Akbi Fix
Akbi Fix
10
Dasar pembebanan Biaya Pembelian Tiap Bagian yang Terkait Dalam Pengadaan Bahan Baku
Pembelian Jumlah frekuensi pembelian atau Tarif pertransaksi pembelian atau tarif setiap
volume pembelian jumlah harga faktur pembelian
Penerimaan Jumlah macam bahan yang diterima Tarif per macam bahan yang diterima
Biaya-biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh bagian pembelian, penerimaan, gudang, dan
akuntansi persediaan didebitkan dalam rekening biaya masing-masing bagian yang dibebankan.
Bila terjadi selisih dalam rekening-rekening biaya masing-masing bagian yang dibebankan,
perlakuannya sama dengan perlakuan terhadap selisih yang terdapat dalam rekening biaya
angkutan.
Unsur Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Diimpor
Apabila bahan baku diimpor, unsur harga pokoknya akan berbeda dengan apabila bahan
baku tersebut dibeli dari dalam negeri. Dalam perdagangan luar negeri, harga barang yang
disetujui bersama antara pembeli dan penjual akan mempengaruhi biaya-biaya yang menjadi
tanggungan pembeli. Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga free alongside ship (FAS),
free on board (FOB), cost and freight (C&F), atau cost, insurance, and freight (C.I & F). Pada
harga C & F pembeli menanggung biaya asuransi laut dan penjual menanggung biaya angkutan
lautnya. Pada harga C.I & F, pembeli hanya menanggung biaya-biaya untuk mengeluarkan bahan
baku dari pelabuhan pembeli dan biaya-biaya lain sampai dengan barang tersebut diterima di
gudang pembeli. Dalam harga C.I & F biaya angkutan laut beserta asuransi lautnya sudah
diperhitungkan oleh penjual dalam harga barang.
Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari :
Harga FOB Rp xx
Angkutan laut (ocean freight) xx
Harga C & F Rp xx
Biaya asuransi (marine insurance) xx
Harga C.I & F Rp xx
Biaya -biaya bank xx
Bea masuk & biaya pabean lainnya xx
Pajak penjualan
impor xx
Biaya gudang xx
Biaya ekspedisi muatan kapal laut
(E.M.K.L) xx
Biaya transport
lokal xx
Harga pokok bahan baku Rp xx
Karena dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maka harga beli
bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh karena itu
persediaan bahan baku yang ada di gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-
beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam produksi.
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam metode penentuan harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam produksi (materials costing methods), diantaranya adalah :
Sebelum diuraikan tiap-tiap metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai tersebut
diatas, berikut ini dijelaskan prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku dari gudang.
Transaksi pemakaian bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang dan akuntansi
persediaan. Dokumen sumber yang dibuat dalam transaksi pemakaian bahan baku adalah bukti
permintaan barang (materials requisition).
Bagian produksi yang membutuhkan bahan baku, mengisi bukti permintaan barang (periksa
gambar 9.11). kolom-kolom yang diisi informasi adalah kolom-kolom nomor urut, nama dan
nomor kode kelompok, nomor urut barang dan jumlah satuan yang diminta, dan pusat biaya
(dalam hal ini bagian produksi) yang memerlukan bahan baku. Setelah bukti permintaan barang
tersebut diotorisasi oleh yang berwenang, tiga lembar bukti permintaan barang tersebut dibawa
ke bagian gudang.
Bagian gudang menyimpan bahan baku sesuai dengan yang tercantum dalam bukti
permintaan barang, dan menyerahkanya kepada bagian produksi yang membutuhkannya. Bagian
gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan pada kolom “diserahkan” dalam bukti
permintaan barang, dan setelah diotorisasi oleh kepala bagian gudang, bukti permintaan barang
tersebut dikirimkan ke bagian akuntansi.
Gambar9.11
Bukti
Permintaan
Barang
PT EL SARI
BUKTI PERMINTAAN BARANG
Investasi
Bagian gudang mencatat pemakaian bahan baku ini di dalam kartu gudang pada kolom
“dipakai” dan mencatatnya pula dalam kartu barang. Bagian akuntansi mengisi informasi harga
satuan dan menghitung dan mencantumkan jumlah harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
bukti permintaan barang tersebut. Informasi mengenai harga satuan diperoleh dari kartu
persediaan bahan baku yang bersangkutan. Bagian akuntansi kemudian mencatat pemakaian
bahan baku tersebut ke dalam kartu persediaan dan menyerahkan bukti permintaan barang
tersebut kepada pemegang jurnal umum ( atau pemegang jurnal pemakaian bahan baku, jika
perusahaan menggunakan jurnal khusus ini ). Atas dasar bukti permintaan barang tersebut,
pemegang jurnal umum ( atau pemegang jurnal pemakaian bahan baku ) mencatat pemakaian
bahan baku ke dalam jurnal tersebut.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku
dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok
proses. Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok
produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.
