Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MAHASISWA

SEMESTER V
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

BLOK EKSTRAKSI DAN BEDAH MINOR


MODUL 4. TUMOR RONGGA MULUT
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. Amanda Septinita AP 20150710003
2. Anggita Ayu Ratnasari 20150710005
3. Anita Dwi Nurcahya 20150710006
4. Deanido Kharisna 20150710020
5. Desak Putu Sudarmi A 20150710024
6. Dwi Triviani 20150710030
7. Eka Fitriana 20150710031
8. Firdelia Diana 20150710039
9. Henry Setiawan 20150710048
10. Phebe Fedora 20150710089
11. Vista Maqnalia M E 20150710104
12. Yolanda Wulandari 20150710109

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITASHANG TUAH
SURABAYA
2017
A. TOPIK MODUL
Tumor Rongga Mulut

B. PENDAHULUAN
Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada
aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel adalah
proses fisiologis yang terjadi pada hampir semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel
untuk berkembang biak. Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma
sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi
genetik ini dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau
neoplasma. Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan
jaringan liar di dalam dan di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan
tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah,
dan didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot,
jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah.

C. PEMICU 1
Perempuan usia 20 tahun datang ke poli gigi rumah sakit dengan keluhan adanya benjolan di gusi kiri
bawah dan tidak nyeri.

Pada pemeriksaan klinisekstra oral regio maksilofasial kiri didapatkan :

Inspeksi: benjolan(+) batas tidak jelas, warna sewarna kulit sekitar

Palpasi: benjolan(+) padat keras, batas tidak jelas, permukaan licin

1
Kondisi intra oral:

Inspeksi: benjolan (+)uk 3x2x1cm, membesar ke bukal dan lingual, warna sewarna mukosa sekitar, gigi
36 tidak erupsi
Palpasi: benjolan(+) uk 3x2x1cm, licin,fixed,nyeri tekan (-)

D. TERMINOLOGI ISTILAH PEMICU 1


1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Radiografi ekstraoral
4. Suspek
5. Ameloblastoma
6. FNAB
7. Panoramik
8. Diagnosis Banding
9. Kista Dentigerous

E. IDENTIFIKASI MASALAH PEMICU 1


NO IDENTIFIKASI MASALAH MASALAH FAKTA PRIORITAS

1. Ada Benjolan di Gusi bawah dan tidak nyeri √ √ √√√√√

Pemeriksaan Intra Ekstra: Benjolan (+), diffuse


2. √ √√√√
padat keraas, warna sewarna kulit, permukaan licin

3. Pemerikasan Inta oral: Benjolan (+) ukuran 3×2×1 √ √√√√


cm, membesar kebukal dan kelingual, warna

2
sewarna mukosa sekitar, gigi 36 tidak erupsi, licin,
fixed, nyeri tekan (-)

4. Diagnosis suspect: ameloblastoma √ √√

Pemeriksaan penunjang Radiografi Panoramik dan


5. √ √ √√√
FNAB

F. PRIORITAS PEMICU 1
1. Pasien usia 61 tahun ingin dibuatkan gigi tiruan lepasan.
2. Mengeluh adanya tonjolan yang besar dank eras di langit-langit seperti orangtuanya.
3. Pasien sudah mencabut gigi yang rusak.
4. Diagnosis edentulous ridge region 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 26, 27, 28
disertai torus palatinus yang besar dan keras.
G. RUMUSAN MASALAH PEMICU 1
1. Apa saja kemungkinan yang menyebabkan benjolan pada gusi dan tidak nyeri?
2. Apakah pemeriksaan ekstra oral dan intra oral dapat menentukan diagnosis?
3. Mengapa pasien disuspect ameloblastoma dengan diagnosis banding kista dentigerous?
4. Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang Padiografi panoramic ?
H. HIPOTESIS PEMICU 1
1. Timbulnya tidak nyeri pada gusi dapat disebabkan oleh kista dentigerous dan
ameloblastoma.
2. Untuk menentukan diagnosis sementara bukan diagnosis akhir
3. Karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
4. Untuk menegakkan diagnosis akhir

