Anda di halaman 1dari 15

PENGUKURAN KARAKTERISTIK STATIK ELEMEN SISTEM

PENGUKURAN
Maulana Giovanni Prayoga Paloe*¹, Dinar Sri Bawono¹, Fitri Puspasari¹.
¹Progam Studi Metrologi dan Instrumentasi Sekolah Vokasi,
Universitas Gadjah Mada
Sekip Unit III, Catur Tunggal, Depok, Seman, Yogyakarta 55281, Indonesia
E-mail: maulanagio@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Pengukuran merupakan salah satu aktifitas yang menentukan nilai suatu besaran fisika.
Aktifitas ini tidak terlepas dari penggunaan alat ukur. Alat ukur tersebut memiliki
karakteristik dinamis dan karakteristik statik. Karakteristik statik adalah sifat sebuah
instrumen yang tidak bergantung pada waktu. Pada percobaan ini menggunakan resistor (R1)
dan potensiometer (R2) yang disusun dengan rangkaian pembagi tegangan. Yang diukur
adalah besarnya tegangan keluaran dan besarnya hambatan (R2) setiap pergeseran
potensiometer sebesar 3mm. Pengambilan data dilakukan dua kali yaitu saat pergeseran naik
dan saat pergeseran turun. Percobaan ini memiliki tujuan untuk menentukan nilai-nilai
karakteristik statik pengukuran (range, span, sensitivitas, histerisis, non-lineritas) dan
mengalisis pengaruh efek lingkungan terhadap karakterisik statik sistem pengukuran. Hasil
pengukuran diketahui bahwa nilai range yaitu berkisar antara 0 V – 11,4 V dan hiterisis pada
(R1=1000 ohm) memiliki nilai sebesar 37%. Hasil percobaan yang didapat bervariasi
semakin besar nilai hambatan maka nilai Voutnya semakin kecil dan sebaliknya.
Kata kunci: Karakteristik Statik, Range, Span, Histeresis, Potensiometer

ABSTRACT
Measurement is one of the activities that determine the value of a physical quantity. This
activity is inseparable from the use of measuring instruments. The measuring instrument has
dynamic characteristics and static characteristics. Static characteristics are the nature of an
instrument that does not depend on time. In this experiment using a resistor (R1) and a
potentiometer (R2) arranged with a voltage divider circuit. What is measured is the amount
of output voltage and the amount of resistance (R2) for each shift potentiometer of 3mm.
Data retrieval is done twice namely when the shift goes up and when the shift drops. This
experiment aims to determine the values of static measurement characteristics (range, span,
sensitivity, hysteresis, non-linearity) and analyze the effect of environmental effects on the
static characterisation of the measurement system. The measurement results are known that
the range value, which ranges from 0 V - 11.4 V and hiterisis at (R1 = 1000 ohms) has a
value of 37%. The experimental results obtained vary the greater the resistance value, the
smaller the Vout value and vice versa.

