Buku Praktikum Parasit
Buku Praktikum Parasit
Praktikum Parasitologi Veteriner merupakan Mata Praktikum yang menjadi pendukung dari
Mata Kuliah Parasitologi Veteriner yang keduanya dilaksanakan di Semester 3 Program Studi
Pendidikan Dokter Hewan Universitas Brawijaya. Kegiatan praktikum ini mutlak harus
dilaksanakan oleh setiap mahasiswa semester 3 dalam rangka pengembangan dasar keilmuan
kedokteran hewan. Dengan adanya pelaksanaan praktikum ini diharapkan nantinya dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa terutama di Semester 3 dalam kaitannya
dengan Parasitologi Veteriner serta memperoleh manfaat hasil pembelajarannya yang nantinya
bisa diterapkan di dunia kerja bidang veteriner.
Praktikum ini merupakan sarana bagi mahasiswa untuk lebih memahami mengenai
morfologi umum dan khusus dari setiap parasit, ciri khas, siklus hidup parasit, dan teknik
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan parasitologi veteriner. Pembelajaran mengenai
parasit ini melingkupi 3 Kelas yakni Helminthologi (Cacing), Entomologi (Serangga), dan
Protozoologi (Protozoa) yang dalam pelaksanaannya dibagi ke dalam 11 kali pertemuan termasuk
Ujian Akhir Praktikum yang dilaksanakan setiap akhir dari pokok bahasan besar.
Demi kelancaran penyelenggaraan praktikum dan memudahkan praktikan untuk
melaksanakan praktikum, maka disusunlah panduan praktikum ini yang wajib dimiliki oleh setiap
mahasiswa dan wajib dibawa setiap kali pelaksanaan praktikum. Harapan kami selaku dosen
pembimbing praktikum Parasitologi Veteriner, dengan buku panduan ini mahasiswa memiliki
dasar yang cukup untuk melaksanakan praktikum dan dengan keaktifan setiap individu dapat
meningkatkan pemahaman mengenai teknik laboratorik parasitologi juga sebagai dasar mata
kuliah di semester selanjutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM PARASITOLOGI 3
FORMAT LAPORAN PARASITOLOGI 4
A. TEKNIK PENGGUNAAN MIKROSKOP 5
B. HELMINTH 6
1. METODE PENGAMATAN 6
a. Metode Natif 6
b. Metode Apung Modifikasi 7
c. Metode Parfitt and Banks 7
2. BEDAH SALURAN CERNA UNGGAS 7
3. IDENTIFIKASI CACING DAN TELUR 8
C. ARTHROPODA 14
1. TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT 15
a. Metode Pinning 15
b. Metode Scraping Kulit 15
c. Permanen Mounting Tanpa Pewarnaan 15
2. IDENTIFIKASI ARTHROPODA 16
D. PROTOZOA 20
1. METODE PENGAMATAN 20
a. Metode Ulas Darah 20
b. Metode Pewarnaan Giemsa 21
c. Swap Kerongkongan 21
d. Gerusan Organ 22
e. Pemeriksaan Tinja 22
2. IDENTIFIKASI PROTOZOA 23
JADWAL PRAKTIKUM 24
DAFTAR PUSTAKA 25
2
TATA TERTIB PRAKTIKUM PARASITOLOGI
3
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II Metodologi
2.1 Alat dan Bahan
2.2 Langkah Kerja -> Diagram Alir
Daftar Pustaka
Buku (min. 2)
Jurnal (min. 2)
4
A. TEKNIK PENGGUNAAN MIKROSKOP
B. HELMINTH
5
Helminthes atau cacing secara garis besar terbagi menjadi Nematoda dan Cestoda
serta Trematoda, masing-masing mempunyai morfologi yang spesifik.
CLASS: TURBELARIA
PLATYHELMINTHES CLASS : TREMATODA
CLASS : CESTODA
HELMINTH
CLASS: NEMATODA
NEMATHELMINTHES CLASS: NEMATOMORPHA
CLASS : ACANTHOCEPHALA
Helminthes secara garis besar terdiri atas cacing pipih dan gilik yang mempunyai
sistem organ yang berbeda. Sebagian masih bersifat hemaphrodite terutama pada Cestoda
dan Trematoda, sedangkan pada Nematode pada umumnya sudah mempunyai jenis
kelamin yang terpisah dan berbeda antara jantan dan betina.