3
I. PETA KONSEP PEMICU 1
Keluhan adanya benjolan di gusi kiri bawah dan tidak nyeri

Pemeriksaan klinis

Ekstra oral Intra oral

Kista dentigerous Suspek: Ameloblastoma

PP: FNAB dan RO Panoramik

Diagnosis Akhir Ameloblastoma

J. LEARNING ISSUE PEMICU 1


1. Mengapa benjolan digusi tidak nyeri / rongga mulut terasa tidak nyeri?
2. Ameloblastoma
a. Definisi
b. Etiopatogenesis
c. Gejala klinis
3. Kista dentigerous
a. Definisi
b. Etiopatogenesis
c. Gejala klinis
4. Pemeriksaan penunjang panoramic
a. Definisi
b. Identifikasi
c. Interpretasi
5. Pemeriksaan penunjang FNAB
a. Definisi
b. Identifikasi
c. Interpretasi

4
K. PEMICU 2
Pasien membawa hasil pemeriksaan radiografi dan hasil fnab (pada gmbar). Berdasarkan
anamnesa pemerilksaan klinis pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan fnab disumpulkan bahwa
pasein di diagnosis ameloblastoma. Terapi yang akan dilakukan adalah reseksi sebagian rahang
kiri bawah. Specimen hasil operasi kemudian dikirimkan keradiologi patologi anatomi untuk
dilakukan biopsy dan pemeriksaan HPA.
L. TERMINOLOGI ISTILAH PEMICU 2
1. Reseksi
2. Specimen
3. Biopsy
4. HPA
5. Patologi Anatomi

M. IDENTIFIKASI MASALAH PEMICU 2


NO IDENTIFIKASI MASALAH MASALAH FAKTA PRIORITAS

1. Pasien di diagnosis Ameloblastoma √ √ √√√

2. Reseksi sebagian rahang kiri bawah √ √√√

3. Specimen dikirim ke PA untuk pemeriksaan √ √√

N. PRIORITAS PEMICU 2
1. Pasien di diagnosis Ameloblastoma
2. Reseksi sebagian rahang kiri bawah
3. Spesimen dikirim ke PA untuk pemeriksan HPA

O. RUMUSAN MASALAH PEMICU 2


1. Mengapa di diagnosis Ameloblastoma?
2. Mengapa dipilih terapi reseksi Sebagian?
3. Mengapa diperlukan pemeriksaan HPA pada specimen?

5
P. HIPOTESIS PEMICU 2
1. Karena berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
2. Karena berdasarkan hasil radiografi panoramic didapatkan kerusakaan rahang bawah
yang sangat luas dan mencegah rekurensi
3. Pemeriksaan HPA specimen untuk mengetahui macam Ameloblastoma pada kasus
ganas atau tidak?

Q. PETA KONSEP PEMICU 2


Keluhan adanya benjolan di gusi kiri bawah dan tidak nyeri

Pemeriksaan klinis

Ekstra oral Intra oral

Kista dentigerous Suspek: Ameloblastoma

PP: FNAB dan RO Panoramik

Diagnosis Akhir Ameloblastoma

prognosis
Terapi Reseksi sebagian Rahang
Bawah kiri

Specimen dikirim ke Lap PA


minat HPA

Hasil HPA jenis Ameloblastoma


multilokuler

6
R. LEARNING ISSUE PEMICU 2
1. Terapi reseksi
a. Definisi
b. Indikasi
c. Prosedur dan teknik pada kasus
2. HPA pada kasus
a. Definisi
b. Interpretasi pada kasus