Keyword: Static Characteristics, Range, Span, Hysteresis, Potentiometer


1. Pendahuluan 2. Linieritas
lnstrumen atau piranti ukur merupakan Pengukuran yang ideal adalah
piranti untuk mengukur harga sesuatu jika hubungan antara input
kuantitas selama pengamatan. Piranti itu pengukuran (nilai sesungguhnya)
dapat berupa instrumen tuding (indicating dengan output pengukuran (nilai
instument) dan dapat berupa instrumen
yang ditunjukkan alat ukur) adalah
rekan (recording instrument) (Nugraha
dan Ramadhan, 2018). berbanding lurus, dan dinyatakan
Fungsi alat ukur adalah untuk meraba dalam persamaan garis sebagai
atau mendeteksi parameter yang terdapat berikut:
dalam proses industri atau penelitian ilmu
pengetahuan seperti : tekanan, temperatur, Oideal =KI + a
aliran, gerakan, resistansi, tegangan, arus dengan K adalah kemiringan garis
listrik, dan daya. Alat ukur harus mampu
mendeteksi tiap perubahan dengan teliti
dan dapat membangkitkan sinyal
peringatan yang menunjukkan perlunya adalah pembuat nol (zero bias) =
dilakukan pengaturan secara manual atau
mengaktifkan peralatan otomatis. Untuk
mendapatkan sifat unjuk kerja yang Jika sebuah instrumen
optimum maka perlu diperhatikan memiliki hubungan input-output
sejumlah karakteristik dasar (Samadikun tidak berupa garis lurus,
dkk, 1989). penyimpangan dari garis lurus
Salah satu karakteristik dasar tersebut dikenal sebagai
instrumen yaitu karakteristik statik. nonlinieritas. Seringkali
Karakteristik statik sendiri dapat berarti nonlinieritas dinyatakan dalam
sebagai beberapa hal yang yang perlu
nonlinieritas maksimum dalam
diperhitungkan. Namun, perhitungan ini
dipakai dalam proses pengukuran dimana bentuk prosentase skala penuh,
perhitungan tersebut tidak membutuhkan yaitu:
faktor waktu yang akan mempengaruhi
hasilnya (Momentous,2013). Karakteristik
static yang dimaksud antara lain range,
span, linearitas, histeresis, sensitivitas. Sebuah alat ukur mempunyai
1. Range (span) nonlinieritas 1 % jika
Range menyatakan jangkauan kurva hubungan input dan output
pengukuran sebuah insturmen. berkelok menyimpang 1%.
Sedangkan span adalah selisih nilai Bentuk nonlinieritas dapat berupa
maksimum dan minimum yang parabola, berkelok, lengkung dan
dapat diukur oleh alat atau sebagainya. Control valve linier
instrument tersebut. pada 40 – 75 % bukaan, artinya
hubungan sinyal input dengan menggunakan nilai input turun
aliran (flow) yang melalui control (dari tinggi ke rendah). Histeresis
valve linier pada 40 – 75 %. biasanya dinyatakan dalam
3. Sensitivitas histeresis maksimum dalam bentuk
Sensitivitas menunjukan prosentase skala penuh yaitu:
seberapa jauh kepekaan
sensor terhadap kuantitas yang
diukur. Sensitivitas sering juga 5. Efek lingkungan
dinyatakan dengan bilangan yang
Secara umum, output (O) tidak
menunjukan “perubahan keluaran
dibandingkan unit perubahan bergantung hanya pada sinyal input
masukan” yaitu . (I) tetapi juga bergantung pada
Untuk elemen linear dO/dI input dari lingkungan seperti suhu,
sama dengan slope atau gradien K tekanan atmosfer,kelembaban,
dari garis linear Sedangkan untuk tegangan suplai, dan sebagainya.
elemen non-linear dO/dI= K + Ada dua tipe input dari lingkungan,
dN/dI. Beberapa sensor panas yaitu modifying input dan
dapat memiliki kepekaan yang
interfering input. Modifying input
dinyatakan dengan “satu volt per
IM menyebabkan sensitivitas linear
derajat”, yang berarti perubahan
satu derajat pada masukan akan sistem berubah. K adalah
menghasilkan perubahan satu volt sensitivitas pada kondisi standar
pada keluarannya. Sensor panas ketika IM = 0. Jika input diubah dari
lainnya dapat saja memiliki nilai standar, maka IM mengalami
kepekaan “dua volt per derajat”, penyimpangan dari kondisi
yang berarti memiliki kepakaan standar. Sensitivitas berubah dari K
dua kali dari sensor yang pertama. menjadi K+KM IM, dimanaKM
Linieritas sensor juga
adalah perubahan kepekaan
mempengaruhi sensitivitas dari
sensor. Apabila tanggapannya terhadap perubahan unit IM.
linier, maka sensitivitasnya juga Interfering input II menyebabkan
akan sama (konstan) untuk zero bias berubah. adalah zero
jangkauan pengukuran bias pada kondisi standar ketika II
keseluruhan, yaitu sama dengan = 0. Jika input diubah dari nilai
kemiringan garis. standar, maka II mengalami
4. Histerisis penyimpangan dari kondisi
Histeresis menunjukkan standar. Zero bias berubah dari
perbedaan nilai output pembacaan menjadi + KIII, dimana KI adalah
saat menggunakan nilai input naik perubahan zero bias untuk satu
(dari rendah ke tinggi), dengan satuan.
nilai output pembacaan saat 6. Pengkondisian sinyal
Pengkondisi sinyal merupakan
suatu operasi elektronik untuk
mengkonversi sinyal tersebut dimana Vout adalah tegangan
menjadi sinyal yang sesuai dengan keluaran, Vin adalah tegangan
komponen elektronik lain yang masukan, dan R adalah nilai
diperlukan di dalam sistem kontrol. resistansi dari resistor. Dari
Pengkondisian sinyal dibagi persamaan tersebut, maka kita bisa
menjadi dua bagian, yaitu
menentukan tegangan keluaran
pengkondisi sinyal secara analog
dan secara digital. yang diinginkan dengan cara
Pada teknik pengukuran, signal mengubah-ubah nilai kombinasi R1
conditioning atau pengkondisian dengan R2.
sinyal berarti memanipulasi suatu
sinyal agar sinyal tersebut 2. Metode Percobaan
memiliki karakteristik yang sesuai Alat yang digunakan dalam praktikum
dengan kebutuhan proses ini adalah sebagai berikut :
selanjutnya. Beberapa contoh
1. Potensiometer;
pengkondisian sinyal yang dapat
2. Multimeter analog;
dibuat menggunakan rangkaian
3. DC power supply;
pasif sederhana antara lain:
4. Resistor 100Ω, 150Ω, dan 200Ω;
pembagi tegangan (voltage
5. Kabel penghubung;
divider). Rangkaian ini sering
6. Breadboard;
digunakan untuk aplikasi
7. Penggaris.
elektronika praktis, antara lain
untuk mendapatkan tegangan
Adapun prosedur kerja dijelaskan
sesuai dengan yang kita inginkan,
melalui langkah-langkah berikut ini :
dan juga untuk aplikasi sensor.
Rangkaian ini terdiri dari dua buah a. Membuat rangkaian pembagi
resistor yang dirangkai seperti tegangan dengan nilai R1 = 100Ω
pada gambar di bawah ini. dan Vin= 12 V dengan arus 50 mA;
b. Mengukur Vin dari DC power
supply dengan multimeter;
c. Menghubungkan kaki
potensiometer ke multimeter
dengan penunjukkan hambatan;
d. Memberikan pergeseran naik
sebesar 3mm (dengan penambahan
Gambar 1. Rangkaian Pembagi pergeseran naik ∆x = 3 mm), dan
Tegangan mencatat nilai hambatan yang
Tegangan keluaran (Vout) dapat terbaca pada multimeter;
ditunjukkan dengan persamaan
berikut:
e. Mengamati tegangan keluaran
yang terbaca pada multimeter, dan
mencatat hasilnya;
f. Memberikan pergeseran turun
sebesar 3 mm (dengan
penambahan pergeseran turun ∆x
= 3 mm), dan mencatat nilai
hambatan yang terbaca pada
multimeter;
g. Mengulangi langkah 1-6 dengan
mengganti R1 dengan hambatan
sebesar 150Ω, dan 200Ω;
h. Mengulangi langkah 1-7 dengan
mengganti Vin menggunakan arus
500mA.
Bagan alur praktikum diuraikan
sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Alir Praktikum