Setiap jenis cacing dewasa mempunyai organ predileksi pada hospes, baik
definitive maupun sementara. Pada Praktikum ini mahasiswa di tugaskan melakukan
koleksi feses segar dan cacing dewasa pada berbagai spesies hospes, untuk dilakukan
determinasi jenis di laboratorium.
1. METODE PENGAMATAN
a. Metode Natif
a. Letakkan tinja + setetes cairan (aquades/NaCl 0,85%, larutan eosin 2% dalam
aquadestilata/lugol 1%) di atas gelas obyek
b. Hancurkan dengan lidi sampai homogen, buang benda kasar dengan lidi
c. Tutup dengan gelas penutup harus tidak boleh ada gelembung udara di
dalamnya atau langsung di amati di bawah mikroskop (mulai dari pembesaran
40x sampai 400x)
ATAU
a) Campurkan 1 bagian tinja dengan 5-10 bagian air
b) Ambil dengan menggunakan pipet, buang tetesan pertama dan letakkan 1 tetes
berikutnya pada objek glass
c) Tutup dengan coverglass, usahakan tidak ada gelembung udara sehingga tidak
mengganggu identifikasi telur
d) Bila tidak ditemukan, pemeriksaan dapat diulangi dengan meneteskan lagi
larutan feses
6
b) Ambil krg lebih 1 cc (25 tetes)larutan, masukkan dalam tabung reaksi yang
diletakkan tegak pada rak tabung
c) Letakkan tabung pada rak tabung dengan posisi tegak
d) Tambahkan NaCl jenuh sampai membentuk cembung pada permukaan tabung
e) Tutup dengan gelas penutup dan biarkan 15 menit
f) Ambil gelas penutup dan letakkan pada objek gelas dan dilihat di bawah
mikroskop dengan perbesaran 40-400x
7
Pipih seperti daun, Hermaphrodite, kecuali Schistosoma sp., memiliki
sucker
b) Jenis Trematoda :
- Fasciola hepatica
- Fasciola gigantica
- Eurytrema pancreaticum
- Cotylophoron cotylophorum
- Gigantocotyle explanatum
- Paramphistomum cervii
- Paragonimus westermanii
- Schistosoma japonicum
o CESTODA
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Bersegmen seperti pita
8
- Memiliki skoleks (kepala) yang dilengkapi rostrum
- Hermaphrodite
b) Jenis Cestoda, a.l. :
- Dipyllidium caninum
- Diphyllobothrium latum
- Taenia saginata
- Taenia solium
- Moniezia expansa
- Dll.
Dipylidium caninum
o NEMATODA
a) Ciri Umum :
- Bentuk badan gilig, radial simetri
- Tidak bersegmen
- Berkelamin ganda (Diosceus)
- Telur keluar dalam bentuk telur berembrio (L1)
- Jantan umumnya memiliki spikula
b) Contoh cacing NEMATODA:
- Haemonchus contortus
- Toxocara canis, Toxocara cati
- Ascaris suum
- Toxocara vitulorum
- Heterakis gallinarum
- Parascaris equorum
- Gaigeria sp.
- Mecistocirrus digitatus
- Oesophagustomum sp.