7
S. PEMBAHASAN
PEMICU 1
1. Penyebab benjolan tidak nyeri sebab benjolan bukan karena infeksi serta benjolan
tersebut belum menginvasi jaringan saraf.
2. Ameloblastoma
a. Definisi
Neoplasma odontogenic yang jinak berkembang dengan lambat tapi local invorine yang
melibatkan mandibular 80% dan maksia dengan varian HPA dan memiliki tingkat rekurensi
yang tinggi jika diobati dengan benar. Ameloblastoma berasal dari jaringan tipe enamel
yang belum mengalami diferensiasi sampai tahap pembentukan jaringan keras yang
menyumbang kurang lebih 1% dari semua tipe tumor rongga mulut. Ameloblatoma
diklasifikasikan menjadi unikistik, multikistik, solid. Pada mandibular dapat berkembang
menjadi ukuran yang sangat besar dan menyebabkan asimetris wajah, perpindahan gigi,
maloklusi, dan fraktur patologis.
b. Etiopatogenesis
Ameloblastoma kemungkinan disebabkan oleh sisa sel enamel organ, sisa dental lamina,
sisa selubung hertwig/ sisa sel epitel malase, epitel dari kista gentigerous, epitel yang
heterotropil dari bagian tubuh lain terutama kelenjar hipopisis, sel basal dari permukaan
epitel yang membentuk tulang.
c. Gejala klinis
 Biasanya tumbuh kesegala arah
 Menginvasi jaringan lunak
 Menghancurkan tulang baik dengan tekanan langsung maupun dengan memicu
resorbsi tulang osteoklas
 Paling sering terjadi pada usia dewasa 20-50 tahun. Namun rentang kemungkina
usia yang terkena dapat terjadi mulai dari anak-anak sampai usia tua
 Lebih sering pada mandibular disbanding maksila
 Lesi ini biasanya asimtomatik
d. Klasifikasi
 Menurut klinis radiologis
Multicystic intraosseus Ameloblastoma, unicystic Ameloblastoma, dan peripheral
Ameloblastoma

8
 Menurut gambaran HPA
Tipe follicular, tipe plexiform, tipe akantomatous, ameloblastoma sel basal, ameloblastoma
sel granular.
3. Kista dentigerous (Azhar,2015; Mappangara,2014)
a. Definisi
Kista dentigerous merupakan kista odontogenik terbanyak setelah kista radikularis.
Disebut juga kista folikular. Kista ini merupakan kista yang terbentuk disekitar mahkota gigi yang
belum erupsi, mulai terbentuk bila cairan menumpuk di dalam lapisan epitel enamel yan tereduksi
atau diantara epitel dan mahkota gigi yang belum erupsi. Kista dentigerous sebagai kista yang
menutupi gigi yang belum erupsi dengan perluasan folikelnya dan menyerang hingga centoenamel
junction (CEJ). Paling banyak melibatkan gigi molar tiga rahang bawah, caninus rahang atas,
premolar dua rahang bawah dan molar rahang atas yang kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan sutura maksilofasial ke anterior dan inferior.
b. Etiopatogenesis
Faktor lokal dari kista dentigerous dikaitkan dengan perkembangan mahkota atau gigi
permanen dan juga bias muncul dari sisa epitel enamel. Faktor lingkungan kista dentigerous
termasuk kekurangan endokrin, demam, dan radiasi.
Ada 2 teori tentang pembentukkan kista dentigerous. Teori yang pertama mengatakan
bahwa kista disebabkan oleh akumulasi cairan epitel enamel tereduksi dan mahkkota gigi yang
menyebabkan tekanan cairan mendorong proliferasi epitel enamel tereduksi ke dalam kista yang
melekat pada CEJ dan mahkota. Teori kedua menyatakan bahwa kista diawali dengan rusaknya
stellate reticulum sehingga membentuk cairan antara epitel email bagian dalam dan bagian luar.
Tekanan cairan tersebut mendorong proliferasi epitel email luar yang menyisakan perlekatan pada
gigi di bagian cement-enamel junction; lalu epitel email dalam tertekan ke atas permukaan
mahkota. Saat telah terbentuk sempurna, mahkota akan berprotrusi ke dalam lumen, dan akar-
akarnya memanjang ke sisi luar kista. Pada setiap teori, cairan menyebabkan proliferasi kistik
karena kandungan hiperosmolar yang dihasilkan oleh cellular breakdown dan produkproduk sel
sehingga menyebabkan gradient osmotic untuk memompa cairan ke dalam lumen kista.
c. Gejala klinis
Kista dentigerous yang belum mengalami komplikasi seperti kista yang lain tidak akan
menyebabkan gejala sampai pembesaraanya terlihat secara klinis. Kista umumnya asimptomatik
karena tumbuh secara perlahan, tapi dengan terlambatnya erupsi gigi semakin besar pula indikasi