3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Perhitungan Data Pengukuran Vout
Pergeseran Naik Pergeseran Turun
R1 x
No
(Ω) (mm) Hambatan Vout Hambatan Vout
(kΩ) (V) (kΩ) (V)
1 0 12.16 10.9 3,2 11.44
2 3 10.3 10.84 3.24 11.44
3 6 8.15 10.73 5.07 11.44
200
4 9 5.09 10.43 6.85 11.46
5 12 2.7 9.8 8.26 11.47
6 15 1.76 9.1 10.15 11.47
1 0 12.15 6.14 2 0
1000 2 3 10.45 5.71 2.18 1.66
3 6 9.48 5.1 3.86 3.09
4 9 7.13 4.11 7.04 5.33
5 12 4.73 3.12 10.41 5.68
6 15 2.69 1.37 12.49 6.1
1 0 7.62 12.05 0.15 11
2 3 7.22 10.35 1.01 11.42
3 6 6.92 9.23 2.79 11.42
1500
4 9 4.26 7.21 4.96 11.42
5 12 3.19 5.14 7,54 11.45
6 15 2.6 2.96 9.18 11.46
1 0 12.05 7.62 1.04 11.45
2 3 10.35 7.22 1.11 11.45
3 6 9.23 6.92 2.52 11.46
5600
4 9 7.21 6.25 4.83 11.46
5 12 5.14 5.19 6.86 11.47
6 15 2.96 3.6 9.01 11.48
1 0 12.29 5.63 1.3 11
2 3 10.39 5.21 1.39 11.35
3 6 9.12 4.86 3.28 11.36
10000
4 9 7.47 4.3 5.41 11.37
5 12 5.29 3.6 7.84 11.38
6 15 2.75 2.2 10.04 11.39