9
Trichuris ovis Bagian Anterior dari Ascaris suum
(3 bibir dorsal)
o TREMATODA
Ciri khas telur cacing Kelas Trematoda :
- Memiliki operculum pada salah satu sisinya
- Isi telur tampak padat
- Umumnya berbentuk oval-bulat lonjong dengan lebar masing-masing ujung
yang tidak sama (ujung yang satu lebih lebar dibanding ujung yang lain)
- Dengan Metode Parfitt and Banks dapat dibedakan antara telur Fasciola dan
telur dari genus lainnya
10
Telur cacing Paramphistomum cervii
(ujung petunjuk: operculum)
o CESTODA
Ciri khas telur cacing Kelas Cestoda :
- Berbentuk bulat, segitiga, sampai persegi, tergantung kepada spesies cacing
- Memiliki embrio dengan 6 pasang kait di dalam telur
onkosfer/hexacanth embrio
- lapisan albumin yang mengelilingi embrio umumnya tebal
- telur nyaris tampak seperti transparan
- biasanya keluar bersama dengan segmen proglotid yang matang (gravid)
11
o NEMATODA
Merupakan jenis cacing yang memiliki keragaman bentuk telur yang relatif
banyak. Ciri khas yang membedakan adalah adanya blastomer, tidak memiliki
operculum dan tidak nampak adanya kait (hexacanth embrio), lapisan albumin
umumnya tampak jelas. Beberapa jenis telur Nematoda :
- Telur dengan isi penuh, berbentuk bulat-oval, memiliki lapisan albumin yang
sangat tebal Famili Ascarididae (ex: Toxocara sp., Ascaris suum,
Parascaris equorum)
- Telur dengan isi penuh berbentuk oval-lonjong dengan lapisan albumin yang
relatif tipis, telur tampak agak transparan Famili Heterakidae (ex:
Ascaridia galli, Heterakis gallinarum)
12
- Telur dengan blastomer terlihat jelas, 2-16 buah blastomer dalam telur yang
berlapis albumin Famili Ancylostomatidae (ex: Bunostomum
trigonocephalum, Ancylostoma caninum), Famili Trichostrongylidae (ex:
Haemonchus contortus)
N x n x 10
Ket:
N = jumlah tetes dlm 1 cc larutan (±20 tetes)
n = jumlah telur cacing
10 = pengenceran (1:10)
Satuan : ... telur cacing per gram tinja
13
C. ARTHROPODA
Phylum Arthropoda dipelajari dalam ilmu yang umum disebut dengan Entomologi.
Nama phyllum ini berasal dari bahasa Greek (Yunani) arthros (persendian) dan podos
(kaki). Berdasarkan kenyataaan anggota phyllum ini mempunyai kaki-kaki yang serupa
dengan kaki kepiting.
Artropoda adalah binatang bersegmen banyak. Segmen-segmen arthropoda cenderung
menjadi kelompok tertentu, yaitu bagian anterior membentuk kepala, bagian tengah
thorax dan bagian posterior abdomen.
Phyllum artrophoda dibagi dalam 5 kelas ialah :
Klas I : Crustacea Lmark, 1815
Subklas : Entomostraca Muller, 1785
Subklas : Malacostraca Latreile, 1802
KLAS II : Myriapoda, 1904
Klas III : Insecta Linnaeus, 1958
Klas IV : Arachnida arachnida, 1815
Klas V : Pentastomida heymonds, 1926
14
1. TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT
a. METODE PINNING
1. Sampel yang didapat setelah dimatikan kemudian ditusuk di daerah medial
thorax dengan jarum pentul.
2. Usahakan serangga dalam kondisi: sayap terkembang, kaki dibentangkan, agar
mudah untuk dipelajarinya. Serangga-serangga kecil dapat diletakkan diatas
ujung kertas segitiga dan ditempel menggunakan lem atau kuteks. Lem harus
cepat kering, dan bila kering cukup keras.
3. Pemberian label: berguna untuk memberikan informasi tentang tanggal dan
lokasi spesimen tersebut diperoleh. Label disesuaikan dengan keperluan.
4. Kotak penyimpan serangga : Dasar kotak harus lunak agar mudah untuk
menancapkan ujung pin/jarum, ukuran tergantung serangga yang dikumpulkan.
Penyimpanan dalam kotak diberikan kapur barus untuk mencegah dimakan
serangga kecil lain.