Metode Identifikasi Khuhus (Specific Identification Method). Dalam metode ini setiap jenis
bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan
baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan
harga per satuan bahan baku yang sudah ada di gudangharus dipisahkan penyimpanannyabdan
diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-tiap jenis bahan
baku yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku
dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat.
Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode iniadalah terletak dalam penyimpanan
bahan baku di gudang. Meskipun jenis bahan bakunya sama, namun jika harga pokok per
satuannya berbeda, bahan baku tersebut harus disimpan secara terpisah, agar mudah identifikasi
pada saat pemakaiannya nanti. Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam penentuan
harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, namun sering kali tidak praktis. Metode
ini sangat efektif dipakai apabila bahan baku yang dibeli bukan merupakan barang standar dan
dibeli untuk memenuhi pesanan tertentu. Perusahaan yang memakai metode harga pokok
pesanan seringkali memakai metode identifikasi khusus untuk bahan baku yang tidak disediakan
dalam persediaan gudang (yang hanya secara insidental dibeli untuk memenuhi spesifikasi
pemesan) dan memakai metode penentuan harga pokok yang lain untuk bahan baku yang biasa
dipakai dalam produksi.
Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out Method). Metode masuk
pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan biaya bahan baku dengan anggapan
bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk
menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan di sini bahwa untuk
menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik
bahan baku dalam produksi.
Contoh 5
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan januari 2013 disajikan dalam
gambar 9.12
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian, dicatat dalam
jurnal pembelian dengan jurnal sebagai berikut:
Utang dagang xx
terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku dicatat dalam jurnal umum (atau jurnal
pemakaian bahan baku) dengan jurnal sebagai berikut:
Pemakaian bahan baku dicatat pula dalam kartu persediaan pada kolom “pemakaian”.
Data transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari tersebut di
atas, jika dicatat dalam kartu persediaan dengan metode MPKP,tampak gambar 9.13
Gambar 9.13
Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode MPKP
Pemakaian bahan baku pada 6 januari sebanyak 700kg ditentukan harga pokoknya
berdasarkan anggapan bahwa bahan baku yang masuk pertama ke gudang, dipakai yang pertama
kali. Oleh karena 600kg lebih awal berada digudang, maka 700kg bahan baku yang dipakai
tersebut dianggap berasal dari 600kg yang harga pokok per kilogramnya Rp2.400, ditambah
sisanya (700kg-600kg) berasal dari 400kg bahan baku yang harga pokoknya Rp2.500 per kg.
Setelah perusahaan membeli 1.200kg bahan baku pada tanggal 15 januari, persediaan bahan
baku yang ada di gudang terdiri dari dua macam :
a. Sisa bahan baku sebanyak 300kg, dari 400kg persediaan awal yang telah dipakai pada
tanggal 6 januari sebanyak 100kg
b. Bahan baku dari pembelian tanggal 15 januari sebanyak 1.200kg yang harga pokoknya
Rp2.750 per kg.
Persediaan bahan baku sebanyak 1.500kg (300kg + 1.200kg) tersebut dipisahkan pencatatannya
dalam kartu persediaan karena harga pokok per kilogramnya berbeda.
Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku,
perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi tampak dalam Gambar 9.14
Dari gambar 9.14 tersebut dalam terlihat bahwa perhitungan biaya bahan baku dengan metode
MPKP menghasilkan jumlah yang sama baik menggunakan metode mutasi persediaan maupun
metode persediaan fisik.
Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan harga pokok bahan baku
yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang
terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku
yang pertama kali dipakai dalam produksi.
Atas dasar data transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku dalam contoh 5 di atas,
pencatatan harga pokok bahan baku yang dipakai dengan menggunakan metode MTKP tampak
dalam Gambar 9.15
Pemakaian bahan baku pada tanggal 6 Januari sebanyak 700kg ditentukan harga
pokoknya berdasarkan anggapan bahwa bahan baku yang masuk terakhir ke gudang, dipakai
yang pertama kali. Oleh karena 400kg persediaan awal masuk ke gudang lebih belakangan, maka
700kg bahan baku yang dipakai tersebut dianggap berasa; dari 400kg yang harga pokoknya Rp.
2.500, ditambah sisanya sebanyak 300kg (700kg-400kg) berasal dari 600kg bahan baku yang
harga pokoknya Rp.2.400 per kg.