Berdasarkan hasil pengukuran yang 12500


Vout = 𝑥 12 = 11.1 V
1000+12500
telah diperoleh maka dapat diketahui nilai
range Vout hitung dengan formulasi  R1 = 1000 ohm, Vin = 12 V dan x
𝑅2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑅1+𝑅2 𝑥 𝑉𝑖𝑛. = 0,003 m
10450
Pada pergeseran naik : Vout = 1000+10450 𝑥 12 = 11 V
 R1 = 200 ohm, Vin = 12 V dan x =
0m  R1 = 1500 ohm, Vin = 12 V dan x
12600
Vout = 200+12600 𝑥 12 = 11.8 V =0m
7620
Vout = 1500+7620 𝑥 12 = 10.1 V
 R1 = 200 ohm, Vin = 12 V dan x =
0,009 m  R1 = 1500 ohm, Vin = 12 V dan x
5090 = 0,012 m
Vout = 200+5090 𝑥 12 = 11.5 V
3190
Vout = 1500+3190 𝑥 12 = 8.2 V
 R1 = 1000 ohm, Vin = 12 V dan x
=0m  R1 = 5600 ohm, Vin = 12 V dan x
=0m
Vout =
12050
𝑥 12 = 8.2 V  R1 = 5600 ohm, Vin = 12 V dan x
5600+12050
=0m
1040
 R1 = 5600 ohm, Vin = 12 V dan x Vout = 5600+1040 𝑥 12 = 1.9 V
= 0,006 m
9230
Vout = 5600+9230 𝑥 12 = 7.4 V  R1 = 5600 ohm, Vin = 12 V dan x
= 0,009 m
4830
 R1 = 10000 ohm, Vin = 12 V dan Vout = 5600+4830 𝑥 12 = 5.6 V
x=0m
Vout =
12290
𝑥 12 = 6.6 V  R1 = 10000 ohm, Vin = 12 V dan
10000+12290
x=0m
1300
 R1 = 10000 ohm, Vin = 12 V dan Vout = 10000+1300 𝑥 12 = 1.4 V
x = 0,015 m
2750
Vout = 10000+2750 𝑥 12 = 2.6 V  R1 = 10000 ohm, Vin = 12 V dan
x = 0,012 m
7840
Pada pergeseran turun : Vout = 10000+7840 𝑥 12 = 5.3 V
 R1 = 200 ohm, Vin = 12 V dan x =
0m Dari data hasil praktikum didapatkan
3200 grafik sebagai berikut :
Vout = 200+3200 𝑥 12 = 11.3 V

 R1 = 200 ohm, Vin = 12 V dan x = 14


0,009 m 12
Hambatan (kΩ)

5070 10
Vout = 200+5070 𝑥 12 = 11.5 V
8
6
 R1 = 1000 ohm, Vin = 12 V dan x 4
=0m 2
2000
Vout = 1000+2000 𝑥 12 = 8 V 0
0 5 10 15 20
 R1 = 1000 ohm, Vin = 12 V dan x x (mm)
= 0,012 m
10410 Pergeseran naik Pergeseran turun
Vout = 1000+10410 𝑥 12 = 10.9 V
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Jarak
 R1 = 1500 ohm, Vin = 12 V dan x dengan Hambatan 200 Ω
=0m
150
Vout = 1500+150 𝑥 12 = 1.1 V

 R1 = 1500 ohm, Vin = 12 V dan x


= 0,015 m
9180
Vout = 1500+9180 𝑥 12 = 10.3 V
14 14
12 12
Hambatan (kΩ)

Hambatan (kΩ)
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
x (mm) x (mm)

Pergeseran naik Pergeseran turun Pergeseran naik Pergeseran turun

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Jarak Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Jarak
dengan Hambatan 1000 Ω dengan Hambatan 5600 Ω

10 14
12
8
Hambatan (kΩ)

Hambatan (kΩ)
10
6 8
4 6
4
2
2
0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
x (mm) x (mm)

Pergeseran naik Pergeseran turun Pergeseran naik Pergeseran turun

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Jarak Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Jarak
dengan Hambatan 1500 Ω dengan Hambatan 5600 Ω
11.5 7
11 6
10.5 5
Vout (V)