15
2. IDENTIFIKASI ARTHROPODA
1) LALAT
Pengamatan untuk membedakan spesies lalat, dilihat dari :
- Ukuran
- Bentukan atau garis pada thorax dan abdomen
- Venasi sayap
- bentuk kepala dan tipe mulut
2) NYAMUK
Pengamatan untuk membedakan spesies nyamuk, dilihat dari :
- Ukuran
- Bentuk thorax dan abdomen
- Bentuk dan morfologi khusus pada sayap
- bentuk kepala dan tipe mulut
16
3) KUTU
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Abdomen sangat lebar
- Thorax kecil /pendek
- Kaki terletak pada thorax sebanyak 3 pasang
- Bentuk kepala membedakan golongan kutu (penghisap, penggigit, atau
peralihan)
Haematopinus eurysternus
17
b) Contoh spesies kutu :
- Columbicola columbae (unggas)
- Damalinia ovis
- Damalinia bovis
- Menacanthus sp.
- Phtirus pubis
- Pedunculus humanus
- Lipeurus caponis
- Felicola subrostata
- Tricodectes canis
- Dll.
4) PINJAL
a) Ciri Umum :
- Pipih laterolateral
- Memiliki sepasang kaki belakang yang panjang dan kuat untuk melompat
- Bentuk kepala membulat dengan genal comb
- Kaki depan pendek
- Abdomen besar, thorax pendek
Ctenocephalides felis
b) Contoh Spesies Pinjal :
- Xenopsylla cheopis (tikus)
- Ctenocephalides canis (anjing)
- Ctenocephalides felis (kucing)
- Dll.
5) CAPLAK
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Lapisan chitin tebal
- Abdomen pada betina tidak tertutup chitin
- Kaki 4 pasang
- Memiliki mulut tipe penghisap dengan gigi
18
Ixodes ricinus
6) TUNGAU
a) Ciri Umum :
- Kepala tersembunyi pada bagian ventral
- Tampak dorsal hanyalah bagian abdomen
- 4 kakinya pendek dan berambut
- Biasanya bagian badannya berduri
- Ukuran sangat kecil
Psoroptes sp.
19
D. PROTOZOA
1. METODE PENGAMATAN
a. METODE ULAS DARAH
*Darah dapat diambil dari vena telinga pada kuda, sapi, kambing, babi, anjing atau
vena sayap pada unggas
1. Siapkan darah yang akan diperiksa (darah segar atau darah+EDTA atau lokasi
pengambilan darah pada hewan yang sudah dilukai)
2. Siapkan dua objek glass (A dan B) yang bersih. Objek glass A adalah objek glass alas
sedangkan objek glass B adalah objek glass pengulas
3. Teteskan setetes darah dengan bantuan pipet pasteur pada ujung objek glass A atau
sentuhkan tepi lebar objek glass pengulas (B) pada lokasi pengambilan darah pada
hewan tanpa menyentuh kulit atau bulu.
4. Pegang dengan kuat objek glass A memakai jari telunjuk / tengah dan ibu jari atau
letakkan pada bidang datar.
5. Ambil objek glass pengulas dan letakkan tepi lebar objek glass pengulas pada tetesan
darah sampai semua tepi lebarnya terbasahi oleh darah. (Untuk objek glass yang
langsung disentuhkan pada lokasi pengambilan darah, proses 1-4 langsung dilanjutkan
ke proses no.6.)
6. Bila darah pada tepi lebar terlalu banyak, pindahkan objek glass B di depan tetesan
darah pertama sehingga diperkirakan hasil usapan akan habis sebelum lapangan pada
objek glass A habis
7. Buat sudut antara objek glass B dan A sebesar ± 30°.
20
8. Gesekkan objek glass B ke depan dengan cepat untuk mengulaskan darah pada objek
glass B sehingga didapatkan hasil semakin ke ujung objek glass A semakin tipis.
9. Tidak diperbolehkan menghentikan pengulasan pada tengah lapangan objek glass A
sebelum darah habis dan usahakan darah habis pada ujung lapangan objek glass A.
10. Keringkan hasil ulasan darah pada suhu kamar.
30°
Preparat apus
c. SWAP KERONGKONGAN
1. Siapkan objek glass dan cawan petri yang berisi NaCl fisiologis.
2. Pegang unggas yang didiagnosa terserang trichomoniasis dan buka mulut lebar-
lebar.