Setelah perusahaan membeli 1.200kg bahan baku pada tanggal 15 Januari, persediaan
bahan baku yang ada digudang terdiri dari dua macam :
a. Sisa bahan baku sebanyak 300kg, dari 600kg persediaan awal yang telah dipakai pada
tanggal 6 Januari sebanyak 300kg.
b. Bahan baku dari pembelian tanggal 15 Januari sebanyak 1.200kg yang harga pokoknya
Rp.2.750 per kg.
Persediaan bahan baku sebanyak 1.500kg (300kg + 1.200kg) tersebut dipisahkan pencatatannya
dalam kartu persediaan karena harga pokok per kilogramnya berbeda.
Gambar 9.15
Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode MTKP
Gambar 9.16
Metode MTKP dengan Metode Persediaan Fisik
Dari Gambar9.16 tersebut dapat terlihat bahwa perhitungan biaya bahan baku metode
mutasi persediaan dan metode persediaan fisik adalah berbeda, meskipun keduanya
menggunakan metode MTKP
Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada digudang dihitung harga pokok rata-ratanya,
dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian
yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada
digudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku
yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan
bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang ada
digudang. Metode ini disebut pula dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam
menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas
bahan baku sebagai angka penimbangnya.
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku dalam contoh 5 di atas, bila dicatat
dengan memakai metode rata-rata bergerak tampak dalam gambar 9.17
Gambar 9.17
Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode Rata-Rata Bergerak
Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai pada tanggal 6 januari, harus
ditentukan lebih dahulu harga pokok rata-rata persediaan bahan bakuuang ada di gudang pada
tanggal 1 januari. Harga pokok rata-rata persediaan awal bahan baku dihitung sebagai berikut:
total harga pokok dibagi total kuantitas (Rp2.440.000 : 1000kg = Rp2.440). Harga pokok 700kg
bahan baku yang di pakai tanggal 6 januari adalah sebesar 700kg x Rp2.440 = Rp1.708.000
Setelah pembelian bahan baku pada tanggal 15 januari, persediaan bahan baku yang ada
di gudang menjadi 1.500kg dengan total harga pokok Rp4.032.000 (Rp732.000 + Rp3.300.000)
Karena bahan baku dari pembelian tersebut mempunyai harga pokok per kilogram yang berbeda
dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang pada saat itu, maka perlu dilakukan
perhitungan harga pokok rata-rata yang baru,setelah adanya pembelian tersebut. Harga pokok
rata-rata yang baru pada tanggal 15 januari dihitung sebagai berikut: (Rp732.000 + 3.300.000) :
(300kg + 1.200kg) = Rp2.688
Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku,
perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan metode rata-rata tertimbang
(kuantitas bahan baku dipakai sebagai angka penimbang) tampak dalam gambar 9.18
Gambar 9.18
Metode Rata-Rata Tertimbang dengan Metode Persediaan Fisik
Seperti halnya dengan metode MTKP, dari gambar 9.18 tersebut dapat terlihat bahwa
perhitungan biaya bahan baku metode mutasi persediaan dan metode persediaan fisik adalah
berbeda, meskipun keduanya menggunakan metode rata-rata bergerak.
Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar
(standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di
masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran
tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut.
Jurnal yang dibuat pada saat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut :
Selisih harga xx
Selisih harga xx
Utang dagang xx
Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam rekening selisih harga. Setiap
akhir bulan saldo rekening selisih harga dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam laporan
keuangan bulanan. Hal ini dilakukan karena saldo rekening selisih harga setiap akhir bulan
mungkin saling mengkompensasi, sehingga hanya pada akhir tahun saja saldo rekening selisih
harga perlu ditutup ke rekening lain.
Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas bahan baku
sesugguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan dijurnal sebagai berikut :
Perlakuan terhadap saldo rekening selisih harga pada akhir tahun tergantung pada
material tidaknya saldo tersebut. Jika material, saldo rekening selisih harga ditutup ke rekening-
rekening persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan
harga pokok penjualan, atas dasar perbandingan unsur biaya bahan baku yang terkandung di
dalam tiap rekening tersebut, atau atas dasar perbandingan satuan ekuivalensinya. Jika saldo
rekening selisih harga tidak material, saldo tersebut langsung ditutup ke rekening harga pokok
penjualan.
Jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut :
Gambar 9.19
Pencatatan Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku dengan Metode Biaya Standar
xx xx xx xx xx xx
Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan
tiap jenis persediaan bahan baku yang ada digudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini
kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
dalam bulan berikutnya.