9
terjadinya kista dentigerous. Gejala klinis kista akan asimptomatis hingga timbulnya infeksi atau
adanya fraktur patologis. Kista dapat tumbuh dengan berbagai ukuran, dan kista yang besar dapat
dihubungkan dengan ekspansi tanpa rasa sakit pada tulang yang diserang. Secara klinis lesi
tampak sebagai pembengkakan pada linger (ridge) alveolar di atas tempat gigi yang sedang
mengalami erupsi. Saat rongga kista sirkumkoronal berisi cairan darah, pembengkakan tampak
berwarna ungu atau sangat biru sehingga dinamakan kista hematoma. Pada fase ini kista mudah
berdarah akibat trauma, seperti trauma oklusi maupun mastikasi. Lesi yang besar dapat
menimbulkan asimetri wajah dan dapat berpotensi menjadi agresif. Perluasan tulang yang diikuti
dengan asimetri wajah, pergeseran gigi yang ekstrem, resorpsi akar gigi yang berdekatan dan rasa
sakit merupakan kemungkinan dari akibat yang ditimbulkan oleh pembesaran kista yang berlanjut.
4. Radiografi panoramic
a. Definisi
Merupakan salah satu foto rontgen EO yang digunakan untuk menghasilkan gambaran
tomografi yang melibatkan struktur facial mencangkup rahang maksilla dan mandibular
beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi
pada sisi kontralateral.
b. Indikasi
 Adanya lesi tulang
 Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana perawatan
 Untuk melihat perkembangan gigi molar
 Rencana perawatan orthodonti untuk melihat benih gigi
 Mengetahui ada tidaknya fraktur pada mandibular dan maksilla
 Rencana perawatan implan
c. Interpretasi pada kasus
Specific view
Lokasi : region 3 dari gigi 35 sampai ramus mandibular
Ukuran : ±10×4 cm
Bentuk : oval
Outline : radiopak
Efek pada jaringan sekitar : gigi 38,37,36 malposisi

10
5. FNAB
a. Definisi
Merupakan salah satu macam biopsy. Alat diagnostic dengan cara memeriksa sejumlah
sel dari eksisi tumor/ nodul yang diambil dengan menggunakan jarum halus dan tabung
suntik, sebelum dioperasi atau pada saat operasi untuk membedakan sel tumor ganas
atau jinak.
b. Indikasi
 Diagnosis preoperative pada tumor dan klinis di duga tumor maligna operable
 Diagnosis konfirmatif pada tumor maligna atau tumor rekuren
 Menentukan tumor non neoplastic dan neoplastic
 Mengambil bahan aspiratif untuk kultur mikrobiologis
 Mengambil bahan untuk menentukan morfologi sel tumor dan hormonal
dependens.
PEMICU 2
1 Terapi reseksi
a. Definisi
Terapi reseksi adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan untuk pengambilan suatu
jaringan yang patologis dan jaringan yang sehat/batas eksisi sampai ke tulang normal
untuk mencegah kemungkinan untuk kambuh. pada umumnya reseksi dibagi menjadi 3
tipe yaitu reseksi segmental mandibula, reseksi hemimandibulectomy, dan reseksi total
mandibulectomy (alvon dkk,2003).

b. Indikasi
Tumor mandibula ameloblastoma ganas intraoral yang meluas ke gingiva atau
menginfiltrasi mandibular, tumor ganas mandibular dan tumor jinak mandibula yang
mengenai hampir atau seluruh ketebalan mandibular (bellar dkk,1998)
c. Prosedur dan teknik pada kasus (oliviera,2011)
1. anastesi umum terlebih dahulu
2. bibir bawah dipisahkan dan dibut insisi vertikal sampai ke dagu
3. insisi kemudian dibelokkan secara horizontal sekitar 1/2 insisi di bawah border bawah
mandibula
4. kemudian insisi diperluas mengikuti angulus mandibula sampai mastoid
5. setelah akses diperoleh di dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi

11
perdarahan karena adanya neurovaskuler
6. permukaan dalam mandibula secara perlahan-lahan dibuka dengan
mendiseksi mukosa oral kemudian dilakukan pemotongan menggunakan gigli
saw secara bertikal di daerah mentale itu akan memisahkan mandibula
secara vertikal
7. mandibula terbebas dari otot yang melekat. Bagian dari mandibula
yang akan di reseksi akan dibebaskan dari perlekatannya dari mukosa
oral dengan hati-hati
8. setelah itu komponen rahang yang mengandung massa tumor dieksisi
dengan margin yang cukup
9. setelah hemimandibulektomi, penutupan luka intraoral biasanya
dilakukan dengan penjahitan langsung
10. lalu dilakukan rekonstruksi pasca bedah untuk membangun
kontinuitas mandibula, membangun osseus alveolar lose dan koreksi
terhadap defek jaringan lunak dengan beberapa cara.