3. Masukkan cotton swab yang sudah dibasahi NaCl fisiologis dan campur sampai
homogen.
4. Ambil satu tetes campuran NaCl dan hasil swab menggunakan pipet pasteur
teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass.
5. Lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 400-1000x
d. KEROKAN USUS
1. Ambil dan gunting saluran pencernaan secara horisontal sehingga lumen saluran
pencernaan terbuka
2. Kerok lapisan mukosa saluran pencernaan, terutama yang memiliki lesi patologi
3. Campur hasil kerokan dengan NaCl fisiologis
21
4. Ambil satu tetes hasil kerokan dan letakkan pada objek glass dan tutup dengan
cover glass.
5. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x -1000x.
e. PEMERIKSAAN TINJA
1. Buatlah preparat apus tinja sederhana pada gelas obyek, dengan cara mengambil
dari sekum dengan cover glass atau dari larutan feses hasil dari metoda natif,
sedimentasi, atau apung lalu tutup dengan gelas penutup
2. Amati di bawah mikroskop adanya ookista/ protozoa saluran cerna
2. IDENTIFIKASI PROTOZOA
o PROTOZOA DARAH
Trypanosoma equiperdum
22
Haemoproteus sp.
Leucocytozoon sp.
o PROTOZOA JARINGAN
Balantidium coli
(stadium kista)
23
24
JADWAL PRAKTIKUM PARASITOLOGI VETERINER 2014/2015
MATA KELAS
NO. MATERI
PRAKTIKUM A B C D
1 PENDAHULUAN Tata tertib dan sistem penilaian (TIM) 25/9 24/9 22/9 26/9
2 HELMINTOLOGI I Identifikasi dan pemeriksaan cacing dan telur trematoda metode natif dan Parfit Banks (HU) 2/10 1/10 29/9 3/10
3 HELMINTOLOGI II Identifikasi dan pemeriksaan cacing dan telur cestoda metode natif dan apung modifikasi (HU) 9/10 8/10 6/10 10/10
4 HELMINTOLOGI III Identifikasi dan pemeriksaan cacing dan telur nematoda metode natif dan apung modifikasi (HU) 16/10 15/10 13/10 17/10
5 UAP HELMINTOLOGI 23/10 22/10 20/10 24/10
6 ENTOMOLOGI I Identifikasi dan pembuatan preparat kutu dan pinjal (NTS) 13/11 12/11 10/11 14/11
ENTOMOLOGI II Identifikasi dan pembuatan preparat caplak
7
Scraping tungau, identifikasi dan pembuatan preparat (NTS) 20/11 19/11 17/11 21/11
8 ENTOMOLOGI III Identifikasi dan pembuatan preparat nyamuk dan lalat (NTS) 27/11 26/11 24/11 28/11
9 PROTOZOA I Praktikum ulas darah dan identifikasi protozoa darah (NR) 4/12 3/12 1/12 5/12
10 PROTOZOA III Praktikum swap kerongkongan, kerokan usus, serta identifikasi protozoa jaringan (NR) 11/12 10/12 8/12 12/12
11 UAP ENTOMOLOGI DAN PROTOZOA 18/12 17/12 15/12 19/12
KETERANGAN :
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Ballweber, L.R. 2001. The Practical Veterinarian. Veterinary Parasitology. USA: Butterworth-
Heinemann
Gosling, P.J. 2005. Dictionary Of Parasitology. CRC Press.
Kaufmann, J. 1996. Parasitic Infection on Domestic Animal: A Diagnostic Manual. Germany:
Birkhäuser.
Monnig, H.O. 1950. Veterinary Helminthology And Entomology. The Diseases Of Domesticated
Animal Caused By Helminth And Arthropod Parasites. Third Edition. Baltimore : Thw
William &Wilkins Company.
27
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
28
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
29
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
30
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
31
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
32
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
33
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
34
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
35
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
36
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
37
Laporan Sementara
Praktikum Parasitologi
Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Hasil :
Mengetahui,
Asisten Dosen Praktikum
38