Vout (V)
10 4
9.5 3
9 2
8.5 1
8 0
12.16 10.3 8.15 5.09 2.7 1.76 12.15 10.45 9.48 7.13 4.73 2.69
Hambatan (kΩ) Hambatan (kΩ)

Pergeseran naik Pergeseran naik

Gambar 8. Grafik Hubungan Antara Gambar 10. Grafik Hubungan Antara


Hambatan 200 Ω dengan Vout Pada Hambatan 1000 Ω dengan Vout Pada
Pergeseran Naik Pergeseran Naik

11.48 7
11.47 6
11.46 5
Vout (V)
Vout (V)

4
11.45
3
11.44 2
11.43 1
11.42 0
10.15 8.26 6.85 5.07 3.24 3.2 12.49 10.41 7.04 3.86 2.18 2
Hambatan (kΩ) Hambatan (kΩ)

Pergeseran turun Pergeseran turun

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Gambar 11. Grafik Hubungan Antara


Hambatan 200 Ω dengan Vout Pada Hambatan 1000 Ω dengan Vout Pada
Pergeseran Turun Pergeseran Turun
14 10
12
8
10
Vout (V)

Vout (V)
8 6
6 4
4
2
2
0 0
7.62 7.22 6.92 4.26 3.19 2.6 12.05 10.35 9.23 7.21 5.14 2.96
Hambatan (kΩ) Hambatan (kΩ)

Pergeseran naik Pergeseran naik

Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Gambar 14. Grafik Hubungan Antara
Hambatan 1500 Ω dengan Vout Pada Hambatan 5600 Ω dengan Vout Pada
Pergeseran Naik Pergeseran Naik

11.5 11.49
11.4 11.48
11.3
11.47
Vout (V)
Vout (V)

11.2
11.1 11.46
11 11.45
10.9
10.8 11.44
10.7 11.43
9.18 7.54 4.96 2.79 1.01 0.15 9.01 6.86 4.83 2.52 1.11 1.04
Hambatan (kΩ) Hambatan (kΩ)

Pergeseran turun Pergeseran turun

Gambar 13. Grafik Hubungan Antara Gambar 15. Grafik Hubungan Antara
Hambatan 1500 Ω dengan Vout Pada Hambatan 5600 Ω dengan Vout Pada
Pergeseran Turun Pergeseran Turun
6 14
5 12

Hambatan (kΩ)
4 10
Vout (V)

8
3
6
2 4
1 2
0 0
12.29 10.39 9.12 7.47 5.29 2.75 0 5 10 15 20
Hambatan (kΩ) x (mm)

Pergeseran naik Pergeseran naik Pergeseran turun

Gambar 16. Grafik Hubungan Antara Gambar 18. Grafik Histerisis Pada
Hambatan 10000 Ω dengan Vout Pada Hambatan 200 Ω
Pergeseran Naik
14
11.5 12
Hambatan (kΩ)

11.4 10
11.3 8
Vout (V)

11.2 6
11.1 4
11 2
10.9 0
10.8 0 5 10 15 20
10.04 7.84 5.41 3.28 1.39 1.3 x (mm)
Hambatan (kΩ)
Pergeseran naik Pergeseran turun
Pergeseran turun
Gambar 19. Grafik Histerisis Pada
Gambar 17. Grafik Hubungan Antara Hambatan 1000 Ω
Hambatan 10000 Ω dengan Vout Pada
Pergeseran Turun
10 14
12
8
Hambatan (kΩ)

Hambatan (kΩ)
10
6 8
4 6
4
2
2
0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
x (mm) x (mm)

Pergeseran naik Pergeseran turun Pergeseran naik Pergeseran turun

Gambar 20. Grafik Histerisis Pada Gambar 22. Grafik Histerisis Pada
Hambatan 1500 Ω Hambatan 10000 Ω

14 Pada percobaan ini menggunakan


12 rangkaian pembagi tegangan, komponen
Hambatan (kΩ)

10 yang digunakan adalah resistor sebagai R1


8 dan potensiometer (resistor variable)
6 sebagai R2. Pengambilan data besarnya
4 hambatan (R2) dan Vout (tegangan
2 keluaran) dilakukan pada pergeseran
0 potensiometer naik dan turun setiap 3mm.
0 5 10 15 20
Berdasarkan data hasil praktikum
x (mm) memiliki nilai range pada pengukuran
sebesar 0V – 11,48V.
Pergeseran naik Pergeseran turun
Histeresis dapat diketahui dengan
Gambar 21. Grafik Histerisis Pada beberapa cara seperti dengan perhitungan
Hambatan 5600 Ω langsung, maupun perhitungan dengan
melihat suatu grafik. Pada grafik 19.
Hiterisis pada (R1=1000 ohm) memiliki
nilai sebesar 37%.
Dari data hasil praktikum didapat hasil
Vout (tegangan keluaran) yang berbeda
jika dihitung dengan teori. Misalnya pada
saat pengukuran pergeseran naik R1 = 200
ohm, Vin =12V dan x = 0 m didapat hasil
Vout sebesar 10,9 V, tetapi jika dihitung
secara teori besarnya Vout adalah 11,8 V.
Berdasarkan hasil pengukuran Vout
maka dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan dengan hasil perhitungan Vout.
Hal ini berarti bahwa hasil pengukuran Berdasarkan percobaan yang telah
memiliki nilai linearitas yang kecil dan dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
memiliki nilai non-linearitas yang besar. berikut ini:
Nilai linearitas yang kecil dapat 1. Nilai pengukuran range yaitu
disebabkan oleh sifat bahan yang tidak berkisar antara 0V – 11,4 V.
linear pada komponen, penguat 2. Linearitas pada praktikum bernilai
elektronika, histeresis mekanik, aliran kecil, sedangkan nilai non-
merayap, dan bagian yang lewat elastic linearitas bernilai besar.
pada bahan mekanik. Selain itu, pada 3. Pada Hiterisis pada (R1=1000
perhitungan nilai Vin dianggap 12 V, ohm) memiliki nilai sebesar 37%.
sedangkan pada kenyataannya, niali Vin 4. Lingkungan sangat berpengaruh
tidak mencapai 12 V melainkan memiliki ketika melakukan pengukuran.
nilai yang lebih kecil dari 12 V. Adapun saran untuk melakukan
Nilai pengukuran Vout menunjukkan percobaan ini, antara lain:
perbedaan yang tidak terlalu besar. 1. Alat yang digunakan sebaiknya
Perbedaan ini dapat disebabkan karena menggunakan sesitivitas yang
kesalahan dalam pembacaan jarum tinggi, supaya mendapatkan hasil
penunjuk multimeter, selain itu dapat pula yang baik dan maksimal
disebabkan oleh rangkaian yang tidak 2. Meminimalisir kesalahan yang
terpasang dengan erat. Menurut Hukum dapat terjadi, misalnya
Ohm, perubahan arus pada tegangan potensiometer diputar benar-benar
masukan tidak berpengaruh terhadap sebesar 3mm saat pengukuran.
perubahan tegangan keluaran jika
tegangan masukan bernilai sama. 5. Daftar Pustaka
Berdasarkan beberapa hal telah Modul Praktikum Sistem Pengukuran
dilakukan ini maka dapat diketahui bahwa Besaran Fisika, Prodi Metrologi
pengaruh variasi R1 menyebabkan dan Instrumentasi, Departemen
perubahan nilai tegangan keluaran. Teknik Elektro dan Informatika,
Semakin besar nilai R1 maka nilai Sekolah Vokasi, Universitas
tegangan keluaran akan semakin kecil, Gadjah Mada.
dengan kata lain R1 dengan tegangan Momentous. 2013. Karakteristik
keluaran pada rangkaian pembagi Instrumen dari Alat Ukur.[Online]
tegangan berbanding terbalik. Selain itu http://www.momentous-
dapat diketahui pula perubahan nilai R1 inst.com/news-detail/karakteristik-
berpengaruh terhadap nilai R2 pada instrumen-dari-alat-ukur (diakses
rangkaian pembagi tegangan. Semakin pada 25 Maret 2019)
kecil nilai R1 maka nilai R2 akan semakin Nugraha, Andy dan Ramadhan,
besar, dengan kata lain, R1 dan R2 Muhammad Nizar. 2018.
berbanding terbalik. Pengukuran Teknik dan
Instrumentasi. Banjarmasin :
4. Kesimpulan dan Saran Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
Samadikun, Samaun dkk. 1989. Sistem
Instrumentasi Elektronika.
Bandung : Laboratorium
Elektronika & Komponen Institut
Teknologi Bandung.
Webster, John G. dan Eren, Helit. 1999.
Measurement, Instrumentation,
and Sensors Handbook (2 nd ed).
Boca Raton : Taylor & Francis
Group.

Anda mungkin juga menyukai