2. HPA pada kasus


a. Definisi
HPA adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan yang
berhubungan dengan penyakit. Histologi mempelajari jaringan penyusun tubuh, kimia
jaringan dan sel dengan metode analitik mikroskopik dan kimia. Hal tersebut guna
menegakkan diagnosis dari suatu penyakit dan prognosis (Harjana, 2011).
b. Interpretasi pada kasus
 perlu pemeriksaan lebih lanjut mengenai kista, tumor, atau kanker
 mau mengetahui apakah kista, tumor, atau kanker tersebut ganas atau tidak
c. interpretasi

Berdasarkan hasil HPA diperoleh gambaran dari ameloblastoma tipe folikuler. Dari hasil
HPA tampak gambaran sel tumor yang tersusun dalam bentuk pulau-pulau yang menyerupai epitel
organ enamel di dalam stroma jaringan ikat fibrous yang matang. Sarang-sarang epitel tersebut
mengandung sebuah inti yang tersusun longgar menyerupai stellate reticulum. Intinya dikelilingi
oleh lapisan tunggal sel kolumnar seperti ameloblas dan menggambarkan sel basal. Tepi sel

12
berbentuk kunoid atau kolumnar murip sel amloblast. Stroma terdiri atas jaringan ikat dengan
sabut-sabut kolagen dan beberapa pembuluh darah (Santoso, 2015).

13
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Sayid, Goereti Maria, dan P. Soetji. 2015. STUDI KASUS: Enukleasi Kista
Dentigerous pada Coronoid Mandibula Sinistra di Bawah Anastesi Umum.
Majalah Kedokteran Gigi Klinik, Vol. 1(5). (Online),
(https://journal.ugm.ac.id/mkgk).

Avon, S. L., McComb, J., & Clokie, C. 2003. Ameloblastic Carcinoma:


Case Report and Literature Review. Journal of the Canadian Dental Association 2003;
69(9):573-6. [on line].http://www.cda-adc.ca/JCDA-/vol-69/issue-9/573.pdf

Belal MS, Safar S. Rajacic N, Yassin IM, Schütz P, Yassin SM, Zohaire N. Ameloblastoma of the
mandible treated by hemimandibulectomy with immediate
autogenous bone graft reconstruction. Dental News 1998: Number I, 1998. [onn line].
http://www.dentalnews.com/documents/magazine/upload/98_v1_1.pdf

Harjana, Tri. 2011. Buku Ajar Histologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Yogyakarta. Diambil dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131782835/pendidikan/Buku+Ajar+Histologi+_baru_.pdf
Mappangara Surijana, Tajrin Andi, Fatmawati. 2014. Kista Radikuler dan Kista
Dentigerous. Makassar Dental Journal, vol. 3(6). (Online),
(http://pdgimakassar.org/journal/?page=list-jurnal&no_jurnal=13).

Oliveira, L. R., Matos, B. H., Dominguete, P. R., & Zorgetto, V. A., &
Silva, A. R. 2011. Ameloblastoma: Report of Two Cases and a Brief Literature Review. In,J.
Odontostomat. 5(3):293-299, 2011. [on line]. http://ircmj.com/?page=download&file_id=302

Santoso, G. R. E. 2015. Perbedaan Tipe dan Pola Distribusi Matriks Ekstraselular


Tumor Ameloblastoma berdasarkan Gambaran Tipe Histopatologi. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Jember. Diambil dari

14
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/71236/Galang%20Rikung%20Edy%20Sa
ntoso%20-%20111610101043_Part1.pdf?sequence=1

15

Anda mungkin juga menyukai