Anda di halaman 1dari 3

Sensor dan Transduser

Istilah sensor digunakan untuk elemen yang menghasilkan sinyal yang


berhubungan dengan kuantitas dari yang diukur. Misalnya, hambatan listrik terhadap
elemen temperatur, kuantitas yang diukur adalah temperatur dan sensor merubah
temperatur menjadi hambatan. Istilah transduser biasa digunakan untuk menggantikan
sensor. Transduser didefinisikan sebagai element yang bila terjadi perubahan fisika
akan berubah sesuai dengan perubahan tersebut. Dengan demikian sensor adalah
transduser. Namun pada sistem pengukuran lebih digunakan istilah transduser, sebagai
tambahan, sensor, merupaka bagian dari suatu sistem yang mengubah satu bentuk
sinyal menjadi bentuk sinyal lain.

Terminologi Performa
Istilah-istilah di bawah ini merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menentukan
unjuk kerja dari transduser, dan sistem pengukuran pada umumnya.
1. Range dan Span
Range adalah batas antara dimana input dari sensor dapat bervariasi. Span
adalah nilai maksimum input dikurangi nilai minimum input. Sebagai contoh,
Inclination sensor dapat menerima input sudut kemiringan antara -20° hingga
20° sedangkan span-nya adalah 40°.
2. Error
Error adalah beda antara hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya.
Misalnya, nilai pengukuran adalah 15° padahal nilai sesungguhnya adalah 14°,
jadi error-nya adalah +1°.
3. Akurasi
Akurasi adalah tingkat indikasi nilai yang diukur oleh sistem yang kemungkinan
salah. Misal sensor temperatur dengan akurasi 2%, ini berarti kemungkinan
kesalahan dari sensor temperatur itu adalah + atau - 2C dari nilai
sesungguhnya. Akurasi terkadang digambarkan dalam presentasi full range
output atau full-scale deflection. Presentasi full-scale deflection adalah
4. Linearitas
Sensor akan menghasilkan suatu sinyal output saat digunakan, sinyal output
ini berubah sesuai dengan masukan yang diterimanya secara kontinyu. Contohnya,
suatu sensor panas akan memberikan tegangan yang lebih tinggi bila panas yang
diterimanya lebih tinggi pula. Respon antara masukan dan keluaran ini dapat berupa
respon linear dan respon non-linear. Hal ini dapat dilihat dari contoh grafik di bawah
ini :

40 40

20 20

0 0
1 7 1 7

(a) Respon Linear (b) Respon Non-Linear


Gambar 2.1 Grafik Output Respon Linear dan Non-Linear

Respon linear lebih disukai karena hubungan yang sederhana antara masukan
dan keluaran, memudahkan dalam kalibrasi. Namun respon non-linear dapat
mencakup jangkauan pengukuran yang lebih lebar, dimana keluaran akan
bervariasi dalam jangkaun masukan yang cukup kecil.

2.1.5 Sensitivitas
Sensitivitas menunjukkan kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur.
Sensitivitas dinyatakan dalam bilangan yang menunjukkan perubahan keluaran
dibandingkan unit perubahan dalam masukan. Contoh, sensor kemiringan dengan 1
mV per derajat, berarti perubahan 1 derajat akan merubah 1 mV pada keluaran sensor
kemiringan tersebut.

2.1.6 Respon frekwensi


Respon frekwensi pada sensor menunjukkan seberapa cepat sensor
tersebut memberikan respon terhadap perubahan pada masukan. Ada berbagai cara
untuk menyatakan respon frekwensi sebuah sensor. Kadang-kadang tenaga atau
tegangan keluaran dinyatakan untuk masukan frekwensi tertentu misalnya 1 mV
pada 500 Hz. Seringkali respon frekwensi akan menjadi lain pada frekwensi yang
berbeda. Respon frekwensi dapat juga diberikan dalam decibel (db), yaitu satuan
untuk membandingkan keluaran daya pada frekwensi tertentu dengan keluaran
pada frekwensi referensi.

2.1.7 Stability
Stability dari sensor adalah kemampuan untuk memberikan output yang sama
saat digunakan untuk mengukur input yang konstan pada suatu periode waktu
tertentu. Istilah drift digunakan untuk menggambarkan perubahan output yang
muncul selama waktu tertentu. Drift dinyatakan sebagai presentasi dari full-
range output (range output yang penuh). Istilah zero drift digunakan untuk
perubahan output yang muncul saat input nol.

Anda mungkin juga menyukai