUS/AKTIVITAS PROSEDUR KERJA


Selasa 25 Juli 2017 Kehilangan suara pada Pemberian vitamin B1
elang jawa dan elang secara injeksi
ular bido intramuskular di muskulus
pectoralis

Rabu 2 Agustus Kematian pada burung Cadaver dimasukkan ke


2017 kakatua dalam refrigerator.
Cadaver dinekropsi pada
tanggal 7 Agustus 2017

Rabu 2 Agustus Kematian pada burung Dilakukan redehidration


2017 elang brontok dengan ringer laktat yang
ditambahkan vitamin dan
diinjeksi intra oseus
sebelum kematian. Satwa
tidak tertolong cadaver
dimasukkan ke dalam
refrigerator. Cadaver
dinekropsi pada tanggal 10
Agustus 2017

Jum’at 8 Agustus Ektoparasit pada Ektoparasit yang


2017 trenggiling menempel pada kulit
trenggiling ditempelkan
33

HARI TANGGAL KASUS/AKTIVITAS PROSEDUR KERJA


kapas beralkohol beberapa
saat lalu diambil
menggunakan pinset dan
dimasukkan ke dalam
tabung berisi alkohol

Sabtu 9 Agustus Abses di bagian kepala Perlakuan anastesi pada


2017 pada siamang siamang dan melakukan
flushing serta draignase
pada bagian abses.
Pemberian antibiotik
selama 5 hari dengan
frekuensi dua kali sehari
secara oral.

Sabtu 9 Agustus Overgrown beak pada Dilakukan pemotongan


2017 kakatua paruh (beak trimming)

Jumat 11 Agustus Bumble foot pada Kulit mati yang kering


2017 elang jawa diambil menggunakan
pinset lalu luka dibersihkan
menggunakan kapas dan
diberi perubalsem
34

RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai